PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba,
kedua yang paling sering dilakukan yang mencakup 20 – 25% dari semua
(ErrolR.Norwitz, 2007).
kematian ibu tahun 2007 meliputi, perdarahan 28%, preeklamsia 24%, infeksi
11%, komplikasi perperinium 8%, abortus partus macet /lama 5% dan lain-
dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal tersebut akan muncul
1
kehamilan merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas perinatal.
proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asri Hidayat,
2009).
rawan karena banyaknya komplikasi yang didapatkan baik pada ibu dan janin
kemih, cedera bladder atau bowel dan komplikasi akibat anastesi diantaranya
pasien Post SC perawatan yang utama adalah balance cairan dan pemenuhan
dengan post SC juga mengalami nyeri akibat luka operasinya, oleh karena
itu peran perawat dalma hal ini sangat dibutuhkan. Peran perawat dalam
2
untuk terapi nonfarmakologis yang diberikan antara lain relaksasi,
ingat emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap
kenyamanan pada pasien post SC dalam menangani efek dari tindakan operasi
yang dijalani pasien. Aromaterapi lavender berasal dari bagian bunga dan
tanggal 16 oktober 2019, didapatkan bahwa 9 orang ibu yang sudah dilakukan
3
dirasakan pasien tersebut, maka kelompoktertarikuntukmelakukan asuhan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
4
e. Melakukan evaluasi pencapaian kriteria hasil perencanaan pada pasien
C. Manfaat
2. Bagi Perawat
5
BAB II
KONSEP TEORITIS
1. KONSEP DASAR
1) Definisi
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Rustam
abdomen danuterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari1.000
melalui dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan
Pada saat permulaan operasi Sectio Caesarea, luka operasinya tidak dijahit
berisiko kematian. Maka dari itu, operasi hanya dilakukan jika persalinan
6
normal dapat membahayakan nyawa ibu dan janin. Namun dewasa ini,
Sectio Caesarea jauh lebih aman daripada dulu, berkat kemajuan dalam
sempurna. Saat ini, ada kecenderungan melakukan operasi ini tanpa dasar
masih 4-6 kali lebih tinggi daripada persalinan pervaginam, karena ada
2) Indikasi
7
a. Pada ibu
His lemah / melemah, Rupture uteri mengancam, Primi muda atau tua,
b. Pada anak
Janin besar, Gawat janin, Janin dalam posisi sungsang atau melintang,
Pada umumnya sectio caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok,
2006).
8
berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan, SC ismika atau
SC ekstra peritonealis
operasi tinggi.
insicion).
9
5) Prognosis Operasi Sectio Caesarea
a. Pada Ibu
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada
masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi,
anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini
fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah
b. Pada anak
sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca
usus paralitik.
10
c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
kehamilan berikutnya.
terbatasnya activity daily living (ADL), inisiasi menyusui dini tidak terpenuhi
dengan baik, berkurangnya nutrisi bayi karena ibu masih nyeri akibat SC.
nyeri.
Pada peneliian yang dilakukan oleh Orun (2010) mengenai IMD pada
ibu post SC didapatkan hasil bahwa hanya terdapat 2,8% yang melakukan
IMD pada 30 menit pertama setelah persalinan, dan 18,9% satu jam setelah
persalinan. Dalam tifa jam pertama, frekuensi menyusui pada ibu melahirkan
bayi secara normal lebih tinggi dari pada ibu dengan persalinan SC. Hal ini
membuktikaan bahwa IMD tidak dapat dilakukan secara maksimal pada ibu
stres dan ansietas lebih tinggi dibanding dengan ibu memilih melahirkan
secara normal. Ibu yang menjalani efektif SC memiliki tingkat yang lebih
Semakin tinggi angka nyeri, semakin stres yang dialami. Ibu dengan nyeri
pada suatu penelitian, dengan hasil ibu post SC tidur rata-rata hanya 4 jam,
11
dan 34% diantaranya sering terjaga terutama dalam 1 minggu post SC (Kuo,
sebanyak 75% partisipan menyatakan bahwa nyeri berada disekitar insisi, dan
sebanyak 41,7% menyatakan berasal dari area insisi dan dari dalam eperut,
sebanyak 95% ketika berjalan dan 55% ketika melakukan personal hygine. Ibu
post SC juga mengalami nyeri ketika berkemih, menyusui, tidur, makan, dan
nyeri. Dari uraian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa nyeri
bayi.
1) DEFINISI
dan atau koma yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta
12
disertai dengan proteinuria (Cunningham, et al, 2007). Hipertensi ialah
adalah adanya 300 mg protein dalam urin 24 jam atau sama dengan ≥1+
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria ≥
2) ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
a. Spasmus arteriola
c. Koagulasi intravaskuler
d. Molahidatidosa
e. Diabetes melitus
13
f. Kehamilan ganda
g. Hidropfetalis
h. Obesitas
preeklampsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya
kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Cunningham, et
al, 2007).
3) ANATOMI FISIOLOGI
a Uterus
(40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang
20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Hubungan besarnya uterus dengan
14
membuat diagnosis apakah tersebut hamil fisiologik, atau hamil ganda,
minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau sepertiga
fundus uteri terletak antara setengah jarak pusat dan prosesus xipoideus.
cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun
(Saifuddin, 2002).
antara pusat dan xipoideus. Pada usia kehamilan 32-36 minggu fundus
masuk dan turun kedalam panggul. Sakit punggung dan sering kencing
2003).
b Serviks Uteri
15
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10%
jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen.
c Mammae
16
(Baby Guide, 2005). Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang
dan areola payudara. Kalau diperas keluar, air susu (kolastrum) berwarna
d Sirkulasi Darah
pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh
kehamilan. Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan menurun pada
saat ibu berbaring telentang. Pada saat posisi telentang, uterus yang
mungkin terjadi hambatan yang besar pada vena cava inferior pada saat
ibu berbaring telentang. Pengaruh ini sangat besar pada kehamilan aterm.
Antara 1-10% ibu hamil mengalami sindrom hipotensi pada saat berbaring
17
telentang dan mengalami penurunan tekanan darah serta gejala-gejala
seperti pusing, mual dan rasa ingin pingsan (JHPIEGO Buku 2, 2003).
e TraktusUrinarius
seni,tidak hanya terjadi pada siang, malam pun juga terjadi. Ini terjadi
adalah pembesaran rahim dan janin yang menekan kandung kemih (Baby
Guide, 2005).
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu
atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung
f Kulit
pada kulit dan rambut. Saat hamil rambut menjadi lebih berminyak atau
karena adanya perubahan hormon pada ibu hamil. Oleh karena itu ibu
g Sistem Respirasi
mengeluh tentang rasa sesak nafas dan pendek nafas. Hal ini ditemukan
18
leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat
kira-kira 20%, seorang wanita selalu bernafas lebih dalam, dan bagian
(Saifuddin, 2002).
