Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta diciptakan oleh Allah sebagai tempat berlangsungnya kehidupan


dan sebagai tanda dari kekuasaan Allah. Bahwa Allah berada di atas seluruh ciptaannya,
Allah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak bersandar kepada apa pun yang ada di alam
ini. Allah merancang alam serta ciptaannya untuk kepentingan manusia. Namun, bukan
untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas
dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang sudah
ada sejak ajali.

Alam semesta adalah media pendidikan sehingga manusia dapat mempelajari


segala macam ilmu baik tersirat mau pun tersurat.Mempelajari apa sebenarnya
fungsi,tujuan dan manfaat alam semesta bagi manusia melalui pendalaman kejadian dan
awal proses alam semesta ada. Di alam semesta ini,manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa komponen lain karena antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan
saling melengkapi satu sama lain.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan


dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir
secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak
dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif)
buat diri kita sendiri. Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara umum adalah
manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan hanya diri sendiri
saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah
makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.

Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah
yang membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia
lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir
lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat
jasmani maupun rohani.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Manusia dan bagaimana Perannya dalam Kehidupan?
2. Apakah Pengertian Pandangan Hidup bagi Manusia sebagai Makhluk Sosial?
3. Bagaimana Cara dan Usaha Manusia Mengembangkan Potensinya?
4. Bagaimana Manusia Menerapkan Nilai-Nilai dan Norma-norma yang Berlaku Dalam
Kehidupannya?

C. Tujuan
1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya.
2. Menetahui Pengertian Manusia serta Pandangan Hidupnya dalam Kehidupn.
3. Mengetahui Cara dan Usaha Manusia untuk Mengambangan potensinya.
4. Mengetahui Bagaimana Manusia Menerapkan Nilai dan Norm dalam Kehidupannya.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Manusia dan Peranannya


1. Pengertian Manusia
Menurut Ludwing Binswanger manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia ada dan mampu
mempertahankan adanya di dunia. Sedangkan menurut Thomas Aquinas Manusia
adalah suatu substansi yang komplit yang terdiri dari badan dan jiwa. Spinoza,
Goethe, Hegel, dan Marx juga menyebutkan bahwa Manusia adalah makhluk
hidup yang harus produktif, menguasai dunia di luar dirinya dengan tindakan
mengekpresikan kekuasaan manusiawinya yang khusus, dan menguasai dunia
dengan kekuasaannya ini. Karena manusia yang tidak produktif adalah manusia
yang reseptif dan pasif, dia tidak ada dan mati.
Betrand Russel mengungkapkan bahwa Manusia adalah maujud yang
diciptakan dalam keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri. Manusia
Terdiri dari Jiwa dan Raga Menurut Augustinus, 'bahwa badan dan jiwa adalah
dua perkara yang sangat berbeda satu sama lain, sebab kalau yang pertama
(badan), maka yang kedua (jiwa) sifatnya yang khas satu-satunya ialah berpikir'.
Karena itu perasaan dan pengenalan terhadap jiwa bersifat langsung, karena
pikiran tidak memerlukan perantara dalam mengenal dirinya sendiri. Selama jiwa
itu berpikir, maka artinya ia ada, karena pemikirannya sama benar dengan
wujudnya. Seseorang bisa melepaskan diri dari badannya, dan dari alam luar
dengan segala peristiwa-peristiwanya, serta mengingkari segala macam
kebenaran, dan meragukan segala sesuatu. Namun seseorang tidak bisa
melepaskan diri sama sekali dari jiwanya yang menjadi sumber keraguan dan
pemikirannya itu.

