Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

CENTRAL STERILIZATION SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK IB

RATAASTA ARSYA PUTRI AZMIN 18.100.AF

NUR HILMI SAFITRI 18.098.AF

RISKAWATI J 18.104.AF

RESKI FARADILLAH 18.101.AF

RISNA INA 18.105.AF

RUNI MARTEN 18.106.AF

RAFIAH 18.099.AF

RICSTYN SILVIA PUTRI 18.102AF

SISKA KINDAN 18.108.AF

SAMSIAR 18.107.AF

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASAR

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,


dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal
agent atau proses fisik untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik
kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang
dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi
merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir
yang nantinya akan dibuat. Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang
tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing bahan, alat serta wadah yang akan
digunakan.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya


untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nasokomial di rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik
maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana
rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Jika terjadi hambatan pada salah satu sub unit
di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Jika dilihat berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di
rumah sakit demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu
instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu
instalasi yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada direktur atau
wakil direktur rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk
memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari
semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk
melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara profesional, diperlukan
pengetahuan atau keterampilan tertentu oleh perawat, apoteker ataupun tenaga
non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.
I.2 Maksud percobaan

Untuk mengetahui apa itu CSSD dan peran pusat sterilisasi di rumah sakit

I.3 Tujuan percobaan

1. Untuk mengetahui alur kerja CSSD


2. Untuk mengetahui cara penyiapan peralatan medis untuk perawatan pasien
3. Untuk mengetahui proses sterilisasi alat dan bahan
4. Untuk mengetahui cara pendistribusian alat yang dibutuhkan oleh ruang
perawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat


Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua
alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril. Instalasi CSSD ini
merupakan pusat pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan sehingga dapat mencegah
dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah sakit itu sendiri.

Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply
Department (CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central
Processing Department (CPD) dan lain lain, namun kesemuanya mempunyai
fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat steril dan bersih untuk
keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi
adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta
mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk
kepentingan perawatan pasien.

Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatarbelakangi oleh besarnya angka


kematian akibat infeksi nosocomial, kuman mudah menyebar dan
mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit.
CSSD merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit,
maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

II.2 Peran Pusat Sterilisasi Di Rumah Sakit

Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat


bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara
lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses,
meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis
ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.

II.2.1 Tujuan Pusat Sterilisasi

1) Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisis steril,


untuk mencegah terjadinya infeksi.
2) Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial.
3) Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi
pada pelayanan terhadap pasien.
4) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
II.2.2 Fungsi Pusat Sterilisasi
1) Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat
3) Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-
barang steril lainnya
4) Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi,
pencucian, sterilisasi dan pengiriman barang steril
5) Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen
dan set operasi di seluruh lingkungan rumah sakit
6) Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
7) Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi
sesuai dengan arahan komite pengendalian infeksi
8) Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya
9) Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional
10) Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan
peraturan yang berlaku
11) Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan
12) Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan
pemrosesan dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan
prosedur yang digunakan dan implementasi metode baru
II.2.3 Tugas Pusat Sterilisasi
1) Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien
2) Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
3) Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar
operasi, dan ruang lain yang membutuhkan
4) Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif
dan bermutu
5) Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan
6) Mempertahankan standar yang ditetapkan
7) Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
8) sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
9) Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nasokomial
10) Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi
11) Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD
baik yang bersifat intern dan ekstern
12) Mengevaluasi hasil sterilisasi.

II.3 Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi

II.3.1 Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam


jabatan fungsional) dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur
Penunjang Medik. Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker.
Untuk rumah sakit swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur
organisasi pemerintah. Hal-hal yang perlu dilaksanakan agar instalasi pusat
sterilisai dapat berjalan sebagai mana mestinya adalah perlunya pembagian
pekerjaan dalam jabatan fungsional. Berikut adalah struktur organisasi pusat
sterilisasi, namun struktur ini merupakan struktur minimal yang dapat diubah
sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja pada masing-masing rumah sakit.
II.4 Sarana Fisik Dan Peralatan

Pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat
sterilisasi adalah menerima bahan dan alat medic dari semua unit-unit di
rumah sakit untuk kemudian diproses menjadi alat/bahan medic dalam kondisi
steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan
kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu
diperhatikan :

II.4.1 Bangunan & Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan


bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di masa
datang serta didesain menurut tipe dan atau kapasitas rumah sakit dengan
ketentuan untuk Rumah sakit:

1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2

2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2

3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2

4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2

5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2

Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan


steril terbesar di rumah sakit. Penetapan lokasi yang tepat berdampak
pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi yaitu dengan
meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu
lintas transportasi alat steril. Untuk Rumah sakit yang berukuran kecil,
lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat / diwilayah kamar operasi
sesuai fungsinya dan diupyakan lokasinya dekat dengan Laundry.