Ketika perut mulai membesar, ibu agak sesak bernafas adalah hal
yang biasa terjadi. Untuk mencegahnya jangan lupa berdiri dan duduk
dengan sikap tenang. Jika ingin berbaring telentang, letakkan kepala dan
bahu diatas sebuah bantal. Ini adalah efek dari rahim yang membesar,
paru-paru tertekan dan membuat ibu hamil sesak nafas dan cepat lelah
4) PATOFISIOLOGI
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
hingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
19
disebabkan oleh penimbunan air ang berlebihan dalam ruang interstitial
2012).
2012).
20
5) MANIFESTASI KLINIS
a Edema
b Hipertensi
c Proteinuria
mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut
sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali
2003) :
21
f Trombositopenia.
h Mual muntah
i Nyeri epigastrium
j Pusing
k Penurunan visus
6) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
Pemeriksaan Fungsi Hati
a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
d) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45
u/ml)
e) Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N= <
31 u/ml)
f) Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)
Tes Kimia Darah
22
Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya yaitu 2,4 –
2,7 mg/dL
Pemeriksaan Radiologi
a) Ultrasonografi (USG).
Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi pertumbuhan
janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
b) Kardiotografi
7) PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan medicinal
Infus RL
Pemberian MgSO4
Syarat-syarat pemberian :
23
a) Tersedia antidotum : Kalsium glukonat 1 gr
(Pudiastuti, 2012).
tambahan 5 mg sublingual.
dari anestesi dan diit dengan cara bertahap (minum bebas, makanan
24
Perban luka diganti setelah 24 jam pertama, sekaligus dinilai keadaan
setiap 8 jam.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
hidung dan keluarkan pelan-pelan dari mulut seperti meniup balon dan
25
C. AROMATHERAPY LAVENDER
1) Bunga Lavender
tumbuhan ini adalah dari wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika
Utara dan Timur, Eropa selatan dan Mediterania, Arabia, dan India.
daerah asalnya.
dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Bunga lavender dapat digosokkan
26
diolah menjadi teh yang dapat kita konsumsi. Manfaat lain bunga
kita. Dalam sehari kita bisa mencium lebih kurang 23.040 kali. Bau-
bauan dapat memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan
menurunkan tingkat stres, baik stres fisik maupun psikis, serta siklus
digunakan saat ini, baik secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik
sehingga kita dapat mencium baunya. Pada saat kita menghirup suatu
ke limbic sistem pada otak. Limbic adalah struktur bagian dalam dari
27
otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak di bawah cortex
limbic sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai
dapat mengontrol dan mengatur suhu tubuh, rasa lapar, dan haus.
memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia
aromaterapi lavender.
satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara
28
pada tissue kemudian diberikan pada ibu post SC dan dihirup selama 5
menit pada jarak 10 cm. selain itu juga bisa dilakukan pemberian
29
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
d) Nama :
e) Alamat :
f) Umur : Umur biasanya sering terjadi pada primigravida, <
20 tahun atau > 35 tahun (Manuaba, 2004).
g) Pekerjaan :
h) Jenis Kelamin :
i) No.MR :
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama/Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien dengan pasien post SC preeklampsia mengeluh nyeri
pada bekas operasi, peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, DM, dan
penyakit jantung lainnya.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya Pasien degan preeklampsia pernah mengalami penyakit
ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
d) Riwayat kehamilan
Biasanya pasien dengan preeklampsia mempunyai riwayat kehamilan
ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Biasanya pasien dengan post SC preeklampsia keadaan umum nya
tampak lemah, pusing.
30
b) TTV
Suhu : Biasanya terjadi Peningkatan
Nadi : Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nadi
RR : terjadi peningkatan
TD : terjadi peningkatan tekanan darah pada pasien dengan
preeklampsia
Kepala : Biasanya pada pasien post SC rambut sedikit kotor, tidak
ada udema
Mata : Biasanya pada pasien preekslampsia post Sc mengalami
konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik.
Leher : Biasanya pada pasien PEB post SC tidak ada kelainan
Thoraks
Dada : biasanya pada pasien PEB post SC tidak ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien PEB post SC tidak ada kelainan
Abdomen
Biasanya TFU tergantung dari hari ke-berapa masa nifas pasien.
Biasanya pada abdomen akan terlihat luka operasi post-sc, striae,
dan linea nigra.
Genetalia : Biasanya pada pasien PEB post SC ditemukan adanya
perdarahan pervaginam
Ekstermitas : Biasanya pada pasien PEB post SC mengalami
udema dan kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki(Brunner &
suddarth, 2015).
Eliminasi :Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria
4) Aktivitas/istirahat
a) Keterbatasan rentang gerak
b) Perubahan massa atau tonus otot
5) Nyeri / kenyamanan : Biasanya nyeri pada luka post operasi.
31
6) Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin atau hematokrit : untuk mengkaji perubahan dari kadar
Hb pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada proses
pembedahan
b) Leukosit : mengidentifikasi adanya infeksi
c) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d) Urinalisis / kultur urine
e) Pemeriksaan elektrolit
f) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (Post SC)
2) Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan umum
3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
4) Resiko infeksi b.d prosedur invasif (SC)
32
C. INTERVENSI
DIAGNOSA NOC NIC
Nyeri akut Kontrol nyeri (pain Pain Management
control) Aktivitas :
berhubungan
Indikator: 1. melakukan assement
dengan agens 1. mengakui timbulnya komprehensif sakit untuk
nyeri. memasukkan lokasi,
cedera fisik
2. menjelaskan faktor karakteristik, onset / durasi,
(Post SC) penyebab. frekuensi, kualitas, intensitas
3. menggunakan buku atau keparahan nyeri, dan
harian untuk faktor pencetus.
memantau gejala dari 2. mengamati isyarat nonverbal
waktu ke waktu. dari ketidaknyamanan,
4. menggunakan langkah- terutama pada mereka tidak
langkah pencegahan. dapat berkomunikasi secara
5. menggunakan langkah- efektif.
langkah bantuan non- 3. menjamin perawatan pasien
analgesik. analgesik penuh perhatian.
6. menggunakan 4. penggunaan terapi
alnalgesic seperti yang berkomunikasi strategi untuk
direkomendasikan. mengakui pengalaman rasa
7. laporan perubahan sakit dan menyampaikan
gejala sakit untuk penerimaan respon pasien
profesional kesehatan. untuk rasa sakit.
8. Laporan gejala yang 5. mengeksplorasi pasien
tidak terkontrol untuk pengetahuan dan keyakinan
profesional kesehatan. tentang rasa sakit.
9. menggunakan sumber 6. Pertimbangkan pengaruh
daya yang tersedia. budaya pada respon nyeri.
10. mengakui gejala terkait 7. menentukan dampak dari
nyeri. pengalaman nyeri terhadap
11. laporan nyeri kualitas hidup (mis: tidur,
terkontrol. nafsu makan, aktivitas,
kognisi, suasana hati,
Tingkat nyeri (pain hubungan, kinerja pekerjaan,
level) dan peran tanggung jawab)
Indikator: 8. menjelajahi dengan pasien
1. melaporkan nyeri. faktor-faktor yang
2. panjang episode nyeri. meningkatkan / memperburuk
3. menggosok daerah rasa sakit.
effcted.ekspresi 9. mengevaluasi pengalaman
mengerang kesakitan. masa lalu dengan rasa sakit
4. restlessness. untuk memasukkan sejarah
5. agiatation. individu atau keluarga dari
6. mudah marah. sakit kronis atau cacat yang
7. meringis. disebabkan, yang sesuai.
8. robek. 10. mengevaluasi, dengan pasien
33
9. diaforesis. dan tim kesehatan, efektivitas
10. mondar-mandir. tindakan pengendalian nyeri
11. menyempit fokus. masa lalu yang telah
12. ketegangan otot. digunakan.
13. kehilangan nafsu 11. membantu pasien dan
makan. keluarga untuk mencari dan
14. neusea. memberikan dukungan.
15. makanan intoleransi. 12. memanfaatkan metode
Evaluasi sesuai dengan
tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk
pemantauan perubahan rasa
sakit dan yang akan
membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor
pencetus yang sebenarnya dan
potensial (mis: diagram alir,
catatan harian)
13. menentukan frekuensi yang
diperlukan untuk membuat
penilaian kenyamanan pasien
dan melaksanakan
pemantauan rencana.
14. memberikan informasi
tentang rasa sakit, seperti
penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan
diantisipasi ketidaknyamanan
dari Prosedur dasar.
15. control faktor lingkungan
yang mungkin mempengaruhi
pasien respon
ketidaknyamanan (mis: suhu
kamar, pencahayaan,
kebisingan)
16. mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor
yang memicu atau
meningkatkan pengalaman
nyeri (misalnya: ketakutan,
kelelahan, monoton, dan
kurangnya pengetahuan)
17. mempertimbangkan pasien
kesediaan untuk
berpartisipasi, kemampuan
untuk berpartisipasi,
preferensi, dukungan
signifikan lainnya untuk
34
metode, dan kontraindikasi
ketika memilih strategi nyeri.
18. pilih dan menerapkan
berbagai ukuran (mis:
farmakologis,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penghilang rasa
sakit, yang sesuai.
19. prinsip-prinsip mengajar
manajemen nyeri.
20. mempertimbangkan jenis dan
sumber rasa sakit ketika
memilih strategi nyeri.
21. mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri dan
untuk campur tangan tepat.
22. mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi.
23. mengeksplorasi pasien
penggunaan saat metode
farmakologikal nyeri.
24. mengajarkan tentang metode
farmakologis nyeri.
25. mendorong pasien untuk
menggunakan obat
penghilang rasa sakit yang
memadai.
26. berkolaborasi dengan pasien,
penting lainnya, dan
profesional kesehatan lainnya
untuk memilih dan
menerapkan nonfarmakologis
ukuran nyeri, yang sesuai.
27. memberikan orang nyeri yang
optimal dengan analgesik
yang ditentukan.
28. menerapkan penggunaan
pasien dikendalikan analgesik
(PCA), jika sesuai.
29. penggunaan kontrol nyeri
ukuran sebelum nyeri menjadi
parah.
30. mengobati sebelum suatu
kegiatan untuk meningkatkan
partisipasi, tetapi
mengevaluasi bahaya sedasi.
31. menjamin analgesia
35
pretreatment dan / atau
nonpharmacologis strategi
sebelum prosedur yang
menyakitkan.
32. memverifikasi tingkat
ketidaknyamanan dengan
pasien, perhatikan perubahan
dalam rekam medis,
menginformasikan
profesional kesehatan lainnya
yang bekerja dengan pasien.
33. mengevaluasi effectivitas dari
ukuran kontrol nyeri
digunakan melalui penilaian
berkelanjutan dari
pengalaman rasa sakit.
34. Lembaga dan memodifikasi
kontrol nyeri ukuran atas
dasar respon pasien.
35. mempromosikan memadai
istirahat / tidur untuk
memfasilitasi nyeri.
36. mendorong pasien untuk
membahas / pengalamannya
rasa sakitnya, yang sesuai.
37. memberitahu dokter jika
langkah-langkah tidak
berhasil atau jika saat ini
mengeluh adalah perubahan
yang signifikan dari pasien
pengalaman masa lalu sakit.
38. menginformasikan anggota
profesional perawatan
kesehatan / keluarga lain dari
strategi nonfarmakologis yang
digunakan oleh pasien untuk
mendorong pendekatan
preventif untuk manajemen
nyeri.
39. menggunakan pendekatan
multidisiplin untuk
manajemen nyeri, saat yang
tepat.
40. pertimbangkan rujukan
kepada pasien, keluarga, dan
lain-lain yang signifikan
untuk mendukung kelompok-
kelompok, dan sumber daya
36
lainnya, yang sesuai.
41. memberikan informasi yang
akurat untuk mempromosikan
pengetahuan keluarga dan
respon terhadap pengalaman
rasa sakit.
42. incorporate keluarga di
modalitas nyeri, jika
memungkinkan.
43. Monitor pasien kepuasan
dengan manajemen nyeri pada
selang waktu tertentu.
Analgesic Administration
Aktivitas :
1. menentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum mengobati
pasien.
2. cek perintah medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi
analgesik yang diresepkan.
3. sejarah cek untuk alergi obat.
4. mengevaluasi kemampuan
pasien untuk berpartisipasi
dalam pemilihan analgesik,
rute, dan dosis, dan
melibatkan pasien, yang
sesuai.
5. memilih analgesik atau
kombinasi analgesik yang
tepat ketika lebih dari satu
yang diresepkan.
6. menentukan pilihan analgesik
(narkotik, non narkotika, atau
NSAID), berdasarkan jenis
dan tingkat keparahan nyeri.
7. menentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
untuk mencapai analgesik
yang optimal.
8. memilih rute IV, bukan IM,
untuk sering nyeri injeksi
obat, bila memungkinkan.
9. keluar narkotika dan obat-
obatan terlarang lainnya,
sesuai dengan protokol
lembaga.
37
10. Monitor tanda vital sebelum
dan setelah pemberian
analgesik narkotika dengan
dosis pertama kalinya atau
tanda yang tidak biasa dicatat.
11. hadir untuk menghibur
kebutuhan dan kegiatan lain
yang membantu relaksasi
untuk memfasilitasi respon
terhadap analgesia.
12. analgesik kelola, sekitar jam
untuk mencegah puncak dan
palung analgesia, especilly
dengan nyeri severa.
13. mengatur harapan positif
mengenai efektivitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien.
14. analgesik kelola adjuvant dan
/ atau obat bila diperlukan
untuk mempotensiasi
analgesia.
15. mempertimbangkan
penggunaan infus terus
menerus, baik sendiri atau
dalam conjuction dengan
opioid bolus, untuk
mempertahankan tingkat
serum.
16. Tindakan pengamanan
lembaga untuk mereka yang
menerima analgesik
narkotika, yang sesuai.
17. menginstruksikan untuk
meminta obat nyeri PRN
sebelum sakit parah.
18. menginformasikan individu
yang dengan pemberian
narkotika, mengantuk kadang-
kadang terjadi selama 2
sampai 3 hari dan kemudian
mereda.
19. kesalahpahaman yang benar /
mitos pasien atau anggota
keluarga dapat memegang
mengenai analgesik,
khususnya opioid (mis:
38
kecanduan dan risiko
overdosis).
20. mengevaluasi efektivitas
analgesik pada interval yang
sering rutin setelah setiap
administrasi, tetapi terutama
setelah dosis awal juga
mengamati untuk tanda dan
gejala efek tak diinginkan
(misalnya: depresi
pernapasan, neusea dan
muntah, mulut kering, dan
sembelit).
Tanggapan
21. dokumen untuk analgesik dan
efek tak diinginkan.
22. mengevaluasi dan tingkat
dokumen sedasi untuk pasien
yang menerima opioid.
23. melaksanakan tindakan untuk
mengurangi efek tak
diinginkan analgesik (mis:
sembelit dan iritasi lambung).
24. berkolaborasi dengan
phisycian jika obat, rute dosis
pemberian, atau selang waktu
perubahan ditunjukkan,
membuat rekomendasi
spesifik berdasarkan prinsip
equianalgesic.
25. mengajar tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk
mengurangi efek samping,
dan harapan untuk
keterlibatan dalam keputusan
tentang nyeri.
39
5) Tekanan darah sistolik secara berlebihan
dengan aktivitas 4) Monitor respon
6) Kekuatan tubuh bagian kardiovaskuler terhadap
atas aktivitas (takikardi, disritmia,
7) Kekuatan tubuh bagian sesak nafas, diaporasis, pucat,
bawah perubahan hermodinamik)
5) Monitor pola tidur dan
lamanya tidur atau intirahat
Daya tahan pasien
Indikator : 6) Kolaborasikan dengan tenaga
1) Aktivitas fisik rehabilitasi medik dalam
2) Konsentrasi merencanakan program terapi
3) Katahanan otot yang tepat
4) Pemulihan energi 7) Bantu klien untuk
setelah istirahat mengidentifikasi aktivitas
5) Kadar oksigen darah yang mampu dilakukan
saat beraktivitas 8) Bantu untuk memilih aktivitas
6) Kelelahan Kelesuan konsisten yang sesuai dengan
Keletihan kemampuan fisik, psikologis,
dan sosial
9) Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
10) Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
11) Bantu untuk mengidenyifikasi
aktivitas yang disukai
12) Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
13) Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
14) Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
15) Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
16) Monitor respon fisik, emosi,
sosial, dan spiritual
40
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri.
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
5. Monitor TD, nadi, RR
sebelum dan setelah
aktivitas.
6. Monitor kualitas dari nadi.
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus.
8. Monitor adanya pulsus
alterans.
9. Monitor jumlah dan irama
jantung.
10. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan.
11. Monitor suara paru.
12. Monitor pola pernafasan
abnormal.
13. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
14. Monitor sianosis perifer.
15. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik).
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
Kekurangan Keseimbangan cairan Manajemen Cairan
Indikator : Aktifitas :
volume cairan
1) Tekanandarah 1. Timbang berat badan setiap
b.d kehilangan 2) Denyut nadi radial hari dan monitor status pasien
3) Tekanan arteri rata-rata 2. Hitung atau timbangan popok
cairan aktif
4) Tekanan vena sentral dengan baik
5) Tekanan baji paru-paru 3. Jaga intake/asupan yang
6) Dentut perifer akurat dan catat output
7) Keseimbangan intake (pasien)
dan output dalam 24 4. Masukkan kateter urin
jam 5. Monitor stastus hidrasi
8) Berat badan stabil (misalnya, membran mukosa
9) Turgor kulit lembab, denyut adekuat, dan
10) Kelembaban membran tekanan darah ortostatik)
mukosa 6. Monitor hasil laboratorium
11) Serum elektrolit yang relevan dengan retensi
12) Hematokrit cairan (misalnya, peningkatan
Berat jenis urin berat jenis, peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan
41
peningkatan kadar osmolalitas
urin)
7. Monitor status hemotokrit,
termasuk CVP, MAP, PAP,
dan PCWP, jika ada
8. Monitor tanda-tanda vital
pasien
9. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya,
crackles, elevasi CVP atau
tekanan kapiler paru yang
terganjal, edema, distensi
vena leher, dan asites)
10. Monitor perubahan berat
badan pasien sebelum dan
setelah dialisis
11. Kaji lokasi dan luasnya
edema, jika ada
12. Monitor makanan/cairan yang
dikensumsi dan hitung asupan
kalori harian
13. Berikan terpi IV, seperti yang
ditentukan
14. Monitor status gizi
15. Berikan cairan, dengan tepat
16. Berikan diuretik yang
diresepkan
17. Berikan cairan IV sesuai suhu
kamar
18. Tingkatkan asupan oral
(misalnya, memberikan
sedotan, menawarkan cairan
di antara waktu makan,
mengganti air es secara rutin,
menggunakan es untuk jus
favorit anak, potongan gelatin
kedalam kotak yang
menyenangkan, menggunakan
cangkir obat kecil), yang
sesuai
19. Arahkan pasien mengenal
status NPO
20. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makan dengan
baik
21. Tawari makanan ringan
(misalnya, minuman ringan
42
dan buah-buahan segar/jus
buah)
22. Batasi asupan air pada kondisi
pengenceran hiponatremia
dengan serum Na di bawah
130 mEq/L
23. Monitor reaksi pasien
terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan
24. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk
25. Atur ketersediaan produk
darah untuk transfusi, jika
perlu
26. Persiapkan pemberian
produk-produk darah
(misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan
infus)
27. Berikan produk-produk darah
(misalnya, trombosit dan
plasma yang baru).
Resiko infeksi NOC: Management Imunisasi
Status Imunitas Aktifitas :
b.d prosedur
Indikator : 1) Sediakan informasi mengenai
invasif (SC) 1) Suhu tubuh vaksin yang disiapkan oleh
2) Tingkat sel T4 pusat pencegahan dan control
3) Infeksi berulang penyakit
4) Kehilangan berat 2) Dokumentasikan informasi
badan vaksinasi, sesuai SOP yang
5) Keletihan kronis berlaku
3) Ingatkan individu atau
Perilaku Imunitas keluarga ketika imuniasasinya
Indikator : ada yang belum dilakukan
1) Menggambarkan 4) Bantu keluarga terkait
resiko yang terkait perencanaan keuangan untuk
dengan imunisasi membayar imunisasi
tertentu (misalnya, apakah dibayar
2) Mendapatkan asuransi dan klinik Dept.
imunisasi yang Kesehatan)
direkomendasikan 5) Jadwalkan imunisaSI sesuai
sesuai umur oleh The tenggang waktu yang ada
American Acadamy
Peadris atau United Perlindungan Infeksi
States Publiick Help Aktifitas :
Service 1) Monitor adanya tanda dan
43
3) Menjelaskan langkah – gejala inffeksi sistemik lokal
langkah bantuan untuk 2) Monitor kerentanan terhadap
efek vaksin infeksi
4) Melaporkan setiap efek 3) Batasi jumlah pengunjung
samping 4) Srining semua pengunjung
5) Mengkonfirmasi terhadap penyakit menular
tanggal imunisasi 5) Tingkatkan asupan nutrisi
berikutnya yang cukup
6) Anjurkan asupan cairan yang
Status Nutrisi tepat
Indikator : 7) Lanjutkan istirahat
1) Asupan gizi 8) Pantau adanya tingkat
2) Asupan makanan perubahan energi
3) Asupan cairan 9) Instruksikan pasien untuk
Rasio berat badan minum antiobiotik yang
diresepkan
10) Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
yankes
11) Berikan ruangan pribadi yang
dibutuhkan
12) Laporkan dugaan infeksi pada
personil pengendali infeksi
44
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 37 Tahun
3. Pekerjaan : IRT
4. Alamat : Padang
5. No.MR : 01.06.39.29
B. Alasan Masuk
IGD rujukan dari RSIA Restu Ibu pada tanggal 08 Oktober 2019 jam
21.09 wib dengan keluhan nyeri pada kepala dan pusing, pasien dengan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2019 jam 11.00 WIB pada
mengeluhkan nyeri pada bekas luka operasi, nyeri hilang timbul, Ny. S
tampak meringis, Ny. S tampak memegang bagian perut yang nyeri, skala
cm, luka tampak sedikit basah, terdapat udema pada kaki dan tangan.
45
Setelah dilakukan pemeriksaan TTV, didapatkan tekanan darah Ny.S post
Lahir
(Bayi kembar
1) (Tidak ada
masalah)
(Bayi kembar
2) (Tidak ada
masalah)
sia Berat
46
(PEB)
6. Riwayat Persalinan
a) Jenis Persalinan : SC
7. Riwayat Ginekologi
8. Riwayat Menstruasi
BB/TB : 57 kg/cm
47
3. Tanda-tanda Vital
a) TD : 150/100mmHg
b) Suhu : 37,80C
c) Pernapasan : 20x/i
d) Nadi : 100x/i
4. Kepala Leher
5. Dada
a) Jantung
P : Pekak
b) Paru
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada penggunaan alat bantu pernafasan
P : Sonor
48
A : Vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
6. Abdomen
a) Involusi Uterus
Posisi : Abdomen
kandung kemih
kendur :
b) Kebersihan
c) Lokia
49
Bau : Amis
8. Eliminasi
Oktober 2019
9. Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Edema : ya
tangan pasien
b) Ekstremitas Bawah
50
b) Lama : 4-5 Jam, Frekuensi : 2 kali/hari
Pola Tidur saat ini : Ny.S mengatakan pola tidur Ny.S sedikit
terganggu karena adanya keluhan fisik yaitu nyeri akibat bekas operasi
SC
abdomen Ny.S
ibu hamil
cemilan
51
13. Kemampuan Menyusui : Ny.S mengatakan bahwa Ny.S mengetahui cara
2019
2019
Pemeriksaan Hasil
Kreatinin Darah 0,7 mg/dl Pria = 0,8-1,3 mg/dl
Wanita = 0,6-1,2 mg/dl
Ureum Darah 21 mg/dl 10,0-50,0 mg/dl
Kalsium 8,5 mg/dl 8,1 - 10,4 mg/dl
Natrium 136 Mmol/L 136-145Mmol/L
Kalium 4,0 Mmol/L 35- 5,1 Mmol/L
Klorida Serum 103 Mmol/L 97 - 111 Mmol/L
SGOT 16 u/l Pria =< 38 u/l
52
Wanita = <32 u/l
SGPT 13 u/l Pria =< 41 u/l
Wanita = <31 u/l
Glukosa Darah Sewaktu 81 g/dl <200 mg/dl
c. Pemeriksaan Urine
53
ANALISA DATA
S36,80C.
54
DS : Hambatan Mobilitas Kelemahan
Pasien mengatakan badan Fisik Umum
terasa lemah
Ny.S mengatakan nyeri
pada abdomen bertambah
ketika merubah posisi
DO :
Pasien tampak lemah,lesu
Pasien post SC atas
indikasi PEB
Pasien tampak sulit
beraktivitas
Pasien tampak mengubah
posisinya secara lambt dan
perlahan
Kekuatan otot lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
55
INTERVENSI KEPERAWATAN
56
24. diaforesis. individu atau keluarga dari
25. mondar-mandir. sakit kronis atau cacat yang
26. menyempit fokus. disebabkan, yang sesuai.
27. ketegangan otot. 54. mengevaluasi, dengan pasien
28. kehilangan nafsu dan tim kesehatan, efektivitas
makan. tindakan pengendalian nyeri
29. neusea. masa lalu yang telah
30. makanan intoleransi. digunakan.
55. membantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
memberikan dukungan.
56. memanfaatkan metode
Evaluasi sesuai dengan
tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk
pemantauan perubahan rasa
sakit dan yang akan
membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor
pencetus yang sebenarnya dan
potensial (mis: diagram alir,
catatan harian)
57. menentukan frekuensi yang
diperlukan untuk membuat
penilaian kenyamanan pasien
dan melaksanakan
pemantauan rencana.
58. memberikan informasi
tentang rasa sakit, seperti
penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan
diantisipasi ketidaknyamanan
dari Prosedur dasar.
59. control faktor lingkungan
yang mungkin mempengaruhi
pasien respon
ketidaknyamanan (mis: suhu
kamar, pencahayaan,
kebisingan)
60. mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor
yang memicu atau
meningkatkan pengalaman
nyeri (misalnya: ketakutan,
kelelahan, monoton, dan
kurangnya pengetahuan)
61. mempertimbangkan pasien
kesediaan untuk
57
berpartisipasi, kemampuan
untuk berpartisipasi,
preferensi, dukungan
signifikan lainnya untuk
metode, dan kontraindikasi
ketika memilih strategi nyeri.
62. pilih dan menerapkan
berbagai ukuran (mis:
farmakologis,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penghilang rasa
sakit, yang sesuai.
63. prinsip-prinsip mengajar
manajemen nyeri.
64. mempertimbangkan jenis dan
sumber rasa sakit ketika
memilih strategi nyeri.
65. mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri dan
untuk campur tangan tepat.
66. mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi.
67. mengeksplorasi pasien
penggunaan saat metode
farmakologikal nyeri.
68. mengajarkan tentang metode
farmakologis nyeri.
69. mendorong pasien untuk
menggunakan obat
penghilang rasa sakit yang
memadai.
70. berkolaborasi dengan pasien,
penting lainnya, dan
profesional kesehatan lainnya
untuk memilih dan
menerapkan nonfarmakologis
ukuran nyeri, yang sesuai.
71. memberikan orang nyeri yang
optimal dengan analgesik
yang ditentukan.
72. menerapkan penggunaan
pasien dikendalikan analgesik
(PCA), jika sesuai.
73. penggunaan kontrol nyeri
ukuran sebelum nyeri menjadi
parah.
74. mengobati sebelum suatu
58
kegiatan untuk meningkatkan
partisipasi, tetapi
mengevaluasi bahaya sedasi.
75. menjamin analgesia
pretreatment dan / atau
nonpharmacologis strategi
sebelum prosedur yang
menyakitkan.
76. memverifikasi tingkat
ketidaknyamanan dengan
pasien, perhatikan perubahan
dalam rekam medis,
menginformasikan
profesional kesehatan lainnya
yang bekerja dengan pasien.
77. mengevaluasi effectivitas dari
ukuran kontrol nyeri
digunakan melalui penilaian
berkelanjutan dari
pengalaman rasa sakit.
78. Lembaga dan memodifikasi
kontrol nyeri ukuran atas
dasar respon pasien.
79. mempromosikan memadai
istirahat / tidur untuk
memfasilitasi nyeri.
80. mendorong pasien untuk
membahas / pengalamannya
rasa sakitnya, yang sesuai.
81. memberitahu dokter jika
langkah-langkah tidak
berhasil atau jika saat ini
mengeluh adalah perubahan
yang signifikan dari pasien
pengalaman masa lalu sakit.
82. menginformasikan anggota
profesional perawatan
kesehatan / keluarga lain dari
strategi nonfarmakologis yang
digunakan oleh pasien untuk
mendorong pendekatan
preventif untuk manajemen
nyeri.
83. menggunakan pendekatan
multidisiplin untuk
manajemen nyeri, saat yang
tepat.
84. pertimbangkan rujukan
59
kepada pasien, keluarga, dan
lain-lain yang signifikan
untuk mendukung kelompok-
kelompok, dan sumber daya
lainnya, yang sesuai.
85. memberikan informasi yang
akurat untuk mempromosikan
pengetahuan keluarga dan
respon terhadap pengalaman
rasa sakit.
86. incorporate keluarga di
modalitas nyeri, jika
memungkinkan.
87. Monitor pasien kepuasan
dengan manajemen nyeri pada
selang waktu tertentu.
Analgesic Administration
Aktivitas :
26. menentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum mengobati
pasien.
27. cek perintah medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi
analgesik yang diresepkan.
28. sejarah cek untuk alergi obat.
29. mengevaluasi kemampuan
pasien untuk berpartisipasi
dalam pemilihan analgesik,
rute, dan dosis, dan
melibatkan pasien, yang
sesuai.
30. memilih analgesik atau
kombinasi analgesik yang
tepat ketika lebih dari satu
yang diresepkan.
31. menentukan pilihan analgesik
(narkotik, non narkotika, atau
NSAID), berdasarkan jenis
dan tingkat keparahan nyeri.
32. menentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
untuk mencapai analgesik
yang optimal.
33. memilih rute IV, bukan IM,
untuk sering nyeri injeksi
obat, bila memungkinkan.
60
34. keluar narkotika dan obat-
obatan terlarang lainnya,
sesuai dengan protokol
lembaga.
35. Monitor tanda vital sebelum
dan setelah pemberian
analgesik narkotika dengan
dosis pertama kalinya atau
tanda yang tidak biasa dicatat.
36. hadir untuk menghibur
kebutuhan dan kegiatan lain
yang membantu relaksasi
untuk memfasilitasi respon
terhadap analgesia.
37. analgesik kelola, sekitar jam
untuk mencegah puncak dan
palung analgesia, especilly
dengan nyeri severa.
38. mengatur harapan positif
mengenai efektivitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien.
39. analgesik kelola adjuvant dan
/ atau obat bila diperlukan
untuk mempotensiasi
analgesia.
40. mempertimbangkan
penggunaan infus terus
menerus, baik sendiri atau
dalam conjuction dengan
opioid bolus, untuk
mempertahankan tingkat
serum.
41. Tindakan pengamanan
lembaga untuk mereka yang
menerima analgesik
narkotika, yang sesuai.
42. menginstruksikan untuk
meminta obat nyeri PRN
sebelum sakit parah.
43. menginformasikan individu
yang dengan pemberian
narkotika, mengantuk kadang-
kadang terjadi selama 2
sampai 3 hari dan kemudian
mereda.
44. kesalahpahaman yang benar /
61
mitos pasien atau anggota
keluarga dapat memegang
mengenai analgesik,
khususnya opioid (mis:
kecanduan dan risiko
overdosis).
45. mengevaluasi efektivitas
analgesik pada interval yang
sering rutin setelah setiap
administrasi, tetapi terutama
setelah dosis awal juga
mengamati untuk tanda dan
gejala efek tak diinginkan
(misalnya: depresi
pernapasan, neusea dan
muntah, mulut kering, dan
sembelit).
Tanggapan
46. dokumen untuk analgesik dan
efek tak diinginkan.
47. mengevaluasi dan tingkat
dokumen sedasi untuk pasien
yang menerima opioid.
48. melaksanakan tindakan untuk
mengurangi efek tak
diinginkan analgesik (mis:
sembelit dan iritasi lambung).
49. berkolaborasi dengan
phisycian jika obat, rute dosis
pemberian, atau selang waktu
perubahan ditunjukkan,
membuat rekomendasi
spesifik berdasarkan prinsip
equianalgesic.
50. mengajar tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk
mengurangi efek samping,
dan harapan untuk
keterlibatan dalam keputusan
tentang nyeri.
62
10) Denyut nadi dengan monitor nutrisi dan sumber
aktivitas energi yang adekuat
11) Kemudahan 19) Monitor pasien akan adanya
beraktivitas kelelahan fisik dan emosi
12) Tekanan darah sistolik secara berlebihan
dengan aktivitas 20) Monitor respon
13) Kekuatan tubuh bagian kardiovaskuler terhadap
atas aktivitas (takikardi, disritmia,
14) Kekuatan tubuh bagian sesak nafas, diaporasis, pucat,
bawah perubahan hermodinamik)
21) Monitor pola tidur dan
lamanya tidur atau intirahat
Daya tahan pasien
Indikator : 22) Kolaborasikan dengan tenaga
7) Aktivitas fisik rehabilitasi medik dalam
8) Konsentrasi merencanakan program terapi
9) Katahanan otot yang tepat
10) Pemulihan energi 23) Bantu klien untuk
setelah istirahat mengidentifikasi aktivitas
11) Kadar oksigen darah yang mampu dilakukan
saat beraktivitas 24) Bantu untuk memilih aktivitas
12) Kelelahan Kelesuan konsisten yang sesuai dengan
Keletihan kemampuan fisik, psikologis,
dan sosial
25) Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
26) Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
27) Bantu untuk mengidenyifikasi
aktivitas yang disukai
28) Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
29) Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
30) Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
31) Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
32) Monitor respon fisik, emosi,
sosial, dan spiritual
63
16. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR.
17. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
18. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri.
19. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan.
20. Monitor TD, nadi, RR
sebelum dan setelah
aktivitas.
21. Monitor kualitas dari nadi.
22. Monitor adanya pulsus
paradoksus.
23. Monitor adanya pulsus
alterans.
24. Monitor jumlah dan irama
jantung.
25. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan.
26. Monitor suara paru.
27. Monitor pola pernafasan
abnormal.
28. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit.
29. Monitor sianosis perifer.
30. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik).
31. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
Kekurangan Keseimbangan cairan Manajemen Cairan
Indikator : Aktifitas :
volume cairan
13) Tekanandarah 28. Timbang berat badan setiap
b.d kehilangan 14) Denyut nadi radial hari dan monitor status pasien
15) Tekanan arteri rata-rata 29. Hitung atau timbangan popok
cairan aktif
16) Tekanan vena sentral dengan baik
17) Tekanan baji paru-paru 30. Jaga intake/asupan yang
18) Dentut perifer akurat dan catat output
19) Keseimbangan intake (pasien)
dan output dalam 24 31. Masukkan kateter urin
jam 32. Monitor stastus hidrasi
20) Berat badan stabil (misalnya, membran mukosa
21) Turgor kulit lembab, denyut adekuat, dan
22) Kelembaban membran tekanan darah ortostatik)
mukosa 33. Monitor hasil laboratorium
64
23) Serum elektrolit yang relevan dengan retensi
24) Hematokrit cairan (misalnya, peningkatan
Berat jenis urin berat jenis, peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan
peningkatan kadar osmolalitas
urin)
34. Monitor status hemotokrit,
termasuk CVP, MAP, PAP,
dan PCWP, jika ada
35. Monitor tanda-tanda vital
pasien
36. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya,
crackles, elevasi CVP atau
tekanan kapiler paru yang
terganjal, edema, distensi
vena leher, dan asites)
37. Monitor perubahan berat
badan pasien sebelum dan
setelah dialisis
38. Kaji lokasi dan luasnya
edema, jika ada
39. Monitor makanan/cairan yang
dikensumsi dan hitung asupan
kalori harian
40. Berikan terpi IV, seperti yang
ditentukan
41. Monitor status gizi
42. Berikan cairan, dengan tepat
43. Berikan diuretik yang
diresepkan
44. Berikan cairan IV sesuai suhu
kamar
45. Tingkatkan asupan oral
(misalnya, memberikan
sedotan, menawarkan cairan
di antara waktu makan,
mengganti air es secara rutin,
menggunakan es untuk jus
favorit anak, potongan gelatin
kedalam kotak yang
menyenangkan, menggunakan
cangkir obat kecil), yang
sesuai
46. Arahkan pasien mengenal
status NPO
47. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
65
pemberian makan dengan
baik
48. Tawari makanan ringan
(misalnya, minuman ringan
dan buah-buahan segar/jus
buah)
49. Batasi asupan air pada kondisi
pengenceran hiponatremia
dengan serum Na di bawah
130 mEq/L
50. Monitor reaksi pasien
terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan
51. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk
52. Atur ketersediaan produk
darah untuk transfusi, jika
perlu
53. Persiapkan pemberian
produk-produk darah
(misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan
infus)
54. Berikan produk-produk darah
(misalnya, trombosit dan
plasma yang baru).
Resiko infeksi NOC: Management Imunisasi
Status Imunitas Aktifitas :
b.d prosedur
Indikator : 6) Sediakan informasi mengenai
invasif (SC) 6) Suhu tubuh vaksin yang disiapkan oleh
7) Tingkat sel T4 pusat pencegahan dan control
8) Infeksi berulang penyakit
9) Kehilangan berat 7) Dokumentasikan informasi
badan vaksinasi, sesuai SOP yang
10) Keletihan kronis berlaku
8) Ingatkan individu atau
Perilaku Imunitas keluarga ketika imuniasasinya
Indikator : ada yang belum dilakukan
6) Menggambarkan 9) Bantu keluarga terkait
resiko yang terkait perencanaan keuangan untuk
dengan imunisasi membayar imunisasi
tertentu (misalnya, apakah dibayar
7) Mendapatkan asuransi dan klinik Dept.
imunisasi yang Kesehatan)
direkomendasikan 10) Jadwalkan imunisaSI sesuai
sesuai umur oleh The tenggang waktu yang ada
66
American Acadamy
Peadris atau United Perlindungan Infeksi
States Publiick Help Aktifitas :
Service 13) Monitor adanya tanda dan
8) Menjelaskan langkah – gejala inffeksi sistemik lokal
langkah bantuan untuk 14) Monitor kerentanan terhadap
efek vaksin infeksi
9) Melaporkan setiap efek 15) Batasi jumlah pengunjung
samping 16) Srining semua pengunjung
10) Mengkonfirmasi terhadap penyakit menular
tanggal imunisasi 17) Tingkatkan asupan nutrisi
berikutnya yang cukup
18) Anjurkan asupan cairan yang
Status Nutrisi tepat
Indikator : 19) Lanjutkan istirahat
4) Asupan gizi 20) Pantau adanya tingkat
5) Asupan makanan perubahan energi
6) Asupan cairan 21) Instruksikan pasien untuk
Rasio berat badan minum antiobiotik yang
diresepkan
22) Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
yankes
23) Berikan ruangan pribadi yang
dibutuhkan
24) Laporkan dugaan infeksi pada
personil pengendali infeksi
67
CATATAN PERKEMBANGAN
68
mencuci tangan dengan A : Masalah belum
benar teratasi : luka bekas SC
membantuk memberikan Ny.S beresiko infeksi
12.00 antibiotik : Ceftriaxon 10 P : Intervensi
WIB cc dilanjutkan :
Memberikan obat
antibiotik melalui oral :
cefixim 2x200 mg
Senin/ 3 Mengkaji kemampuan Senin, S = pasien mengatakan
14 pasien sejauh mana dapat 14 tidak mampu untuk
Oktober beraktivitas Oktobe berjalan sendiri, susah
2019 Mengkaji penyebab r 2019 mengubah posisi (miring
kelemahan umum kiri dan kanan), pasien
11.00 Mengevaluasi peningkatan 15.00 mengatakan masih nyeri
WIB toleransi terhadap WIB ketika Ny.S mengubah
aktivitas posisinya, Pasien
mengatakan badan
masih lemah
O = pasien tampak
berbaring di tempat
tidur, meringis, letih,
dan tidak bersemangat
A = masalah belum
teratasi : Hambatan
mobilitas fisik pada Ny.
S
P = lanjutkan intervensi
: menganjurkan Ny.S
untuk beristirahat dan
menganjurkan klien
untuk megubah posisi
secara perlahan-lahan
Selasa/1 1 mengkaji nyeri secara Selasa/ S : Ny.S mengatakn
5 komprehensif 15 nyeri sudah berkurang
Oktober Memberikan dan Oktobe Skala nyeri 3
2019 menjelaskan terapi r 2019 Ny.S mengatakn merasa
09.00 nonfarmakologis untuk 10.15 lebih nyaman dan
WIB menurunkan nyeri pada WIB tenang setelah
pasien post SC : menghirup aromaterapi
09.40 Aromaterapi Lavender lavender
WIB selama lebih kurang 10 O : pasien tampak lebih
menit bersemangat
Memberikan terapi A : Masalah teratasi
aromaterapi lavender pada sebagian : nyeri sudah
Ny.S dengan cara berkurang
menetaskan aromaterapi P : intervensi dihentikan
tersebut diatas tissue Menganjurkan pasien
kemudian pasien diminta untuk melakukan teknik
69
untuk menghirup distraksi (bercakap-
aromaterapi tersebut cakap, atau kegiatan
dengan cara tarik nafas lainnya) dan relaksasi
dalam selama 10 menit (tarik nafas dalam)
ketika dirumah
Selasa/ 2 Melakukan perawatan Selasa/ S : Ny. S mengatakan
15 luka post SC (GV) 15 nyeri pada luka bekas
Oktober Memberikan obat Oktobe SC sudah berkurang
2019 antibiotik melalui IV: r 2019 Ny.S mengatakan badan
Ceftriaxon tidak menggigil lagi
Jam Jam O : Pasien tampak lebih
10.30 12.00 nyaman
WIB WIB A : Masalah teratasi :
Jam resiko infeksi pada luka
11.00 Ny.S berkurang
WIB P : Intervensi dihentikan
Menganjurkan pasien
dan anggota keluarga
untuk melakukan
perawatan luka bekas
SC pada Ny. S ketika
dirumah
Selasa/1 3 Menganjurkana pasien Selasa/ S = pasien mengatakan
5 untuk berjalan tapi 15 sudah mampu
Oktober perlahan Oktobe beraktivitas, nyeri ketika
2019 Memonitor aktivitas r 2019 beraktivitas sudah
Jam pasien Jam berkurang
12.00 Membantu pasien ketika 15.00 O = pasien tampak
WIB berakivitas : menyisir WIB tenang, nadi dalam batas
rambut, berjalan menuju normal RR : 78x/i
toilet A = masalah teratasi :
immobilisasi dapat
diatasi
P = intervensi
dihentikan
Anjurkan keluarga untuk
memberikan bantuan
ketika pasien
beraktivitas untuk
memenuhi kebutuhan
pasien ketika dirumah
70
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Konsep dasar Post Sectio Caesaria indikasi Pre Eklamsia Berat (PEB)
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan abdomrn dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan abdomen (Rustam
Mochtar, 2009).
proteinuria dan atau edema pada kehamilan setelah 20 minggu. Pada kasus ini
mengalami edema pada punggung tangan dan kaki. Dalam kasus ini ibu
melahirkan dengan usia kehamilan cukup bulan yaitu dalam kehamilan 36-37
minggu.
Edema terjadi karena terjadi penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan
71
natrium. Pada preeklampsia terjadi perubahan pada ginjal yang disebabkan
melalui glomerulus menurun yang menyebabkan retensi garam dan juga retensi
a. Pengkajian
data bahwa pasien mengeluhkan nyeri pada bekas luka operasi, nyeri
perut yang nyeri, skala nyeri 5, terdapat luka bekas operasi dibagian
bawah abdomen sekitar 13 cm, luka tampak sedikit basah, terdapat udema
lemas dan letih, pasien melakukan aktivitas dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
72
R : Nyeri dirasakan pada abdomen bagian bawah bekas SC, Ny. S
S : Skala nyeri 5
eklampsia yaitu adanya 2 gejala di antara trias tanda utama, dimana tanda
utamanya yaitu hipertensi dan 2 tanda yang lain yaitu edema atau
proteinuria.
Tanda lain dari preeklampsia berat yang tidak dijumpai pada kasus
ini adalah :
73
b. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
dalam batas normal dan tidak ada bunyi tambahan pada jantung. Hal
ini dapat terjadi karena pada pasien memang tidak ada memiliki
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ini ditegakkan karena pasien mengeluhkan nyeri pada luka bekas
operasi. Pada pasien post sc akan ditemukan adanya nyeri. Hal ini terjadi
ini dapat terjadi akibat pasien post sc dan belum cukup energy untuk
74
tekanan darah pasien yang tinggi sehingga fungsi tubuh belum berfungsi
dengan baik.
yang terbuka, ketika proteksi pasien kurang maka bakteri akan mudah
c. Intervensi Keperawatan
Qittum (2008), mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat
75
Hal ini dibuktikan dalam penelitian Haryanti & Patria (2019) dalam
penelitian sebelumnya pada ibu bersalin post sectio caesarea di ruang bersalin
3,4054.
Sifatnya sangat subektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan
ingat, dan emosi seseorang. Aromaterapi lavender dan lemon merupakan jenis
aromaterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas (Wong,
2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ratna Pratiwi (2016) tentang
penurunan intensitas nyeri akibat luka post sectio caesarea setelah dilakukan
nyeri sebelum dilakukan intervensi adalah 6,6 skala nyeri berat sedangkan
76
penggunaan aromaterapi lavender dapat menurunkan tingkat intensitas nyeri
500 cc larutan RL (drip 20 tetes/ menit) dalam kasus ini terbukti efektif dalam
peroral juga efektif pada pasien ini. Setelah bayi lahir keadaan tekanan darah
pasien masih tinggi dan pasien tetap diberikan terapi MgSO4 dan metildopa.
yang ditandai dengan tidak adanya terjadi infeksi ataupun peradangan pada
d. Implementasi
telah direncanakan. Masalah nyeri akut b.d agen cidera fisik yang terjadi
Aromaterapi Lavender selama lebih kurang 10 menit dari jam 09.40 WIB
77
sampai 09.50 WIB, dengan cara menetaskan aromaterapi tersebut diatas
post sc.
e. Evaluasi
maka hasil evaluasi yang didapatkan pada hari pertama implementasi yaitu
posisi, nyeri pada luka bekas SC atas indikasi PEB, pasien tampak
memegangi perut nya, pasien tampak meringis. Sedangka pada hari kedua
78
implementasi, didapatkan bahwa Ny.S mengatakan nyeri sudah berkurang,
Skala nyeri 3, Ny.S mengatakn merasa lebih nyaman dan tenang setelah
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Pratiwi
(2016) tentang penurunan Intensitas nyeri akibat luka post sectio caesarea
sectio caesarea.
79
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Membuat diagnosa yang akan dilakukan pada Ny. S dengan Post SC atas
Padang.
Padang.
80
B. Saran
2. Rumah Sakit
Melalui Kepala Rumah Sakit dan Kepala Ruangan diharapkan dapat untuk
81
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, Siwi W dan Endang P. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
82