STEP 1
1. Angioedema
- Reaksi kulit yang berbentuk seperti urtikaria, tetapi lebih parah dari urtikaria
terdapat pembengkakan dibagian kulit atau membrane mukosa predileksi disekitar
mata atau juga bisa disekitar bibir. Urtikaria di bagian epidermis tetapi juga bisa
dibagian kulit, angioderma berada dibagian dermis.
- Biasannya bengkaknya bisa nyeri yang disebabkan oleh alergi, serbuksari, obat2an
bulu binatang atau makanan.
2. Urtikaria
- Urtikaria bisa dikenal oleh biduran yang merupakan kondisi dimana adannya lesi
pada kulit yang meninggi dan gatal bisa disebabkan oleh makanan obat2an dan
iritasi dll.
- Edem kulit yang disertai oleh halo eritem dan rasa gatal, cepat timbul dan bisa
timbul dalam waktu 24 jam.
STEP 2
1. Mengapa terdapat keluhan hebat sesak nafas setelah meminum obat golongan penicilin
?
2. Mengapa kedua kelopak mata didapatkan angioderma dan urtikaria di seluruh tubuh ?
3. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan nafas cuping hidung, retraksi subcostal,
stridor, wheezing, Ketika ekspirasi memanjang dan muka kebiru-biruan ?
4. Mengapa pasien dibaringkan dan dielevasikan kedua tungkainya ?
5. Mengapa pasien didapatkan keluhan muntah dan nyeri abdomen ?
6. Mengapa kesadaran pasien somnolen dan pada saat pemeriksaan ditemukan
hipotensi ?
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario ?
8. Apa saja etiologi dari kasus di scenario ?
9. Bagaimana tindakan awal dan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus
di scenario ?
10. Bagaimana tatalaksana yang harus dilakukan pada scenario ?
11. Bagaimana prognosis dari scenario ?
STEP 3
1. Mengapa terdapat keluhan hebat sesak nafas setelah meminum obat golongan penicilin
?
- Sesak nafas : sensai nafas yang pendek, untuk etiologinnya da 4 kategori primer
1, nyeri hebat yang berhubungan dengan paru2 : ppok, asma
2, system kardiovaskuler
3, neuromuscular : terdapat trauma dibagian dada yang dapat menjadikan sesak
nafas
4, penyebab sistemik lain : anemia, metabolic asidosis, anafilaksis.
Pada scenario dikarenakan antivioti jenis peicilin yang dapat menyebabkan
hipersensitivitas
mengkonsumsi antibiotic penicillin bisa, dianggap sebagai antigen- antigen akan di
presentasikan oleh sel T hlper yang akan menstimulasi dari sel b yang akan
berdefirensiasi menjadi sel b plasma yang akan diproduksi oleh sel immunoglobulin
b plasma – gama reseptor. Reaksianafilaksis ada yang segera dan ada yang late ig E
terikat reseptor gama maka sel antigen akan menempel igE yang menempel pada sel
mast yang akan mengalami deferensiasi yang akan merilis mediator2 yang paling
besar pengaruh yaitu histamin yang memiliki efeksamping lain kontraksi otot polos
yang berada pada saluran, akan mengalami konstriksi yang akan mengeluhkan sesak
nafas.
- Jika terdapat hubungan pada histamin di sistemrespirasi akan meningkatkan sekresi
mucus yang akan menimbulkan sesak nafas, dan salah satu mediator kimase yang
akan menyebabakan ke dua distribusi di ajntung dan paru2 dan akan menyebabkan
mengapa pada saat minum penicillin di sesak nafas .
2. Mengapa kedua kelopak mata didapatkan angiodema dan urtikaria di seluruh tubuh ?
- Urtikaria (biduran) terjadi di lapisan dermis kulit dan angioedema ( dilapisan dalam
jaringan subkutan) bisa terjadi dikarenakan reaksi alergi dikarnakan ada rangsangan
allergen masuk kedalam aliran darah sel mast akan mengikat immunoglobulin yang
akan aktif dana akn mengeluarkan mediator2 seperti histamin yang akan
menyebabkan reaksi alergi pada kulit muncil urtika dan angioedema.
- Obat2 yang bisa menyebabkan : oais, antikonfulsan, akan menyebabkan urtika dan
angioedema muncul beberapa menit dan jam setelah mengkonsumsi dan akan
berlanjut pada anfilaksis.
- Ketika pasien minum obat itu bisa terjadi reasi tipe A ( overdosis) dapat terprediksi
tegantung dosis yang diminum dan pada scenario rekasi tipe B ( intoleransi) tidak
tergantung dosis dan sulit di prediksi kemungkinan pasien intoleransi pada obatnya
mekanisme alergi yang diperantarai oleh alergi , timbul urtika dan angioedema
mekanisme antigen akan memicu oleh pengeluaran IG E dan berkenalan dengan se
mast yang akan memicu histamin peningkatan permeabilitas kapiler dan akan terjadi
ektravasasi cairan intravaskuler yang akan memicu timbulnya edem dan akan
menyebabkan syok anafilaktif bronkospasm dan menyebbakan efek2 lain yang
diperantarai IGE.
