NIM : 2018730046
PERTANYAAN:
JAWABAN:
• inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih
gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek
(sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/
hilangnya penghidu dan salah satu dari
• temuan nasoendoskopi: - polip dan/ atau - sekret mukopurulen dari meatus medius
dan/ atau - edema/ obstruksi mukosa di meatus medius dan/ atau
Diagnosis Gejala lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya
harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/
posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu
dengan validasi per-telepon atau anamnesis tentang gejala alergi, ingus seperti air,
hidung gatal, mata gatal dan berair, jika positif ada, seharusnya dilakukan
pemeriksaan alergi. (Foto polos sinus paranasal/ tomografi komputer tidak
direkomendasikan)
Sumber : Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F, et al. EPOS 2012:
European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps 2012. A summary for
otorhinolaryngologists. Rhinology. 2012;50(1):1–12.
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak
berbahaya. Suatu keadaan dimana orang menjadi sangat rentan terhadap bahan / senyawa,
yang bagi orang lain tidak menimbulkan gangguan.
Antihistamin disebut sebagai anti-alergi karena alergi juga menimbulkan inflamasi. Ia adalah
reaksi yang berlebihan dari sistem pertahanan tubuh terhadap gangguan dari luar, baik
makanan, obat, maupun udara dingin. Salah satu alat serang yang dilepas tubuh ke dalam
pembuluh darah adalah histamine yang menyebabkan kontraksi atau menciutnya berbagai
alat vital, sperti bronkus dan usus, serta peningkatan sekresi mucus atau lender dan resistansi
saluran napas.
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan yang
umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.
Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang
yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
alergen. Terdapat 2 kemungkinan yang terjadi pada mekanisme reaksi alergi tipe I, yaitu :
Gambar 2 A : Alergen langsung melekat/terikat pada Ig E yang berada di permukaan sel mast
atau basofil, dimana sebelumnya penderita telah terpapar allergen sebelumnya, sehingga Ig E
telah terbentuk. Ikatan antara allergen dengan Ig E akan menyebabkan keluarnya
mediatormediator kimia seperti histamine dan leukotrine. Gambar 2 B : Respons ini dapat
terjadi jika tubuh belum pernah terpapar dengan allergen penyebab sebelumnya. Alergen
yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan sel B, sehingga menyebabkan sel B
berubah menjadi sel plasma dan memproduksi Ig E. Ig E kemudian melekat pada permukaan
sel mast dan akan mengikat allergen. Ikatan sel mast, Ig E dan allergen akan menyebabkan
pecahnya sel mast dan mengeluarkan mediator kimia. Efek mediator kimia ini menyebabkan
terjadinya vasodilatasi, hipersekresi, oedem, spasme pada otot polos. Oleh karena itu gejala
klinis yang dapat ditemukan pada alergi tipe ini antara lain : rinitis (bersin-bersin, pilek) ;
sesak nafas (hipersekresi sekret), oedem dan kemerahan (menyebabkan inflamasi) ; kejang
(spasme otot polos yang ditemukan pada anafilaktic shock).
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah :
Konjungtivitis
Asma
Rinitis
Anafilaktic shock
Reaksi Alergi tipe II {Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)} Reaksi alergi tipe II
merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi
melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi
yang berperan biasanya Ig G. Berikut (gambar 2 dan 3a) mekanisme terjadinya reaksi alergi
tipe II.
Contoh penyakit-penyakit :
Reaksi Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders) Merupakan reaksi alegi yang dapat
terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks antigen antibody berada di jaringan.
Gambar berikut ini menunjukkan mekanisme respons alergi tipe III. 2.3.4.5 Secara ringkas
penulis merangkum reaksi alergi tipe 3 seperti pada gambar 5.
Penyakit :
Reaksi Alergi Tipe IV {Cell-Mediated Hypersensitivities (tipe lambat)} Reaksi ini dapat
disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal (“self”). Reaksi ini melibatkan sel-
sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T. Ekstrinsik : nikel, bhn kimia Intrinsik:
Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I diabetes), Multiple sclerosis (MS),
Rheumatoid arthritis, TBC.1
Sumber : Nuzulul Hikmah, I Dewa Ayu Ratna Dewanti. 2020. Seputar Reaksi
Hipersensitivitas: Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Vol. 7 No.
2 2010: 108-12
Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on
Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi:
a. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
b. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:
a. Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
b. Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
a. Krikotiroidektomi
Definisi
Tindakan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, dengan membuka atau melubangi
membran krikotiroidea. Krikotirotomi adalah segera harus dilakukan untuk
mengamankan jalan nafas, terutama pada kasus obstruksi jalan nafas bagian atas yang
hebat.
Indikasi Operasi
Obstruksi jalan nafas atas yang hebat, dimana persiapan trakeostomi belum dapat
dilakukan.
Kontraindikasi Operasi
Teknik Operasi
Menjelang Operasi :
Tahapan operasi
- Stabilisasi laring dengan jari dan palpasi membran krikotiroid
Komplikasi Operasi
- Perdarahan
Definisi
Prosedur operasi membuka trakea dan memasang kanula di dalam lumen trakea.
Trakeostomi adalah tindakan pembedahan yang bertujuan untuk bypass jalan nafas
pada penderita yang mengalami obstruksi jalan nafas bagian atas, untuk melakukan
tracheobronchial toilet pada penderita dengan kesadaran menurun, atau untuk
keperluan pemasangan respirator. Tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea
dengan membuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 3.
Indikasi Operasi
- Perlukaan trakea.
Kontraindikasi Operasi
Teknik Operasi
Menjelang Operasi :
Tahapan Operasi
- Desinfeksi dengan Povidone
- Bila sayatan terlalu lebar kulit dijahit situasi saja (jangan terlalu rapat;
supaya tidak terjadi emtisema kutis).
Komplikasi Operasi
- Perdarahan
- Perforasi esophagus
- Fistel trakheoesophageal
Komplikasi Dini
Komplikasi Lambat
Paska bedah observasi terlebih dahulu hingga 24 jam pertama Perawatan/ pengobatan
terhadap penyakit primer Perawatan kanula trakeostomi :
Masukkan kateter tanpa penghisapan hingga terasa ada tahanan, akhir inspirasi,
penghisap dihidupkan sampai kateter ditarik keluar dengan gerakan memutar. Basuh
kateter, ulangi hingga jalan nafas bersih