II.4.2 Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi

Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan


pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau
pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan
pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya
kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk
rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada
dekat/di wilayah kamar operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya
dekat dengan laundry.
II.4.3 Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi

Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih
dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5
ruang yaitu :

1. Ruang Dekontaminasi

Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun
dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara lain :

a. Ventilasi

- sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter

- pergantian udara 10 kali/jam

- tekanan udara negatif

- tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban

- suhu 18-22°C

- kelembaban antara 35-75%

2. Ruang Pengemasan Alat

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar


pasang alat, dan penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Prosesing Linen

Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang


akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan
barang. Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti
kasa, kapas, dan cotton swab.
4. Ruang Sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi
etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan
saluran pembuangan (exhaust).

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril

Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :

- Dekat dengan ruang sterilisasi

- Suhu 18-22°C

- Kelembaban 35-75%

- Ventilasi menggunakan tekanan positif

- Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)

- Jauh dari lalu lintas utama

- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

II.5 Alur Fungsional Pusat Sterilisasi

Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat


digambarkan sebagai berikut :

a) Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di


ruang perawatan.
b) Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik
sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.
c) Pengeringan: dilakukan sampai kering.
d) Inspeksi dan Pengemasan: unit ini melakukan pengecekan barang dan
instrumen mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan
pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Pengemasan yang dimaksudkan
disini yaitu semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatan yang
sudah didisain untuk membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat
yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.
e) Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi
dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses
sterilisasi.
f) Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang
kemudian akan disterilkan.
g) Sterilisasi: unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang
telah dikemas menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi
yang optimal. Sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf terlatih.
Untuk sterilisasi menggunakan etilen oksida sebaiknya digunakan ruang
tersendiri dan dilengkapi exhaust
h) Penyimpanan: unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril
dan melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus
diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang
baik.
i) Distribusi: unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang
membutuhkan barang tersebut. Dapat dilakukan berbagai sistem
distribusi sesuai dengan rumah sakit masing-masing.

II.6 Sistem Sterilisasi


Terdapat bermacam-macam metode sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi panas kering
Digunakan untuk bahan yang bersifat termostabil, contoh : alat gelas,
sediaan farmasi. Untuk instrumen yang terbuat dari logam tidak dianjurkan
untuk
distrerilisasi dengan cara ini. Waktu sterilisasi yang umum 160°C selama 60-
150
menit dan 170°C selama 20-30 menit
2. Sterilisasi dengan panas uap
Jenis sterilisasi ini paling banyak digunakan di rumah sakit karena :
- Mudah pelaksanaannya
- Diterapkan hampir 80% kebutuhan (instrumen bedah, linen, dll)
- Biaya operasional rendah
- Hasil sterilisasi kering
- Waktu proses relatif pendek
temperatur yang diperlukan pada sterilisasi jenis ini :
- 130°C selama 2 menit
- 121°C selama 15 menit
- 116°C selama 30 menit
3. Sterilisasi dengan ultraviolet
Karena terdapat keterbatasan daya tembusnya, maka sterilisasi ini
digunakan untuk :
- Sterilisasi udara (air hygiene)
- Inaktivasi mikroorganisme pada permukaan bahan atau tersuspensi dalam
cairan
- Untuk produk dalam komposisi yang tidak stabil yang sulit disterilisasi
dengan cara konvensional Efek maksimum radiasi pada gelombang 265 nm.
Sterilisasi dengan ultraviolet masih dipakai dirumah sakit untuk tujuan
mengurangi kontaminasi dan dikontaminasi udara, contohnya pada ruang
operasi
4. Sterilisasi dengan sinar pengion
Jenis sinar pengion yang digunakan adalah sinar gama dan sinar beta.
Digunakan untuk sterilisasi pada temperatur kamar. Kelemahan sterilisasi ini
adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk proteksi petugas yang
bekerja pada lingkungan sinar pengion. Sterilisasi ini digunakan untuk
sterilisasi alat-alat medis seperti : syringe, benang bedah, serta bahan-bahan
yang terbuat dari plastik dan karet.
5. Sterilisasi dengan gas kimia
Jenis gas yang digunakan adalah etilen oksid dan formaldehid.
Keuntungan sterilisasi ini :
- Digunakan untuk sterilisasi bahan yang bersifat termolabil (sterilisasi pada
temperatur rendah)
- Kemampuan penetrasi dan absorbsi etilen oksid yang tinggi pada beberapa
jenis pembungkus (kertas, polietilen)
- Digunakan untuk sterilisasi cateter, peralatan suntik plastik, dan sarung
tangan.
6. Serilisasi dengan filtrasi
Digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan dalam bentuk cairan.
Contohnya adalah filter udara seperti HEPA (High Efficiency Particulated Air)
pada ruang operasi atau ruang isolasi tertentu untuk menghindari terjadinya
kontaminasi atau infeksi silang.
7. Sterilisasi dengan bahan kimia
Menggunakan jenis desinfektan tertentu yang bersifat high level
desinfectant seperti penggunaan glutaraldehid 2% untuk sterilisasi endoskopik.