- Sekitar 40 % paseien urtikaria diserti angioedema dan 50 % urtikaria 10%
angioedema.
3. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan nafas cuping hidung, retraksi subcostal,
stridor, wheezing, Ketika ekspirasi memanjang dan muka kebiru-biruan ?
- Stridor : ketikamendengar pasien datang whezzing terjadi adannta alergi atau
inflamasi pada saluran nafas terjadi obstruksi terjadi penyumbatan dan kontraksi
oto2 pernafasan- menekan otot2 dan menyubat saluran penafasan akan
menyebabkan whezzing
- Efek histamin akan memicu kontrasksi oto polos – spasme laring dan akan
menyebabkan saluran nafas sempit – akan berusaha marik nafas dan akan
menyebbakan nafas uping hidung daan akan menyebabkan retraksi subcostal dan
akan menyebabkan nafasnya lambat dan sianosis kecukupan oksigennya kurang-
kemungkinan sudah lama dan sampai dirumahsakit sudah biru oksigen sudah agak
habis dan tampak kebiruan.
7. Bagaimana tindakan awal dan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus
di scenario ?
- Menghentikan dari alergennya yang menyebabkan reksi anafilaksis dan selanjutnya
di elevasikan tungkainnya agar emperbaiki curah jantung menaikan tekanan darah
pasien dan dilakukan ABCDE (dinilai jalan nafas agar tidak ada sumbatan look lisen
feel dilakukan triple airway manuver, segera diberi nafas bantan apabila tidak ada
tanda2 pernafasan , jika tidak teraba nadi dilakukan kompresi jantung).
- Pemeriksaaan penunjang :
1. Jumlah leukosit : pada alergi jumlah leukosit normal jika disertai alergi
2. Serum IG E Total memperkuat adannya alergi didapatkan 60-80 % pasien
3. Tes kulit : untuk menentukan antibody spesifik IG E yang spesifik dalam kulit
pasien secara tidak angsung menunjukan antibody pada organ yang sakit ( tes
tusuk , intradermal test, test kulit, IG E Spesifik)
4. Serum Triktase : untuk mengidentifikasi rekasi lain karena aktivasi sel mast
Non medical :
- Edukasi terhadap reaksi anafilaksis
- Mengkonfrimasi factor pemicu anafilaksis dan pencegahannya (asma diterapi dan
penyakit memperberat tetp diterapi)
- Menghindari factor pemicunnya
Bagan Tatalaksana
Minum Obat
Hipersensitivitas Tipe 1
Urtikaria,
Syok Anafilaktik angioedema, sesak
nafas, hipotensi,
Evaluasi
STEP 7 (LI)
1. Mengapa terdapat keluhan hebat sesak nafas setelah meminum obat golongan penicilin
?
Anafilaktik merupakan reaksi hipersensitivitas yang timbul segera setelah pasien
terpajan oleh alergen atau faktor pencetus lainnya dan merupakan kondisi darurat
serta dapat mengacam nyawa. Syok anafilaktik adalah manifestasi klinis dari
anafilaktik yang ditandai dengan penurunan tekanan darah dan kolaps sirkulasi.
Pada reaksi anafilaktik terjadi pengeluaran mediator-mediator oleh sel mast dan
sel basofil yang bersifat sistemik. Terdapat 3 fase yaitu fase sensitisasi yaitu
individu setelah terpapar bahan alergen dan selanjutnya menghasilkan antibodi IgE
yang dikeluarkan oleh sel B. Kemudian dilanjutkan dengan fase aktivasi yaitu
antibodi IgE akan berikatan dengan reseptor IgE yang terletak pada permukaan sel
mast atau sel basofil. Ikatan antara antibodi IgE dan reseptor tersebut memicu
degranulasi seluler yang akan melepaskan mediator-mediator.
Mediator-mediator yang dilepaskan oleh sel mast dan sel basofil yaitu histamin,
triptase, kimase, carbopeptida A dan mediator lipid melalui sintesis de novo
melepaskan mediator antara lain cysteinyl leucotriene C, Prostaglandin D dan
platelet activating factor (PAF). Mediator ini dilepaskan oleh sel mast dan sel basofil
dalam beberapa menit. Sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF-α, interleukin-4
(IL-4), IL-6, dan IL-13 akan dilepaskan beberapa jam atau beberapa hari setelah
aktivasi sel mast. Fase efektor merupakan dampak klinis pada syok organ sebagai
akibat pelepasan mediator-mediator tersebut.
