Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN

OBAT-OBAT SISTEM SARAF OTONOM

DISUSUN OLEH :
1. Dhian Trisati (P1337420520054)
2. Galuh Herdianingtyas (P1337420520056)
3. Brylyana Nurodyna Al-Azam (P1337420520057)
4. Danang Sangaji Pangasih (P1337420520058)
5. Aulia I’anatul Fitriyana (P1337420520059)
6. Aprilia Setyowati (P1337420520060)

KELAS SETIYAKI 2

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peran Perawat Dalam Pemberian Obat Sistem Otonom ”
ini tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun agar kami dapat memperbaikinya. Akhir kata, kami
mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Magelang, 14 April 2021

Penulis

1
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan


tema/judul :

“Peran Perawat dalam Pemberian Obat-Obatan Sistem Saraf Otonom”

yang dibuat untuk melaksanakan tugas mata kuliah Farmakologi sejauh yang kami
ketahui isi dari makalah yang disebutkan diatas adalah hasil karya kami sendiri
berdasarkan referensi buku dan bukan merupakan hasil plagiat/menjiplak karya
makalah orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Magelang, 14 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 7
2.1 Pengertian Obat ..................................................................................... 7
2.2 Macam Macam Obat Otonom ................................................................ 8
2.3 Efek samping ......................................................................................... 9
2.4 Peran Perawat Sebelum Memberikan Obat ........................................... 11
2.5 Peran Perawat Saat Memberikan Obat…………………………………14

2.6 Peran Perawat Setelah Memberikan Obat……………………………14

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang bekerja tanpa


mengikuti kehendak kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip,
kesadaran,pernafasan maupun pencernaan makanan. Menurut
fungsinya,susunan saraf otonom dibagi menjadi 2 bagian,antara lain:

Susunan saraf simpatis (adrenergic dan adrenolitik)


Susunan saraf parasimpatis (kolinergik dan anti kolinergik)

Pada umumnya kedua saraf ini bekerja berlawanan tetapi dalam


beberapa hal khasiatnya berlainan sekali atau bahkan bersifat sinergis.
Rangsangan dari susunan saraf pusat untuk sampai keganglion efektor
memerlukan suatu penghantar yang disebut transmiter neurohormon atau
neurotransmitter

Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). SST memiliki 2 divisi yaitu sistem saraf sensoris
dan saraf motorik, selanjutnya saraf sensoris dibagi menjadi saraf somatik
sensoris dan saraf viseral sensorik sedangkan saraf motorik dibagi menjadi
saraf motorik somatik dan saraf motorik otonom.

4
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing
jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion.
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf perifer yang
sebagian besar bertindak independen dari kontrol sadar (sengaja) dan terdiri
dari saraf di otot jantung, otot polos, eksokrin dan kelenjar endokrin.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini meliputi bagaimana dan apa saja
kegunaan obat sistem saraf pusat, tindakan dan informasi obat apa saja, macam-
macam obat sistem saraf pusat, Peran perawat sebelum/saat/setelah pemberian
obat sistem saraf otonom yang meliputi obat:

a.) Pengertian Obat


b.) Macam Macam Obat Otonom
c.) Efek Samping Obat

5
d.) Peran Perawat Sebelum Memberikan Obat
e.) Peran Perawat Waktu Pemberian Obat
f.) Peran Perawat Setelah Memberikan Obat

1.2 Tujuan Masalah


Untuk mengetahui kegunaan obat, tindakan dan informasi obat, macam-
macam obat, dan peran perawat sebelum/saat/setelah pemberian obat sistem
saraf otonom yang meliputi:
1) Adrenergik
2) Anti- Adrenergik
3.) Kolinergik
4.) Anti Kolinergik

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat


Pengertian Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.

Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9


Juni 1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau
bagian badan manusia.
Menurut Undang-Undang Farmasi obat adalah suatu bahan atau
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka, ataupun kelainan badaniah, rohaniah
pada manusia ataupun hewan.
Menurut Ansel (2001), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi
tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia)

7
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).Obat
merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh. Obat
merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi
organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis,
menyembuhkan, mencegah suatu penyakit.

Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk.


Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat
yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam
bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan
dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi
yang diinginkan. Berbagai bentuk obat disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaannya.

2.2 Macam-Macam Obat Otonom


A.) ADRENERGIK (simpatomimetik)
Merupakan Obat yang mempunyai efek mirip dengan
perangsangan aktivitas saraf simpatik.
 Epinefrin
 Tiramin
 Klonidin
 Fenilefrin
 Isoproterenol
 Dobutamin
 Terbutalin

8
B.) PENGHAMBAT ADRENERGIK (simpatolitik)
Merupakan Obat yang mempunyai efek penghambatan aktivitas
susunan saraf simpatik.
 Fenoksibenzamin
 Propanolol

C.) KOLINERGIK (parasimpatomimetik)


Merupakan Obat yang mempunyai efek mirip dengan peningkatan
aktivitas susunan saraf parasimpatik.
 Asetikolin
 Asetilkolin
 Neostigmin
 Eksotiopat

D.) PENGHAMBAT KOLINERGIK (parasimpatolitik)


Merupakan Obat yang mempunyai efek penghambatan aktivitas
susunan saraf parasimpatik.
 Atropin
 Heksametonium
 Kurare
 Prolidoksin

2.3 Efek Samping Obat


A.) Adrenergik
Pada umumnya menyebabkan kenaikan tekanan darah,
takikardi, aritmia, sakit kepala, nyeri dada. Penggunaan agonis
adrenergik-β2 selektif dapat menimbulkan efek samping takikardia,
tremor.Efek obat adrenergik (simpatomimetik) lebih dominan pada
sistem kardiovaskuler karena aktivasinya pada reseptor adrenergik

9
α, β yang terdistribusi luas pada sistem kardiovaskuler. Distribusi
reseptor adrenergik α, β di vaskuler, jantung, neural dan sistem
hormonal berperan pada regulasi tekanan darah. Efek pada tekanan
darah juga dipengaruhi oleh mekanisme barorefleks untuk menjaga
homeostasis.
Efek lainya pada saraf pusat adalah efeknya mulai
kecemasan sampai “adrenalin rush”. Efek tidak langsung dari
amfetamin yang menembus sawar otak dari sirkulasi menyebabkan
kenaikan NE di SSP menimbulkan efek berupa peningkatan mood,
insomnia, euforia, dan anoreksia sampai dengan gejala psikiatrik.

B.) Anti Adreenergik

pusing, mual dan diare, penglihatan kabur, kelelahan, dan


denyut jantung melambat. Efek samping lainnya, namun jarang
terjadi, adalah sulit tidur (insomnia), depresi, menurunnya gairah
seksual, dan impotensi.

C.) Kolinergik

Efek samping obat kolinergik biasanya terjadi karena


penggunaan pilokarpin dan kolin ester pada dosis yang berlebih.
Penghambat kolinesterase sering menimbulkan intoksi akut
khususnya dari kelompok irregular (organofosfat) yang banyak
terdapat pada pestisida dan insektisida. Gejala intoksikasi akut
utamanya merupakan gejala muskarinik, bisa terjadi gejala SSP
berupa kejang, koma dan dapat diikuti gejala nikotinik perifer.
Terapi intoksikasi akut ini adalah dengan suportif terapi dan

10
memberikan antimuskarinik atropin. Dapat pula diberikan
pralidoksim yang mampu mengaktivasi enzim asetilkolinesterase.

D.) AntiKolinergik

Atropin tidak bekerja selektif pada sub tipe reseptor di satu


organ tapi bekerja pada beberapa organ, sehingga pemberian atropin
untuk mengurangi sekresi atau spasme di gastrointestinal akan
menimbulkan efek samping berupa midriasis dan
sikloplegia.Kondisi efek samping ini menjadi efek terapi pada saat
atropin digunakan untuk tindakan di mata. Efek samping atropin
yang terjadi pada dosis besar berupa intoksikasi dapat mengenai
berbagai organ dengan manifestasi berupa mulut kering, midriasis,
takikardia, kulit panas dan kemerahan (flushing), suhu tubuh
meningkat, agitasi dan delirium. Bayi dan anak anak sangat sensitif
terhadap efek samping atropin dan turunannya. Terapi intoksikasi
atropin adalah dengan simptomatik dan pemberian fisostigmin
intravena pelan pelan.

2.4 Peran Perawat Sebelum Memberikan Obat

Peran Perawat dalam pemberian obat sangatlah penting dan beresiko


jangan sampai pada saat sebelum memberikan obat perawat melakukan

11
kesalahan yang dapat berakibat fatal kepada klien.Maka dari itu ada
beberapa langkah perawat sebelum memberikan obat kepada klien :
1.Benar Klien

 Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan


memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya
sendiri.
 Klien berhak untuk mengetahui alasan obat.
 Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
 Membedakan klien dengan dua nama yang sama

2. Benar Obat

 Klien dapat menerima obat yang telah diresepkaNn


 Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
 Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca
label obat minimal tiga kali:

3. Benar Dosis Obat

 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.


 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan.
 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu
dosisi obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.


 Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari.
Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari
dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan.
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat
yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.

12
 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau
sesudah makan atau bersama makanan
 Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien
telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah
puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian (rute)

 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan


memadai.
 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum
memberikan obat-obat peroral.
 Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui
rute parenteral
 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama
dengan klien sampai obat oral telah ditelan.
 rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1. Oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau
kapsul .

2. Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;

3. Bukal (diantara gusi dan pipi)

4. Topikal ( dipakai pada kulit ) ;

5. Inhalasi ( semprot aerosol ) ;

6. Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )

7. Parenteral : intradermal , subkutan dan intramuskular

13
2.5 Peran Perawat Waktu Pemberian Obat

Pada saat melakukan pemberian obat,Perawat harus melakukan


sesuai perosedur yang tepat dan benar dan jangan sampai melakukan
kesalahan.Berikut peran perawat saat melakukan pemberian obat :

 Menutup korden / pintu atau hal hal yang lain untuk menjaga

privasi klien.

 Mencuci tangan.

 Mengatur klien dalam posisi duduk bila tidak mampu

bersandar.

 Mendekatkan troli ke samping kanan / depan klien

 Meletakan gelas yang berisi dengan air hangat di samping

klien dengan tapah.

2.6 Peran Perawat Setelah Memberikan Obat


Peran perawat setelah memberikan obat kepada klien meliputi
beberapa hal yaitu :
 Implementasi
1.Edukasi klien dan keluarga
2.Komunikasi: order
3.Pengukuran dan kalkulasi
4.Teknik pemberian yang tepat / benar
5.Berpamitan dengan klien
6.Membersihkan peralatan
7.Mencuci tangan
8.Dokumentasi

14
 Evaluasi
1.Respon klien dalam pemberian obat
2.Kemampuan klien dan keluarga pada saat setelah
pemberian obat.
3.Membuat catatan mengenai Tindakan Keperawatan yang
telah dilakukan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai perawat dirumah sakit kita harus tahu apa saja jenis jenis obat
mengenai obat saraf otonom,jangan sampai kita sebagai perawat kita salah
memberikan obat kepada klien sehingga terjadi masalah yang dapat berakibat
fatal. Sama seperti sistem dan struktur tubuh lainnya, sistem saraf otonom juga
sering mengalami masalah dan gangguan . Penyakit pada sistem saraf otonom
tentunya beragam yg membuat obat-obatan yang digunakan juga beragam.
Terdapat berbagai macam jenis obat yang digunakan dalam pengobatan
penyakit pada sistem saraf otonom. Oleh karena itu, peran perawat dalam
pemberian obat-obatan kepada klien sangat perlu diperhatikan. Tidak hanya
saat pemberian obat kepada klien, tetapi juga sebelum dan setelah pemberian
obat kepada klien.

3.2 Saran

Semoga kedepan dengan dibuatnya makalah tentang peran perawat dalam


pemberian obat sistem saraf otonom ini, penulis,pembaca dan semua unsur dapat
lebih mudah dalam memahami apa saja macam-macam obat pada system saraf
otonom, peran perawat dalam pemberian obat-obatan sistem saraf otonom dan kita
dapat mengaplikasikannya secara langsung dalam prakteknya di lapangan nanti.

16
Daftar Pustaka

Katzung B.G., Masters S.B., and Trevor A.J. (2012). Basic & Clinical
Pharmacology. San Francisco: Mc Grew Hill Companies Inc.
Mutshler Ernst, Dinamika Obat, edisi 5, penerbit ITB, Bandung
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. (2007). Farmakologi & Terapi. Edisi 5. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai