Anda di halaman 1dari 42

SYOK ANAFILAKTIK

Dr. B. Gebyar Tri B., SpA


Pendahuluan

Anafilaksis yang disertai hipotensi dengan
atau tanpa penurunan kesadaran.
Keadaan gawat darurat yang dapat
mengancam jiwa, sehingga harus segera
dikenal dan ditanggulangi dengan cepat dan
tepat.
Harus memahami dasar patofisiologi dan
mengenal gejala atau gambaran klinis syok
anafilaktik.
Anafilaksis: Reaksi mendadak
mengancam jiwa karena proses
imonologi yaitu reaksi alergen-
antibodi

Anafilaktoid: Reaksi yang menyebabkan
gejala fisik yang sama tetapi tidak
disebabkan reaksi imunologi


Effector mechanisms against
extracellular pathogens
COMPLEMENT Activation
Bacteria in plasma
Ab &
COMPLEMENT
+
Phagocytosis
binding
Complement &
Fc receptor
Lysis
Opsonisation
Definisi syok

Gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi
dan oksigenasi jaringan.
Bahaya syok : Jaringan akan
kekurangan oksigen dan bisa cedera.
Patofisiologi

Ada 5 tahap:
1. Perubahan dinding Mastosit/Basofil oleh karena
rangsangan:
*Alergen-IgE
*Agregasi komplek imun
*Aktifasi komplemen


Mast Cells and basophiles involve in allergic
reaction in the context of antigen-IgE
2. Aktifasi enzim dinding sel:
*Pemecahan asam arakidonat
*Penurunan rasio cAMP/cGMP
Arachidonic Acid
Phospholiphase A
Cyccloxygenase Lipoxygenase
Prostaglandine
TXA
Prostacyclin
Leukotriene A
Leukotriene B
Leukotriene C
HETE,5-HETE, PAF


3. PELEPASAN MEDIATOR:

*Preformed mediator: histamin, serotonin, Neutrofil
Chemotactic Factor, Eosinophile Chemotactic Factor

*Newly generated mediator: Leukotrien B4, LTC4,
LTD4, Thromboxan, Prostaglandine D2, Kinin, Platelet
Actifating Factor


4. Respons Patologi Fungsional:

*Peningkatan permeabilitas vaskuler: sembab, hipotensi
*Kontraksi Otot polos
*Sekresi mukus
*Perubahan eksitabilitas dan kontraktabilitas otot
jantung

5.Keradangan dan keterlibatan mediator
sekunder:
*Penyusupan lekosit karena kemotaktik
*Agregasi platelet
*Aktifasi Komplemen
*Pemecahan proteolitik

Nature Rev Immunol 2004: 3:234-237
Granule contents:
Histamine,TNF-a
Proteases, Heparin
Lipid mediators:
Prostaglandins
Leukotrienes
Cytokine production:
Specifically IL-4, IL-13
Definisi Syok Anafilaktik
Respon klinis akut dan reaksi
alergi/hipersensitivitas tipe 1
Mengenai berbagai sistem organ terutama
kardiovaskular, respirasi, kulit dan gastrointestinal.
Reaksi oleh mediator yang dilepaskan dengan
cepat dari sel mast atau basofil akibat interaksi
alergen specifik dengan antibodi Imunoglobulin E
spesifik yang terikat pada sel tersebut.
Etiologi

1.Antibiotik: Penicilin, ampicilin, Chepalosporin,
Basitrasin, Neomicin.
2.Ekstrak Alergen: Rumput tertentu, Jamur.
3.Serum: Antitoksin tetanus, difteri,anti bisa ular.
4.Hormon: Insulin, Ekstrak pituitari, ACTH,
Vasopresin.
5.Polisakarida : dekstran
6.Makanan: Putih telur, susu, kacang, udang,
kerang.
7.Obat lain: Pentotal arginin, Diazepam, Heparin.

Patogenesis

Reaksi hipersensitivitas tipe 1
merupakan rangkaian proses berantai:
1.Terpaparnya dengan alergen.
2. Pembentukan IgE sebagai respon
terhadap alergen.
3. Terikatnya IgE pada sel mast.
4. Terpaparnya ulang dengan alergen
yang sama.

5. Interaksi alergen dengan IgE specifik
untuk alergen tersebut yang terikat
pada permukaan sel mast.
6. Lepasnya mediator kimia dari sel
mast yang sensitif.
7. Efek mediator tersebut pada
berbagai organ sehingga timbul
manifestasi klinis.
Menurut jarak waktu timbulnya, reaksi
hipersensitivitas tipe1 terdiri dari 2 fase:

1. Reaksi hipersensitivitas tipe 1 fase cepat,
terjadi beberapa menit setelah terpapar oleh
alergen yang sama untuk kesekian kalinya.
Reaksi puncak pada 15-20 menit pasca
paparan dan berakhir sekitar 60 menit
kemudian.
2. Reaksi hipersensitivitastipe 1 fase lambat,
terlihat pertambahan jenis dan jumlah sel-sel
inflamasi yang berakumulasi di jaringan
sasaran.
Granule contents:
Histamine,TNF-a
Proteases, Heparin
Lipid mediators:
Prostaglandins
Leukotrienes
Cytokine production:
Specifically IL-4, IL-13
Peningkatan
permeabilitas
kapiler
Fluid shift renjatan
Urtikaria
Wheezing
Sistem Kardiovaskuler

- Gangguan sirkulasi perifer: pucat,
ekstremitas dingin, CTR menurun (< 2 detik)
- Nadi cepat dan halus.
- Tekanan darah rendah, kurang bisa
menjadi pegangan, karena adanya
mekanisme kompensasi sampai terjadi
kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
- Vena perifer kolaps, vena leher merupakan
penilaian yang paling baik.
- CVP rendah.
Tanda dan gejala
Sistem Respirasi
- Pernapasan cepat dan dangkal.

