Anda di halaman 1dari 29

RADANG AKUT DAN KRONIS

PADA HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Kandidat Dokter:
Ghania Uliviana Azizah Alizar (2018012195)
Putu Devie Sri Astari (2018012173)
 

Preceptor:
Dr. dr. Fatah Satya Wibawa, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
PERADANGAN PADA HIDUNG

Hidung Luar Rongga Hidung Dalam

Rhinitis Simpleks Rhinitis Jamur


Selulitis Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Tuberkulosa

Rhinitis Atrofi Rhinitis Sifilis


Vestibulitis Rhinitis Difteri Rhinitis Vasomotor

Rhinitis Alergi

Akut: < 12 minggu

Kronis: > 12 minggu


INFEKSI PADA HIDUNG LUAR
SELULITIS
Selulitis merupakan peradangan yang mengenai dermis atau
subkutis dan seringkali mengenai puncak dan batang hidung,
dapat terjadi sebagai akibat perluasan furunkel pada
vestibulum.
Etiologi : Streptococcus dan Staphylococcus

Pemeriksaan

Hidung bengkak
Tatalaksana :
Kemerahan ✔ Antibiotik sistemik
✔ Kompres
Sangat nyeri ✔ Analgetik
INFEKSI PADA HIDUNG LUAR

VESTIBULITIS
Vestibulum eritema dan nyeri
Gambaran Klinis
Tampak krusta, skuama, erosi atau ekskoriasi
pada vestibulum

⮚ Iritasi dari sekret pada rongga hidung (rinore)


Faktor akibat inflamasi mukosa yang menyebabkan
Predisposisi hipersekresi sel goblet dan kelenjar seromusinosa
⮚ Akibat trauma mengorek hidung

Vestibulitis merupakan infeksi pada kulit vestibulum Tatalaksana :


✔ Mengobati penyakit penyebab rinorea
✔ Membersihkan krusta dan skuama
Etiologi : Staphylococcus aureus ✔ Antibiotik topikal dan sistemik
RINITIS ALERGI

Definisi Klasifikasi alergen Berdasarkan cara masuknya:

Alergen inhalan
Rinitis Alergi merupakan penyakit inflamasi
kronis saluran napas atas yang sangat sering • Tungau, debu rumah, serpihan epitel kulit,
dijumpai, dilaporkan prevalensi mencapai 40% bulu binatang (kucing, anjing), rerumputan,
dari populasi umum (PERHATI, 2016) jamur

Alergen ingestan
• Susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang,
Definisi ARIA-WHO kepiting, kacang-kacangan

Alergen injektan
Kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan • Sengatan lebah, suntikan penisilin
tersumbat setelah mukosa hidung
Alergen kontaktan
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
• Bahan kosmetik, perhiasan
RINITIS ALERGI

Klasifikasi oleh ARIA-WHO, berdasarkan:

Sifat berlangsungnya Derajat berat-ringannya penyakit

Intermiten
Persisten
(kadang-
(menetap)

Sedang-berat
Ringan
kadang) Tidak ditemukan: Bila terdapat satu
gangguan tidur, atau lebih dari
gangguan aktivitas gangguan yang
Bila gejala Bila gejala harian, bersantai, disebutkan pada
< 4 hari per > 4 hari per berolahraga, derajat ringan.
minggu minggu belajar bekerja dan
atau dan hal-hal lain yang
mengganggu.
< 4 minggu > 4 minggu
RINITIS ALERGI

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Gejala Hidung :
Rinoskopi anterior  mukosa edema, basah,
hidung berair, tersumbat, gatal dan bersin bewarna pucat / livid, disertai adanya sekret
berulang pada umumnya muncul di pagi encer yang banyak

hari atau malam hari Gejala spesifik lainnya:

Gejala Mata:
mata merah, gatal dan berair.

Gejala Lain :
(B) Allergic shiner, (D) Allergic salute, (E) Allergic crease
batuk, tenggorok gatal, gangguan
konsentrasi, dan gangguan tidur.
RINITIS ALERGI

Pemeriksaan Penunjang

▪ Pemeriksaan darah (eosinofil, IgE), sitologi sekret hidung (eosinofil >5 LPB)
▪ Prick Test, SET (Skin Endpoint Titration)

Tatalaksana

1.Menghindari kontak dengan alergen penyebab


2.Medikamentosa : Antihistamin (antagonis histamin H-1), Dekongestan (agonis alfa
adrenergik), Kortikosteroid topikal, Antikolinergik (ipratropium bromida)
3.Operatif (konkotomi) pada kasus hipertrofi konka, deviasi septum atau rhinosinusitis
kronis.
4.Imunoterapi selama 3-5 tahun untuk mempertahankan efektifitas terapi jangka panjang.
RINITIS ALERGI

Visual Analog Scale


• 0 : tidak mengganggu
• 10 : sangat mengganggu

• VAS > 5 = rhinitis alergi


tidak terkontrol
• VAS 2-5 = rhinitis alergi
terkontrol sebagian
• VAS < 2 = rhinitis alergi
terkontrol baik

ARIA guideline, 2019


RINITIS ALERGI

ARIA guideline, 2019


RINITIS VASOMOTOR

Definisi Faktor Predisposisi

Merupakan peradangan pada hidung yang Asap / rokok


idiopatik. Rhinitis vasomotor termasuk
rhinitis non alergi, dimana terdapat Udara dingin (ekstrem)
gangguan fisiologis lapisan mukosa
disebabkan bertambahnya aktivitas saraf
Pendingin dan pemanas ruangan
parasimpatis

Perubahan kelembaban, perubahan suhu luar


Sinonim
Bau yang menyengat, parfum
Nasal vasomotor instability, vasomotor
catarrh, vasomotor rhinorhea, atau non-
allergic perennial rhinitis Minuman alkohol, makanan pedas

Kelelahan, stres / emosi


RINITIS VASOMOTOR

Gambaran Klinis Berdasarkan gejala yang menonjol

• Gejala biasanya memberikan


Hidung tersumbat bergantian kiri & Golongan bersin respon yang baik dengan
kanan (gejala dominan) (sneezers) terapi antihistamin dan
kortikosetroid topikal

Rinore (mukus / serous)


• Gejala dapat diatasi
Golongan rinore
dengan pemberian
(runners)
antikolinergik topikal
Bersin (jarang) dan tidak gatal
pada mata

Golongan • Respon yang baik dengan


Gejala dapat memburuk pada pagi tersumbat terapi kortikosteroid topikal
hari waktu bangun tidur (blockers) dan vasokontriktor oral
RINITIS VASOMOTOR

Diagnosis Tatalaksana
Ditegakkan dengan cara eksklusi  menyingkirkan
adanya rinitis infeksi, alergi, okupasi, hormnonal, 1. Menghindari stimulus / faktor pencetus
dan akibat obat 2. Pengobatan simtomatis:
• Dekongestan oral
Anamnesis
• Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis
Dicari faktor yang mempengaruhi timbulnnya gejala • Kauterisasi konka dengan larutan AgNO3 25%
atau triklor-asetat pekat
Pemeriksaan Fisik • Kotrikosteroid topikal  flutikason propionat,
Rinoskopi anterior  edem mukosa hidung, konka mometason furoat (1x 200 mcg)
merah gelap/tua (bisa pucat) dengan permukaannya • Anti kolinergik topikal (kasus rinore berat) 
licin/berbenjol-benjol (hipertrofi), sekret serous ipatropium bromida
(banyak) atau mukoid (sedikit)
3. Operasi (jika gagal konservatif)  bedah beku,
elektrokauter, atau konkotomi parsial konka inferior
Pemeriksaan Penunjang
4. Neurektomi N. vidianus (bila cara diatas tidak
Lab  IgE normal, tes cukit kulit (-), eosinofil memberikan hasil optimal)
kadang ditemukan pada sekret hidung tapi jumlahya
sedikit
RINITIS SIMPLEKS
Rhinitis simpleks merupakan infeksi virus pada hidung. Sinonim: selesma, common cold,
flu
Etiologi : Gambaran Klinis
▪ Utama  Rhinovirus
Stadium prodromal  rasa panas, kering dan
▪ Lainnya  Myxovirus, virus coxsackie, virus ECHO gatal di dalam hidung berlangsung dalam
beberapa jam
• Biasanya self-limiting dan sembuh spontan setelah 2-
3 minggu Bersin berulang, hidung tersumbat, sekret
• Komplikasi yang mungkin terjadi  rhinosinusitis, hidung encer
faringitis, tonsilitis, bronkitis, pneumonia, dan otitis
media Demam, nyeri kepala
Tatalaksana :
✔ Istirahat
✔ Simptomatis (analgesik, antipiretik, dan dekongestan) Pem. Fisik  mukosa hidung merah dan
✔ Antibiotik bila ada infeksi skunder bengkak

Bila terjadi infeksi skunder, sekret hidung


menjadi mukopurulen
Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Atrofi
Perubahan mukosa hidung pada konka inferior
Infeksi hidung kronik, ditandai oleh adanya atrofi
Definisi yang mengalami hipertrofi karena proses
progresif pada mukosa dan tulang konka
inflamasi kronis

▪ Infeksi oleh kuman spesifik  klebsiella ozaena


▪ Disebabkan oleh infeksi bakteri
(tersering), staphylococcus, streptococcus,
primer/sekunder
pseudomonas aeruginosa.
Etiologi ▪ Dapat juga tanpa terjadi infeksi bakteri
▪ Defisiensi Fe, defisiensi vitamin A
(misalnya sebagai lanjutan dari rhinitis alergi
▪ Sinusitis kronik
& vasomotor)
▪ Kelainan hormonal

o Wanita > pria; tebanyak pada usia pubertas


o Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat
Epidemiologi -
sosial ekonomi rendah dan sanitasi lingkungan yang
buruk

Anamnesis
Anamnesis
• Gejala utama: hidung tersumbat
▪ Napas berbau, sekret kental hijau, ada krusta hijau
Diagnosis • Gejala lainnya: mulut kering, nyeri kepala dan
▪ Hidung tersumbat, gangguan penghidung
gangguan tidur, sekret biasanya banyak dan
▪ Sakit kepala
mukopurulen
Rhinitis Hipertrofi Rhinitis Atrofi
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
• Konka hipertrofi (terutama konka inferior), ▪ Rongga hidung sangat lapang
permukaannya berbenjol-benjol ▪ Konka inferior dan media menjadi atrofi
• Ditemukan sekret mukopurulen di antara konka ▪ Ada sekret purulen, krusta (kerak) hijau
inferior dan septum, juga di dasar rongga hidung

Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
Biopsi konka media, pem. mikrobiologi, uji resistensi
kuman, CT-Scan sinus paranasal

Mengatasi etiologi & menghilangkan gejala


Atasi faktor penyebab terjadinya rhinitis hipertrofi Konservatif :
Terapi simptomatik untuk mengurangi sumbatan ▪ AB spektrum luas
hidung : ▪ Obat cuci hidung (untuk hilangkan bau dan krusta)
Tata
• Kaustik konka dengan zat kimia (nitras argenti dengan larutan garam hipertonik
Laksana
atau trikloroasetat), ataupun elektrokauterisasi ▪ Vit. A (3 x 50.000 IU) dan preparat Fe (2 minggu)
• Bila tidak ada perbaikan  luksasi konka, ▪ Operatif (bila konsevatif tidak memberikan
frakturisasi konka multipel, konkotomi parsial perbaikan): menutup/menyempitkan lubang hidung,
ataupun BSEF (bedah sinus endoskopik fungsional)
Rhinitis Difteri Rhinitis Jamur
Penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium Penyakit yang disebabkan infeksi jamur Aspergillus,
diphteriae, dapat terjadi primer pada hidung atau Candida, Histoplasma, Fussarium dan Mucor.
Definisi
sekunder dari tenggorokan, dapat ditemukan
dalam keadaan akut atau kronik

▪ Aspergillus
▪ Candida
▪ Corynebacterium diphteriae
▪ Histoplasma
Etiologi ▪ Dipikirkan pada penderita imunisasi yang tidak
▪ Fussarium
baik
▪ Mucor

Tipe Invasif
Gejala
• Jika invasi jamur pada submukosa  perforasi
• Demam
septum
• Toksemia
• Pemeriksaan hidung  sekret mukopurulen,
• Limfadenitis
mungkin terlihat ulkus atau perforasi pada septum
• Paralisis otot pernafasan
Manifestasi disertai dengan jaringan nekrotik berwarna
• Ingus bercampur darah
klinis kehitaman (black eschar)
Pemeriksaan Fisik
Tipe Non invasif
• Psuedomembran putih yang mudah berdarah
• Rinolit (gumpalan jamur/ fungus ball) dengan
• Krusta coklat di nares anterior dan rongga
inflamasi mukosa berat
hidung
• Tidak ada destruksi kartilago dan tulang
Rhinitis Difteri Rhinitis Jamur
Pemeriksaan mikrobiologi dari sekret hidung Membutuhkan pemeriksaan sediaan langsung atau
kultur jamur ataupun pemeriksaan histopatologi  hifa
Diagnosis jamur pada lamina propia

- Dapat diberikan Anti Difteri Serum, Penisilin lokal Non invasif


dan intramuskular. • Mengangkat seluruh gumpalan jamur
- Pasien diisolasi sampai hasil pemeriksaan kuman • Pemberian obat jamur sistemik maupun topikal tidak
negatif. diperlukan

Invasif
Tata • Eradikasi agen penyebab dengan pemberian
Laksana antijamur oral dan topikal
• Cuci hidung dan pembersihan hidung secara rutin
untuk mengangkat krusta
• Bagian yang terinfeksi  diolesi dengan gentian
violet
• Debridement seluruh jaringan nekrotik
• Jika terjadi destruksi  rekonstruksi
Rhinitis Tuberkulosa Rhinitis Sifilis

Definisi Penyakit infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner Infeksi yang disebabkan kuman Treponema pallidum

Berhubungan dengan imunosupresif pada pasien


Treponema pallidum
Etiologi HIV-AIDS dengan infeksi Mycobacterium
Tuberculosa

Gejala Gejala
• Hidung tersumbat • Pada rinitis sifilis primer dan sekunder gejalanya
sama dengan rhinitis akut lainnya, namun terlihat
Pemeriksaan Fisik adanya bercak/ bintik pada mukosa
• Sekret mukopurulen • Pada rinitis sifilis tersier ditemukan gumma atau
Manifestasi
• Krusta, nodul, bisa menjadi ulkus ulkus, yang mengenai septum nasi dan
klinis
mengakibatkan perforasi septum

Pemeriksaan Fisik
• Sekret mukopurulen berbau dan krusta
• Perforasi septum
Rhinitis Tuberkulosa Rhinitis Sifilis
• Pemeriksaan BTA pada sekret hidung • Pemeriksaan mikrobiologi
• Pemeriksaan histopatologi  sel datia Langhans • Biopsi
Diagnosis dan limfositosis

- Penisilin
Tata - Antituberkulosis
- Obat cuci hidung
Laksana - Obat cuci hidung
PERADANGAN S I N U S P A R A N A S A L
SINUSITIS = RHINOSINUSITIS
Merupakan inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis
sehingga sering disebut rhinosinusitis.

•Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis


•Bila mengenai seluruh sinus disebut pansinusitis
Etiologi
ISPA akibat Virus, Rhinitis Alergi, Rhinitis Hormonal,
Polip Hidung, Kelainan Anatomi Hidung, Sumbatan
Kompleks Ostio-meatal (KOM), Infeksi Tonsil, Infeksi
Gigi.
Faktor lain yang berpengaruh → Lingkungan berpolusi, TERSERING!
udara dingin dan kering, polusi rokok. Sinus Maxilaris
dan Sinus
■ Pada anak, Hipertrofi adenoid merupakan faktor penting Ethmoid
penyebab sinusitis. (diagnosis dengan ro leher posisi lateral)
KLASIFIKASI RHINOSINUSITIS

Akut
• < 4minggu
• Bakteri utama : Strep. Pneumonia (30-50%), H. influenzae (20-40%) dan
Moraxella catarrhalis (4%). Pada anak M. catarrhalis (20%)

Sub akut • 4 minggu sampai 12 minggu

Kronis
• ≥ 12 minggu, dengan atau tanpa polip, dan terdapat tanda gejala alergi
(bersin, rinorea, hidung gatal, lakrimasi)
• Faktor predisposisi lebih berperan tetapi umumnya bakteri condong ke
arah gram negatif dan anaerob

22
DIAGNOSIS
Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang

• Hidung tersumbat • Konka hipertrofi / edem, • Foto polos posisi Waters,


• Nyeri tekan pada muka, sekret purulen (pus) PA, dan lateral 
namun kadang terasa di ditemukan di meatus media perselubungan, air fluid
tempat lain (reffered pain) (sinusitis maksilaris, level, atau penebalan
• Sekret purulen ethmoid anterior dan mukosa
• Post nasal drip frontalis), di meatus • CT Scan  GOLD
superior (sinusitis ethmoid STANDARD
• Demam, lesu, nyeri kepala,
posterior dan sfenoid) • Transluminasi  sinus
hiposmia/anosmia
yang sakit akan menjadi
suram atau gelap
• Pemeriksaan mikrobiologi
dan resistensi  sekret
meatus medius/superior
• Sinuskopi
23
X-RAY POSISI WATER’S
Tampak perselubungan pada sinus maxilla sinistra
24
TATALAKSANA
TUJUAN TERAPI TATALAKSANA RHINOSINUSITIS
RHINOSINUSITIS

Mempercepat penyembuhan Antibiotik

Mencegah komplikasi Dekongestan

Mencegah perubahan menjadi kronik Pencucian rongga hidung dengan NaCl

PRINSIP TERAPI RHINOSINUSITIS


Antihistamin tidak rutin diberikan

Membuka sumbatan di KOM Bedah sinus endoskopi fungsional


sehingga drainase dan ventilasi (BSEF/FESS)
sinus sinus pulih secara alami
25
DAFTAR PUSTAKA

26
DAFTAR PUSTAKA
• Adams GL, Boeis. 2012. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.
• Fokkens WJ et al. 2020. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps
2020. RHYNOLOGY. Vol 58. Supll 29;1-464
• Klimek, L et al. 2019. ARIA guideline 2019: treatment of allergeic rhinitis in the German
Health System
• PERHATI-KL. 2016. Panduan Praktik Klinis Panduan Praktik Klinis Tindakan Clinical
Pathway Di Bidang Telinga Hidung Tenggorok- Kepala Leher
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-
KL FK UI. Dalam: Rinorea, Infeksi Hidung dan Sinus. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. hal: 139-153

28
Terima Kasih

29

Anda mungkin juga menyukai