2. Pengertian Peran

Soekanto (2007: 213), mengungkapkan bahwa peran merupakan aspek


dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Sedangkan menurut Biddle dan Thomas dalam Suwarno (2013: 224), menyatakan
bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang
diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Hal ini senada dengan Suhardono
(1994: 15), mendefinisikan bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang
membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki
suatu posisi.
Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994: 768) sebagai
berikut:
1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
2) Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya.
5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

Adapun pembagian peran menurut Soekanto (2001: 242), peran dibagi


menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a) Peran Aktif Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok
karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktifitas kelompok,
seperti pengurus, pejabat, dan lain sebagainya.
b) Peran Partisipasif Peran partisipasif adalah peran yang diberikan oleh
anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan
yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.
c) Peran Pasif Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat
pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar memberikan
kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan
dengan baik.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap
atau perilaku yang diharapkan individu atau sekelompok individu terhadap
seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal
diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan peran keluarga dan
masyarakat, peran diartikan sebagai hak dan kewajiban orangtua untuk
memberikan pendidikan yang baik.
B. Pandangan Hidup Manusia
Menurut Koentjaraningrat dalam buku Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh
Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup (World View) adalah nilai-nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selekif oleh individu dan golongan di
dalam masyarakat. Menurut Manuel Kaisiepo dalam buku Ilmu Budaya Dasar yang
disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90)
Pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup
itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya. Menurut Lenski dalam buku Ilmu
Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90)
Pandangan hidup merupakan bagian dari ideologi. Secara umum Pandangan
Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani
dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu,
masyarakat, atau negara.
Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus
merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Pandangan hidup
sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan
kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan
hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.

C. Manusia Mengembangkan Potensinya


Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu potency. Artinya
ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,
kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa
dikembangkan (Majdi, 2007: 86).
Menurut Endra K Pihadhi (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan,
energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan
secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih
terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah. Sedangkan Sri Habsari
(2005: 2) menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang 26 dimiliki
oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik.
Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih
terpendam dalam diri manusia yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu
kekuatan nyata dalam diri. Dengan demikian potensi diri manusia adalah kemampuan
dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya, yang menunggu
untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia.
Manusia memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai berikut
(Nashori, 2003:89) :
a. Potensi Berfikir Manusia memiliki potensi berfikir. Seringkali Allah
menyuruh manusia untuk berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir
karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap
manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru,
menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru.
b. Potensi Emosi Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi.
Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat
memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai,
memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung
kepada keindahan.
c. Potensi Fisik Adakalanya manusia memilki potensi yang luar biasa untuk
membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik
yang tangguh.Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari
olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.
d. Potensi Sosial Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas
menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan
menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan
belajarnya, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan.

D. Nilai dan Norma Dalam Kehidupan Manusia


1. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan,
berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,
bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok
orang. Mengenai definisi nilai ini, telah di sampaikan oleh banyak ahli,
diantaranya:
a. W.J.S. Purwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mendefinisikan
nilai dengan sifat-sifat halhal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
b. Muhaimin dan Abdul Mujib mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang praktis
dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di
dalam masyarakat.
c. Sementara dalam pandangan Sidi Gazalba sebagaimana yang dikutip oleh
Chabib Thoha mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang bersifat abstrak,
ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan
salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki.
d. Menurut Sutarjo Adisusilo Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang
yang menghayatinya menjadi bermartabat.
e. Sedangkan pengertian nilai menurut Chabib Thoha, “Esensi yang melekat
pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia”.
f. Menurut Sulaiman Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia
sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai
abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi
perilaku yang ketat. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan, bahwa dalam
kehidupan masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan
atas perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakat baik secara kelompok maupun individu. Nilai yang muncul
tersebut dapat bersifat positif apabila akan berakibat baik, namun akan bersifat
negatif jika berakibat buruk pada obyek yang diberikan nilai.
g. Menurut Mardiatmadja (1986:105), nilai menunjuk pada sikap orang terhadap
sesuatu hal yang baik. Nilai-nilai dapat saling berkaitan membentuk suatu
sistem dan antara yang satu dengan yang lain koheren dan mempengaruhi segi
kehidupan manusia. Dengan demikian, nilai-nilai berarti sesuatu yang
metafisis, meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret. Nilai tidak dapat kita
lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal yang harus dicari
dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain. Nilai-nilai sudah
ada dan terkandung dalam sesuatu, sehingga dengan pendidikan membantu
seseorang untuk dapat menyadari dengan mencari nilai-nilai mendalam dan
memahami kaitannya satu sama lain serta peranan dan kegunaan bagi
kehidupan. Ada hubungan antara bernilai dengan kebaikan menurut
Merdiatmedja (1986:105), nilai berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti
suatu hal. Jadi nilai merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal dengan
orang tertentu. Antara lain, nilai praktis, nilai sosial, nilai estetis, nilai
kultural/budaya, nilai religius, nilai susila/moral.
Kajian tentang nilai (Value) dalam filsafat moral dapat disebut sebagai
kajian yang amat penting. Hal ini tidak saja posisinya sebagai problema awal
dalam kajian ini, tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai kajian yang menyentuh
persoalan subtansial dalam etika atau filsafat moral. Kajian dalam persoalan
ini biasanya mempertanyakan apakah yang “baik” dan “tidak baik”, atau
bagaimana seseorang “mesti” berbuat “baik” serta tujuan yang bernilai.
Khusus dengan karakteristik yang terakhir ini menyentuh pula mengenai apa
dasar yang menjadi pembenaran suatu keputusan moral, ketika disebut “baik”
atau “tidak baik”.

Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika
membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika
membahas mengenai keindahan. Ringkasnya dalam pembahasan teori nilai ini
bukanlah membahas tentang nilai kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai
juga. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena
dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai
nilai. Dan oleh karena itu nilai sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga
yang sama pula karena penilaian seseorang terhadap sesuatu yang sama itu
biasanya berlainan. Bahkan ada yang tidak memberikan nilai terhadap sesuatu itu
karena ia tidak berharga baginya tetapi mungkin bagi orang lain malah
mempunyai nilai yang sangat tinggi karena itu sangatlah berharga baginya.

2. Pengertian Norma

Norma sendiri berarti kaidah, pedoman, acuan, dan ketentuan berperilaku


dan berinteraksi antar manusia di dalam suatu kelompok masyarakat dalam
menjalani kehidupan bersama-sama. Aturan norma tidak dalam bentuk tertulis,
namun secara sadar masyarakat mematuhinya. Sebelum pembahasan berlanjut,
ada baiknya pahami dulu pengertian norma.
Norma berdasarkan etimologis adalah berasal dari Bahasa Belanda yakni
“Norm” yang berarti patokan, pokok kaidah, atau pedoman. Namun beberapa
orang mengatakan bahwa istilah norma berasal dari bahasa latin, “Mos” yang
artinya kebiasaan, tata kelakuan, atau adat istiadat. Dalam kehidupan masyarakat,
norma memang tidak tertulis namun disepakati dan akan ada sanksi bagi yang
melanggar. Untuk lebih jelasnya silakan simak penngertian norma menurut
beberapa ahli berikut ini.

1. Isworo Hadi Wiyono


Norma adalah peraturan atau petunjuk hidup yang memberi ancar-ancar
perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus
dihindari untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.

2. Robert Mz. Lawang


Norma adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan baik dan pantas
sehingga sejumlah angggapan yang baik dan perlu dihargai sebagaimana
mestinya.

3. John J. Macionis

Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang memandu


sebuah perilaku anggota-anggotanya.

4. E. Ultrecht

Norma adalah semua petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat atau bangsa yang mana peraturan itu diwajibkan untuk ditaati
oleh setiap masyarakat, jika ada yang melanggar maka akan ada tindakan dari

adalah ketentuan pemerintah.

Jadi dapat disimpulkan Norma  yang mengatur tingkah laku manusia dalam
kehidupan masyarakat. Orang yang ingin hidup harmonis maka wajib mematuhi
aturan atau ketentuan tersebut jika tidak ingin mendapatkan sanksi baik hukum
atau sosial serta norma adalah tatanan atau pedoman yang diciptakan manusia
sebagai makhluk sosial yang sifatnya memaksa atau manusia wajib tunduk pada
peraturan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Peranannya

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun
negatif. Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena
manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara
semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak,
namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan
petunjuk dari segi intelektual relatif.

Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda,
baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk
manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Manusia juga sebagai mahkluk individu
memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan
tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial
yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya. Manusia adalah organisme yang sangat kompleks, dimana secara
hirarkinya didasari oleh latar belakang atau asal usul dari penciptaan manusia itu sendiri.

Karena manusia itu mempunyai jiwa fisik, yang mana keduanya mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam arti
lain menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki dua sisi, yaitu
sebagai makhluk biologis (individu) dan makhluk.

Istilah “peran” kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran
diartikan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau “peran” dikaitkan dengan “apa
yang dimainkan” oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak tahu,
bahwa kata “peran”, atau role dalam bahasa inggrisnya, memang diambil dari
dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus
dimainkan sesuai dengan plot atau alur ceritanya, dan dengan macammacam lakonnya.
Lebih jelasnya kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary diartikan :
Actor’s part; one’s task of funcion. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.1
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara
(film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan pada peserta didik.2 Ketika istilah peran
digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan)
sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya,
dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang
menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut.

1. Peranan manusia secara umum

a. Manusia sebagai organisme yg dominan secara ekologis

Manusia memiliki peranan penting dalam biosfer karena manusia merupakan


makluk yang dominan secara ekologik.

b. Manusia sebagai makhluk pembuat alat

Kemampuan membuat alat, erat hubungannya dengan sifat tegakmanusia yang


memungkinkan dia bebas menggunakan tangannya, disamping itu ,kemampuan
itu juga erat hubungannya dengan kemampuan pengelihatan,kecekatan, dan
kemampuan penalaran otaknya yang tinggi, jadi manusia menjadi dominan dalam
ekosistem berkat kemampuan membuat danmenggunakan alat.

Manusia juga merupakan organisme yang membudidayakan makanannya.


Perubahan hidup dari pengumpulan makanan menjadi penanam serta pemetik
hasil tanam,merupakan suatu pencapaian yang memiliki dampak ekologi yang
luas. Alat-alat pertanian berkembang dari tingkat penanaman menjadi mesin
modern yang dapat mengelolah tanah yang jauh lebih luas.dengan
demikian,terbentuklah ekosistem dibuatan manusia

c. Manusia sebagai makhluk perampok


Perkembangan dominasi manusia sejalan dengan perkembangan alat-alat yang
digunakan .manusia dikenal sebagai makhluk yang paling hebat dalam
mengeksploitasi ekosistem. Ia dapat mengeksploitasi ekosistem darat  maupun
air. Hal ini terjadi karena sifatnya yang omnivor dan kebutuhannya yang beraneka
ragam ,sejak semula manusia mengeksploitasi ekosistem tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan makanannya saja, tetapi juga keperluanlainnya ,misalnya
pakaian dan perumahan.

Sebagai salah satu mata rantai dari jaring-jaring makanan,manusia dapat


memusnahkan organisme lain yang berkompetisi dengannya,dalam mendapatkan
makanan dan kebutuhan lainnya.

Manusia juga mengeksploitasi ekosistem untuk keperluan yang


konsumtif ,misalnya untuk kepercayaan seperti hewan kurban,hewan
untukolahraga, untuk peliharaan,maupun untuk pretise sosial. Sedangkan
tumbuhan juga dijadikan sebagai tumbuhan estetika seperti bunga hias.

d. Manusia sebagai sebab evolusi

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan merupakan penyebab utama dalam


proses evolusi organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat,tetapi
perusakan alam oleh manusia baik disengaja maupun tidak akanmempercepat
evolusi organik. Akibatnya adalah menurunya jumlah organisme tertentu bahkan
ada beberapa yang punah .tetapi lain pihak terdapat organisme jenis tertentu
jumlahnya meningkat dengan pesat terutama varietasnya. Semua ini adalah akibat
dari adanya intervensi manusia.

Cara manusia mempercepat evolusi adalah dengan membudidayakan hewan dan


tumbuhan, menciptakan habitat baru, serta penyebaran hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Sampai sekarang manusia masih terus mengusahakan perkembangan
varietas baru yangmemenuhi kebutuhan dan selera manusia.

Selain mengubah habitat yang diikuti terciptanya varietas baru


organisme,manusia juga mempercepat evolusi dengan mandistribusikan hewan
dan tumbuhan baru tersebut ke wilayah dimana awlnya tidak ada organisme
tersebut. Kadar penyebaran ini dipercepat lagi dengan perbaikan komunitas dari
suatu tempat ke tempat lain.
e. Manusia sebagai makhluk pengotor

Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori lingkungan.hewan


membuang kotoran berupa faeses yang dapat diuraukan untuk daur ulang karena
terdiri dari zat organik.tetapi pada manusia,selain faeses,manusia juga membuang
kotoran zat organik lain yang penguraiannya sangat lambat. Kotoran tersebut
berasal dari bahan sintetik dan bahkan zat yang beracun.

