Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN VENTILASI


MEKANIK

NS.YULDANITA, S.KEP
PENDAHULUAN

VENTILASI MEKANIK
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk
membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)

Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator


adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan. Ventilator merupakan peralatan “wajib” pada unit
perawatan intensif (ICU). ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR
Tujuan fisiologis :
mempertahankan fungsi ventilasi
Tujuan klinis :
 Koreksi asidosis respiratorik akut
 Koreksi hipoksemia (meningkatkan PaO2,
saturasi>90% atau PaO2>60, guna mencegah
hipoksemia jaringan )
 Menghilangkan respiratori distress
Indikasi penggunaan Ventilator

1) Gangguan ventilasi (PaCO2 >60 mmHg)


 Disfungsi otot pernafasan
 Penyakit neuromuskuler
 Sumbatan jalan nafas
 Peningkatan tahanan jalan nafas
 Gangguan pusat pernafasan

2) Gangguan oksigenasi (PaO2 < 70 mmHg dengan FiO2 40%, PaO2


<60 mmHg dengan FiO2 21%, PaO2 <100 mmHg FiO2 100%
 Hipoksia berat sulit diatasi
 ARDS
Masalah yang sering terjadi Pada pasien dengan ventilasi mekanik

Peningkatan Peak Air way Pressur (PAP):


seperti ETT Kink, malposisi,obstruksi jalan
nafas,sumbatan oleh sekret, batuk,dan fighting
Saturasi O2 turun :
Ventilator tidak bekerja dengan baik, ETT berubah
posisi atau bocor, adanya atelektasis, edem paru,
aspirasi, gangguan cardio vaskuler, dan peningkatan
konsumsi oksigen oleh jaringan
Peningkatan CO2:
spasme bronkus, Ventilator tak bekerja baik, Tidal
volume(TV ) belum sesuai target, peningkatan produksi
sputum
Masalah Keperawatan

Pola nafas tidak efektif


Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Gangguan nutrisi
Resiko infeksi
Resiko komplikasi
Perubahan membran mukosa mulut
cemas
NURSING MANAJEMEN

Tanggung jawab perawat


Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam
memberikan suport pasien dan keluarga untuk
menggunakan ventilator
Memonitor, memfasilitasi dan mengevaluasi setiap
perubahan respirasi pasien sehingga tujuan
penggunaan ventilator tercapai dan pasien dapat
lepas dari ventilator
Cek setting ventilator (FiO2, RR, TV,Flow rate,
PEEP,PAP, Triger, I:E, Suhu, alarm
limit,humidifikasi)
Evaluasi pola nafas dan lakukan auskultasi dada
secara periodik apakah suara nafas sama atau ada
suara tambahan dan lihat apakah pergerakan dada
simetris
Posisikan pasien semi fowler bila tidak ada
kontraindikasi, untuk mencegah aspirasi makan
cair dari lambung
Perawatan ETT
Lakukan perawatan cuff ETT
 Normal tekanan cuff 20 mmhg dan kempeskan balon
setiap 4-6 jam ,tujuan mencegah rusaknya mukosa trachea
 Cuff tube berfungsi untuk mencegah aspirasi sekret dari
oral
 Cegah kebocoran cuff, jika cuff bocor dan udara inspirasi
berkurang segera berkolaborasi untuk ganti ETT / reposisi
 Cuff bocor dapat diketahui: dari balon cuff tak terisi waktu
dimasukan udara ke dalam cuff, pas ien mengeluarkan
suara waktu bicara, dan terdengar udara bocor selama
bernafas
 Tekanan arterial pada dinding trachea antara 20-25
mmhg, sedangkan tekanan vena 18-20 mmhg Bila
tek cuff > 18-20 mmhg akan menggangu sirkulasi
mukosa trachea dan terjadi nekrotik
 Cuff di kempeskan saat melakukan suction sehingga
sekret dapat terangkat semua
 Bersihkan sekret pada daerah sekitar dan diatas cuff
Lakukan teknik suction dengan benar
Monitor sirkuit ventilator dan cegah akumulasi air
pada water trep
Diagram dari sebuah tabung endotrakeal yang telah dimasukkan ke
dalam trakea:
A - endotracheal tube (blue) A - endotrakeal tube (biru)
B - cuff inflation tube with pilot balloon B - manset inflasi tabung
dengan balon pilot
C - trachea C - trakea
D - esophagus D - kerongkongan
Siapkan alat-alat resusitasi dekat tempat tidur
pasien, jika dilakukan ventilasi manual bila keadaan
emergency
Periksa alarm ventilator sebelum difungsikan dan
jangan mematikan alarm jika belum diketahui
masalahnya
Observasi peningkatan tekanan jalan nafas, hal ini
dapat terjadi karena retensi sputum,
bronchospasme, ETT tertekuk
Cek kepatenan tube segera setelah terpasang ETT
dengan auskultasi dan Xray
1. Pola nafas tidak efektif

Kaji kepatenan jalan nafas, apakah terjadi


penumpukan sekret/mukus
Monitor tempat ETT dan catat panjang ETT pada
ukuran di bibir berapa, lalu plester ETT dengan
aman
Cegah terjadinya iritasi pada wajah akibat
pemasangan ETT
Perhatikan ETT tidak kink dan terlipat
2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

Lakukan suctioning sesuai kebutuhan, batasi lamanya suctioning


8-10 detik untuk mencegah hipoxemia
Lakukan hiperoksigenisasi dengan memberikan O2 100%
sebelum tindakan suction melalaui ventilator atau ambubag
Evaluasi pergerakan dinding dada dan auskultasi suara nafas
pada kedua paru
Catat batuk yang berlebihan dan peningkatan respirasi, bunyi
alarm ventilator
Kolaborasi untuk pemberian obat-obat inhalasi terapi untuk
mengencerkan sputum yang kental/susah di suction
Kolaborasi untuk tindakan fisioterapi dada sesuai
indikasi mis perkusi, dan fibrasi
Robah posisi pasien secara periodik dan ajarkan
pasien teknik batuk
Pertahankan humidifikasi yang adekuat
3 . Gangguan nutrisi

Kaji nutrisi pasien, timbang BB bila memungkinkan


Tentukan jenis/diit, kebutuhan kalori, lemak, protein, dan
mineral.
Kaji fungsi gastrointestinal sistim seperti bising usus, perdarahan
dari NGT, distensi abdominal, diare/konstipasi.
Kolaborasi enteral feeding dini bila tidak ada kontra indikasi,
diberikan porsi kecil dan frekuensi sering dengan menggunakan
drip
Tetapkan diit yang sesuai kebutuhan pasien mis tinggi lemak dan
protein
Monitor hasil laboratorium seperti: albumin, BUN/kreatinin dan
gula darah
4 . Resiko infeksi

Kaji tanda-tanda klinis infeksi dari penggunaan


ventilator seperti terjadinya pneumonia, VAP penilaian
dengan clinical pulmo infection score (CPIS).
Observasi warna /bau/karakteristik sputum
Cegah terjadinya infeksi nosokomial, cuci tangan setiap
dan sudah tindakan
Pertahankan teknik steril saat suctioning
Pertahankan humidifikasi yang ade kuat
Posisikan pasien semi fowler (30-45) derajat untuk
mencegah aspirasi mukosa mulut dan lambung
Lakukan oral hygine setiap 4-6 jam dengan
antiseptik clorohexidine 0,2 %
Kolaborasi untuk pemeriksaan labor kultur sputum
dan rongen thorak
Kolaborasi pemberian antibiotik
Batasi pengunjung dan hindari kontak pada pasien
infeksi saluran nafas
5 . Resiko komplikasi

Menurunnya venus return karena tekanan positif pada jalan nafas


dan penggunaan PEEP yang tinggi, cardiac output (CO) turun ,
HR meningkat, urine output menurun dan disertai adanya aritmia
Kolaborasi untuk penggunaan inotropik bila indikasi
Barotrauma karena tekanan inspirasi (peak airway/pressure) yang
terlalu tinggi seperti pneumothorak, emphysema,
pneumopericardium dll
Pantau PAP dengan ketat, PAP menurun bila sirkuit terlepas, PAP
meningkat adanya obstruksi, sputum di jalan nafas, compliance
paru yang jelek
Kerusakan saluran pernafasan bagian atas karena
pemakaian ETT yang lama, jika lebih 14 hari
pertimbangan untuk dilakukan trcheostomi
Nasokomial infeksi lebih 20% pada pasien yang
terpasang ventilator, kejadian akan meningkat
apabila pasien immunocompromised sehingga
bakteri gram negatif akan mudah berkembang dan
terjadi kolonisasi pada saluran nafas
Pantau terjadi pneumonia nasokomial dengan ketat
dan kolaborasi untuk terapi yang tepat
Pada sistem saraf pusat akan terjadi : vasokontriksi
cerebral karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2), odema cerebral terjadi karena peningkatan
tekanan CO2 arteri akibat dari hypoventilasi, maka
akan terjadi peningkatan TIK, cerebral perfusion
pressure (CPP) turun dan gangguan kesadaran
Pantau analisa gas darah atau monitor CO2 analizer
pada monitor
Pada gastrointestinal akan terjadi distensi lambung
dan perdarahan
6 . Perubahan membran mukosa mulut

• Lakukan perawatan mulut (oral hygine) secara


periodik dengan obat kumur atau antiseptik oral
• Inspeksi kondisi gigi, lesi, ulserasi dan perdarahan
pada gusi dll
• Lakukan perubahan posisi ETT secara periodik
untuk mencegah ulcerasi pada mulut dan bibir
• Gunakan minyak bibir untuk mempertahankan
kelembapan dan cegah kekeringan pada bibir
Cegah terjadinya keratitis selama perawatan
Pasien tidak sadar dan ketidakmampuan menutup mata
menyebabkan sklera akan kering dan mudah terinfeksi
Lakukan perawatan mata dengan menutup mata pasien
dengan mocropor jika pasien tidak sadar
Jika terjadi keratitis segera konsultasi dan koordinasi
dengan dokter (DPJP)
Saat melakukan suction upayakan udara dari sirkuit
ventilator tidak menyebar dan gunakan suction dengan
siklus yang tertutup (close suction)
7. cemas

• Salah satu kegagalan weaning pasien dari ventilator adalah


kecemasan dan takut
• Bina hubungan saling percaya pada pasien dan
komunikasikan pada pasien setiap perubahan mode ventilasi
• Berikan pengertian bahwa sesuatu akan berjalan dengan baik
• Observasi/monitor respon fisik, perubahan tanda – tanda
vital dan psychologis pasien
• Diskusikan pada pasien posisi yang nyaman, kebutuhan akan
suction dan bunyi alarm yang terjadi
Demonstrasikan / anjurkan pasien teknik relaksasi
seperti latihan nafas dalam batuk yang efektif
Catat reaksi pasien dan berikan kesempatan untuk
mendiskusikan perasaan cemas/takut dan
identifikasi koping pasien untuk mengontrol
perasaan takutnya
Berikan alat - alat tulis atau huruf abjad untuk
memfasilitasi komunikasi verbalnya
Beri kesempatan keluarga untuk memberikan
support pada pasien
Sebuah tabung endotrakeal diborgol,
terbuat dari polivinil klorida
THANKS FOR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai