Anda di halaman 1dari 57

KADAR PESTISIDAORGONOFOSFAT DALAM TUMBUHAN

KANGKUNG (IPOMEA) DILAHAN PERTANIANKELURAHAN


MAHENA KECAMATAN TAHUNA

SKRIPSI

OLEH
CHESYA P.R. SALINDEHO
NIM 14111101208

Logo
FKM
Unsrat
(besar logo
Kira-kiraseperti
Ukuranini)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2019

KADAR PESTISIDA ORGONOFOSFAT DALAM TUMBUHAN KANGKUNG


(IPOMEA) DI LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MAHENA KECAMATAN
TAHUNA

1
SKRIPSI
Diajukan kepada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH
CHESYA P.R. SALINDEHO
NIM 14111101208

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019

KADAR PESTISIDA ORGONOFOSFAT DALAM TUMBUHAN KANGKUNG


(IPOMEA) DI LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MAHENA KECAMATAN
TAHUNA

2
Oleh : Chesya P.R. Salindeho

Telah diajukan pada Ujian Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sam Ratulangi

pada tanggal 2019

dan telah disetujui oleh :

Prof. Dr. Ir. Odi R. Pinontoan, MS Dosen Pembimbing I

Dr. Finny Warouw,MKes, SpS Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. dr. Grace D. Kandou, M.Kes. Dekan

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama: Chesya P.R. Salindeho

3
NIM: 14111101208
Program Studi: Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa SKRIPSI yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain
atau BEBAS PLAGIAT.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini sebagai hasil jiplakan,
maka skripsi saya dinyatakan GAGAL dan harus memulai kembali penelitian ini dari awal
lagi.

Manado, Oktober 2019


Yang membuat pernyataan

Chesya P.R. Salindeho


NIM. 14111101208

RINGKASAN

4
Salindeho, Chesya.P.R. 2019. Kadar Pestisida Orgonofosfat Dalam Tumbuhan Kangkung
(IPOMEA) Di Lahan Pertanian Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi. Pembimbing : (I) Prof. Dr. Ir.
Odi Pinontoan,MS, (II) dr. Finnny Warouw, MKes, SpS.

SUMMARY

Salindeho,Chesya.P.R . . Thesis, Study Program Public Health, Faculty


of Public Health, University of Sam Ratulangi. Supervisor: (I) Prof. Dr. Ir. Odi
Pinontoan,MS, (II) dr. Finnny Warouw, MKes, SpS

5
KATA PENGANTAR

Segalah puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas berkat dan rahmat-Nya sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan
baik. Proposal ini berjudul “Kadar Pestisida Orgonofosfat Dalam Tumbuhan
Kangkung (Ipomea) Di lahan Pertanian Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan proposal ini tidak lepas dari
bantuan baik berupa bimbingan, saran dan masukan dari beberapa pihak. Oleh karena

6
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan banya terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. dr. Grace D. Kandow, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. dr. Budi T. Ratag, MPH selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama.
3. dr. Nancy S.H. Malonda , MPH selaku Wakil Dekan II Bidang Umum dan
Keuangan.
4. dr. Paul A. T. Kawatu, MSc selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni.
5. Prof. Dr. Ir. Odi R. Pinontoan, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.
6. dr. Finny Warouw, MKes, SpS selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
7. Sri Seprianto Maddusa, SKM, MKes selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran bagi penulis
8. Dr. Fima F. Langi, MMedstat, PhD selaku Dosen Penguji II yang penuh dengan
kesabaran membimbing penulis.
9. dr. Febi K. Kolibu, MMRS selaku Dosen Penguji III yang penuh dengan
kesabaran membimbing penulis.
10. dr. Ardiansa A.T. Tucunan,MKes selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama dalam masa perkuliahan.
11. Seluruh Staf Dosen Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat yang sudah
membagikan ilmu dalam proses perkuliahan berlangsung dan seluruh staf
Administrasi yang telah membantu penulis dalam proses administrasi.
12. Orang Tua Penulis, Papa, Mama, ke 3 Adik yang selalu mendoakan, memberikan
motivasi serta dukungan moril dan materi selama proses perkuliahan berlangsung.
13. Suami Penulis yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, semangat serta
dukungan moril dan materi selama proses ujian akhir.
14. Sahabat Penulis Maria, Magdalena, Sindy, Anetthya,Murni, Dhey yang telah
memberikan dukungan, semangat dan menemani dari awal perkulihan sampai
proses ujian akhir.
15. Teman Semasa Perkuliahan Nelva, Mega, Eqin, Ulin yang telah memberikan
dukungan, motivasi, menghibur dan menjadi teman dari awal semester sampai
proses ujian akhir.
16. Seluruh teman-teman bidang minat kesehatan lingkungan angkatan 2014 yang
telah memberikan semangat.
7
17. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan baik bentuk maupun
materinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membina dan membangun
sangat dibutuhkan demi penelitian yang akan dilakukan.

Manado, November 2019


Penulis,

Chesya P.R. Salindeho


NIM. 14111101208

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 4
8
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Pestisida…………………………………….... 6
2.2. Golongan dan Jenis Pestisida ......................................... 6
2.2.1. Golongan Pestisida……………………….…….... 6
2.2.2. Jenis Golongan Pestisida........................................ 7
2.3. Pestisida Orgonofosfat ................................................... 8
2.3.1. Keracunan Pestisida……………………………... 8
2.4. Dosis Penggunaan Pada Tanaman. …………………… 10
2.5. Prosedur Penggunaan Pestisida ............................ …….. 11
2.6. Dampak Yang Ditimbulkan Bila Menyalahi Aturan Pemakaian
Pestisida………………………………………………. .. 13
2.7. Upaya Penanggulangan Pencemaran Pestisida…….….. 14
2.8. Tumbuhan Kangkung ..................................................... 15
2.8.1. Jenis dan ciri - ciri Kangkung….……………… .. 15
2.8.2. Mekanisme Kerja Pestisida Pada Tumbuhan
Kangkung………………………………………..… 15
2.9. Mekanisme Kerja Pestisida Orgonofosfat Dalam Tubuh.. 16
2.10. KerangkaTeori…………………………………………… 18
2.11. KerangkaKonsep…………………………………………. 18
2.12. Hipotesis…………………………………………………. 19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Rancangan Penelitian .................................................... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 20
3.2.1. Lokasi………………………………………….. . 20
3.2.2. Lokasi Pemeriksaan Sampel……………………. 20
3.2.3. Waktu Pelaksanaan……………………………. . 20
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................... 20
3.3.1. Populasi………………………………………… 20
3.3.2. Sampel…………………………………………. . 20
3.4. Variabel Penelitian ........................................................ 20
3.4.1. Variabel Bebas………………………………… . 20
3.5. Definisi Oprasional ....................................................... 21
3.6. Instrumen Penelitian ...................................................... 21
3.7. Cara Pengumpulan Data ............................................... 21
3.7.1. Observasi………………………………………. . 21
3.7.2. Wawancara…………………………………….. . 21
3.8. Prosedur Penelitian ………………………………… ... 22
3.8.1. Tahap Sebelum Penelitian……………………... . 22
3.8.2. Tahap Penelitian……………………………….. . 22
3.8.3. Tahap Sesudah Penelitian………………………. 22
3.9. Analisis Data…………………………………………. 22
3.10. Tahap Pengolahan Data ………………………. .......... 22
3.10.1. Reduction (Reduksi Data)………...................... 22
3.10.2. Data Display (Penyajian Data)………………... 23
3.10.3. Conclusion Drawing/ Verification……………. 23

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. . 24

9
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Absorbansi Sayur Kangkung.............................................................. 36


2. Hasil Analisis Kadar Pestisida Pada Sayur Kangkung ..................... 38

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerang kateori…………………………………………………..….. 13

2. Kerangka Konsep…………………………………………………… 14

11
3. Nilai Absorbansi…………………………………………………… 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

12
1. Pernyataan Keaslian Tulisan…………………… 4

BAB I
PENDAHULUAN

13
1.1 Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan paling hakiki yang menentukan kualitas sumber
daya manusia (SDM) bangsa dan stabilitas social politik suatu negara. Di Negara
dengan pengeluaran pangan penduduknya besar selalu dijumpai potensi
masalah kekurangan pangan. Pengeluaran pangan dipakai sebagai salah satu
indikator ketahanan pangan. Semakin besar pangsa pengeluaran pangan berarti
ketahanan pangan juga sema-kin rentan (Suhardjo, 1996).
Permasalahan pokok ketahanan pangan masih berputar sekitar ancaman
terhadap ketahanan masyarakat terutama terjadinya kerawanan pangan di berbagai
daerah. Kerawanan pangan menurut Saliemetal (2001) dalam Ariningsih dan
Rachman (2008) adalah kondisi tidak tercapainya ketahanan pangan di tingkat
wilayah maupun rumah tangga/individu. Kerawanan pangan dapat terjadi
secara berulang pada waktu-waktu tertentu (kronis) dan dapat pula terjadi akibat
keadaan darurat seperti bencana alam maupun bencana sosial (transient) (Dewan
Ketahanan Pangan, 2006).
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kementerian Pertanian
mencatat 100 kabupaten dari 349 kabu-paten di Indonesia berpotensi rawan pangan.
Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional karena
akses terhadap pangan dan gizi yang berkualitas untuk dikonsumsi merupakan hak
paling azasi bagi manusia. Disamping itu kualitas pangan dan gizi yang dikonsumsi
merupakan unsur penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Sayur – sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang berperan untuk
kesehatan.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2011), menyatakan bahwa
sebagaimana jenis hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran dapat
memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab
sayuran senantiasa dikonsumsi sehari-hari. Kebutuhan dan permintaan masyarakat
terhadap sayur-sayuran semakin tinggi seiringnya dengan adanya kesadaran akan
pentingnya gizi. Sayuran kangkung merupakan sumber gizi yang murah harganya dan
mudah alsium, didapatkannya. kandungan gizi dalam sayuran kangkung adalah kalori,
protein, lemak, karbohidrat, serat, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A,B1,B2,C,
niacin dan air (Rukmana, 1994).
Jenis kangkung yang sudah umum dibudidayakan terdiri dari dua macam
yaitu, Kangkung air ( Aquatica forsk), ciri-cirinya bentuk daun panjang dengan ujung
14
agak tumpul, berwarna hijau-kelam, dan bunganya berwarna putih kekuning-kuningan
atau kemerah-merahan. Sedangkan kangkung darat (Reptans Poir), ciri-cirinya bentuk
daun panjang dengan ujung runcing, berwarna keputih-putihan dan bunganya
berwarna putih. Kangkung termasuk salah satu jenis tanaman sayuran daun. Tanaman
ini memilki nilai ekonomi tinggi karena banyak dibutuhkan oleh ibu-ibu rumah
tangga. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa tanaman ini dapat menjadi
lahan usaha tani yang menguntungkan.(Rukmana,1994).
Kandungan gizi di dalam sayuran dapat berubah kualitas dan kuantitasnya
karena beberapa faktor, antara lain penanganan pasca panen dan cara pengolahan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penurunan kualitas lingkungan tempat
tumbuh berpengaruh pada komposisi kandungan senyawa biokimia dalam jaringan
tanaman. kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku – buku, banyak
mengandung air ( herbaceous), dan berlubang – lubang. Batang tanaman kangkung
tumbuh merambat atau menjalar dan percambangannya banyak. Selama fase
pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji, terutama
jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dan daun mahkota bunga
berwarna putih atau merah – lembayang. Buah kangkung berbentuk bulat – telur yang
didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk biji kangkung bersegi – segi atau agak bulat,
berwarna coklat atau kehitam – hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis
kangkung darat, biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara
generative. (Rukman, 1994).
Jenis tanaman kangkung yang ada pada lahan pertanian kelurahan Mahena
yaitu jenis kangkung darat. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik, dan tidak mudah menggenang (becek). Pada
tanah yang becek, akar – akar dan batang tanaman kangkung darat akan mudah
membusuk atau mati. Kemudian benih dipilih yang memenuhi persyaratan yaitu,
kulitnya bernas, tidak keriput, sehat, murni (tidak tercampur dengan varietas lain),
daya kecambahnya tinggi (di atas 80%), dan berasal dari varietas unggul. (Rukmana,
1994).

Keterbatasan lahan dan penurunan kesuburan tanah menyebabkan kebutuhan


input usahatani, khususnya pupuk dan pestisida meningkat. Hasil penelitian
15
Widaningrum, Miskiyah & Suismono(2007) menyebutkan bahwa residu pestisida
dalam produk pertanian periurban diperkirakan melampaui ambang toleransi batas
maksimum residu (BMR).Penelitian Suryaningsih (2008) merekomendasi aplikasi
pestisida biorasional (pestisida yang berasaldari jasad renik dan tumbuhan)serta
penggunaan jaring plastik untuk mengendalikan hama penyakit komoditi hortikultura
pada kawasan pertanian periurban.
Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan, merupakan aplikasi suatu
teknologi yang pada saat itu diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas,
membuat pertanian lebih efisien dan ekonomis. Namun di sisi lain pemakaian
pestisida yang berlebihandan dilakukan secara terus-menerus pada setiap musim tanah
akan berpotensi menyebabkan kerugian antara lain residu pestisida akan terakumulasi
dalam produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian dan perairan.
Penurunan produktivitas serta keracunan pada manusia dan hewan (Aditya,
2007).Bahaya pestisida bagi kesehatan manusia dapat terjadi akibat keracunan
pestisida karena penggunaan yang tidak tepat dan tidak aman maupun akibat residu
pestisida pada bahan makanan.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, interval waktu aplikasi yang
pendek dan terlalu dekat waktu panen akan menyebabkan tertinggalnya residu
pestisida pada bahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia yang
mengkonsusmsi bahan makanan tersebut. Residu pestisida adalah zat tertentu yang
terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini
mencakup juga senyawa turunan pestisida. Seperti senyawa hasil reaksi dan zat
pengotor yang dapat bersifat toksik (Sakung, 2004).
Kandungan Pestisida yang dipakai pada tanaman kangkung di Kelurahan
Mahena Kecamatan Tahuna termasuk golongan Klorpirifos merupakan salah satu
inteksida orgonofosfat yang banyak digunakan pada petani sayuran dengan jenis yang
dipakai Dursban 200 EC dan Canon 400 EC.

Di Indonesia peraturan tentang residu pestisida pada pangan diatur dalam UU


No. 8 tahun1999 tentang perlindungan konsumen dan Surat Keputusan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian RI No. 881/MENKES/SKB/VIII/1996 dan
No. No. 711/Kpts/TP270/8/96, dan Peraturan Menteri Pertanian No.
16
27/PerMentan/PP.340/5/2009 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil
pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini,
yaitu “Seberapa besar kandungan pestisida pada golongan orgonofosfat yang ada
pada tumbuhan kangkung (Ipomea) di lahan pertanian kelurahan mahena Kecamatan
tahuna” ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kandungan pestisida yang ada pada golongan orgonofosfat pada tumbuhan
kangkung (Ipomea) di lahan pertanian kelurahan Mahena Kecamatan
Tahuna.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui kadar pestisida Golongan orgonofosfat jenis Dursban pada
Tumbuhan Kangkung (Ipomea) di Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna.
2. Mengetaui kadar pestisida Golongan orgonofosfat jenis Canon pada
Tumbuhan Kangkung (Ipomea) di Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk penelitian
Penulis dapat menambah wawasan tentang adanya kandungan berbahaya
(Pestisida) dalam ruang lingkup pertanian yang dipasarkan dan mengetahui
cara dalam meneliti suatu kandungan terhadap tumbuhan di tempat yang
menjadi target penelitian.
1.4.2 Manfaat untuk peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya dengan judul penelitian yang terkait dapat menjadikan
hasil penelitian ini sebagai referensi dan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.3 Manfaat untuk Tempat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi masyarakat Kelurahan
Mahena, dan Dapat menjadi bahan evaluasi mengenai pertanian penanaman
tumbuhan kangkung (Ipomea) dengan memakai kandungan kadar pestisida
17
di Kelurahan Mahena terkait dengan kualitas kesehatan masyarakat, serta
dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan
terkait dengan kualitas bahan pertanian yang baik dan benar di Kelurahan
Mahena.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pestisida