Sistem saraf pusat
- Tekanan darah rendah menyebabkan
hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai
tidak sadar.

Sistem Saluran Cerna
- Mual dan muntah.

Sistem Saluran Kencing
- Produksi urin berkurang
Diagnosis


- Kesadaran menurun
- Hipotensi
- Tanda vital ortostatik, tensi sitolik
turun 10 mmHg atau lebih serta denyut
jantung meningkat lebih dari 15
kali/menit, bila pasien berubah posisi
dari berbaring ke duduk atau berdiri.

-Hipoperfusi perifer, tubuh dingin, kadang
terdapat bercak-bercak, pulsasi nadi perifer
lemah atau tidak teraba sama sekali.


-Urtikaria gatal di kulit, suara parau serta
kesukaran bernafas.
Anamnesis dicari :
- Baru mendapatkan zat-zat antigen seperti
obat-obatan (antibiotik dll), racun serangga,
makanan dan anti serum.
- Baru terkena bisa ular, lebah, tumbuhan dll
- Punya riwayat sensitif terhadap suatu Ag.
Penanggulangan

Perlu tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan gawat.
Sebenarnya pengobatan tidak sulit, asal
tersedia obat-obat emergensi dan alat
bantu resusitasi gawat darurat serta
dilakukan secepat mungkin.
Komplikasi syok anafilaktik setelah
kemasukan obat atau zat kimia, baik
peroral maupun parenteral:
1. Segera baringkan penderita, Kaki
diangkat lebih tinggi dari kepala untuk
meningkatkan aliran darah balik vena,
dalam usaha memperbaiki curah
jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan
resusitasi jantung paru, yaitu:
A.Airway 'penilaian jalan napas, jalan
napas harus dijaga tetap bebas, tidak
ada sumbatan sama sekali,
melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut
(terutama kalau tidak sadar).
B.Breathing support,

segera berikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda bernapas, melalui mulut ke
mulut /mulut ke hidung.
Obstruksi jalan napas total atau parsial
(akibat edema laring), selain ditolong dengan
obat-obatan, harus diberikan bantuan napas
dan oksigen.
Penderita dengan sumbatan jalan napas
total, harus segera ditolong dengan lebih
aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi
C.Circulation support, yaitu bila tidak teraba
nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a.
femoralis), segera lakukan kompresi
jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian
terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar
yang penatalaksanaannya sesuai dengan
protokol resusitasi jantung paru.
3. Adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000, 0.01
ml/kg BB intramuskular, dapat diulang tiap
15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian
infus kontinyu adrenalin 2-4 ug/menit.
4. Spasme bronkus, dapat ditambahkan
aminofilin 5-6 mg/kgBB intravena dosis
awal yang diteruskan 0.4-0.9
mg/kgBB/menit dalam cairan infus.

5. Kortikosteroid (hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5-10 mg iv), untuk mengatasi
efek lanjut atau syok yang membandel.
6.Bila tekanan darah tetap rendah, perlu koreksi
hipovolemia untuk meningkatkan tekanan
darah dan curah jantung serta mengatasi
asidosis laktat.
Pemilihan larutan kristaloid dan koloid tetap
merupakan perdebatan ( mengingat
terjadinya peningkatan permeabilitas atau
kebocoran kapiler).
Pada dasarnya, bila memberikan larutan
kristaloid, perlu jumlah 3--4 kali dari perkiraan
kekurangan volume plasma, diperkirakan
terdapat kehilangan cairan 20--40% dari
volume plasma.
Larutan koloid, dapat diberikan dengan
jumlah yang sama dengan perkiraan
kehilangan volume plasma.
Perlu dipikirkan juga bahwa larutan
koloid plasma protein atau dextran juga
bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak
bijaksana mengirim ke rujukan, karena
dapat meninggal dalam perjalanan.
8. Kalau terpaksa dilakukan, penanganan di
tempat kejadian harus semaksimal mungkin
sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan
transportasi penderita harus dikawal dokter,
posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi
dari jantung.

9. Kalau syok teratasi, harus
diawasi/diobservasi dulu selama kurang
lebih 4 jam.
10. Penderita yang telah mendapat terapi
adrenalin lebih dari 2--3 kali suntikan,
harus dirawat di rumah sakit untuk
observasi
Pencegahan
1. Pemberian obat harus benar-benar atas
indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu dengan riwayat asma dan alergi
terhadap banyak obat, mempunyai risiko
lebih tinggi
3. Tes kulit negatif, penderita dapat mentoleransi
tetapi tidak berarti tidak akan mengalami reaksi
anafilaktik (kemungkinan reaksi sebesar 1-3%
dibandingkan reaksi 60%, bila tes kulit positif).
4. Harus selalu tersedia obat penawar, serta
adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan

Anda mungkin juga menyukai