Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH REFERAT

WEBBED PENIS

Pembimbing:
dr. Tri Budiyanto, Sp.U

Disusun oleh:
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102

STAF MEDIK FUNGSIONAL ILMU BEDAH


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO

2020
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH REFERAT

”WEBBED PENIS”

Disusun oleh:
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102

Diajukan untuk memenuhi syarat ujian kepaniteraan klinik di bagian

Ilmu Bedah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto

Telah disetujui,

Pada tanggal: Juli 2020

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

dr. Tri Budiyanto, Sp.U


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang
berjudul “Webbed Penis”. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat
untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat
dipergunkaan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Tri Budiyanto, Sp.U selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan referat
ini.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat


ini. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun sangat di
harapkan.

Purwokerto, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Anatomi Penis.....................................................................................................3
B. Webbed Penis......................................................................................................4
1. Definisi.........................................................................................................4
2. Epidemiologi................................................................................................5
3. Etiologi.........................................................................................................5
4. Patofisiologi..................................................................................................5
5. Manifestasi Klinis.........................................................................................6
6. Klasifikasi.....................................................................................................7
7. Penegakkan Diagnosis..................................................................................8
8. Manajemen...................................................................................................9
9. Prognosis....................................................................................................14
10. Komplikasi..................................................................................................14

III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak kondisi yang melibatkan alat kelamin pria bagian luar menjadi
terlihat kecil. Burried penis atau webbed penis adalah salah satu keadaan
tersebut. Ukuran penis adalah alasan mengapa orang tua membawa anaknya ke
klinik rawat jalan (Fahmy, 2017). Webbed penis adalah kondisi perlekatan
distal skrotum ke poros penis ventral yang mengurangi sudut penosikotal.
Selaput ini bisa bersifat bawaan tetapi paling sering didapat setelah prosedur
sirkumsisi. Saat ini, banyak literatur tentang webbed penis difokuskan pada
populasi anak, di mana prevalensi yang dilaporkan adalah 4%. Meskipun
webbed penis bukan kondisi patologis, webbed penis dapat memengaruhi
persepsi pria tentang panjang penis, mengubah penetrasi selama hubungan
intim, dan dapat memiliki efek mendalam pada harga diri seksual. El-Koutby
dan Amin menyarankan sistem klasifikasi berjenjang untuk penilaian webbed
penis: Tingkat 1 selaput meluas hingga sepertiga proksimal poros penis;
Tingkat 2 meluas hingga sepertiga pertengahan; dan Tingkat 3 meluas ke 1/3
distal (Lucas, 2020).
Penis berselaput adalah hasil dari ikatan musculus Dartos abnormal yang
menjangkar kulit penis pada permukaan skrotum. Akibatnya sudut penosikotal
ventral tidak terlihat sehingga menghasilkan penampilan penis pendek. Patologi
ini bisa terjadi dengan atau tanpa hipospadia, chordee, dan mikropenis.
Penampilan kosmetik seringkali tidak dapat diterima oleh pasien atau keluarga
pasien, dan karenanya, membutuhkan koreksi bedah (Higuchi, 2016).
Gejala pada anak-anak seringkali tidak mengganggu dan hanya keluhan
pada kosmetik yang buruk. Sedangkan gejala webbed penis pada dewasa secara
khusus terjadi dalam konteks disfungsi ereksi dan operasi prostetik penis.
Webbed penis memerlukan intervensi bedah, Prosedur pembedahan harus
meliputi pelepasan penis ke pangkal dan memperbaiki kulit penis dan Dartos
fascia ke fascia yang lebih dalam untuk membangun kembali sudut penopubik
dan sudut penosikotal. Pada webbed penis, kulit penis dapat dibuat dengan
1
sayatan melintang di seluruh jaringan penis dan menutupnya secara vertikal,
sehingga menggunakan prinsip Heinecke-Mikulicz untuk memperbaiki penis
berselaput. Adapun metode lainya seperti V-Y plasty, Z-plasty dan metode dari
EL-Koutby. Secara keseluruhan, kinerja scrotoplasty adalah penting dalam
bidang urologis umum dan rekonstruktif yang memberikan pasien tingkat
kepuasan yang tinggi akan hasil setelah operasi (Chen, 2012).
Pada referat ini akan dibahas mengenai penegakkan diagnosis webbed
penis, klasifikasi dan tatalaksana webbed penis, sehingga dapat bermanfaat bagi
keberagaman ilmu berikutnya, mengingat hasil dari paska bedah lebih
sederhana dari patologi lainya, dan hasil outcome paska bedah yang baik, maka
penulis mengambil tema mengenai webbed penis.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Penis
1. Sistem Penis
Penis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pangkal (radiks penis),
bagian tengah (korpus penis), dan bagian ujung (glans penis). Radiks penis
terdiri dari krus penis, bulbus penis, muskulus ischiokavernosus dan
muskulus bulbospongiosus. Penis terdiri dari sepasang corpora cavernosa
dan sebuah corpus spongiosum. Masing-masing corpus dilingkupi oleh
selubung fascia yang disebut tunika albuginea, yang kemudian ketiganya
dilingkupi oleh jaringan ikat fibrosa tebal yang disebut fascia penis
profunda atau fascia Buck’s. Pada bagian dalam korpus spongiosum penis
melintas pars spongiosa urethra (Tanagho dan McAninch, 2014).

Gambar 2.1 Anatomi penis (Tanagho dan McAninch, 2014)


Ujung proksimal dari corpora cavernosa menempel pada os pelvis di
bagian anterior tuberositas os ischium. Corpora cavernosa akan saling
bersentuhan di bidang median, kecuali di bagian dorsal karena membentuk
krus masing-masing yang melekat pada ramus bersama os pubis dan os
ischium di sebelah kanan dan sebelah kiri. Jaringan kulit yang membungkus
penis sangat tipis dan tidak memiliki jaringan adiposa (Tanagho dan
McAninch, 2014).

Korpus spongiosum penis melebar ke arah distal untuk membentuk


glans penis. Tepi glans penis yaitu korona glandis, menjulang melewati
ujung korpus kavernosum penis. Korona penis berada di atas kollum
glandis, yang membatasi glans penis terhadap korpus penis. Lubang pars
kavernosa uretra yang berupa celah sempit, yaitu ostium uretra eksternum,
terletak di dekat ujung glans penis. Kulit dan fascia penis berkelanjutan
sebagai lapis ganda kulit yang dikenal sebagai preputium (Tanagho dan
McAninch, 2014).

2. Sistem Scrotal
Scrotum merupakan suatu kantong yang menonjol keluar dari bagian
bawah dinding anterior abdomen. Scrotum berisi testis dan ujung bawah
funiculus spermaticus. Struktur scrotum terdapat plexus subcutanius dan
anastomosis arteriovenosa yang dapat menyebabkan suhu turun dan mampu
membantu mengontrol temperatur lingkungan disekitar testis. Dinding
Penyusun Scrotum terdiri dari (Marieb, E. 2011):

a. Cutis

tipis, berkerut, berpigmen, membentuk suatu kantong


tunggal.Peninggian bagian tengah yang menyatu (raphe).

b. Fascia superficialis

Fascia bagian luar ini terdiri dari panniculus adiposus dan stratum
membranosum. Bagian Panniculus adiposus terdapat m. dartos yang
dipersarafi oleh saraf simpatis untuk pengerutan kulit di atasnya.
Sedangkan, Stratum membranosum terdapat Fascia collesi yang menjadi
fascia scarpae, Fascia ini juga membentuk septum scroti.

Gambar 2.1 Anatomi penoscrotal (Marieb, E. 2011).

Gambar 2.1 Anatomi lapisan scrotum (Patel, A.P. 2017).

B. Webbed Penis

1. Definisi
Webbed Penis atau penis berselaput adalah kondisi perlekatan distal
skrotum ke bagian ventral penis yang mengurangi sudut penosikotal.
Keadaan ini dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital atau didapat.
Keadaan ini menghilangkan pandangan pada sudut penis pada batang penis
yang berukuran normal sehingga penis terlihat pendek. Sebuah penis
dengan ukuran normal dapat terlihat kecil karena terkubur di dalam jaringan
pra pubis, tertutup dalam jaringan skrotum (penis palmatus), terperangkap
akibat dari phimosis, pasca sunat, trauma atau tersembunyi karena hernia
atau hidrokel yang besar (El-Koutby, 2010).