18
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor107 tahun 2014, tentang “ Peraturan Menteri
Pertanian Tentang Pengawasan Pestisida” yang dimaksud dengan Pestisida
adalah sebagai berikut ; “ Semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan
penyakit-penyakit yang merusak tanaman, memberantas rerumputan, mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau
mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan
air”.
Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik
melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas
hewan, tumbuhan terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan
melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah
permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan melalui pola biotransformasi
dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh akar serta masuk
langsung pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan mempengaruhi
kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap
penguraian baik secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah. (Sulistiyono,
2004).
2.2 Golongan dan Jenis Pestisida
2.2.1 Golongan Pestisida
Golongan pestisida yang terdapat pada tumbuhan kangkung di Kelurahan
Mahena Kecamatan Tahuna adalah Golongan Klorpirifos merupakan salah satu
inteksida orgonofosfat yang banyak digunakan petani sayuran, penggunaan
inteksida tersebut pada tanaman pangan lainnya, sehingga dampak negatif
terhadap lingkungan biotik dan abiotik menjadi lebih besar. (E Srihayu dkk,
2015).Sehingga golongan orgonofosfat yang dipakai di Kelurahan Mahena di
Kecamatan Tahuna Pada Tumbuhan Kangkung masuk dalam jenis pestisida
yaitu:
1. Dimetoat (Canon400 EC)
insectisida sistemik, racun kontak dan lambung, untuk mengendalikan hama
pada tanaman apel, cabai, jarak pagar, jeruk, kacang panjang, kedelai,
19
kentang, kopi, kubis, melon semangka, tembakau. Canon 400 EC Membantu
petani mengendalikan hama pada tanaman palawija, tembakau dan sayur-
sayuran. Dengan Batas Maksimum Residu (BMR) : 1 (Menkes no 881 Tahun
1996). (R Hasibuan,2015)
2.2.2 Golongan Pestisida
1.Golongan Orgonofosfat
Orgonofosfat merupakan insektisida yang paling toksik diantara jenis
pestisidalainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia.
Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat mrnyebabkan kematian,
tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian
pada orang dewasa (Zulkarnain, 2010)
2. Golongan Fosfat-organik
Derivatif senyawa asam ortofosfat mengandung fosfor dan ikatan ester atau
mengandung atom sulfur menggantikan oksigennya.Mekanisme toksisitas
inseksida golongan fosfat-organik pada veterbata maupun inverterbata
adalah sebagai penghambat kerja enzim asetilkolinesterase (AChE). Enzim
ini berperan memecah neurotransmitter asetilkolin (Ach)Inhibisi enzim
AChE menyebabkan terjadi akumulasi Ach pada syaraf, mengakibatkan
terjadi gangguan aktivitas sistem syaraf sehingga transmisi implus
terganggu. (Praja, 2015)
3. Golongan Karbamat
Insektisida karbamat adalah turunan asam – asam karbamat, bersifat lebih
polar dibandingkan dengan senyawa golongan klor-organik.Toksisitas
karbamat seperti golongan fosfat-organik juga menghambat enzim
AChE.Enzim AChE yang terkarbamalasi dapat kembali kebentuk
enzimnya. (Mariana R, 2007)
4. Golongan Klor-Organik
Insektisida golongan klor-organik termasuk turunan etana terkolorinasi,
DDT, siklodiena termasuk; klordan, aldrin, dieldrin, heptalkor, endrin, dan
toksafen.Golongan heksaklorosikloheksan adalah linden.Lokus terjadinya
efek racun dari DDT adalah jaringan syaraf motoris dan sensoris, serta
kortek motoris.Mekanisme reaksi racunnya belum diketahui dengan
jelas.Namun demikian, penelitian terakhir mendapatkan bahwa DDT

20
mampu mempengaruhi transport ion – ion natrium dan kalium dalam
membran jaringan syaraf akson (Rokhwani, 2010).
2.3Pestisida Orgonofosfat
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi
menurut jenis bentuk kimianya.Dari bentuk komponen bahanaktifnya maka
pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk
hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.OrganofosfatPestisida yang
termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain :Azinophosmethyl,
Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion,
Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.( Prijanto, 2009)
2.3.1Keracunan Pestisida
Pestisida bisa masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui 2 cara,yaitu :
1. Kontaminasi lewat kulit
Pestisida yang menempel di permukaan kulit bisa meresap masuk ke dalam
tubuh dan menimbulkan keracunan.Kejadian kontaminasi lewat kulit
merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya
berakhir dengan keracunan akut.Lebih dari 90% kasus keracunan di seluruh
dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. (Pamungkas, 2017)
2. Terhisap lewat hidung
Keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot yang terhisap lewat
hidung merupakan kasus terbanyak kedua setelah kontaminasi kulit.Partikel
pestisida yang masuk ke dalam paru-paru bisa menimbulkan gangguan fungsi
paru-paru. Partikel pestisida yang menempel di selaput lendir hidung dan
kerongkongan akan masuk ke dalam tubuh lewat kulit hidung dan mulut
bagian dalam dan atau menimbulkan gangguan pada selaput lendir itu sendiri
(iritasi). Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan pada
manusia( Pamungkas, 2017) , antara lain :
1. Bentuk dan cara masuk
Racun dalam bentuk larutan akan bekerja lebih cepat dibandingkan dengan
yang berbentuk padat. Sedangkan racun yang masuk ke dalam tubuh secara
intravena dan intramuskular akan memberikan efek lebih kuatdibandingkan
dengan melalui mulut.
2. Usia