II.7 Indikator Sterilisasi


Beberapa indikator sebagai salah satu kontrol kualitas dari proses sterilisasi yang
dilakukan yang meliputi :
1. Indikator Fisik
Indikator Fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang
berupa lampu indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat
sterilisasi telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur dan tekanan
merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi, bila indikator
mekanik berfungsi dengan baik, maka setelah proses sterilisasi akan
memberikan informasi dengan segera mengenai temperatur, tekanan, waktu
serta fungsi mekanik lainnya. Indikator fisik tidak menunjukkan bahwa
keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya memberikan informasi dengan
cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi.
2. Indikator kimia
Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Indikator kimia yang digunakan berupa tape yang disebut dengan autoclave
tape yang sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia
belum dapat menjamin tercapainya keadaan steril tetapi hanya menunjukkan
bahwa suatu benda sudah melewati kondisi-kondisi sterilisasi pada suatu siklus
sterilisasi.
3. Indikator Biologi
Indikator Biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme
dalam bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai. Ada
yang dimasukan dalam autoklaf dan ada yang diluar, untuk kontrol positif. Bila
spora indikator yang di dalam autoklaf tidak tumbuh setelah diaktifkan maka
diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang
digunakan untuk indikator ini yaitu, Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi
uap) dan Bacillus subtillis (sterilisasi etilen okside dan sterilisasi panas kering).
ALUR DALAM CSSD
Proses sterilisasi peralatan instrumen
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Autoklaf
2. Alat – alat yang bedah/APD
3. Desinfektan
4. Gunting
5. Indikator steril
6. Kertas
7. Kasa non steril
8. Oven
9. Pengemas

B. Cara kerja
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan
2. Dicuci semua alat yang disterilkan dengan menggunkan
desinfektan
3. Kasa dilipat sesuai protap
4. Dibungku alat dan dimasukkan kedalam pengemas dan diberi
indikator
5. Kemudian dilakukan tahap sterilisasi sesuai protap yang telah
ditetapkan
BAB IV
PEMBAHASAN

V.1 Hasil pengamatan dan Pembahasan

No. Gambar Keterangan


1. Digunting kasa sesuai ukuran
yang dibutuhkan

2. Kasa yang telah di gunting


kemudian dilipat di bagian
terpanjangnya kiri dan kanan

3. Kemudian balikkan kasa, di sisi


belakang lipat sisi kiri dan
kanannya. Lipat kembali sisi
kiri dan kanannya
4. Timpakan di bagian tengahnya,
lipat jadi bagian persegi

5. Selipkan jari di satu lapis kasa


paling atas, putar kasa selapis
itu kebaliknya sehingga
membungkus bagian pinggir
kasa

6. Putar kasa selapis itu


kebaliknya sambil di rapikan,
kemudian rapikan sudut – sudut
kasa sehingga saling
membungkus

7. Kasa yang telah dilipat


kemudian dan disatukan dan
dipacking menggunakan kertas
atau phoucess
8. Kasa yang telah di packing
diberi indikator eksternal
( untuk mengetahui hasil
kesterilannya baik atau tidak),
kemudian diberi label tanggal
dilakukan sterilisasi dan
dimasukkan kedalam alat yang
sesuai untuk sterilisasi
(menggunakan oven)

9. Hasil setelah disterilisasi


indikator berubah warna
Sebelum disterilisasi warna
hijau
Setelah disterilisasi warna
coklat

10. Kertas wraphing : sebagai


pembungkus/ packing linen
sebelum disterilkan.

11. Pouches : untuk packing


instrument/alat – alat
bijian(gunting, kasa, pinset, dll)
12. Indikator tape : sebagai
indikator/petunjuk bahwa
instrument/linen yang kita
proses sudah dinyatakan benar
– benar steril/belum.

13. Contoh hasil produksi barang


steril
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.I Kesimpulan

Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,


dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
dan virus) yang terdapat dalam suatu benda.

CSSD merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang


menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua
alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.Secara umum fungsi
pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat – alat bersih dan steril untuk keperluan
perawatan pasien di rumah sakit.

V.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum yang dilaksanakan harus memperhatikan alat


dan bahan yang digunakan agar menjamin proses yang dilakukan tetap steril.
DAFTAR PUSTAKA

Banu, A dan Subhas G.T. 2013. Central Sterile Supply Development – Need of The Hour.
Journal Publication Health Medical Resource. 1(2) : 58-62.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile
Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit. DepKes RI. Jakarta.

Rahmawati Fita. [book on internet]. 2012. [accessed 20 April 2012]. Pg 1-48.


Available from:
htt p://www.scribd.com/document_downloads/dire ct/92434546?
extension=pdf&ft =133900614&lt=1339804224&uahk=dj7El70
rped7ng8JxDFM+aCPmoo.

Anda mungkin juga menyukai