Anda di halaman 1dari 6

Buku Ajar THT FK UI

1. Rhinitis Alergi Pemeriksaan Penunjang


Reaksi alergi terdiri dari 2 fase;  Hitung eosinophil, basophil (alergi makanan),
PMN (bakteri)
 Reaksi alergi fase cepat  berlangsung kontak
 Pemeriksaan IgE
dengan allergen sampai 1 jam setelahnnya
 Pemeriksaan IgE dengan RAST atau ELISA
 Reaksi alergi fase lambat  berlangsung 2 – 4
 Pemeriksaan sitologi hidung
jam dengan puncak 6 – 8 jam (fase hiper-
 Skin Prick Test
reaktifivitas) setelah pemaparan dan dpt
berlangsung selama 24 – 48 jam.  Challenge Test

Klasifikasi WHO – sifat berlangsungnnya; Penatalaksanaan

 Intermiten: gejala kurang dari 4 hari / minggu  Menjauhkan dari allergen


 Persisten/menetap: gejala lebih dari 4 hari /  Antagonis Histamin H-1 / H-2
minggu  Dekongestan (agonis a-1)
 Kortikosteroid
Derajat berat ringan penyakit;  Antikolinergik topical (ipratropium bromide) 
rinore
 Ringan: tidak ditemukan gangguan tidur, aktivitas
harian, bersantai, berolahrga, belajar, bekerja dan  Anti – leukotriene (zafirlukast / montelukast) anti
hal lain yang mengganggu. IgE, DNA rekombinan
 Sedang-berat: bila terdapat satu atalu lebih dari  Operatif  pemotongan kona inferior
gangguan tersebut diatas.  Imunoterapi

Diagnosis; Komplikasi

 Serangan bersin berulang, terutama pada pagi hari  Polip Hidung


atau kontak dengan allergen  Otitis Media efusi yang sering residif, utama pada
 Ingus encer dan banyak anak
 Hidung tersumbat  Sinusitis paranasal
 Hidung dan mata gatal 2. Rhinitis Vasomotor
 Air mata keluar (lakrimasi) Gejala Klinik
Pemeriksaan Fisik  Sering dicetuskan rangsangna non-spesifik:
asap/rokok, bau menyekat, parfum, alcohol,
 Rinoskopi anterior;
o Mukosa edema, basah, berwarna pucat makanan pedas, udara dingin, dll
atau livid diserti secret encer yang banyak.  Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan
o Mukosa inferior tampak hipertrofi tergantung posisi pasien
 Gejala pada Anak;  Rinore yang mucoid atau serosa
o Bayangan gelap di daerah bawah mata  Gejala memburuk pada pagi hari watu bangun,
karena stasis vena sekunder akibat udara lembat, asap rokok dsb
obstruksi hidung (allergic shiner)  Berdasarkan gejala yang menonjol dibagi
o Anak suka menggosok hidung karena menjadi 3 golongan;
gatal dengan punggung tangan (allergic  Golongan bersin: membatik dengan AH dan
crease) glukokortikoid
o Mulut sering terbuka dengan lengkung  Golongan rinore: membaik dengan anti
langit yang tinggi sehindda menyebabkan kolinergik
gangguan pertumbuhan gigi (facies  Golongan tersumbat: membaik glukokortikoid
adenoid) topical dan vasokonstriktor oral
o Dinding posterior faring tampak granuler
Diagnosis
dan edema (cobblestone appearance)
o Dinding lateral faring menebal  Menyingkirkan rhinitis lain, dan dicari factor
o Lidak tampak seperti gambaran peta pemciu-nya
(geograpohic tounge)  RInoskopi anterior: edema mukosa hidung, konka
berwarna gelap atau merah tua dapat pula pucat.
 Permukaan konka licin atau berbenjol-benjol  Ingus encer
(hipertrofi)  Demam dan nyeri kepala
 Rongga hidung terdapat secret mucoid, biasanya  Mukosa tampak merah dan membengkak
sedikit, tetapi pada golongan rinore secret serosa  Infeksi bakteri  ingus mukopurulen
dan banyak.
 Lab dilakukan utk menyingkirkan alergi. Penatalaksaan

