WEBBED PENIS
Pembimbing:
dr. Tri Budiyanto, Sp.U
Disusun oleh:
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102
2020
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH REFERAT
”WEBBED PENIS”
Disusun oleh:
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102
Purwokerto
Telah disetujui,
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang
berjudul “Webbed Penis”. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat
untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat
dipergunkaan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Tri Budiyanto, Sp.U selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan referat
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kondisi yang melibatkan alat kelamin pria bagian luar menjadi
terlihat kecil. Burried penis atau webbed penis adalah salah satu keadaan
tersebut. Ukuran penis adalah alasan mengapa orang tua membawa anaknya ke
klinik rawat jalan (Fahmy, 2017). Webbed penis adalah kondisi perlekatan
distal skrotum ke poros penis ventral yang mengurangi sudut penosikotal.
Selaput ini bisa bersifat bawaan tetapi paling sering didapat setelah prosedur
sirkumsisi. Saat ini, banyak literatur tentang webbed penis difokuskan pada
populasi anak, di mana prevalensi yang dilaporkan adalah 4%. Meskipun
webbed penis bukan kondisi patologis, webbed penis dapat memengaruhi
persepsi pria tentang panjang penis, mengubah penetrasi selama hubungan
intim, dan dapat memiliki efek mendalam pada harga diri seksual. El-Koutby
dan Amin menyarankan sistem klasifikasi berjenjang untuk penilaian webbed
penis: Tingkat 1 selaput meluas hingga sepertiga proksimal poros penis;
Tingkat 2 meluas hingga sepertiga pertengahan; dan Tingkat 3 meluas ke 1/3
distal (Lucas, 2020).
Penis berselaput adalah hasil dari ikatan musculus Dartos abnormal yang
menjangkar kulit penis pada permukaan skrotum. Akibatnya sudut penosikotal
ventral tidak terlihat sehingga menghasilkan penampilan penis pendek. Patologi
ini bisa terjadi dengan atau tanpa hipospadia, chordee, dan mikropenis.
Penampilan kosmetik seringkali tidak dapat diterima oleh pasien atau keluarga
pasien, dan karenanya, membutuhkan koreksi bedah (Higuchi, 2016).
Gejala pada anak-anak seringkali tidak mengganggu dan hanya keluhan
pada kosmetik yang buruk. Sedangkan gejala webbed penis pada dewasa secara
khusus terjadi dalam konteks disfungsi ereksi dan operasi prostetik penis.
Webbed penis memerlukan intervensi bedah, Prosedur pembedahan harus
meliputi pelepasan penis ke pangkal dan memperbaiki kulit penis dan Dartos
fascia ke fascia yang lebih dalam untuk membangun kembali sudut penopubik
dan sudut penosikotal. Pada webbed penis, kulit penis dapat dibuat dengan
1
sayatan melintang di seluruh jaringan penis dan menutupnya secara vertikal,
sehingga menggunakan prinsip Heinecke-Mikulicz untuk memperbaiki penis
berselaput. Adapun metode lainya seperti V-Y plasty, Z-plasty dan metode dari
EL-Koutby. Secara keseluruhan, kinerja scrotoplasty adalah penting dalam
bidang urologis umum dan rekonstruktif yang memberikan pasien tingkat
kepuasan yang tinggi akan hasil setelah operasi (Chen, 2012).
Pada referat ini akan dibahas mengenai penegakkan diagnosis webbed
penis, klasifikasi dan tatalaksana webbed penis, sehingga dapat bermanfaat bagi
keberagaman ilmu berikutnya, mengingat hasil dari paska bedah lebih
sederhana dari patologi lainya, dan hasil outcome paska bedah yang baik, maka
penulis mengambil tema mengenai webbed penis.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Penis
1. Sistem Penis
Penis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pangkal (radiks penis),
bagian tengah (korpus penis), dan bagian ujung (glans penis). Radiks penis
terdiri dari krus penis, bulbus penis, muskulus ischiokavernosus dan
muskulus bulbospongiosus. Penis terdiri dari sepasang corpora cavernosa
dan sebuah corpus spongiosum. Masing-masing corpus dilingkupi oleh
selubung fascia yang disebut tunika albuginea, yang kemudian ketiganya
dilingkupi oleh jaringan ikat fibrosa tebal yang disebut fascia penis
profunda atau fascia Buck’s. Pada bagian dalam korpus spongiosum penis
melintas pars spongiosa urethra (Tanagho dan McAninch, 2014).
2. Sistem Scrotal
Scrotum merupakan suatu kantong yang menonjol keluar dari bagian
bawah dinding anterior abdomen. Scrotum berisi testis dan ujung bawah
funiculus spermaticus. Struktur scrotum terdapat plexus subcutanius dan
anastomosis arteriovenosa yang dapat menyebabkan suhu turun dan mampu
membantu mengontrol temperatur lingkungan disekitar testis. Dinding
Penyusun Scrotum terdiri dari (Marieb, E. 2011):
a. Cutis
b. Fascia superficialis
Fascia bagian luar ini terdiri dari panniculus adiposus dan stratum
membranosum. Bagian Panniculus adiposus terdapat m. dartos yang
dipersarafi oleh saraf simpatis untuk pengerutan kulit di atasnya.
Sedangkan, Stratum membranosum terdapat Fascia collesi yang menjadi
fascia scarpae, Fascia ini juga membentuk septum scroti.
B. Webbed Penis
1. Definisi
Webbed Penis atau penis berselaput adalah kondisi perlekatan distal
skrotum ke bagian ventral penis yang mengurangi sudut penosikotal.
Keadaan ini dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital atau didapat.
Keadaan ini menghilangkan pandangan pada sudut penis pada batang penis
yang berukuran normal sehingga penis terlihat pendek. Sebuah penis
dengan ukuran normal dapat terlihat kecil karena terkubur di dalam jaringan
pra pubis, tertutup dalam jaringan skrotum (penis palmatus), terperangkap
akibat dari phimosis, pasca sunat, trauma atau tersembunyi karena hernia
atau hidrokel yang besar (El-Koutby, 2010).
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Penis berselaput adalah kelainan bentuk di mana kulit skrotum meluas
ke kulit penis ventral. Gangguan ini bisa bawaan atau didapat. Gangguan
bawaan atau kongenital disebabkan oleh kelainan anatomi patologis dari
webbed penis. Kelainan anatomi ini menyebabkan adhesi kulit skrotum
dengan ketebalan penuh ke kulit penis ventral, sehingga untuk
penanganannya telah ditemukan teknik dengan melepas adhesi jaringan
skrotum subkutan dari corpus spongiosum. Dengan teknik ini, dapat
memperbaiki semua bentuk penis berselaput. Gangguan yang terakhir ini
lebih umum, terutama akibat iatrogenik, misalnya disebabkan oleh
pengangkatan kulit yang terlalu agresif dari bagian bawah penis selama
prosedur sirkumsisi (Chen, 2012).
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Penis berselaput biasanya tidak menyebabkan masalah pada anak-
anak yang menunjukkan kelainan ini tidak menunjukkan gejala yang
signifikan, tetapi pada kasus yang parah dapat menyebabkan berkemih
di celana, sulit dibersihkan, dan penampilan kosmetik yang buruk,
sehingga indikasi untuk operasi pada pasien anak masih kontroversial.
Namun, pada orang dewasa dapat menyebabkan chordee,
ketidaknyamanan selama hubungan seksual, kesulitan dalam
menempatkan kondom, dan tekanan psikologis yang disebabkan oleh
kelainan bentuk kosmetik. Kelainan yang didapat adalah yang paling
sering, sehingga perlu diketahui riwayat sirkumsisi, operasi urogenital,
serta riwayat trauma dan avulsi kulit genital (Canal, 2019).
b. Pemeriksaan fisik
Webbed penis merupakan salah satu bagian dari inconspicuous
penis atau kelainan genital ini dengan ukuran penis yang terlihat kecil,
karena penis tidak muncul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
pengangkatan kulit skrotum ketika penis digerakkan untuk berbaring
rata di dinding perut anterior, fusi penoscrotal dapat meluas dari kulit
preputial ke dinding skrotum dan kulit penis hilang pada aspek ventral
penis. Penting untuk mengesampingkan kehadiran hipospadia dan
chordee. Pemeriksaan fisik tersebut sudah cukup untuk mendiagnosis
webbed penis (Higuchi, 2016).
7. Klasifikasi
8. Manajemen
c. Teknik Z scrotoplasty
Teknik Z scrotoplasty melibatkan pembuatan insisi 'Z' di sepanjang
poros penis ventral. Sayatan vertikal dibuat, dan dua sayap Z dibuat
pada sudut 60o paralel pada ujung proksimal dan distal sayatan. Dua
flap yang dibuat melalui tiga sayatan ini ditransposisikan, sehingga
memperpanjang cakupan atas poros ventral dan menciptakan sudut
penosikotal. Hal yang harus diperhatikan adalah ketiga sayatan harus
memiliki panjang yang sama untuk menghindari asimetri dari kulit
penis yang memutar. Selain itu, hal penting lainya yaitu menciptakan
flap berbasis luas untuk menghindari flap nekrosis. Dalam kasus yang
parah, beberapa sayatan Z-plasty dapat dibuat secara berurutan untuk
menambah perbaikan atau kelebihan kulit dapat diperbaiki di sepanjang
median raphe (Alter, 2011).
Gambar 2. 6 Z scrotoplasty. A) Insisi 'Z '; B) flap ditransposisi;
C) penampilan akhir postcircumcision (Bonitz, 2016).
9. Prognosis
10. Komplikasi
1. Webbed Penis atau penis berselaput dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital
atau didapat, di mana jaringan atau lipatan kulit skrotum meluas ke bagian
ventral batang penis.
2. Patologi webbed penis ini memiliki angka insidensi 4 hingga 9,78% dari
seluruh kelainan penis. Anomali ini biasanya ditemukan pada masa bayi
(kongenital) atau didapat yaitu setelah dilakukan prosedur sirkumsisi.
3. Penis berselaput adalah hasil dari ikatan musculus Dartos abnormal yang
menjangkar kulit penis pada permukaan skrotum. Akibatnya sudut penosikotal
ventral tidak terlihat sehingga menghasilkan penampilan penis pendek
4. Gejala pada anak-anak seringkali tidak mengganggu dan hanya keluhan pada
kosmetik yang buruk. Sedangkan gejala webbed penis pada dewasa secara
khusus terjadi dalam konteks disfungsi ereksi dan operasi prostetik penis.
5. Metode koreksi webbed penis tersebut dibagi menjadi 3 yaitu teknik Heineke-
Mikulicz, V-Y dan Z-plasty untuk perbaikan webbed penis (Bonitz, 2016).
Adapun metode lain yang dilakukan oleh El-Koutby berdasarkan klasifikasi
derajat webbed penis primer atau sekunder.
6. Prognosis webbed penis secara umum baik, namun tergantung derajat
keparahan webbed penis.
7. Kelainan pada orang dewasa selain dapat menyebabkan kelengkungan penis
(chordee), dapat mencegah penetrasi selama aktivitas seksual, masalah
psikologis dan disfungsi seksual yang menyebabkan kualitas hidup yang buruk
dan harga diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Alter, G.J., Salgado, C.J., Chim, H. 2011. Aesthetic surgery of the male genitalia.
Seminars Plastic Surg; 25(3):189-95.
Bonitz, R. P., Hanna, M. K. 2016. Correction of congenital penoscrotal webbing in
children: A retrospective review of three surgical techniques. Journal of
pediatric urology, 12(3), 161-1.
Canal, A. J. C. 2019. Webbed Penis: A new classification. Rev Mex Urol ;79(4):1-9.
Chang, S.J., Liu, S.P., Hsieh, J.T. 2008. Correcting penoscrotal web with the VY
advancement technique. J Sex Med;5(1): 249-50.
Chen, Y.B., Ding, X.F., Luo, C, et al. 2012. A new plastic surgical technique for adult
congenital webbed penis. J Zhejiang Univ Sci B ;13(9):757-760.
El-Koutby, M., Gohary, A. 2010. Webbed penis: A new classification. Journal of
Indian Association of Pediatric Surgeons. 15. 50-2.
Erikci, Volkan. (2020). Surgical Correction of Penoscrotal Web: A Review Article. 9.
25-27.
Fahmy, M. 2017. Congenital anomalies of the penis (pp. 125-31). Springer
International Publishing.
Higuchi, T., Holmdahl, G., Kaefer, M., Koyle, M., Wood, H., Woodhouse, C., &
Wood, D. 2016. International consultation on urological diseases: congenital
anomalies of the genitalia in adolescence. Urology, 94, 288-310.
Lucas, J. W., Higgins, A. M., & Simhan, J. 2020. Scrotal reconstruction and testicular
prosthetics. In Textbook of Male Genitourethral Reconstruction (pp. 751-763).
Springer, Cham.
Marieb, E. 2011. Essentials of Human Anatomy & Physiology. 10th ed. Pearson
Mohamed A.N., Salah, A.N. 2020. Surgical management of post-circumcision webbed
penis in children, Arab Journal of Urology, 18:2, 101-105
Tanagho, E.A., McAninch, J.W. 2014. Smith's General Urology. USA: McGraw-Hill
Company
Lumen, N., Hoebeke, P., Oosterlinck, W. 2010. Ventral longitudinal stricturotomy and
transversal closure: the Heineke-Mikulicz principle in urethroplasty. Urology; 76(6):
1478-82
Patel, A.P. 2017. Anatomy and physiology of chronic scrotal pain. Translational Andrology
and Urology: 51-56.
Wein, A.J., Kavoussi, L.R., Novick, A.C., Partin, A.W., Peters, C.A. 2012. Campbell-Walsh
Urology. 10th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; p. 3547.