21
Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh oleh efek
racun dibandingkan dengan orang dewasa. Seseorang dengan bertambah
usia maka kadar rata-rata kolinesterase dalam darah akan semakin rendah
sehingga keracunan akibat pestisida akan semakin cepat terjadi.xxi
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi aktivitas kolinesterase dalam
darah.Jenis kelamin laki-laki memiliki aktivitas kolinesterase lebih rendah
dari perempuan karena kandungan kolinesterase dalam darah lebih banyak
pada perempuan.
4. Kebiasaan
Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat
terjadi toleransi terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa
menimbulkan gejala keracunan.
5. Kondisi kesehatan atau Status Gizi
Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek
racun dibandingkan dengan orang yang sehat. Buruknya keadaan gizi
seseorang juga akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan
meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Kondisi gizi yang buruk
menyebabkan protein yang ada dalam tubuh sangat terbatas sehingga
mengganggu pembentukan enzim kolinesterase.
6. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil
peluang terjadinya keracunan pada dirinya karena pengetahuannya
mengenai racun termasuk cara penggunaan dan penanganan racun secara
aman dan tepat sasaran akan semakin tinggi sehingga kejadian keracunan
pun akan dapat dihindari.
7. Dosis racun
Jumlah racun sangat berkaitan erat dengan efek yang ditimbulkannya.Pada
umumnya dosis racun yang besar akan menyebabkan kematian lebih cepat.
Dosis pemakaian pestisida yang banyak akan semakin mempercepat
terjadinya keracunan pada pengguna pestisida. Untuk dosispenyemprotan di
lapangan, khususnya pestisida golongan organofosfatdosis yang dianjurkan
adalah 0,5 – 1,5 kg/Ha.
2.4 Dosis Penggunaan Pestisida Pada Tanaman
22
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketetapan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, disamping merusak lingkungan. Dosis yang telalu rendah
menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping itu berakibat mempercepat
timbulnya resistensi.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah
jumlah pestisida yang telah dicampurkan atau diecerkan dengan air yang
digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan
aktif adalah jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau
satuan volume larutan. Besarnya satu dosis pestisida biasanya tercantum dalam
label pestisida. (Sulistiyono, 2004).
a. Sebelum membeli, baca dahulu kegunaan dari pestisida tersebut pada
labelnya. Ada jenis pestisida yang khusus diperuntukkan untuk hama
tertentu saja (selective pesticide). Jika dipakai untuk hama lainnya
mungkin tidak akan efektif. Pilih yang sesuai dengan keperluannya.
b. Sebelum mecampur, ukur takaran secara akurat sesuai dosis pada
petunjuk pemakaiannya. Jika seharusnya 1 sendok the untuk 1 liter air
misalny, jangan ditambah menjadi 2 sendok the dengan maksud agar
lebih ampuh. Hama tentunya tetap akan mati, tetapi juga akan
mempengaruhi/ membahayakan yang lain seperti tanaman yang
bersangkutan dan lingkungan sekitarnya (manusia dan hewan).
c. Sebelum menggunakannya, periksa dengan seksaman waktu, kondisi
lingkungan, target dll. Jangan menggunakannya pada siang hari karena
akan membakar daun, jangan lakukan pada saat anak-anak sedang berada
pada lingkungan tersebut, dll.
d. Sebelum melakukan penyemprotan, gunakan pelindung khusus seperti
yang tertera pada label, seperti : sarung tangan, kacamata, pakaian
khusus, dll.
e. Sebelum menyimpan atau membuang sisa bahan, ikuti petunjuk cara
penyimpanan dan pembuangan yang terdapat pada label. Jangan lupa
untuk mencuci berulang- ulang wadah/botolnya sebelum dibuang ke
tempat sampah.
23
f. Buang air bekas cucian wadah tersebut ketempat yang aman sesuai
dengan petunjuk pada label.
2.5Prosedur Penggunaan Pestisida
Persyaratan dan tata cara penggunaan Pestisida dilapangan melalui
beberapatahapan, sebagai berikut (Kementerian Pertanian RI, 2011) (J NN
Kaligois dkk, 2017):
1. Persiapan
Sebelum melaksanakan aplikasi Pestisida perlu adanya langkah-langkah
persiapan, antara lain :
a. Menyiapkan bahan-bahan, seperti Pestisida yang akan digunakan (harus
terdaftar), fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis dan
keperluannya, dan peralatan yang sesuai dengan cara yang akan digunakan
(volume tinggi atau volume rendah).
b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung
tangan, masker, topi, dan sepatu kebun.
c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah
adakebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan
aplikasiPestisida.
d. Memeriksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan, jangan menggunakan alat
semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering
terjadikebocoran.
e. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan langsung
memasukkan Pestisida kedalam tangki. Siapkan ember dan isi air
secukupnyaterlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida sesuai dengan
takaran-takaranyang dikehendaki dan aduk hingga merata.Kemudian
larutan tersebutdimasukkan kedalam tangki dan tambahkan air secukupnya.
2. Kalibrasi
Untuk memperoleh hasil aplikasi yang optimal, maka alat aplikasi Pestisida
harus dikalibrasi agar dosis yang kita capai sesuai dengan anjuran.
Langkah-langkah kalibrasi alat aplikasi Pestisida (cair), sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat aplikasi dalam kondisi baik ember berukuran sedang, gelas
ukur 100 ml atau 500 ml, stop watch, air, tali rapia, dan meteran.

24
b. Memasukan air kedalam tangki ± ¾ dari kapasitas tangki. Kemudian,
setelahtangki tertutup, alat aplikasi diberi tekanan atau dipompa sampai
mencapaitekanan yang dianjurkan.
c. Selanjutnya air dari dalam tangki, disemprotkan ke dalam ember (hindari
agarair jangan sampai ada yang keluar dari ember) selama beberapa menit.
Lalu air dari ember ditakar dengan gelas ukur.Dengan demikian diketahui
waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan cairan/ droplet dalam volume
yang sudah terukur.
d. Untuk mengatur kecepatan jalan pada saat aplikasi Pestisida di
lapangandihitung dengan menggunakan data tersebut di atas (misal volume
cair yangterukur 10 liter dalam waktu 10 menit), maka waktu aplikasi yang
diperlukan perhektar (misal volume larutan yang diperlukan adalah volume
tinggi sekitar500 liter/ hektar atau disebut volume tinggi) adalah :
500/10X10 menit = 500 menit. Dengan demikian luas area yang dapat
disemprot per menit adalah :10.000/500 =20 m² /menit. Hal ini dapat
dipraktekkan dengan membuat suatu area yang terukur (misal 4 m X 5 m)
dan dibatasi dengan tali rapia, lalu dilaksanakan penyemprotan berulang-
ulang sampai diperoleh kecepatan berjalan untuk aplikasi seluas 20 m²,
menghabiskan 1 (satu) liter dalam waktu 1 (satu) menit.
3. Ketentuan Aplikasi
Selama pelaksanaan aplikasi dilapang, hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagaiberikut :
a. Pada waktu aplikasi Pestisida, operator pelaksana atau petani harus
memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan
panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan
bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.
b. Pada waktu aplikasi, jangan berjalan berlawanan dengan arah datangnya
angina dan tidak melalui area yang telah diaplikasi Pestisida. Aplikasi
sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari.
c. Selama aplikasi Pestisida, tidak dibenarkan makan, minum, atau merokok.
d. Satu orang operator/ petani hendaknya tidak melakukan aplikasi
penyemprotan Pestisida terus menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam
sehari.

25
e. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah berusia
dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar.
f. Pada area yang telah diaplikasi dipasang tanda peringatan bahaya.
4. Pembuangan Sisa
Setelah melaksanakan aplikasi Pestisida, beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah :
a. Sisa campuran Pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/ disimpan
terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki
berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada
tanaman sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang
tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin
sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah
dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur serta jauhkan
dari jangkauan orang yang tidak berkepentingan (terutama anak-anak).
c. Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber
airdan lingkungan perairan lainnya.
d. Memusnahkan/ membakar kantong/ wadah bekas Pestisida atau bekas
mencampur benih dengan Pestisida, atau dengan cara menguburnya ke
dalam tanah di tempat yang aman.
2.6 Dampak Yang Ditimbulkan Bila Menyalahi Aturan Pemakaian Pestisida
Kesalahan dalam memilih jenis pestisida berakibat tidak efektifnya pestisida
tersebut, misalnya OPT tidak terkendali dan tanaman tidak “sembuh”. Hal ini
mendorong pengulangan aplikasi pestisida berkali-kali dalam jangka waktu
pendek yang dampaknya antara lain residunya tinggi, percepatan resistensi,
pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.
Ditemukan bahwa sisa pemakaian pestisida dapat merusak ekosistem air
yang berada di sekitar lahan pertanian.Mengapa demikian?jika pestisida
digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air yang mengandung pestisida. Air
yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau aliran
irigasi dan dapat menyuburkan ganggang di perairan tempat sungai atau irigasi
tadi bermuara.
Pestisida juga dapat menggangu kesehatan terutama kesehatan petani.
Dengan seringnya menggunkan pestisida, maka kontak kulit dengan pestisida
26
juga akan semakin sering dan dapat mengakibatkan iritasi kulit. Ataupun jika
pestisida terhirup dan masuk paru-paru, dapat menganggu kesehatan
pernafasan.
Pada dasarnya penggunaan pestisida merupakan alternative terakhir dalam
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Bahkan pemerinta telah
menghilangkan subsidi atas pestisida dan bersama-sama pihak swasta sering
memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang
baik dan benar.(Sulistiyono, 2004).
2.7Upaya Penanggulangan Pencemaran Pestisida
Saat ini penggunaan pestisida di Indonesia harus memenuhi standar mutu yang
ditetapkan Undang- Undang Tentang Sistem Budidaya Tanaman No 12 Tahun
1992.Sebab terkadang dilapangan, marak beredar pestisida-pestisida yang
kurang aman bagi kesehatan ketika diaplikasikan.Untuk mencegah marakanya
hal tersebut, maka dibuatlah pasal-pasal yang mengatur tentang peredaran
pestisida yang aman.Dan tentunya, dalam pasal-pasal ntersebut ada peran serta
pemerintah dalam mengawasi peredaran serta penggunaan pestisida dengan
menentukan standar mutu yang aman bagi manusia dan lingkungan.
Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi lingkungan
dan kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari
penggunaan pestisida tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan
oleh residu pestisida.Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida
sintetik yang mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih (clean
technology) yaitu pembatasan penggunaan pestisida sintetik untuk penanganan
produk-produk pertanian terutama komoditi andalan untuk eksport.Dalam hal
ini berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pestissida dan
mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi.(Soetikno, 1992).