Penatalaksanaan  Istirahat
 Obat simptomatis  analgetika, antipiretik,
 Menghindari allergen dekongestan
 Pengobatan simptomatis  dekongestan oral, cuci  Antibioktik bila infeksi sekunder bakteri
hdiung dengan larutan fisiologis kortikosteroid 6. Rinitis Hipertrofi
lokasl, antikolinergik topical, kauterisasi konka  Perubahan mukosa hidung pada konka inferior 
 Operasi konkotomi parsial konka inferior, infeksi kronik
neuroektomi N. vidianus  Gejala utama  hidung tersumbat, mulut kering,
nyeri kepala dan gangguan tidur
Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik
dari rinore  Secret banyak dan mukopururel
 Rinoskopi anterior;
3. Rinitis Medikamentosa o Konka hipertrofi terutama pada konka
 Riwayat penggunaan obat vasokonstriktor topical inferior
dalam waktu lama dan berlebihan menyebabkan o Permukaan berbenjol-bejol
sumbatan menetap o Rongga hidung sempit
o secret mukopurulen di antara konka
Tanda dan Gejala
inferior dan septum juga di dasar rongga
 Mengeluh hidung tersumbat terus menerus dan hidung
berarir
Penatalaksaan
 Rinoskopi Anterior  edema / hipertrofi konka
dengan secret hidung yang berlebihan.  Tujuan  mengatasi factor yang menyebabkan
 Pemerian tampon adrenalin tidak mengurangi terjadinnya rhinitis hipertrofi
edema pada konka  Pengobatan simptomatis;
 Sumbatan hidung  kausatik konka (nitrasi
Penatalaksaan
argenti atau trikloroasetat) atau dengan kauter
 Hetikan penggunaan obat yang memicu listrik
 Untuk mengatasi sumbatna berulang;  X membaik  frakturisasi konka multiple,
 Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan konkoplasti, konkotomi parsial, lukasasi konka
turun secara bertahan 7. Rinitis Atrofi
 Obat dekongestan oral (mengandung  Infekri hidung kronik yang ditandai atrofi
pseudoefedrin) progresif pada mukosa dan tulang konka
4. Vestibulitis  Muka hidung menghasilkan secret yang kental dan
 Terjadi karena iritasi dan secret dari rongga hidung cepat mongering sehingga terbentuk krusta yang
akibat inflamasi mukosa  hipersekresi sel goblet berbau busuk.
dan kelenjar seromusinosa.  Umumnya  Wanita usia muda, rakyat dengan
 Trauma  korek – korek hidung sanitasi buruk
 Furunker pada vestibulum berbahaya  infeksi  Pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia
dapat menyebar ke V. facialis, V. opthalmica ke epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau
sinus kavernosus. gepeng berlapis, sillia menghilang, lapisan
 Bila terjadi furunkel pada vestibule  antibiotic submucosa menjadi lebih tipi dan kelenjar
dosis tinggi. berdegenerasi atau atrofi
5. Rinitis Simpleks / Common Cold / Coryza
 Penyebab: Rhinovirus, myxovirus, Coxsackie,
virus ECHO
 Stadium prodromal (beberapa jam)  rasa panas
dan kering dan gatal di dalam hdiung
 Bersin berulang
 Hidung tersumbat
Etiologi  Sekret mukopurulen, terlihat ulkus atau perforasi
pada septum disertai dengan jaringan nekrotik
 Infeksi Klebsiella ozaena (khas) Streptokokus,
berwarna hitam (black eschar)
Stafilokokus, pseudomonas aeruginosa
 Defisiensi FE Penatalaksanaan;
 Difesiensi Vit A
 Jamur Non-invasif: mengangkat seluruh
 Sinusitis kronik
permukaan jamur
 Kelainan Hormonal
 Obat jamur sistemik
 Penyakit kolagen termasuk autoimun
 Rinitis jamur invasive:
Gejala dan Tanda Klinis  Pemberian anti jamur oral dan topical.
 Cuci hidung dan pembersihan hidung rutin utk
 Napas berbau mengangkat krusta
 Ingus kental yang berwarna hijau, ada kerak  Debriment jaringan nekrotik dan tidak sehat, bila
(krusta) hijau sangat luas  rekonstruksi
 Gangguan penghidu
 Sakit kepala *sisanya rhinitis tuberkulosa, sifilis, dan rinoskleroma
 Hidung merasa tersumbat dan miasis hidung tdk dibuat karena ragu kepake apa
 Rinoskopi Anterior  rongga hidung sangat kagak 
lapang, konka inferior dan media menjadi hipotrofi 10. Karsinoma Nasofaring
atau atrofi, ada secret purulent dan krusta warna
hijau Tanda dan Gejala;
 PP  histopatologik konka media, pemeriksaan
 Gejala karsinoma nasofaring dibagi menjadi 4
mikrobiologi dan uji resisitensi kuman dan CT
kelompok;
sinus paranasal
 Gejala nasofaring
Penatalaksanaan o Epistaksis ringan atau sumbatan hidung
o Lakukan pemeriksaan nasofaringoskop
 Antibiotika spectrum luas sesuai dengan uji o Bisa saja tumor masih tumbuh di bawah
resistensi kuman mukosa (creeping tumor
 Obat cuci hidung garam hipertonik  Gejala telinga
 Operatif  penutupan lubang hidung atau o Timbul karena tempat asal tumor di muara
penyempitan lubang hidung tuba eustachius (fosa rosenmuller)
8. Rinitis Difteri o Tinitus, rasa tidak nyaman pada telinga
 Gejala akut  demam, toksemua, limfadenitis, o Otalgia / nyeri pada telinga
paralisis otot pernapasan o Gangguan pendengaran
 Ingus bercampur darah  Gejala matadan saraf
 Pseudomembran putih (abu-abu) yang mudah o Karsinoma melalui penjalaran sarah
berdarah dan krusta coklat di nares anterior foramen laserum  saraf yang terkena III,
 Perjalanan penyakit kronik lebih ringan tapi IV, VI, V. Gejala dikelukan bisa diplopia,
mudah menular Neuralgia trigeminal (sering)
 Diagnosis  pemeriksaan kumat dari secret o Proses karsinoma lanjut ke foramen
hidung (hapusan tenggorok?) jugulare  saraf yang terkan IX, X, XI,
 Terapi: pengobatan Difteri XII  sindrom Jackson
9. Rinitis Jamur o Bila mengenai seluruh saraf otak 
 Dapat terjadi bersama dengan rinosinositis dan sindrom unilateral
bersifat; o Dapat pula disertai destruksi tulang
 Invasive; tengkorak  prognosis buruk
 Hifa jamur pada lamina propia  Gejala leher (metastasis)
 Invasi pada submucosa  perforasi septum atau o Benjolan pada leher
hidung pelana  LHN (lesi Hiperplastik Nasofaring)  hipertrofi
 Non-invasive: rinolit (isinya gumpalan jamur) adenoid pada orang dewasa, pembesarannya nodul
 Biasanya tidak terjadi destruksi kartilago dan dan muosistis.
tulang
Diagnosis Diagnosis

