PENDAHULUAN
Istilah alergi digunakan pertama kali digunakan oleh Clemens tahun 1906
diartikan sebagai ”reaksi pejamu yang berubah” bila terpajan dengan bahan
yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Alergi adalah reaksi hipersensitivitas
limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen dalam sistem imun yang
berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem kekebalan (Hikmah dan
Dewanti, 2010).
alergi terus meningkat tajam baik di dalam negeri maupun luar negeri.
atopi atau eksema dan anafilaksis (Uthari, 2015). Prevalensi rinitis alergi di
1
2
prevalensinya yang semakin meningkat, saat ini flavonoid menjadi bahan yang
berbeda sangat beragam. Salah satu buah yang mengandung flavonoid adalah
buah apel (Maulana, 2010). Apel dalam ilmu botani disebut (Malus sylvestris
Mill). Di Indonesia, apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini (Irawan,
2007). Sejak saat itu, apel menjadi salah satu buah yang banyak dikonsumsi di
rata 0,02% tiap tahun dari tahun 1985 sampai tahun 1987 (Cempaka, Santoso &
Tanuwijaya, 2014).
Santoso & Tanuwijaya, tahun 2014, didapatkan bahwa pada buah apel (Malus
sylvestris) segar terdapat rata-rata kadar quercetin yang tertinggi (340.99 ± 4.9
mg/L), sedangkan olahan buah apel yang memiliki rata-rata kadar quercetin
Quercetin merupakan salah satu jenis flavonoid yang terdapat dalam buah
produksi dan pelepasan histamin maupun substansi alergi atau inflamasi lainnya
dengan cara menstabilkan membran sel dari sel mast. Itu sebabnya antioksidan
ovalbumin (OVA) yang merupakan alergen spesifik dari protein putih telur,
melalui inhalasi terbukti meningkatkan aktivasi TH2 dominan dan produksi IgE
perasan buah apel (Malus sylvestris) sebagai salah satu pencegahan terhadap
buah apel (Malus sylvestris) terhadap kadar Imunoglobulin E pada tikus putih
ovalbumin?
4