2.8Tumbuhan Kangkung

27
Kangkung merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup luas
terhadap kondisi iklim dan tanah di daerah tropis, sehingga dapat ditanam di
berbagai daerah di Indonesia.Kangkung juga merupakan tanaman yang tidak
selektif terhadap unsur hara tertentu, sehingga dapat menyerap semua unsur yang
terkandung di dalam tanah.Kangkung dapat tumbuh dengan baik pada badan air
yang tidak terlalu dalam atau bantaran sungai, danau, dan selokan.
Kangkung (Ipomoea sp) termasuk kedalam kingdom plantae, divisi Sper-
matophyta, kelas Dicotyledonae dan family Convolvulaceae.Kangkung memiliki
dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat.Kangkung air memilki warna
bunga putih kemerah – merahan, ukuran batang dan daun lebih besar
dibandingkan dengan kangkung darat, berbatang hijau dan berbiji
sedikit.(Nugroho dan Sutrisno, 2008).Kangkung merupakam salah satu tanaman
yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhannya (Rukmana, 1994).
2.8.1 Jenis dan ciri - ciri Kangkung
Jenis Kangkung yang sudah umum dibudidayakan terdiri dari dua macam,
yaitu:
1. Kangkung air ( IpomeaaquaticForsk.)
Ciri – cirinya: bentuk daun panjang dengan ujung agak tumpul, berwarna
hijau– kelam, dan bunganya berwarna putih kekuning-kuningan atau
kemerah – merahan.Varietas kangkung air terbagi menjadi varietas
sumenep dan varietas biru.Secara alamiah, kangkung ini dapat ditemukan
di kolam rawa, sawa dan tegalan.Tumbuhnya menjalar dengan banyaj
percabangan.Sistem perakarannya tunggang dengan cabang – cabang akar
yang menyebar ke berbagai penjuru. (Rukmana, 1994)
2. Kangkung darat ( Ipomeareptans Poir.)
Ciri – cirinya: bentuk daun panjang denga ujung runcing berwarna
keputih – putihan, dan bunganya berwarna putih. Kangkung darat salah
satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.Varietas
kangkung darat lebih banyak dibadingkan dengan kangkung air.Varietas
kangkung bdarat terbagi menjadi varietas Bangkok, biru, cinde, sukabumi
dan sutra. Kandungan gizi dalam 100 gram kangkung darat diantaranya
adalah 458,00 gram kalium dan 49,00 gram natrium.
Spesies tumbuhan secara genetic sangat beragam kemampuannya untuk
toleran atau tidak toleran terhadap unsur – unsur non essential (Ag, Al,
28
Cd, Hg, Pb, Pt dll) dalam jumlah yang meracuni.Pada spesies tertentu
akar dan tajuk mengandung unsur itu tertimbun di akar tinggi dari pada
yang ditahan oleh spesies lainnya.(Anggara, 2009).
2.8.2 Mekanisme Kerja Pestisida Pada Tumbuhan Kangkung
Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara pengendalian organisme
penganggu tanaman (OPT) yang paling banyak digunakan oleh para
petani, karena penggunaanya mudah dan hasilnya dapat dilihat dalam
waktu yang singkat, namun di sisi lain berdampak negatif terhadap
manusia, tumbuhan, hewan maupun lingkungan.
Praktek penggunaan pestisida oleh petani pada umumnya tidak
didasarkan pertimbangan ekologi. Beberapa cara yang umum dilakukan
oleh petani antaralain adalah penyemprotan pestisida dengan dosisi tinggi,
pencampuran berbagai jenis pestisida dan bahan lain, metode dan teknik
penyemprotan yang belum atau tidak benar, frekuensi penyempropotan
tinggi dan tidak memperhatikan waktu penyemprotan terakhir sebelum
panen. (Herawati dan Nadira, 2010).
Residu (sisa) Pestisida dalam tumbuhan dapat ditemukan akibat
penyerapan melalui akar atau lewat daun dan batang pada saat
penyempropotan.Rambut akar memainkan peranan penting dalam
penyerapan pestisida melalui tanah.Pengambilan pestisida melalui akar
dimulai dengan absorpsi dan selanjutnya transiokasi melalui rambut akar.
(Katagi, 2008)

2.9 Mekasnisme Kerja Pestisida Organofosfat Dalam Tubuh

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenispestisidalainnya


dan sering menyebabkan keracunan pada manusia.Bila tertelan,meskipun hanya
dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada manusia.
(Prijanto,2009)
Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan
kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.Enzim tersebut secara
normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin.Pada saat enzim
dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan dengan
reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.Hal

29
tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yangberpengaruh pada
seluruh bagian tubuh.
Pestisida golongan organofosfat dan karbamat adalah persenyawaan yang
tergolong antikholinesterase seperti physostigmin, prostigmin, diisopropyl
fluoropphosphat dan karbamat. Dampak pestisida terhadap kesehatan bervariasi,
antara lain tergantung dari golongan, intensitas pemaparan, jalan masuk dan
bentuk sediaan. Dalamtubuh manusia diproduksi asetikolin dan enzim
kholinesterase. Enzim kholinesterase berfungsi memecah asetilkolin menjadi
kolin dan asam asetat.
Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung syaraf berikutnya,
kemudian diolah dalam Central nervous system (CNS), akhirnya terjadi gerakan-
gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh otak. Apabila tubuh terpapar secara
berulang pada jangka waktu yang lama, maka mekanisme kerja enzim
kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada sistem syaraf.
Di seluruh sistem persyarafan (the nervous system), terdapat pusat-pusat
pengalihan elektro kemikel yang dinamakan synapses, getaran-getaran impuls
syaraf elektrokemis (electrochemical nerve impulse), dibawa menyeberangi
kesenjangan antara sebuah syaraf (neuron) dan sebuah otot atau sari neuron
keneuron. Karena getaran syaraf (sinyal) mencapai suatu sypapse, sinyal itu
merangang pembebasan asetilkolin
Asetikholinesterase adalah suatu enzim, terdapat pada banyak jaringan
yang menghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan asam asetat.Sel darah merah
dapat mensintesis asetilkholin dan bahwa kholin asetilase dan
asetilkholinesterase keduanya terdapat dalam sel darah merah.Kholin asetilase
juga ditemukan tidak hanya di dalam otak tetapi juga di dalam otot rangka, limpa
dan jaringan plasenta. Adanya enzim ini dalam jaringan seperti plasenta atau
eritrosit yang tidak mempunyai persyaratan menunjukkan fungsi yang
lebih umum bagi asetilkholin dari pada funsi dalam syaraf saja.
Pembentukan dan pemecahan asetilkholin dapat dihubungkan dengan
permeabilitas sel. Perhatian lebih diarahkan pada sel darah merah, telah dicatat
bahwa enzim kholin asetilase tidak aktif baik karena pengahambatan oleh obat-
obatan maupun karena kekurangan subtrat, sel akan kehilangan permea bilitas
selektifnya dan mengalami hemolisis.

30
Asetilkholin berperan sebagai jembatan penyeberangan bagi mengalirnya
getaran syaraf.Melalui sistem syaraf inilah organ-organ di dalam tubuh menerima
informasi untuk mempergiat atau mengurangi efektifitas sel. Pada sistem syaraf,
stimulas yang diterima dijalarkan melalui serabut-serabut syaraf (akson) dalam
betuk impuls. Setelah impuls syaraf oleh asetikholin dipindahkan
(diseberangkan) melalui serabut, enzim kholinesterase memecahkan asetilkholin
dengan cara meghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan sebuah ion asetat,
impuls syaraf kemudian berhenti. Reaksi-reaksi kimia ini terjadi sangat cepat.
(Hidayah, 2016)

2.10 Kerangka Teori

Mekanisme Toksisitas

Batas Makanan Residu


(BMR)

-Golongan Orgonofosfat
Keracunan -Golongan Fosfat organic Tanaman
-Golongan karbamat
(kangkung)
-Golongan klor-organik
Dampak Negatif
Terhadap Lingkungan
Pertanian

Upaya Penanggulangan

Sumber: Zulkarnain, 2010 dkk


Gambar 1. Kerangka Teori

2.11 Kerangka Konsep

Pestisida Orgonofosfat Tanaman Kangkung

Sumber: Zulkarnain, 2010 dkk


Gambar 2. Kerangka Konsep
31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Penelitian Ini Menggunakan Pendekatan Kuantitatif Untuk Mengetahui Dan
Menganalisa Bagaimana Kadar Penelitian Pestisida Orgonofosfat Dalam
Tumbuhan Kangkung (Ipomea).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna
Kabupaten Kepulauan Sangihe.
3.2.2. Lokasi Pemeriksaan Sampel
Uji kandungan pestisida dilaksanakan di LAB Fakultas MIPA UNSRAT.
3.2.3. Waktu Pelaksanaan
Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2019
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah tumbuhan kangkung di Kelurahan
Mahena dengan jumlah keseluruhan 4 lokasi tumbuhan kangkung.
3.3.2. Sampel
Pengambilan Sampel pada penelitian ini ditentukan menggunakan teknik
total sampling dengan jumlah 4 lokasi sampel yang berada di Kelurahan
Mahena Kecamatan Tahuna.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah kadar residu
kandungan Orgonofosfat pestisida pada tumbuhan kangkung.

32
3.5. Definisi Oprasional
Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, berdasarkan
idetifikasi dan klasifikasi variabel, maka oprasional variable tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
1. Kandungan pestisida adalah sebagai salah satu agen pencemar kedalam
lingkungan baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung
terhadap komunitas hewan dan tumbuhan. Diukur menggunakan uji
laboratorium dengan parameter orgono-fosfat.
2. Kadar orgonofosfat tumbuhan kangkung diukur dan dilihat dari beberapa
banyaknya sisa kadar pestisida yang didapati pada tumbuhan kangkung atau
yang tidak sesuai dengan satuan prosedur pemberian pestisida.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang akan digunakan untuk pengumpulkan
data instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagaiberikut:
1. Buku catatan untuk mendapatkan data penyakit keracunan pestisida di
Puskesmas Kecamatan Tahuna.
2. Lembar checklist untuk mendata tumbuhan kangkung (iPomea) pada lahan
pertanian di Kelurahan Mahena.
3.7. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Adapun data yang diperoleh melalui :
a) Observasi
Pengambilan data yang pertama adalah melalui pengamatan terhadap
tumbuhan kangkung melalui proses awal yaitu dipupuk sampai proses
penyemprotan kandungan pestisida dan sampai proses akhir yaitu dibersihkan
atau penyemprotan dengan air bersih sampai 3 hari lamanya kemudian
dipanen dan dijual dipasar.
b) Wawancara
Wawancara mendalam adalah peneliti melakukan wawancara mendalam
langsung pada responden untuk mengetahui Standar Pestisida Orgonofosfat
Dalam Tumbuhan Kangkung Di lahan Pertanian Kelurahan Mahena
Kecamatan Tahuna.

33
3.8. Prosedur Penelitian
3.8.1 Tahap Sebelum Penelitian
Tahap prapenelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan prapenelitian adalah:
1. Tahap awal pelaksanaan, melakukan koordinasi dengan pihak – pihak
yang terkait dalam penelitian ini tentang tujuan dan prosedur penelitian.
2. Pengambilan data untuk latar belakang masalah dalam penelitian.
3.Melakukan observasi secara langsung di Kelurahan Mahaena Kecamatan
Tahuna.
3.8.2 Tahap Penelitian
Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Adapun kegiatan tersebut meliputi sebagai berikut:
Cara pengambilan sample secara Purposive sampling adalah salah satu
teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
3.8.3 Tahap sesudah Penelitian
Tahap pasca penelitian merupakan tahap setelah penelitian selesai dilaksanakan.
Adapun kegiatan pasca penelitian tersebut meliputi sebagai berikut:
1.Pencatatan hasil penelitian
2.Analisis data
3. Penarikan Kesimpulan

3.9 Analisis Data


Data kualitatif adalah data yang berwujud kata – kata atau kalimat, dan bukan
rangkaian angka. Data semacam ini dikumpulkan dengan cara observasi,
wawancara mendalam dan data ini di proses sebelum siap di analisis ( melalui
pencacatan, pengetikan, dan penyuntingan).
3.10 Tahapan Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/Verification.

34
a. Reduction (reduksi data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokus kan
padahal yang penting, dicari pola dan temanya.
b. Data Display (Penyajian Data)
Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.
c. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah terakhir dari mode 1 ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi
kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan berkembang
setelah peneliti ada dilapangan.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Kelurahan Mahena termasuk dalam wilayah kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan


Sangihe, terdiri dari 3 lingkungan dan 6 RT dengan luas wilayah ± 190 Ha dengan jumlah
penduduk 1.305 jiwa, 422 KK berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kampung Pusunge

Sebelah Timur : Soataloara I

Sebelah Selatan : Bungalawang

Sebelah Barat : Kelurahan Manente

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

4.2. Absorbansi Sayur Kangkung

Tabel 1. Nilai Absorbansi Sayur Kangkung dilahan pertanian Kelurahan Mahena Kecamatan
Tahuna pada subu hari disaat panen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No. NamaSampel Ulangan Rata-rata

U1 U2

1. Lokasi 1 0.098 0.098 0.098

2. Lokasi 2 0.042 0.041 0.0415

3. Lokasi 3 0.057 0.058 0.0575

4. Lokasi 4 0.025 0.027 0.0385

Sumber, Hasil Uji Laboratorium di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

Berdasarkan tabel diatas, bahwa Nilai Absorbansi Sayur Kangkung pada lokasi 1 U1 0.098,
U2 0.098 dengan nilai rata-rata 0.098, Lokasi 2 U1 0.042, U2 0.041 dengan nilai rata-rata
0.0415, Lokasi 3 U1 0.057, U2 0.058 dengan nilai rata-rata 0.0575, Lokasi 4 U1 0,025, U2
0.027 dengan hasil rata-rata 0.0385 dari ke 4 lokasi tersebut yaitu memenuhi syarat, Batas
Maksimum Residu (BMR) jenis sayur-sayuran pada Menkes no 881 Tahun 1996 karena
kurang dari Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yaitu: 1.

36
Gambar. 3. Nilai Absorbansi

nilai absorbansi
0.7
y = 0.1168x + 0.0244
0.6 R² = 0.9939
0.5

0.4
nilai absorbansi
0.3 Linear (nilai absorbansi)
0.2

0.1

0
0 1 2 3 4 5 6

Sumber, Hasil Uji Laboratorium di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

Berdasarkan gambar diatas nilai absorbansi standar pestisida yaitu:

Nilai
Konsentrasi Absorbansi
5ppm 0.156
10ppm 0.249
15ppm 0.365
20ppm 0.479
25ppm 0.625

37
4.3. Hasil Analisis Kadar Pestisida Pada Sayur Kangkung

Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Pestisida Pada Sayur Kangkung di lahan pertanian Kelurahan
Mahena Kecamatan Tahuna pada subu hari disaat panen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No. NamaSampel Ulangan Rata-rata

U1 U2 (ppm)

1. Lokasi 1 0.63014 0.63014 0.63014

2. Lokasi 2 0.15068 0.14212 0.1464

3. Lokasi 3 0.27911 0.28767 0.28339

4. Lokasi 4 0.00514 0.02226 0.0137

Sumber, Hasil Uji Laboratorium di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

Berdasarkan tabel diatas, bahwa Hasil Analisa Kadar Pestisida pada Sayuran Kangkung pada
lokasi 1 U1 0.63014, U2 0.63014 dengan nilai rata-rata 0.63014, lokasi 2 U1 0.15068, U2
0.14212 dengan nilai rata-rata 0.1464, Lokasi 3 U1 0.27911, U2 0.28767 dengan nilai rata-
rata 0.28339, Lokasi 4 U1 0.00514, U2 0.02226 dengan nilai rata-rata 0.0137 dari ke 4 lokasi
tersebut yaitu memenuhi syarat, Batas Maksimum Residu (BMR) jenis sayur-sayuran pada
Menkes no 881 Tahun 1996 karena kurang dari Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida
yaitu: 1.

38
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Kadar Pestisida Orgonofosfat Pada Tumbuhan Kangkung (IPOMEA)


Di Lahan Pertanian Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

Pestisida Orgonofosfat adalah salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan baik melalui
udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan
terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik
pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah
berjalan melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh
akar serta masuk langsung pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan
mempengaruhi kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada
tahap penguraian baik secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah. (Sulistiyono, 2004).
Kadar Pestisida pada sayuran kangkung adalah untuk mengetahui jumlah kadar residu
pestisida yang tersisa dalam kandungan pada tumbuhan kangkung. Jika kadar pestisida
melebihi Batas Maksimum Residu Pestisida (BMR), maka dapat menyebabkan keracunan
pada manusia, bahkan jika sampai termakan dalam jumlah sedkit saja akan menyebabkan
kematian pada manusia yang mengkonsumsinya. (Zulkarnain, 2010).
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan tumbuhan kangkung di Lahan Pertanian
Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna. Pengambilan sampel dilakukan 1 hari pada lahan
pertanian di kelurahan Mahena pada jam 4 subuh pagi. Alat dan bahan yang digunakan pada
saat pengambilan sampel yaitu, hanskun steril, alkohol, dan tempat pengisian sampel yang
sudah steril.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar Pestisida Orgonofosfat memenuhi syarat
batas Maksimum residu pestisida (BMR) Surat Keputusan bersama yang dikeluarkan
bernomor 881/MENKES/SKB/VIII/1996.711/Kpes/IP.270/8/1996. Karena hasil pemeriksaan
uji lab, kadar residu pestisida orgonofosfat dalam kandungan tumbuhan kangkung kurang
dari batas maksimum residu pestisida (BMR) yaitu 1.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marbun, dkk 2015 Di
Pasar Tradisional Pringgan Kecamatan Medan Baru, menunjukan bahwa hasil pemeriksaan
kadar pestisida orgonofosfat dengan nilai rata-rata 0,098 mg/kg (memenuhi syarat) karena
kadar residu pestisida dalam sayuran masih berada dibawah BMR, namun tidak menutup

39
kemungkinan seseorang untuk mengalami gangguan kesehatan jika terpapar terus menerus.
Organofosfat memiliki waktu paruh di salam tubuh selama 10-12 hari, yang kemudian akan
diekresikan lewat urine.
Menurut Munarso (2009), tidak terdeteksinya beberapa residu pestisida ada 2
kemungkinan, yaitu memang tidak ada/tidak digunakan jenis pestisida yang mengandung
bahan aktif yang diuji; atau bahan aktif tersebut tidak terdapat lagi pada sayuran yang telah
dipanen. Alegantina (2005), maksimal pestisida berada pada tanaman 7 hari sebelum panen
sedangkan waktu paruh pestisida organofosfat adalah 10- 16 jam akibatnya pestisida
organofosfat mungkin telah hilang pada waktu panen.
Residu insektisida organoposphat yang terdapat pada sayuran masuk kedalam tubuh
manusia melalui mulut, maka dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia.
Dampak terhadap konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak langsung
dirasakan. Namun, dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan. Gejala keracunan ini
baru kelihatan setelah beberapa bulan atau tahun kemudian (Djojosumarto,2008).
Penelitian yang dilakukan oleh yusnani (2013), menunjukkan bahwa tidak ditemukan
residu pestisida lebih dari 0,1 mg/kg dengan bahan aktif klorpirifos. Hasil ini memberikan
dua kemungkinan, yaitu residu pestisida pada sampel sayuran yang diperiksa telah hilang
atau petani pemasok sayuran tersebut memang tidak menggunakan pestisida golongan
organofosfat berbahan aktif klorpirifos. Berarti sayuran tersebut aman ditinjau dari segi
kesehatan, tidak membahayakan bagi yang mengonsumsi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1 Makassar mengenai
analisis dampak penggunaan pestisida terhadap petani dan lingkungan di Kecamatan Uluere
Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2010 menemukan adanya residu
pestisida pada sayuran kentang, yaitu <0,002 mg/kg karbaril, <0,002 mg/ kg karbofuran, dan
6,46 mg/kg klorpirifos. Hasil tersebut positif dikarenakan sampel diambil langsung dari
kebun. 4 Sampel sayuran yang diuji tersebut diambil di tempat penjualannya, bukan dari
tempat penanamannya sehingga walaupun para petani sayuran mengaplikasikan pestisida
pada sayuran, kemungkinan besar sudah tidak ada pestisida yang melekat pada sayuran
karena telah dilakukan pencucian secara berulang oleh para pedagang.

40
BAB VI

PENUTUP

41
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Ranu. 2009. Pengaruh Ekstrak Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir) Terhadap
Efek Sedasi Pada Mencit Balb/c. Medical Faculty, Semarang

Aditya, P. 2007. Pencemaran Pestisida di Alam. Httpc//www/dizz.property.Blog


spot.com/2007/05/Pencemaran Pestisida.btml

Ariningsih, E, dan H.P.S Rachman,2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah


Tangga Rawan Pangan . Analisis Kebijakan Pertanian

Alegantina, S.; Raini, M.; dan Lastari, P., 2005. Penelitian Kandungan Organofosfat Dalam
Tomat dan Selada yang Beredar di Beberapa Pasar di DKI Jakarta. Media Litbang
Kesehatan. Vol XV (1): 44-49.

Budianto,Andri. 2017.Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Tanaman Kangkung Air


(Ipmoea Aquatic Ferrsk)Di sungai Lesti Kabupaten Malang Dengan Variasi Metode
Destruksi Basah Tertutup Menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA).Jurusan
Kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Kota Malang

BTKL-PPM. Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Petani dan Lingkungan di


Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kelas 1, 2011.

Djojosumarto, P., 2000.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Jurnal Gizi dan Pangan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2006 Tentang Dewan Ketahanan
Pangan

Peraturan Tentang Residu Pestisida Pada Pangan Dalam UU No 8 Tahun 1999. Tentang
Perlindungan Konsumen dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Pertanian No 27/PerMentan/PP.340/5/2009.

Herawati dan Nadira, A. 2010. Kajian Penggunaan Pestisida Oleh Petani Pemakai Serta
Informasi dari Berbagai Stakeholder Terkait di Kabupaten Karo Sumatera Utara.
http:/www.info.stppmedan .ac.id

42
Harsanti.E.S, dkk. 2015. Residu Insektisida Klorpifos Dalam Tanah Dan Produk Bawang
Merah Allium ascalonicum L, Di Sentra Produksi Bawang Merah Di Kabupaten
Bantul Yogyakarta. Vol 9 No. 1 Januari 2015, Kota Yogyakarta

Hasibuan, Rosma. 2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Xplantaxia

Hidayah, Nurul. 2016. Riwayat Paparan Pestisida dan Kadar Insulin Like Growth Factor I
(IGF-1) Pada Siswa SD Negeri Dukuhlo 01 Kecamatan Bulakamba Kabupaten
Brebes. Journal Of Health Education

Kaligis, J, NN, Dkk. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Masa Kerja Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Petani Saat Penyemprotan Pestisida di Kelurahan
Rurukan Kecamatan Tomohon Timur. IKMAS

Katipana, D, Daviesten, 2015, UJi Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kangkung Air
(Ipmoea Aquatic Ferrsk) Dikampus Unipatti Poka,Vol 1 nomor2 Maret 2015.

Katagi, Daniel. 2008. Surfactant Effect on Environmental Behavior of Pesticides. Reviews of


Environmental Contamination and Toxyciologi. Springer. 71-174.

Kohar. Indrajati dkk. 2005. Studi kandungan Logam Pb Dalam Tanaman Kangkung Umur 3
dan 6 Minggu yang ditanam di media yang mengandung Pb. Makara, Sains, Vol 9,
No 2. Nopember 2005: 56-59

Miskiyah dkk. 2007. Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan
Cemarannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3

Munarso, S.J.; Miskiyah, dan Broto, W., 2009. Studi KandunganR Pestisida Pada Kubis
Tomat, dan Wortel di Malang dan Cianjur. Buletin Teknologi Pasca PanenVol 2: 27-
32

Marbun,L.H,dkk. Analisis Kadar Residu Pestisida Organofosfat Pada Sayuran Serta Tingkat
Perilaku Konsumen Terhadap Sayuran Yang Beredar Di Pasar Tradisional Pringgan
Kecamatan Medan Baru. Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU. Medan

Prof. Dr. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta

43
Peraturan Pemerintah Pertanian Republik Indonesia. Nomor 107/Permentaan/SR.140/9/2014.
Pengawasan Pestisida

Praja, Denny, Indra. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Garudhawaca

Prijanto, T, B. 2009. Analisis Faktor Resiko Keracunan Pestisida Orgonofosfat Pada


Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Pamungkas, O, S. 2017. Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia.


Bioedukasi

Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisisda dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol xvii,Nomor 3.

Rukmana, Rachmat. 1994. a. Seri Budidaya Kangkung. Kanisius. Yogyakarta

Rukmana, Rahmat. 1994. b. Bertanama Kangkung. Kansius

Rokhwani, H,P. Ratnaningsih, Y,S. 2010. Persistent Organik Pollutants (Pops) di Beberapa
Lokasi Pertanian di Indonesia. Jurnal Ecolab

Utomo Budi, Oelviani Renie. 2015. Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Pekarangan
Mendukung Ketahanan Pangan Keluarga Berkelanjutan: Studi Kasus di Desa
Plukaran Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon.
Soetikno S. Sastroutomo,Msc., D.Sc., Ir. 1992. Pestisida dan Dampak Penggunaannya. PT.
Gramedia Pustaka Ilmiah. Jakarta

Statistik BP, Hortikultura DJ. 2011. Kebutuhan dan Pemerintah Masyarakat Terhadap
Sayur-sayuran Semakin Tinggi Seiringnya Dengan Adanya Kesadaran Akan
Pentingnya Gizi. Kementrian Pertanian Republik Indonesia

Sakung, J. 2004. Kadar Residu Pestisida Golongan Orgonofosfat pada Beberapa Jenis
Sayuran .Jurnal Ilmiah Satina

Salaiem, H.P., Purwoto, A, Handono, G,S., Purwantini, T.B., Supriyatna, Y., Marisa, Y., dan
Waluyo. 2005. Manajemen Ketahanan Pangan Era Otonomi Daerah dan Perum
Bulog. Jakarta: PSEKP-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depertemen
Pertanian.

44
Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta

Suryanigsih E. 2008. Bakteri jadi Pestisida Aman. Jakarta

Sulistiyono, Luluk. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian Tanaman
Hortikultura di Indonesia. Makalah Pengantar Ke Falsafah Sains, Sekolah Pasca
Sarjana

Yusnani. 2013. Identifikasi Residu Pestisida Golongan Organofosfat Pada Sayuran Kentang
Di Swalayan Lottemart Dan Pasar Terong Kota Makassar. Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, Makassar

Zulkarnain, Iskandar. 2010. Aplikasi Pestisida dan Analisa Residu Pestisida Golongan
Orgonofosfat Pada Beras di Kecamatan Potibi Kabupaten Padang Lawas Utara.

45
LAMPIRAN

Lampiran 1

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Chesya P.R. Salindeho

NIM : 14111101208

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Bidang Minat : Kesehatan Lingkungan (Kesling)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa SKRIPSI yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengalihan tulisan atau pikiran orang lain atau
BEBAS PLAGIAT.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini sebagai hasil jiplakan,
maka Skripsi saya dinyatakan GAGAL dan harus membuat kembali Skripsi ini dari awal
lagi.

Manado, Oktober 2019

Yang Membuat Pernyataan

Chesya P.R. Salindeho

14111101287

46
Lampiran 2.

Surat Izin Penelitian

47
Lampiran 3.

Surat Selesai Penelitian

48
Lampiran 4

Laporan Hasil Pengujian

49
Lampiran 5

Dokumentasi

Pengambilan data awal tumbuhan kangkung di lahan pertanian


Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

50
Pengambilan data awal tumbuhan kangkung di lahan pertanian
Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

Pengambilan data awal tumbuhan kangkung di lahan pertanian


Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

51
Dokumentasi Lahan Pertanian Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

Pengambilan sampel tumbuhun kangkung di Lahan Pertanian


Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

52
Pengambilan sampel tumbuhun kangkung di Lahan Pertanian
Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna

4 Sampel tumbuhan kangkung dalam 4 lokasi lahan pertanian


Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna
53
Pengujian Sampel di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

Pengujian Sampel di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

54
Pengujian Sampel di LAB Fakultas MIPA UNSRAT

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Chesya Patrisisa Regina Salindeho

Tempat, tanggal lahir : Tahuna, 01 Desember 1996

Alamat : Kelurahan Dumuhung, Kec.Tahuna Timur Kab. Kepulauan


Sangihe
Pekerjaan : Mahasiswi
Bidang Minat : Kesehatan Lingkungan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 Tahun

55
Agama : Kristen Protestan
Anak ke- : I dari IV bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Aiptu Budiyanto Salindeho
Ibu : Telsje Anneke Gaghana
Suami : Bripda Novarianto Hamel
Nama Saudara : Cheren M. Salindeho
Jovan E.N. Salindeho
Gervin G. Salindeho

No Hp : 081241913360
Email : chesyasalindeho96@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. TK Kemala Bhayangkari 12 Tahuna pada tahun 2000-2002
2. SD Negeri Inpres Dumuhung pada tahun 2002-2008
3. SMP Negeri 1 Tahuna pada tahun 2008-2011
4. SMA Negeri 1 Tahuna pada tahun 2011-2014
5. Menempuh pendidikan kuliah Strata 1 (S1) di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado pada tahun 2014 dengan NIM
14111101208. Berikut ini pengalaman yang diperoleh selama menempuh pendidikan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT.
- Mengikuti Praktek Belajar Lapangan I di Desa Pontoh, Kecamatan Wori,
Kabupaten Minahasa Utara pada tanggal 22 Januari-01 Februari 2016
- Mengikuti Praktek Belajar Lapangan II di Desa Pontoh, Kecamatan Wori,
Kabupaten Minahasa Utara pada tanggal 30 Juni – 07 Juli 2016
- Mengikuti Praktek Belajar Lapangan III di Desa Pontoh, Kecamatan Wori,
Kabupaten Minahasa Utara pada tanggal 22 Januari – 01 Februari 2017
- Mengikuti Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T) UNSRAT angkatan 115 di Desa
Totabuan, Kecamatan Lolak, Kab. Bolaang Mongondow pada bulan Juni- Agustus
2017.
- Mengikuti Magang di Dinas Lingkungan Hidup pada tanggal 22 Januari – 14
Februari 2018.

56
57

Anda mungkin juga menyukai