RHINITIS ALERGI
PEMBIMBING
dr. Bagus Condro, Sp.THT-KL
Disusun :
Rahmat Yusuf Arifin G4A018102
Handra Chairunisa A. G4A018106
Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada
meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis.
Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat
bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoid.
Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid
posterior dan sinus sfenoid.
Vaskularisasi hidung
Anterior anastomosis
dari cabang-cabang
a.sfenopalatina,
a.etmoid anterior,
a.labialis superior dan
a.palatina mayor, yang
disebut pleksus
Kiesselbach
Resonansi suara
• Kualitas suara, membentuk konsonan huruf
Refleks nasal
• reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler
dan pernafasan
Proses penghidu
• Zat -> rangsang sel olfaktorius-> tractus olfactorius ke pusat olfactory di
otak-> interpretasi
DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-
bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantarai oleh IgE (Irawati et al, 2012)
KLASIFIKASI
Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya,
yaitu :
1. Faktor genetik
FAKTOR RISIKO 2. Paparan asap bermotor
3. Asap rokok
4. Alergen pada hewan
PATOGENESIS
Rinitis alergi merupakan suatu
penyakit inflamasi yang diawali dengan
tahap sensitisasi dan diikuti dengan
reaksi alergi.
Anamnesis
Tempat kerja Hiposmia atau anosmia
Pekerjaan pasien Batuk kronik
Adanya rinore (cairan hidung yang bening Serangan yang memburuk pada pagi hari
encer) sampai siang hari dan membaik saat malam
Bersin berulang dengan frekuensi lebih dari 5 hari
kali setiap kali serangan Frekuensi serangan
Hidung tersumbat baik menetap atau hilang Pengaruh terhadap kualitas hidup
timbul Riwayat atopi di keluarga
Rasa gatal di hidung, telinga atau daerah Faktor pemicu timbulnya gejala
langit-langit Riwayat pengobatan dan hasilnya
Mata gatal, berair atau kemerahan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior : tampak mukosa edema, basah,
berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer
yang banyak.
Warna mukosa : biru pucat
Warna ingus : jernih, encer
Dinding posterior faring tampak granuler dan edema
(cobblestone appearance), dinding lateral faring
menebal.
Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic
tongue).
Pemeriksaan Maksilofasial :
Allergic shiner
Allergic sallute
Allergic crease
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Nasal endoscopy
Nasal Smear
Skin test (skin scracth & skin prick) Gold Standard
Radioallergosorbent test (RAST)
Nasal Provocation test
KLASIFIKASI
Intermitten Persisten
• < 4 hari seminggu atau; • > 4hari/ minggu dan;
• < 4 minggu • > 4 minggu
Non Farmakologi
Penghindaran alergen :
• Sebagian besar studi penghindaran alergen telah menangani gejala asma dan sangat sedikit yang
mempelajari gejala rinitis. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup untuk mengendalikan gejala rinitis
atau asma
• Namun, penghindaran alergen, termasuk tungau ,harus merupakan bagian integral bagian dari
strategi manajemen
Farmakologi
1. Antihistamin
2. Dekongestan oral
3. Kortikosteroid
Imunoterapi Spesifik
Apabila tidak terdapat perbaikan setelah farmakoterapi optimal dan penghindaran alergen yang
optimal, maka dipertimbangkan untuk pemberian imunoterapi secara subkutan atau sublingual.
Imunoterapi ini diberikan selama 3-5 tahun untuk mempertahankan efektifitas terapi jangka panjang.
Anti-Histamin
Dekongestan
Kortikosteroid
Chromones & LTRA
Algoritma Tatalaksana Rhinitis Alergi
Edukasi
Kombinasi modalitas tatalaksana dapat terlaksana dengan baik apabila dilakukan
edukasi yang baik dan cermat kepada pasien ataupun keluarga.
Menerangkan juga kemungkinan adanya ko-morbid dan tindakan bedah pada kasus
yang memerlukan (hipertrofi konka, septum deviasi atau rinosinusitis kronis).
Komplikasi
• Kualitas hidup • Hipertrofi konka inferior
• Rinosinusitis kronis • Hipertrofi adenoid
• Sinusitis • Efusi telinga tengah
• Otitis media • Polip sinonasal
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Terima Kasih