Sumber kotoran manusia ini berasal dari rumah .perkebunan.tempat kerja ,alat
transportasi dan kegiatan lain. Semua ini akan mencemari lingkungan .bahan
pengotor ini biasanya adalah zat buangan yang dapatberbentuk
padat ,cair,maupun gas. Bahan buangan berbentuk gas merupakan polutan yang
banyak dihasilkan oleh industri,misalnya senyawa karbon (CO,CO2,hidrokarbon)
,belerang dioksida,dan lain-lainnya. Juga dapat dihasilkan dari pembakaran
sampah atau barang tambang seperti batu bara.

2. Peranan manusia yang merugikan dan menguntungkan lingkungan

Peranan manusia dalam lingkungan ada yang bersifat positif dan ada yang
bersifat negatif. Peranan manusia yang bersifat negatif adalah peranan yang
merugikan lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau pun tidak langsung timbul
akibat kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan manusia
yang bersifat positif adalah peranan yang berakibat menguntungkan lingkungan
karena dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan.

 a. Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain sebagai
berikut:

1. Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan  Sumber Daya Alam


makin menciut (depletion);

2.  Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;


3. Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem
binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi;

4. Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah


hingga menimbulkan longsor;

5. Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang


menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif
pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri;

b.    Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:

1.  Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana terutama
SDA yang tidak dapat diperbaharui;

2.  Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka


jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;

3. Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan
pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang
batasnya;

4. Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk
menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat
sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah
yang mengandung humus;

5. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi


lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.

B. Pandangan Hidup Manusia

1. Pengertian Pandangan Hidup


Pandangan hidup pasti ada pada diri setiap seorang dan pandangan hidup itu
sendiri bersifat kodrat. Karena ia menentukan masa depan seseorang maka arti
pandangan hidup sangat lah perlu untuk di jelaskan untuk jadi pertimbaan kita
untuk menentukan pandangan hidup kita kedepan. Pandangan hidup sendiri
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,
petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup manusia melalui proses waktu
yang lama dan terus menerus bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang
sangat singkat, sehingga hasil pemikran itu dapat diuji kenyataannya. Atas dasar
ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan,
atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi
pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3
macam:
1. Pandangan hidup yang berdasarkan dari agama yaitu pandangan hidup yang
mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan
dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatife
kebenarannya. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan atau kepercayaan.

C. Cara Manusia Mengembangkan Potensi Dirinya

Untuk mengembangkan potensi diri manusia harus mampu mendayagunakan


kreativitas yang dimiliki seseorang. Perlu diketahui bahwa setiap orang mempunyai
potensi untuk kreatif walaupun berbeda tingkat kreativitasnya. Jika melongok sejarah
orang-orang besar dunia, mereka begitu kreatif sejak awal masa kremaja-kremaja.
Kreativitas yang dikembangkan sejak dini membuktikan talenta yang brilian.

Suatu hal yang perlu diingat, bahwa kreativitas tidak muncul begitu saja, namun
membutuhkan kondisi yang merangsang terutama dorongan dari diri seseorang sendiri,
dukungan dan manfaatkan fasilitas lingkungan. Jika memiliki kecerdasan yang baik dan
didukung dengan kreativitas yang tinggi, seseorang semakin mahir mempergunakan
kecerdasan secara efektif dan mampu menghasilkan gagasan yang luarbiasa secara tepat.
Kreativitaslah yang memunculkan bakat seseorang beserta kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya. Dengan kata lain, kreativitaslah jalan bagi seseorang untuk menemukan dan
mengembangkan potensi diri seseorang yang sesungguhnya kini bergantung
pengetahuan, bagaimana mengembangkan menjadi pribadi yang baik.

Steven Covey menyatakan cara menumbuhkan potensi diri dan kunci sukses
seseorang adalah dengan melakukan tujuh kebiasaan, yaitu :

a. Bertanggung jawab pada diri sendiri

b. Tentukan sendiri mana yang penting bagi anda

c. Kerjakan apa yang sudah diprioritaskan

d. Anggap diri anda berada dalam situasi cooperation (kerjasama) dan lakukan yang
terbaik

e. Pahami orang lain maka orang lain akan memahami kita

f. Cari solusi yang lebih baik

g. Tantang diri anda sendiri secara berkesinambungan

Potensi dan kemanpuan seseorang dapat ditumbuh kembangkan dengan


melakukan kebiasaankebiasaan yang baik. Kebiasaan baik tentunya sangat banyak,
seperti yang dilakukan oleh Steven Covey. Dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui
berbagai kebiasaan baik dan tentunya akan lebih baik jika kebiasaan tersebut kita
laksremajaan dalam segi kehidupan.

Ada beberapa cara untuk mengetahui, menilai atau mengukur dengan akurat
berbagi kelebihan dan kelemahan seseorang untuk menggunakan dan
mengoptimalisasikan diri sebagai berikut:

1. Introspeksi diri Individu


meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukannya, apa yang
telah ia capai dan apa yang ia miliki sebagai suatu kelebihan yang dapat
mendukung dan apa yang ia miliki sebagai suatu kekurangan yang menghambat
tercapainya prestasi tinggi. Cara ini efektif bila individu bersikap jujur, terbuka
pada dirinya sendiri, mau dengan sungguh-sungguh memperhatikan kata hati.
2. Masukan dari orang lain

Dalam cara ini seseorang meminta masukan berupa informasi atau data penilaian
tentang dirinya dari orang lain. Masukan berupa umpan balik (feedback) ini
meliputi segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang yang tampak,
dipersepsi oleh orang lain yang bertemu, berinteraksi dengannya. Cara ini
bertujuan untuk membantu seseorang menelaah dan memperbaiki diri.

3. Tes Psikologi

Tes Psikologi yang mengukur potensi psikologis individu dapat memberi


gambaran kekuatan dan kelemahan individu pada berbagai aspek psikologis
seperti kecerdasan/kemampuan intelektual (kemampuan analisa, logika berpikir,
berpikir kreatif, berpikir numerikal), potensi kerja (vitalitas, sumber energi kerja,
motivasi, ketahanan terhadap stress kerja), kemampuan sosiabilitas (stabilitas
emosi, kepekaan perasaan, kemampuan membina relasi sosial) dan potensi
kepemimpinan tingkah laku

Menurut buku Be A Winner Like Me karya Imelda Saputra, ada beberapa hal
yang dapat mengembangkan dan melejitkan potensi diri diantaranya :

a. Ketahuilah bakat-bakat dan kemampuan yang dimilik.


Jika seseorang ingin berprestasi maksimal, ia harus melakukan hal-hal yang
sesuai dengan potensi dirinya, bukan hal-hal yang merupakan kelemahannya.
Karena itu kenalilah kekuatan dan keunggulan yang dimiliki, maka digunakan
untuk membuat perbedaan. Percayalah setiap manusia dilahirkan dengan sayap
dan mempunyai kemampuan pergi lebih jauh daripada yang mungkin
dibayangkan, dan untuk mengerjakan sesuatu diluar imajinasi terliar seseorang.
Christopher Reeve berkata “ Saya beruntung punya hidup petualangan dan
menyenangkan selama 42 tahun. Saya punya kenangan dan prospek cerah di
masa depan. Saya tidak punya alasan merasa rendah diri. Saya terlalu sibuk
memanfaatkan diri sendiri”.
b. Percaya pada diri sendiri
Orang pertama yang harus percaya pada anda adalah diri sendiri. Jika anda tidak
percaya pada diri anda sendiri jangan pernah berharap orang lain akan
mempercayai anda. Cristian Nestell Bovee berkata “ Anda boleh meragukan
orang atau hal lainya, tetapi jangan pernah meragukan kemampuan anda”. Karena
ketika orang mulai meragukan kemampuan sendiri kehidupan akan melalap
dirinya sendiri. Bahkan orang menjadi lemah meskipun fisiknya kuat.
c. Penggabungan antara kemampuan dengan usaha
Memaksimalkan kemampuan usaha akan menghasilkan sebuah keberhasilan. Ya,
paduan antara talenta dan kemampuan untuk terus maju di tengah kesulitan akan
membuahkan keberhasilan. Sebaliknya potensi hebat tanpa disertai tindakan
nyata tidak akan menghasilkan apa-apa. “Perlihatkanlah kepada orang betapa
bernilainya anda, bukan dengan menceritakannya”.