Dilihat dan aspek diagnosis dan terapi dengan prosedur operasi


menurut berbagai kepustakaan dan publikasi yang ada, webbed penis
termasuk sederhana apabila dibandingkan dengan kelainan lain yang
termasuk dalam kelompok ini seperti buried penis, trapped penis,
concealed penis, dan micropenis.

Webbed penis biasanya tidak menunjukkan gejala, bagian uretra dan


fungsi ereksi biasanya normal. Namun, alasan kosmetik seringkali tidak
dapat diterima oleh pasien. Kondisi ini tidak memiliki efek kesehatan tetapi
dapat menghasilkan komplikasi di masa dewasa. Kondisi webbed penis ini
dapat dikoreksi dengan teknik bedah, namun biasanya ditunda hingga anak
balita atau dewasa.

2. Epidemiologi

Webbed penis adalah penyakit hipoplasia penis dan skrotum, yang


dapat menyebabkan penampilan yang buruk pada ukuran penis pseudo-
kecil, kelengkungan penis dan kasusnya yang jarang terjadi. Kasus yang
parah pada dewasa dapat menghambat penetrasi dan efek psikologis. Angka
kejadian webbed penis sangat kecil. Patologi webbed penis ini memiliki
angka insidensi 4 hingga 9,78% dari seluruh kelainan penis. Anomali ini
biasanya ditemukan pada masa bayi (kongenital) atau didapat yaitu setelah
dilakukan prosedur sirkumsisi (Mohamed, 2020).

3. Etiologi
Penis berselaput adalah kelainan bentuk di mana kulit skrotum meluas
ke kulit penis ventral. Gangguan ini bisa bawaan atau didapat. Gangguan
bawaan atau kongenital disebabkan oleh kelainan anatomi patologis dari
webbed penis. Kelainan anatomi ini menyebabkan adhesi kulit skrotum
dengan ketebalan penuh ke kulit penis ventral, sehingga untuk
penanganannya telah ditemukan teknik dengan melepas adhesi jaringan
skrotum subkutan dari corpus spongiosum. Dengan teknik ini, dapat
memperbaiki semua bentuk penis berselaput. Gangguan yang terakhir ini
lebih umum, terutama akibat iatrogenik, misalnya disebabkan oleh
pengangkatan kulit yang terlalu agresif dari bagian bawah penis selama
prosedur sirkumsisi (Chen, 2012).

4. Patofisiologi

Webbed penis juga dikenal sebagai penis berselaput, adalah patologi


yang dapat bawaan atau didapat, di mana tali aksara menandakan sudut
skrotum penis, memberikan penampilan yang lebih pendek atau mikropenis.
Biasanya kulit skrotum meluas ke pangkal penis pada sudut penis-skrotum
sekitar 90o sehingga memberikan cakupan kulit bebas-rambut, tetapi dalam
kelainan ini, kulit skrotum dimasukkan di suatu tempat pada sisi corpus
penis (El-Koutby, 2010).
Mekanisme pembentukan selaput kongenital pada webbed penis
sebagian disebabkan oleh kegagalan migrasi posterior lipatan skrotum,
karena merupakan patologi kongenital, gangguan struktural lainnya seperti
hipospadia dan hipotropi skrotum atau scrotum shell dapat ditemukan.
Namun, kelainan didapat adalah yang paling sering, laporan telah
ditemukan sebagai konsekuensi dari sirkumsisi atau operasi urogenital
lainnya, tetapi juga sebagai akibat dari trauma dan avulsi kulit genital.
Maizels menggambarkan patologi ini dengan klasifikasinya sendiri, yang
akan dimodifikasi oleh El Koutby dan El Gohary yang merupakan
klasifikasi paling luas (Canal, 2019).

5. Manifestasi Klinis

Penis berselaput biasanya tidak menyebabkan masalah pada anak-anak


yang menunjukkan kelainan ini tidak menunjukkan gejala yang signifikan,
tetapi pada kasus yang parah dapat menyebabkan berkemih di celana, dan
penampilan kosmetik yang buruk, sehingga indikasi untuk operasi pada
pasien anak masih kontroversial. Menurut (Erikci, 2020) Orang tua dari
anak-anak dengan webbed penis biasanya cemas karena perasaan mereka
bahwa penis anak mereka sangat pendek berkaitan dengan usia anak.
Beberapa kasus mungkin disertai dengan rasa sakit, aliran urin yang
abnormal, infeksi lokal, retensi urin dan berkemih tanpa arah. Patologi
terkait uretra seperti hipospadia sangat jarang terjadi pada anak-anak ini.
Namun, pada orang dewasa dapat menyebabkan chordee, ketidaknyamanan
selama hubungan seksual, kesulitan dalam menempatkan kondom, dan
tekanan psikologis yang disebabkan oleh kelainan bentuk kosmetik, yang
dapat menyebabkan tuntutan untuk operasi (Canal, 2019).

Tindakan bedah dengan mengubah sayatan penoscrotal transversal


menjadi longitudinal atau penutupan menggunakan kulit preputium untuk
menambah kulit penis adalah salah satu teknik bedah yang dapat dilakukan.
Sebuah sayatan melingkar dibuat proksimal ke sulkus koronal dengan flap
kulit ditransfer ke sisi ventral penis juga telah. Skrotum dapat ditambatkan
ke pangkal penis untuk mencegah terulangnya penampilan berselaput.
Selain itu, Z-plasty dan teknik lainnya telah dilaporkan (Chen, 2012).

6. Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Penis berselaput biasanya tidak menyebabkan masalah pada anak-
anak yang menunjukkan kelainan ini tidak menunjukkan gejala yang
signifikan, tetapi pada kasus yang parah dapat menyebabkan berkemih
di celana, sulit dibersihkan, dan penampilan kosmetik yang buruk,
sehingga indikasi untuk operasi pada pasien anak masih kontroversial.
Namun, pada orang dewasa dapat menyebabkan chordee,
ketidaknyamanan selama hubungan seksual, kesulitan dalam
menempatkan kondom, dan tekanan psikologis yang disebabkan oleh
kelainan bentuk kosmetik. Kelainan yang didapat adalah yang paling
sering, sehingga perlu diketahui riwayat sirkumsisi, operasi urogenital,
serta riwayat trauma dan avulsi kulit genital (Canal, 2019).
b. Pemeriksaan fisik
Webbed penis merupakan salah satu bagian dari inconspicuous
penis atau kelainan genital ini dengan ukuran penis yang terlihat kecil,
karena penis tidak muncul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
pengangkatan kulit skrotum ketika penis digerakkan untuk berbaring
rata di dinding perut anterior, fusi penoscrotal dapat meluas dari kulit
preputial ke dinding skrotum dan kulit penis hilang pada aspek ventral
penis. Penting untuk mengesampingkan kehadiran hipospadia dan
chordee. Pemeriksaan fisik tersebut sudah cukup untuk mendiagnosis
webbed penis (Higuchi, 2016).

7. Klasifikasi

Penis berselaput diklasifikasikan secara luas menjadi tipe primer dan


sekunder. Primer dibagi lagi menjadi simple dan compound.
Tabel 2.1 Klasifikasi Webbed Penis (El-Koutby, 2010).
Classification Characteristics

1. Primary webbed penis


Simple
Grade The web extends to the proximal 1/3 of the shaft of the
1 penis

Grade The web extends to the mid 1/3 of the penis


2

Grade The web extends to the distal 1/3 of the penis


3
Compound
Type 1 Web with prepenile scrotum

Type 2 Web with penile curvature

Type 3 Broad web

2. Secondary webbed penis

Postcircumcision In obese children or concealed penis


Gambar 2. 2 Simple webbed penis Grade 1,2,3 (El-Koutby, 2010).

Gambar 2. 3 Compound webbed penis Type 1,2,3 (El-Koutby, 2010).

8. Manajemen

Bonitz merekomendasikan agar webbed penis dilakukan koreksi.


Banyak metode telah dijelaskan untuk memperbaiki webbed penis dan
upaya terbaru telah dilakukan untuk memberikan teknik yang
disederhanakan untuk perbaikan webbed penis. Metode koreksi webbed
penis tersebut dibagi menjadi 3 yaitu teknik Heineke-Mikulicz, V-Y dan Z-
plasty untuk perbaikan webbed penis (Bonitz, 2016). Adapun metode lain
yang dilakukan oleh El-Koutby berdasarkan klasifikasi derajat webbed
penis primer atau sekunder
a. Teknik Heineke-Mikulicz (HM) Scrotoplasty
Dua ahli bedah mengembangkan perbaikan HM pada akhir abad ke-19
pada operasi stenosis pilorus. Sejak itu teknik ini telah diadopsi oleh
banyak disiplin bedah untuk memperbaiki masalah penyempitan atau
stenosis, seperti obstruksi UPJ (Uretero Pelvic Junction) dan striktur
uretra. Menurut Lumen pada tahun 2010, prinsip tatalaksana webbed
penis adalah dengan menghilangkan selaput yang melekat pada anomali
webbed penis, sehingga dapat memberikan panjang tambahan untuk
struktur tubular. Ketika digunakan untuk webbed penis, sayatan
persimpangan penoscrotal secara transversal dibuat berpusat pada sudut
penoscrotal yang diharapkan. Kemudian diikuti oleh penutupan dua
lapisan defek secara vertikal, termasuk jahitan subkutan sebelum
penutupan kulit. Hal yang diperhartikan adalah sayatan horizontal tidak
terlalu lateral agar tidak menyebabkan penyempitan pada pangkal penis
(Wein, 2012).

Gambar 2. 4 Scrotoplasty Heineke-Mikulicz (HM). A) Penampilan pra-


operasi; B) Selaput diinsisi secara horizontal dan ditutup secara vertikal; C)
penutupan vertikal dari defek dilakukan sebelum pengangkatan kulit prepucial;
D) Dilakukan penyunatan secara bersamaan (Bonitz, 2016).

b. Teknik V-Y Scrotoplasty


V-Y Scrotoplasty adalah teknik yang memungkinkan pemanjangan
jaringan melalui pembentukan flap berbentuk V terbalik. Cacat ini
kemudian ditutup dalam pembentukan konfigurasi ‘Y’. Pusat V adalah
lokasi dari ketegangan kulit maksimal pada poros ventral. Kaki Y
berakhir pada sudut penoscrotal baru. Jahitan traksi dan kait kulit
memudahkan desain dan peningkatan flap kulit. Penulis sebelumnya
telah menyarankan bahwa sudut terbuka sekitar 60o penutupan
mendekati panjang 0,5 cm. Para penulis ini setuju dan menggunakan
jahitan plikasi dermal yang dalam untuk meredakan ketegangan berlebih
(Chang, 2008).
Gambar 2. 5 V-Y scrotoplasty. A) Insisi ‘V’ terbalik; B) Penutupan ‘Y’;
C) Penampilan akhir postcircumcision (Bonitz, 2016).

c. Teknik Z scrotoplasty
Teknik Z scrotoplasty melibatkan pembuatan insisi 'Z' di sepanjang
poros penis ventral. Sayatan vertikal dibuat, dan dua sayap Z dibuat
pada sudut 60o paralel pada ujung proksimal dan distal sayatan. Dua
flap yang dibuat melalui tiga sayatan ini ditransposisikan, sehingga
memperpanjang cakupan atas poros ventral dan menciptakan sudut
penosikotal. Hal yang harus diperhatikan adalah ketiga sayatan harus
memiliki panjang yang sama untuk menghindari asimetri dari kulit
penis yang memutar. Selain itu, hal penting lainya yaitu menciptakan
flap berbasis luas untuk menghindari flap nekrosis. Dalam kasus yang
parah, beberapa sayatan Z-plasty dapat dibuat secara berurutan untuk
menambah perbaikan atau kelebihan kulit dapat diperbaiki di sepanjang
median raphe (Alter, 2011).
Gambar 2. 6 Z scrotoplasty. A) Insisi 'Z '; B) flap ditransposisi;
C) penampilan akhir postcircumcision (Bonitz, 2016).

a. Primary, simple, grade 1

1) Tarik preputium, bersihkan smegma, kembalikan preputium ke


posisi semula.
2) Organ dipegang dengan lembut pada sudut hampir kanan ke dinding
perut.
3) Asisten memberikan tekanan lembut di persimpangan penoscrotal
sampai mencapai tingkat pubis.
4) Tanda diletakkan pada kulit penis pada arah jam 12, 3, 6 dan 9 pada
tingkat sulkus koronal.
5) Forceps tulang diterapkan secara miring sesuai dengan empat tanda
sebelumnya.
6) Kulit preputium yang berlebihan dipotong.
7) Lapisan terluar preputium ditarik.
8) Lapisan bagian dalam, jika lebih panjang dari 2 mm, dipangkas.
9) Pencapaian hemostasis.
10) Perkiraan lapisan luar dan dalam preputium dengan jahitan halus
yang dapat diserap 5/0.

b. Primary, simple, grade 2

1) Jika ada cukup kulit ventral, teknik yang digunakan di kelas 1


dilakukan.
2) Jika kulit perut kurang, terapkan teknik yang digunakan untuk
tingkat 3

c. Primary, simple, grade 3 dan compound webbing


1) Tarik kembali kulit preputial hingga sulkus koronal terekspos
keliling dan bersihkan smegma.
2) Preputium dikembalikan ke posisi semula.
3) Oleskan dua forsep arteri halus di kedua sisi garis tengah punggung,
potong kembali preputium pada pukul dua belas dan berhenti 2-3
mm dari sulkus koronal.
4) Lapisan bagian dalam preputium diiris sekitar 2 mm dari sulkus
koronal. 
5) Merendahkan penis kembali ke simfisis pubis dan setiap ikatan
fibrosa pada aspek ventral atau lateral batang penis dikeluarkan
dengan hati-hati agar tidak melukai uretra (langkah ini hanya
diterapkan pada webbed penis compound type 3).
6) Jahit jahitan lapisan dalam yang tersisa ke kulit penis pada arah jam
dua belas.
7) Buka lipatan preputium.
8) Berikan tekanan lembut sampai persimpangan penoscrotal
dikembalikan ke posisi normal.
9) Tandai kulit penis ventral sehingga kulit penis yang cukup tersisa
pada aspek ventral penis (panjang kulit sama dengan panjang poros
ventral).
10) Kulit preputial yang berlebih pada tanda tersebut dipotong secara
melingkar.
11) Mencapai hemostasis.
12) Kedua tepi potongan didekati menggunakan jahitan yang mudah
diserap 5/0.

9. Prognosis

Prognosis webbed penis secara umum baik, namun tergantung derajat


keparahan webbed penis. Penatalaksanaan webbed penis ini lebih sederhana
dibandingkan dengan penyakit sejenisnya dalam inconspicuous penis,
sehingga semua pasien dapat mencapai hasil kosmetik segera setelah
operasi, tanpa komplikasi parah (Chen, 2012).

10. Komplikasi

Webbed penis tidak menyebabkan masalah pada anak-anak kecuali


untuk penampilan yang buruk. Namun, pada orang dewasa selain dapat
menyebabkan penampilan yang buruk, juga dapat menyebabkan
kelengkungan penis (chordee), dan bahkan dapat mencegah penetrasi
selama aktivitas seksual dalam kasus yang paling parah dari webbed penis.
Efek-efek ini dapat menyebabkan masalah psikologis dan disfungsi seksual
yang menyebabkan kualitas hidup yang buruk dan bahkan harga diri rendah
karena kelainan bentuk kosmetik (Chen, 2012).
III. KESIMPULAN

1. Webbed Penis atau penis berselaput dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital
atau didapat, di mana jaringan atau lipatan kulit skrotum meluas ke bagian
ventral batang penis.
2. Patologi webbed penis ini memiliki angka insidensi 4 hingga 9,78% dari
seluruh kelainan penis. Anomali ini biasanya ditemukan pada masa bayi
(kongenital) atau didapat yaitu setelah dilakukan prosedur sirkumsisi.
3. Penis berselaput adalah hasil dari ikatan musculus Dartos abnormal yang
menjangkar kulit penis pada permukaan skrotum. Akibatnya sudut penosikotal
ventral tidak terlihat sehingga menghasilkan penampilan penis pendek
4. Gejala pada anak-anak seringkali tidak mengganggu dan hanya keluhan pada
kosmetik yang buruk. Sedangkan gejala webbed penis pada dewasa secara
khusus terjadi dalam konteks disfungsi ereksi dan operasi prostetik penis.
5. Metode koreksi webbed penis tersebut dibagi menjadi 3 yaitu teknik Heineke-
Mikulicz, V-Y dan Z-plasty untuk perbaikan webbed penis (Bonitz, 2016).
Adapun metode lain yang dilakukan oleh El-Koutby berdasarkan klasifikasi
derajat webbed penis primer atau sekunder.
6. Prognosis webbed penis secara umum baik, namun tergantung derajat
keparahan webbed penis.
7. Kelainan pada orang dewasa selain dapat menyebabkan kelengkungan penis
(chordee), dapat mencegah penetrasi selama aktivitas seksual, masalah
psikologis dan disfungsi seksual yang menyebabkan kualitas hidup yang buruk
dan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Alter, G.J., Salgado, C.J., Chim, H. 2011. Aesthetic surgery of the male genitalia.
Seminars Plastic Surg; 25(3):189-95.
Bonitz, R. P., Hanna, M. K. 2016. Correction of congenital penoscrotal webbing in
children: A retrospective review of three surgical techniques. Journal of
pediatric urology, 12(3), 161-1.
Canal, A. J. C. 2019. Webbed Penis: A new classification. Rev Mex Urol ;79(4):1-9.
Chang, S.J., Liu, S.P., Hsieh, J.T. 2008. Correcting penoscrotal web with the VY
advancement technique. J Sex Med;5(1): 249-50.
Chen, Y.B., Ding, X.F., Luo, C, et al. 2012. A new plastic surgical technique for adult
congenital webbed penis. J Zhejiang Univ Sci B ;13(9):757-760.
El-Koutby, M., Gohary, A. 2010. Webbed penis: A new classification. Journal of
Indian Association of Pediatric Surgeons. 15. 50-2.
Erikci, Volkan. (2020). Surgical Correction of Penoscrotal Web: A Review Article. 9.
25-27.
Fahmy, M. 2017. Congenital anomalies of the penis (pp. 125-31). Springer
International Publishing.
Higuchi, T., Holmdahl, G., Kaefer, M., Koyle, M., Wood, H., Woodhouse, C., &
Wood, D. 2016. International consultation on urological diseases: congenital
anomalies of the genitalia in adolescence. Urology, 94, 288-310.
Lucas, J. W., Higgins, A. M., & Simhan, J. 2020. Scrotal reconstruction and testicular
prosthetics. In Textbook of Male Genitourethral Reconstruction (pp. 751-763).
Springer, Cham.

Marieb, E. 2011. Essentials of Human Anatomy & Physiology. 10th ed. Pearson
Mohamed A.N., Salah, A.N. 2020. Surgical management of post-circumcision webbed
penis in children, Arab Journal of Urology, 18:2, 101-105
Tanagho, E.A., McAninch, J.W. 2014. Smith's General Urology. USA: McGraw-Hill
Company
Lumen, N., Hoebeke, P., Oosterlinck, W. 2010. Ventral longitudinal stricturotomy and
transversal closure: the Heineke-Mikulicz principle in urethroplasty. Urology; 76(6):
1478-82

Patel, A.P. 2017. Anatomy and physiology of chronic scrotal pain. Translational Andrology
and Urology: 51-56.

Wein, A.J., Kavoussi, L.R., Novick, A.C., Partin, A.W., Peters, C.A. 2012. Campbell-Walsh
Urology. 10th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; p. 3547.

Anda mungkin juga menyukai