Distribusi sel mast tersebar luas pada organ dan jaringan salah satunya di
jantung. Pada jantung sel mast berlokasi di fibrin myocardial, mengelilingi
pembuluh darah dan bagian intima pembuluh darah arteri. Aktivasi sel mast pada
jantung dengan mengeluarkan mediator-mediator oleh karena rangsangan pada sel
mast organ lainnya. Mediator yang akan dikeluarkan sel mast pada jantung yaitu
kimase yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah kimase yang dikeluarkan oleh
sel mast pada paru dan kulit. Selain itu, renin juga dilepaskan akan memicu Sistem
rennin-angiotensin (RAS). Angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II oleh
angiotensin-converting enzyme (ACE). Kimase yang dilepaskan oleh sel mast jantung
dapat berperan sebagai ACE. Angiotensin II akan mengaktifkan reseptor Angiotensi
I pada saraf simpatis yang merangsang sistem adrenergik. Hiperaktivitas
adrenergik dapat merangsang timbulnya aritmia jantung, infark miokard dan
kematian akibat serangan jantung yang disebabkan oleh anafilaksis.
Mediator lain yang dikeluarkan oleh sel mast pada jantung adalah histamin.
Histamin merupakan mediator utama pada syok anafilaktik. Histamin disintesis oleh
fosfat piridoxal (vitamin B-6) yang mengandung decarboxilase L-histidin yang
berasal dari asam amino histidin. Histamin memiliki 4 reseptor yang tersebar
pada organ target yaitu H1R, H2R, H3R dan H4R. masing-masing reseptor
memberikan efek yang berbeda-beda
Efek yang dapat terjadi bila suatu alergen berikatan dengan reseptor H1
adalah dapat menyebabkan kontraksi pada otot polos seperti pada sistem
gastrointestinal sehingga timbul keluhan kram perut. Efek pada sistem
respirasi adalah peningkatan sekresi mucus sehingga keluhan yang muncul
berupa sesak. Pada sistem cardiovaskuler efek reseptor H1 bersama
dengan H2 adalah menimbulkan hipotensi dan takikardi oleh karena
pelepasan katekolamin yang menimbulkan terjadinya aritmia dan blok
konduksi atrioventrikular. Histamin dapat menyebabkan penurunan aliran darah
arteri koroner dan menyebabkan spasme yang berat pada arteri koroner. Selain
itu, histamine dapat merangsang pembentukan faktor-faktor jaringan pada sel
otot polos vaskular dan sel endotil yang terdapat pada jantung. Faktor jaringan
akan mengaktifkan factor X dalam pembentukan thrombin
Sumber : Tjok Prima Dewi Pemayun dan Ketut Suryana. 2019. Laporan Kasus : Seorang
Penderita Syok Anafilaktik dengan manifestasi takikardi supraventricular. Jurnal
Penyakit Dalam Udayana Vol 3. No 2
2. Mengapa kedua kelopak mata didapatkan angiodema dan urtikaria di seluruh tubuh ?
- Urtikaria adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya edema kulit superfisial
setempat dengan ukuran bervariasi sering dikelilingi oleh halo eritem yang disertai
rasa gatal atau panas. Ruam urtikaria cepat timbul dan hilang perlahan-lahan dalam
1-24 jam.-
- Sedangkan angioedema adalah urtikaria yang terjadi pada lapisan dermis bagian
bawah atau subkutis, sering mengenai wajah dan membran mukosa seperti bibir,
laring dan genetalia. Pada angioedema lebih dominan rasa nyeri daripada gatal dan
ruamnya hilang secara perlahan dalam 72 jam. Frekuensi urtikaria diperkirakan
sebesar 20% dari seluruh populasi, dapat terjadi pada semua umur namun lebih
sering pada wanita dan biasanya pada usia 20-40 tahun. Sekitar 40% pasien urtikaria
disertai angioedema, 50% hanya dengan urtikaria sedangkan angioedema saja
sebesar 10%. Ada banyak faktor penyebab urtikaria dan angioedema seperti
toleransi terhadap makanan, infeksi, obat-obatan, trauma fisik dan penyakit
sistemik, namun 70-95% penyebabnya masih belum diketahui terutama pada
urtikaria kronik.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di
tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada
Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B
berproliferasi menjadi sel plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi IgE spesifik
untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor pemukaan sel Mast (Mastosit)
dan basofil. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang.
Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang
sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu
pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamine, serotonin, bradikinin dan beberapa
bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membrane sel yang
akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi 8 beberapa
waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators.
Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai
efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada
organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet
activating factor (PAF) berefek bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler,
agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan
neutrofil. Prostaglandin leukotrien yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi
agar didapatkan pengaruh gaya gravitasi dengan pengangkatan tungkai pada sudut 30 o,
40o, dan 90o. elevasi adalah upaya penggunaan gaya gravitasi untuk meningkatkan
aliran balik vena dan limfe akibatnya terjadi penurunan tekanan hidrostatik (Villeo dan
Otr, 2012).