D. Nilai dan Norma Yang Terdapat Dapat Kehidupan Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu


lain.Untuk menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat diperlukan aturan-aturan yang
akan terwujud dalam norma dan nilai. Setiap masyarakat memiliki seperangkat nilai dan
norma yang berbeda sesuaidengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Nilai dan norma
tersebut akan dujunjung tinggi, diakui dan digunakan sebagai dasar dalam melakukan
interaksi dan tindakan sosialnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam
berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan
sosial. Norma dan nilai pada awalnya lahir tidak disengaja, karena kebutuhan manusia
sebagai makluk sosial dan harus berinteraksi dengan yang lain menuntut adanya suatu
pedoman, pedoman itu lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Nilai
dan norma tersebut harus dijaga kelestariannya oleh seluruh anggota masyakat agar
masyarakat tidak kehilangan pegangan dalam hidup bermasyarakat.

1. Nilai Dalam Kehidupan Manusia


a. Nilai Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan
tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari
kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral
ini memiliki perbedaan satu sama lainnya.
Etika ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan
bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan
bagaimana semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan
tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum. Secara singkat definisi
etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan
buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal.
Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia ( baik dan buruk ) menurut
situasi yang tertentu. Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang
penilaian tingkah laku perbuatan manusia ( baik dan buruk ) akan tetapi dalam
prakteknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini
disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama
( relatif ) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika
selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima
secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan
tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika
karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika. Tingkah laku
manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat
tertentu, yaitu :
o Manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian Oleh karena itu orang-orang
yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui
sebelumnya bahwa perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini
tidak mendapat sanksi dalam etika.
o Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja Perbuatan
manusia (kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka
perbuatan manusia semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh
etika.

Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak


sendiri Perbuatan manusia yang dilakukan denan paksaan (dalam keadaan
terpaksa) maka perbuatan itu tidak akan dikenakan sanksi etika. Demikianlah
persyaratan perbuatan manusia yang dapat dikenakan sanksi (hukuman) dalam
etika.

b. Nilai Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas
masalah tingkah laku perbuatan manusia ( baik dan buruk ). Sedangkan estetika
membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu.
Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum
tentang apa yang indah dan tidak indah itu. Yang jelas dalam hal ini adalah karya
seni manusia atau mengenai alam semesta ini. Seperti dalam etika dimana kita
sangat sukar untuk menemukan ukuran itu bahkan sampai sekarang belum dapat
ditemukan ukuran perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia.
Estetika juga menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum
dapat ditemukan ukuran yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah itu.
Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori yang membahas mengenai masalah
ukuran indah itu. Zaman dahulu kala, orang berkata bahwa keindahan itu bersifat
metafisika (abstrak). Sedangkan dalam teori modern, orang menyatakan bahwa
keindahan itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat
yang sebenarnya bersifat tetap.

2. Norma Dalam Kehidupan Manusia

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan


individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh
adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain
sebagainya. Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa
gangguan, maka bagi tiap manusia perlu adanya suatu “tata”. Tata itu berwujud
aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Tata itu
lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma (berasal dari bahasa Latin)
atau ukuran-ukuran.
Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud
perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat
sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan
merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena
akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
C.J.T. Kansil berpendapat bahwa norma dapat dikelompokkan menjadi
beberapa macam. Dan berikut ini penjelasan mengenai macam-macam norma yang
ada di masyarakat:
1. Norma Hukum
Norma hukum adalah peraturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu
yang memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Peraturan ini bersumber dari perundang-undangan dan
yurisprudensi. Fungsi dari norma hukum ini antara lain:

 Berfungsi sebagai pelengkap norma lain dengan sanksi yang tegas dan nyata.
 Berfungsi mengatur berbagai hal yang belum ada pada norma lain.
 Namun terkadang norma hukum bertentangan dengan norma lain. Misalnya
saja hukuman mati, padahal pada norma lain ada larangan untuk membunuh.

Biasanya sanksi yang diberikan kepada pelanggar norma hukum sifatnya tegas,
memaksa, mengikat terhadap semua orang. Misalnya saja hukuman penjara atau
tahanan, denda, bahkan hukuman mati.
2. Norma Agama

Norma agama menjadi pedoman hidup manusia yang sumbernya dipercaya dari
Tuhan yang Maha Esa. Untuk norma ini bersifat pasti, tidak bisa dikurangi dan
tidak bisa ditambah. Pemeluk agama tertentu meyakini jika norma agama
mengatur tentang peribadatan dan dalam hubungan manusia dengan sesamanya
dan juga dengan penciptanya. Dalam norma agama juga terdapat sanksi yaitu
berupa hukuman di akhirat. Dengan kata lain, sanksi norma agama tidak
langsung diberikan, namun akan diberikan setelah manusia meninggal dunia.

3.  Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah aturan atau pedoman hidup yang dianggap sebagai
suara dari sanubari manusia yang berhubungan dengan baik-buruknya suatu
perbuatan. Untuk norma kesusilaan biasanya pemberian sanksi bersifat tidak
tegas. Bentuk sanksi norma kesusilaan biasanya lebih banyak pada rasa malu,
rasa bersalah, penyesalan atas pelanggaran.

4. Norma Kesopanan

Norma kesopanan adalah peraturan yang muncul dari hubungan antar manusia
dalam kelompok masyarakat dan dianggap penting dalam pergaulan masyarakat.
Untuk norma ini bersumber dari budaya masyarakat itu sendiri yang sifatnya
relatif dan berbeda-beda di berbagai lingkungan dan waktu. Sanksi yang
diberikan kepada seorang pelanggar norma kesopanan sifatnya tidak tegas.
Bentuk sanksi norma ini umumnya adalah celaan atau ejekan dari orang lain
yang menyebabkan rasa malu, dan dikucilkan dari masyarakat.

5. Norma Kebiasaan

Norma kebiasaan adalah aturan sosial yang terbentuk secara sadar atau pun
tidak sadar, dimana terdapat petunjuk perilaku secara terus menerus yang
akhirnya menjadi kebiasaan. Sanksi yang diberikan kepada seorang pelanggar
norma kebiasaan ini biasanya berupa kritikan, ejekan, bahkan dikucilkan dari
masyarakat.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial, yang mampu
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya. Makhluk yang dalam proses menjadi
berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas. Makhluk Tuhan yang berarti dia
adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. Individu yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.

2. Pandangan hidup adalah gagasan atau pertimbangan yang menjadi pedoman,


pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu dapat diterima oleh akal
manusia dan dapat diakui kebenarannya sehingga , manusia menerima hasil
pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk yang disebut
pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat dengan nilai-nilai sehingga
berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau rasionalisasi nilai.
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dengan
cita-cita manusia mempunyai kehendak untuk mewujudkan apa yang menjadi
harapan dan tujuan hidup, Akan tetapi Allah yang menentukannya. Pandangan
hidup sangat erat kaitannya dengan kebajikan. Karena pada esensinya pandangan
hidup merupakan pembenaran dan rasionalisasi dari nilai. Untuk mewujudkan
sebuah pandangan hidup harus dilandasi dengan sikap hidup yang positif
3. Potensi diri adalah kemampuan, kekuatan yang terpendam pada diri individu
(pribadi), baik yang belum terwujud maupun sudah terwujud tetapi belum
sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal terkadang membutuhkan
waktu yang lama untuk mengetahui potensi diri individu. Cara untuk
mengembangkan potensi diri adalah dengan cara membaca banyak buku yang
berguna untuk menunjang potensi diri kita, dan terus berlatih setiap hari untuk
mencapai hasil yang memuaskan.

4. Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah harga, angka kepandaian. Nilai adalah
nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Sedangkan Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut
perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada
dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat
berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Norma tidak boleh dilanggar.

B. SARAN

Sebagai manusia wajib menyadari bahwa, kemampuan kita untuk menyadari hal
tersebut masih kurang, walaupun kita sebagai manusia yang dianggap makhluk yang
paling sempurna dengan memiliki pemikiran akal, rohani dan jasmani tersebut
memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari bahwa semuanya itu
harus seimbang atau balance. Manusia harus dapat membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.

Anda mungkin juga menyukai