 CT kepala leher  bisa tapi sulit kadag  Anamnesisi dn PF


tersembunyi  Laringoskopi  klasifikasi tumor, penyebaran
 Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA  virus tumor
EB  Biopsi jarum halus (FNAB)
 Diagnosis pasti  Biopsi nasofaring  Lab darah, CXR, CT laring
12. Laringitis Akut
Histopatologi
Kelanjutan dari rinofaringitis, pada anak dapat
 Karsinoma sel skuamosa (ber-keratinisasi)
menimbulkan sumbatan jalan napas.
 Karsinoma tidak berkeratinisasi
 Karsinoma tidak berdiferensiasi (limfoepitelioma, Tanda dan Gejala
sel transisional, sel spindle, sel clear, anaplastic,
 Gejala radang umum: demam, malaise
dll)
 Gejala local: suara parau sampai tidak berusara
 Sering terdapat kombinasi.
sama sekali (afoni), nyeri menelan / berbicara,
11. Tumor Ganas Laring
gejala sumbatan laring, barung kering dan lama
Histopatologi kelaman disertai dahak kental.
 Pemeriksaan Fisik;
 Karsinoma sel skuamosa, dengan 3 jenis tingkatan;
 Mukosa laring tampak hiperemis, membengkak
o Berdiferensiasi baik
teruata di atas dan bawah pita suara.
o Berdiferensiasi sedang
 Tanda radang akut di hidung atau sinurs paranasal
o Berdiferensiasi buruk
atau paru
 Klasifikasi letak tumor
o Supraglotik  tepi atas epiglottis sampai Penatalaksanaan
batas atas glottis termasuk pita suara palsu
dan ventrikel laring  Istarahat bicara selama 2-3 hari
o Tumor glotik  pita suara asli.  Menghirup udara lembab
 Batas inferior  10 mm dibawah  Menghindari iritasi faring laring (rokok, makan
tepi bawah bebas pita suara pedas, es)
 Batas superior  ventrikel laring  Antibiotic  peradangan paru
o Tumor subglotik  10 mm dibawah tepi  Sumbatan laring  trakeostomi
bebas pita suara asli sampai inferior 13. Laringitis Kronis
krikoid
Sering disebabkan sinusitis kronis, deviasi septum
o Tumor ganas transglotik  menyebarangi
berat, polip hidng, atau bronchitis kronis, vocal abuse.
ventrikel pita suara asli dan pita suara
paslu atau meluar ke subglotik  Peradangan di seluruh mukosa laring hiperemis
dan menebal dan kadang pemeriksaan patologi --<
Gejala
metaplasia skuamosa
 Serak  gejala utama
Gejala;
 Kadang kadang bisa afoni (karena nyeri),
sumbatan jalan napas atau paralisis komplit  Suara parau menetap
 Dipsnea dan Stridor  Rasa tersangkut di tenggorok  mendehem tanpa
 Nyeri tenggorok, disfagia secret karena mukosa menebal
 Batuk  jarang ditemukan  Pemeriksaan fisik;
 Hemoptisis (tumor glotik dan supraglotik) o Mukosa menbal, permukaan tidak rata dan
 Gejala lain  nyei alih ke telinga, ipsilateral, hiperemis.
halitosis, batuk, hemoptysis, penurunan BB.
Penatalaksaan;
 Pembesaran KGB cervical  metastasisi
 Nyeri tekan laring  komplasi supurasi tumor  Mengobati penyebab (sinusitis, faringitis,
bronchitis)
 Vocal resting
14. Abses Peritonsil (Quinsy) 15. Abses Retrofaring
Etiologi Etiologi

 Komplikasi tonsillitis akut atau infeksi kelenjar  Infeksi saluran napas atas yang menyebkan
mucus weber di kutub atas tonsil limfadenitis retrofiring
 Trauma dinding belakang daring oleh benda asing
Patologi
seperti tulang ikan atau adenoidektomi, intubasi
 Insiltrasi ruang potensial peritonsil endrotrakea dan endoskopi
 Stadium permulaan  pembengkakkan tampak  Tuberculosis vertebra servikalis bagian atas
permukaannya hiperemeis. (abses dingin)
 Berlanjut  supurasi sehinga daerahnya lunak Tanda dan Gejala
 Pembengkakkan peritonsil akan mendorong tonsi
dan uvula ke arah kontralateral  Rasa nyeri dan sukar menelan
 X diobati  iritasi M. pterygoid interna  gejala  Anak kecil  rewel, tidak mau makan minum,
trismus demam, leher kaku dan nyeri, sesak napas
 Abses dapat menyebabkan aspirasi ke paru terutama di hipofaring.
 Proses peradangn yang berlanjut  stridor
Tanda dan Gejala
 Sumbatan oleh abses  perubahan suara
 Tanda dan gejala tonsillitis akut  Dinding belakang faring tampak benjolan biasanya
 Odinofagia (nyeri menelan) hebat unilateral.
 Nyeri telinga (otalgia)  Mukosa tampak bengkak dan hiperemis.
 Muntah (regurgitasi) Diagnosis
 Mulut berbau (foetor ex ore)
 Banyak ludah (hipersalivasi), suara gumam (hot  Riwayat infeksi saluran napas atas / trauma
potato voice)  PP foto rontgen  tampak pelebaran ruang
 Trismus retrofiring lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa
 Pembengkakan kelenjar submandibular dengan  Pelebaran retrotrakeal > 14 mm pada anak dan
nyeri tekan. dewasa > 22 mm
 Berkurangnnya lordosis vertebra servikal
Pemeriksaan
Penatalaksanaan
 Palatum mole tampak membengkak dan menonjol
ke depan, teraba fluktuasi  Antibiotik parenteral (anaerob dan aerob)
 Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral  Insisi abses melalui laringoskopi
 Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak
Komplikasi
detritus dna terdorong kea rah tengah, depan,
bawah.  Penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskulaer
visera
Terapi
 Mediastinitis
 Stadium infiltrasi  antibiotic penisilin /  Obstruksi saluran napas atas  asfiksia
klindamisin + obat simtomatik  Pecah spontan  pneumonia aspirasi dan abses
 Obat kumur dengan cairan hangan dan kompres paru
dingin pada leher 16. Abses Retrofaring
 Abses  pungsi abses + pertimbangkan
Etiologi
tonsilekstomi
 Infeksi langsung
Komplikasi
 Proses supurasi kelenjar limfe leher bagian dalam,
 Abses pecah spontan  aspirasi paru atau piemia gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal,
 Penjalaran infeksi dan abses ke parafaring  mastoid, vertebra cervical
mediastinum  mediastinitis  Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofiring,
 Penjalan infeksi ke intracranial  leimmere atau submandibular
syndrome (trombus sinus kavernosus), meningitis
dan abses otak.
Tanda dan Gejala 18. Angina Ludovici

 Trimus Etiologi
 Indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus
 Berasal dari gigi atau dasar mulut oleh kuman
mandibular
aerob dan anaerob
 Demam tinggi
 Pembengkakan dinding lareral faring  menonjol Tanda dan Gejala
ke medial
 Nyeri tenggorok dan leher
Diagnosis  Pembengkakan pada submandibular yang tampak
hiperemeis dan keras pada perabaan
 Riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik
 Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah
 PP : rontgen lunak AP atau CT scan
kebelakang  sesak napas
Penatalaksanaan
Diagnosis
 Antibiotik dosisi tinggi, parenteral (aerob dan
 Riwayat sakit gigi, gejala dan tanda klinik
anaerob)
 Pada pseudo angina Ludovici dapat fluktuasi
 Evaluasi abses, bila tidak ada perbaikann dlm 24-
48 jam  insisi dari luar dan intra oral Penatalaksanaan
 Perawatan rawat inap
 Antibiotic dosis tinggi parenteral
Komplikasi  Eksplorasi untuk dekrompresi (mengurangi
ketegangan)
 Peradangan hematogen, limfogen, langsung
 Evakuasi pus (pada angina Ludovici jarang ada
(perkontinuitatum)
pus) atau jaringan nekrosis
 Penjalaran ke atas  peradangan intra kranial
 Insisi di haring tengah secara horizontal setinggi
 Penjalran ke bawah  mediastinitis
os hyoid
 Abses dapat merusak P.darah  nekrosis sampai
 Pengobatan sumber infeksi
rupture  perdarah hebat
 Perawatan rawat inap
 Tromboflebitis dan septicemia.
17. Abses Submandibula Komplikasi
Etiologi  Sumbatan jalan napas
 Mediastinitis
 Dapat berusmber dari gigi, dasar mulut, faring,
 Sepsis
kelenjar liur, atau kelenjar limfa submandibular
atau kelainan kelenjar lain
 Kumannya campuran aerob, anaerob
Tanda gan Gejala

 Demam
 Nyeri leher
 Pembengkakan mandibular dana tau bawha lidah
 Trismus
Penatalaksanaan

 Antibiotika parenteral
 Evakuasi abses, insisi di tempat yang paling
berfluktuasi
 Perawatan rawat inap

Anda mungkin juga menyukai