Elevasi tungkai meningkatkan preload ventrikel kiri dan kanan. Kondisi ini
menghasilkan efek mirip seperti memberi transfusi cairan (autotransfusi). Mekanisme
yang berperan dalam mempengaruhi preload adalah dengan meningkatnya tekanan
sistemik rata-rata dan dorongan aliran darah vena akibat pengaruh pergeseran
gravitasi. Efek elevasi tungkai terhadap peningkatan curah jantung barangkali
dipengaruhi oleh derajat dari elevasi tungkai dan adanya cadangan cardiac preload
sesuai hukum (Frank-Starling (Chopra Sahil, 2019).
Pada renjatan yang berat (syok anafilaktik), penatalaksanaan pada dasarnya ditujukan
untuk mengembalikan sirkulasi yang adekuat, dan memberikan ventilasi yang bagus,
dan bila mungkin dilakukan upaya pencegahan.
TINDAKAN SEGERA
Tindakan pertama yang paling penting dilakukan menghadapi pasien dengan syok
anafilaktik adalah mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen yang
diduga menyebabkan reaksi anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas yang
keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah
balikvena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah
Sumber : Vinoshalni Jessenggar dan I Gusti Putu Sukrana. 2016. Penatalaksanaan Syok
Anafilaktik
1. Reaksi vasovagal
Reaksi vasovagal sering dijumpai setelah pasien mendapat suntikan. Pasien tampak
pingsan, pucat, dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan reasi anafilaktik, pada
reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun tekanan darahnya
turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik.
2. Infark miokard akut Pada infark miokard akut gejala yang menonjol adalah nyeri dada,
dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak
tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri
dada
Reaksi Anafilaksis?
Ya
Jika terdapat hipotensi atau takikardia bolus cairan Infus dengan cairan
plasma atau kristaloid
Anak : 20 mg/kgBB
Dewasa : 1 liter
Dengan penanganan yang cepat, tepat dan sesuai dengan kaedah kegawatdaruratan,
reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian. Namun pasien yang pernah mengalami
reaksi anafilaksis mempunyai resikountuk memperoleh reaksi yang sama bila terpajan
oleh pencetus yang sama.5 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis
dari reaksi anafilaksis yang akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut,
yaitu umur, tipe, alergen, atopi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis,
asma, keseimbangan asam basa dan elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti
βblocker dan ACE Inhibitir, serta interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai
penanganan reaksi anafilaksis dengan injeksi adrenalin.
(Rengganis I, Sundaru H, 2009, Renjatan Anafilaktik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Interna Publishing, Jakarta)
12. Bagaimana Patofisiologi dari scenario ?
13. Apa saja Obat-obatan farmakodinamik yang harus diberikan pada pasien ?
- Obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaktik adalah adrenalin. Obat ini
berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh darah,
melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas otot jantung. Adrenalin bekerja pda
reseptor adrenergic di seluruh tubuh sehingga mempunyai kemampuan
memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot
polos bronkus. Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan
tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek.
- Cara pemberian adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas, paha ataupun
sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada
penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang cepat setelah
pemberian intramuskuler. Pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler
lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Berikan 0.5 ml larutan
1:1000 (0.3-0.5 mg) untuk orang dewasa dan 0.01 ml/kg BB untuk anak. Dosis diatas
dapat diulang beberapa kali tiap 5-15 menit, sampai tekanan darah dan nadi
menunjukkan perbaikan.
- Pemberian antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas vascular yang diakibatkan oleh pelepasan mediator
dengan cara menghambat pada tempat reseptor-mediator tetapi bukan merupakan
obat pengganti adrenalin. Tergantug beratnya penyaki, antihistamin dapat diberikan
oral atau parenteral. Pada keadaan anafilaksis berat antihistamin dapat diberikan
intravena. Untuk AH2 seperti simetidin (300mg) atau ranitidun (150mg) harus
diencerkan dengan 20 ml NaCl 0.9% dan diberikan dalam waktu 5 menit. Bila
penderita mendapatkan terapi teofilin pemakaian simetidin harus dihindari sebagai
gantinya dipakai ranitidin. Anti histamine yang juga dapat diberikan adalah
dipenhidramin intravena 50 mg secara pelan-pelan (5-10 menit), diulang tiap 6 jam
selama 48 jam.
(Rengganis I, Sundaru H, 2009, Renjatan Anafilaktik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Interna Publishing, Jakarta)
(Stephen FK, 2011, Anaphylaxis Medication, Medscape, Available from:
http://emedicine.medscape.com)