Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KOMPREHENSIF I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN ASMTIKUS

OLEH:

AULIA BELLA MARINDA


NIM 132310101030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................1
A. Definisi Penyakit.......................................................................................1
B. Epidemiologi.............................................................................................1
C. Etiologi......................................................................................................1
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................2
E. Patofisiologi..............................................................................................3
F. Komplikasi................................................................................................3
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................4
H. Clinical Pathway.......................................................................................6
I. Penatalaksanaan Medis.............................................................................7
J. Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................7
J.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)............................7
J.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..........................................................8
J.3 Evaluasi...............................................................................................11
H. Daftar Pustaka...........................................................................................13
1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defines Penyakit
Asmatikus adalah suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim. Status asmatikus adalah asma yang berat dan
persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional dan tidak
berespon terhadap pengobatan awal standar dengan bronkodilator. Serangan
dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Serangan akan bertambah berat yang
refrakter bila serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut
seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonisβ2 tidak ada
perbaikan atau malah memburuk.

B. Epidemiologi
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering pada usia
anak-anak, sekitar 5-10% terjadi pada anak-anak dan menjadi penyebab
kepada sejumlah kurang lebih 400,000 rawat inap di rumah sakit tiap tahun.
Pada tahun 1997, National Heart, Lung, and Blood Institute of America
mendefinisikan asma sebagai penyakit inflamasi kronis pada salur pernafasan
yang melibatkan banyak jenis sel termasuk sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada status asmatikus lebih banyak terjadi pada permempuan. Dapat terjadi
pada setiap usia dan memiliki angka kematian yang lebih tinggi pada anak
yang masih sangat muda dan pada usia lanjut.

C. Etiologi
1. Factor ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
adanya IgE yang bereaksi terhadapa antigen yang terdapat di udara
(antigen – inhalasi), seperti debu, serbuk – serbuk dan bulu binatang.
2

2. Factor instrinsik
a. Infeksi
1. Virus yang menyebabkan adalah influenza virus, respiratory syncytial
virus (RSV)
2. Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
3. Jamur, misalnya aspergillus
3. Cuaca, perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban
dihubungkan dengan percepatan.
4. Iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara.
5. Emosional adanya rasa takut, cemas, dan tegang.
6. Aktifitas yang berlebihan misalnya olahraga lari.

D. Tanda dan gejala


1. Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan
satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.
2. Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit.
3. Denyut nadi lebih dari 110x/menit
4. Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai
tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit
5. Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi dan meningkat saat
ekspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.
6. Batuk non produktif karena secret kental dan lumen jalan napas sempit.
7. Wheezing
8. Dypsneu
9. Takikardi
10. Pernafasan cuping hidung
11. Kecemasan, emosi tidak stabil dan penurunan tingkat kesadaran
12. Tidak toleran terhadap aktivitas : makan, bermain, berjalan, dan bahkan
berbicara.
3

E. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

F. Komplikasi
1. Atelektasis
2. Hipoksemia
3. Pneumonia
4. Pneumothorax
5. Emfisema
6. Gagal nafas
4

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum untuk melihat adanya :
1. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat
pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
2. Pemeriksaan diagnostic
1. Arus puncak ekspirasi (APE)
APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan
merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya
penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan atau nilai
tertinggi yang pernah dicapai.Apabila kedua nilai itu tidak diketahui
dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
2. Pemeriksaan foto thoraks
Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks
memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan
5

diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring


dengan hilangnya serangan asma tersebut.
3. Elektrokardiografi
Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi
perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ),
takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda
hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. 
6

H. Clinical Pathways
FAKTOR PENYEBAB

Imunologi Alergen Emosi


(kecemasan)

Sekresi mukus
Menyerang sel Metabolisme
matosit di paru

Bronki terisi
mukus
Antigen dan Hiperventilasi
antibody alveoli
berikatan Kebutuhan O2

Alkalosis
Mempengaruhi respiratorik
otot polos dan
kelenjar jalan Hiperventilasi
alveoli
Obstruksi berat
saat respirasi
bronkospasme
Permiabilitas
kapiler alveoli
Dipsneu
Bersihan jalan
napas tidak Edema ruang
efektif interstisium paru Penurunan nafsu
makan

Diameter bronkiolus
mengecil Gangguan
pertukaran gas Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Dipsneu Intoleransi aktivtas


7

I. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian terapi O2 dilanjutkan
2. Bronkodilator
3. Agonis β2
4. Aminofilin
5. Kortikosteroid
6. Antikolonergik
7. Mukolitik dan ekspektorans
8. Antibiotic

J. Penatalaksanaan Keperawatan
J.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme yang ditandai dengan
sesak nafas dan kelainan suara nafas.
2. Gangguan pertukaran gas b.d edema ruang interstitium paru yang ditandai
dengan hipoksia dan somnolen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d sesak
napas/dipsneu yang ditandai dengan penurunan nafsu makan.
8

J.2 Perencanaan/Nursing Care Plan


No. Hari/Tgl/J Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
am Hasil

1. Senin, Bersihan jalan napas Setelah dilakukan 1. Monitor status 1. Peningkatan RR dan nadi
18/05/15 tidak efektif b.d tindakan keperawatan hemodinamik dan status O2 mengindikasikan sesak
16.00 WIB bronkospasme yang selama 2x24 jam jalan 2. Posisikan pasien semi napas dan pemeberian
ditandai dengan sesak nafas kembali efektif fowler oksigen membantu
nafas dan kelainan suara dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk mengurangi sesak napas
nafas. 1. Pasien mampu istirahat dan napas dalam 2. Penurunan diafragma
mendemonstraskan 4. Lakukan fisioterapi dada memperluas daerah dada
batuk efektif dan jika perlu sehingga ekspansi paru bisa
suara nafas bersih 5. Ajarkan pasien untuk maksimal.
2. Pasien menunjukkan mengeluarkan secret dengan 3. Istirahat mengurangi sesak
jalan nafas yang batuk efektif napas akibat aktivitas
paten (klien tidak 6. Kolaborasi pemberian obat 4. Mengeluarkan secret yang
merasa tercekik, bronkodilator terdapat di paru
irama nafas, 5. Secret harus dikelurkan agar
frekuensi pernafasan tidak mengganggu jalan
dalam rentang napas
normal, tidak ada 6. Pemberian obat membantu
suara nafas mengencerkan sekret
abnormal)
2. Senin, Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Monitor respirasi dan O2 1. Peningkatan RR dan nadi
18/05/15 gas b.d edema ruang tindakan keperawatan 2. Posisikan pasien semi mengindikasikan sesak
16.00 WIB interstitium paru yang selama 2x24 jam fowler napas dan pemeberian
ditandai dengan hipoksia pertukaran gas pasien 3. Lakukan fisioterapi dada oksigen membantu
dan somnolen. teratasi dengan kriteria jika perlu mengurangi sesak napas
9

hasil : 4. Catat pergerakan dada,amati 2. Penurunan diafragma


1. Pasien mampu kesimetrisan, penggunaan otot memperluas daerah dada
mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot sehingga ekspansi paru bisa
peningkatan supraclavicular dan intercostal maksimal.
ventilasi dan 5. Auskultasi suara nafas, 3. Mengeluarkan secret yang
oksigenasi yang catat area penurunan / tidak terdapat di paru
kuat adanya ventilasi dan suara 4. Mengindikasikan terjadi
2. Pasien mampu tambahan sesak napas atau tidak
mendemonstrasikan 6. Ajarkan pasien cara batuk 5. Bunyi tambahan di paru
batuk efektif dan efektif mengindikasikan bahwa
suara nafas yang 7. Kolaborasi pemberian obat paru bermasalah
bersih respiratorik dengan tim 6. Secret harus dikelurkan agar
dokter tidak mengganggu jalan
napas
7. Pemberian obat membantu
mengencerkan sekret
3. Senin, Ketidakseimbangan Setalah dilakukan 1. Monitor berat badan pasien 1. Peningkatan berat badan
18/05/15 nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 2. Kaji adanya alergi terhadap pasien menunjukkan
16.00 WIB kebutuhan tubuh b.d selama 2x24 jam makanan tindakan yang dilakukan
sesak napas/dipsneu kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk berhasil
yang ditandai dengan pasien terpenuhi memakan makanan yang 2. Alergi makanan dapat
penurunan nafsu makan. dengan kriteria hasil: kaya zat besi, karbohidrat, membuat pasien menjadi
1. Pasien protein, lemak dan vitamin tidak nafsu makan
menunjukkan nafsu C 3. Makanan yang mengandung
makan yang 4. Ajarkan pasien untuk kaya zat besi, karbohidrat,
meningkat membuat catatan makanan protein, lemak dan vitamin
2. Berat badan pasien harian untuk memenuhi C meningkatkan BB pasien
meningkat nutrisi 4. Memenuhi nutrisi kebutuhan
10

3. Pasien tidak 5. Kolaborasi dengan ahli gizi harian pasien


menunjukkan untuk menentukan jumlah 5. Memantau jumlah intake
adanya malnutrisi kalori dan nutrisi yang dan out take kalori dan
dibutuhkan nutrisi pasien
11

J.3 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
Keperawatan

1 Bersihan jalan napas S: pasien mengatakan, “hari saya merasa lebih mudah untuk bernafas, sesaknya berkurang
tidak efektif b.d O: Terlihat pasien benafas tanpa otot bantu pernafasan.
bronkospasme yang A: masalah teratasi sebagian
ditandai dengan sesak P: tindakan dilanjutkan
nafas dan kelainan
suara nafas.
2 Gangguan pertukaran S: Pasien mengatakan “sus, nafas saya sudah kembali normal”
gas b.d edema ruang O: RR pasien 18x/menit
interstitium paru yang
A: Masalah teratasi sebagian
ditandai dengan
P: Tindakan dilanjutkan
hipoksia dan somnolen.

3 Ketidakseimbangan S: Pasien mengatakan, “sus, saya menghabiskan jatah makan saya tadi pagi”
nutrisi kurang dari O: terlihat pada porsi makan pasien yang sudah habis
kebutuhan tubuh b.d
A: masalah teratasi sebagian
sesak napas/dipsneu
12

yang ditandai dengan P: tindakan dilanjutkan


penurunan nafsu
makan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.


Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine).
Jakarta: EGC.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : EGC. 
Potter, P.A.,& Perry A.G.(2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed6.
Jakarta. EGC. 2005.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC
Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai