Anda di halaman 1dari 29

SYOK ANAFILAKTIK

NAMA KELOMPOK
1. TRISNA IRAWATI
2. DINI AULIA
3. YUSTIKA
DAMAYANTI
4. RIZKY ARJUNA
DEFINISI
• Syok anafilaksis adalah suatu keadaan yang di picu olehrespon
hipersensivitas generalisata yang di perantai oleh IgE
menyebabkan vasodilatasi sistemik dan peningkatan
permeabilitas vaskuler (Robbins &Cotrain (Dasar patologi penyakit
Edisi 7,hal 114) .
• Syok anafilaktik adalah suatu resiko pemberian obat,maupun
melelui suntikan atau cara yang lain(Arif Mansjoer, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi III jilid I,hal 126)
EPIDEMIOLOGI
• DIDUNIA
Prevalensi anafilaksis dari populasi umum di dunia adalah 4 dari
100.000 jiwa. Lebih dari 30% orang yang mengalami reaksi anafilaksis
Anafilaksis berkontribusi terhadap 500-1000 kematian per tahun di
Amerika Serikat.Di benua Australia, anafilaksis paling sering dipicu oleh
gigitan serangga. Dalam penelitian terhadap 2458 kematian anafilaksis
dari tahun 1999 sampai 2010
• DI INDONESIA
diketahui 40–60% adalah akibat gigitan serangga, 20–40% akibat zat
kontras radiografi, dan 10–20% akibat pemberian obat penisilin. Laki-
laki lebih rentan terkena. Anafilaksis lebih sering terjadi pada wanita
dewasa (60%) pada usia kurang dari 39 tahun. Pada anak-anak usia
dibawah 15 tahun
ETIOLOGI
Pemicu umum meliputi racun dari gigitan serangga atau sengatan,
makanan, dan pengobatan.
faktor fisik, agen biologis seperti semen, lateks, perubahan hormonal,
aditif makanan seperti monosodium glutamat dan makanan, dan obat
topikal.
Faktor fisik seperti olahraga (dikenal sebagai anafilaksis akibat olahraga)
atau suhu (baik panas atau dingin) juga dapat bertindak sebagai pemicu
melalui efek langsung pada sel mast
TANDA DAN GEJALA
1. Kulit, subkutan, mukosa
• Kemerahan, gatal, urtikaria, angioedema, pilor erection
• Gatal di periorbital, eritema dan edema, eritema konjunctiva, mata
berair
• Gatal pada bibir, lidah, palatum, kanalis auditori eksternus, bengkak di
bibir, lidah, dan uvula.
• Gatal di genital, telapak tangan dan kaki.
2. Respirasi
• Gatal di hidung, bersin-bersin, kongesti, rinorea, pilek
• Gatal pada tenggorokan, disfonia, suara serak, stridor, batuk kering.dry
staccato cough
• Peningkatan laju nafas, susah bernafas, dada terasa terikat, wheezing,
sianosis, gagal nafas.
3. Gastrointestinal
• Nyeri abdomen
• mual
• muntah,
• diare
• disfagia.
4. Sistem kardiovaskuler
• Nyeri dada
• Takikardia
• bradikardia (jarang)
• palpitasi
• hipotensi,
• merasa ingin jatuh
• henti jantung.
• Manifestasi primer pada jantung tampak dari perubahan EKG yaitu
Tmendatar, aritmia supraventrikular, AV block.5. Sistem saraf pusat (15%)
• Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala, perubahan
tatus mental, kebingungan.
• 6. Lain-lain
• Metallic taste di mulut, kram dan pendarahan karena kontraksi uterus
Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot
bronkeolus .
 Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan
curah jantung dan vasodilatasi arteri.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
produksi histamine dan bradikinin oleh sel mast.
 Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan kapasitas vaskuler.
Algoritma
Pemeriksaan Penunjang

Skin tes
 Kadar komplemen dan antibody
 c. Pelepasan histamin oleh lekosit in vitro
 d. Radio allergo sorbent test ( RAST )
Penatalaksanaan Medis

 Pemberian Epinefrin (IM)


1 : 1000 yang diberikan adalah 0,01 ml/kgBB sampai mencapai
maksimal 0,3 ml subkutan (SK) dan dapat diberikan setiap 15-20 menit
sampai 3-4 kali seandainya gejala penyakit bertambah buruk

Pencetus adalah alergen pada suntikan imunoterapi :


Suntikan inflitrasi epinefrin 1 : 1000 0,1 – 0,3 ml di bekas tempat suntikan
untuk mengurangi absorbsi alergen.
Bila mungkin dipasang torniket proksimal dari tempat suntikan dan
kendurkan setiap 10 menit. Torniket tersebut dapat dilepas bila
keadaan sudah terkendali .
Hal yang harus diperhatikan
dalam memberikan terapi :
a. Sistem pernapasan yang lancar, sehingga oksigenasi
berjalan dengan baik.
b. Sistem kardiovaskuler yang juga harus berfungsi baik
sehingga perfusi jaringan memadai.
Sistem Pernapasan

1) Memelihara saluran napas yang memadai.


2) Pemberian oksigen 4-6 l/menit
3) Bronkodilator : apabila terjadi obstruksi napas bagian bawah
(gejala asma, status asmatikus)
Sistem Kardiovaskular

1) Cairan intravena secara cepat baik dengan cairan kristaloid


(NaCl 0,9 %) atau koloid (plasma, dextran) : gejala hipotensi atau
syok yang tidak berhasil dengan pemberian epinefrin
menandakan bahwa telah terjadi kekurangan cairan intravaskular
2) Oksigen dan pemberian natrium bikarbonat bila terjadi asidosis
metabolik
3) Kadang-kadang diperlukan CVP (central venous presure) :
menghindari kelebihan pemberian cairan
4) Vasopresor melalui cairan infus intravena : apabila tekanan darah
masih belum teratasi dgn pemberian cairan
Komplikasi

a. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.


b. Bronkospasme persisten
c. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
e. Kerusakan otak permanen akibat syok.
f. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
Kemungkinan rekurensi di masa mendatang dan kematian. (Michael I.
Greenberg, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan).
ASUHAN KEPERAWATAN SYOK ANAFILAKTIK
Data Fokus
DS DO
1. Menurut perawat yang merujuk, 1. Pasien tidak sadar.
pasien langsung pingsan setelah 2. Hasil pemeriksaan ttv:
mendapatkan suntikan obat X. a. Nadi 125x/menit
2. Keluarga pasien mengatakan b. Pernafasan 28x/menit
pasien mempunyai riwayat alergi c. Tekanan darah 80/50 mmHg
obat namun lupa namanya. 1. Akral dingin, kering
2. Anuria
3. Keringat dingin
4. CRT 4 detik
Analisa Data
No. Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS: Ketidakefektifan Kurang pengetahuan
a. Menurut perawat yang merujuk, pasien perfusi jaringan terdahap proses
langsung pingsan setelah mendapatkan perifer penyakit
suntikan obat X
DO:
a. Pasien tidak sadar
b. Hasil pemeriksaan ttv:
1. Nadi 125x/menit
2. Pernafasan 28x/menit
3. Tekanan darah 80/50 mmHg
a. Akral dingin, kering
b. Anuria
c. Keringat dingin
d. CRT 4 detik
2. DS: Resiko keracunan Akses pada agens
a. Menurut perawat yang merujuk, pasien langsung pingsan farmaseutikal
setelah mendapatkan suntikan obat X
DO:
a. Pasien tidak sadar
b. Hasil pemeriksaan ttv:
1. Nadi 125x/menit
2. Pernafasan 28x/menit
3. Tekanan darah 80/50 mmHg
a. Akral dingin, kering
b. Anuria
c. Keringat dingin
d. CRT 4 detik

3. DS: Resiko respons alergi Pajanan pada alergen


a. Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat alergi (agens farmaseutikal)
obat namun lupa namanya.
DO:
a. Pasien tidak sadar
b. Hasil pemeriksaan fisik:
1. Nadi 125x/menit
2. Pernafasan 28x/menit
3. Tekanan darah 80/50 mmHg
Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Kurang pengetahuan
terdahap proses penyakit
2. Resiko respons alergi b.d Pajanan pada alergen (agens
farmaseutikal
3. Resiko keracunan b.d Akses pada agens farmaseutikal
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan a. Mulai tindakan-tindakan untuk


an perfusi keperawatan selama 1x6 manajemen syok
jaringan jam masalah resiko b. Pantau tanda-tanda vital
perifer b.d keracunan dapat teratasi c. Posisikan bagian tubuh pasien atau
Kurang engan kriteria sebagai badan sebagai kesatuan dengan posisi
pengetahuan berikut: yang tepat (posisi menyamping ke sisi kiri
terdahap pada kasus keracunan/konsumsi alcohol
proses dan keracunan obat)
penyakit d. Pantau tingkat kesadaran pasien
Resiko respons Setelah dilakukan a. Identifikasi dan bersihkan semua sumber alergi
alergi b.d tindakan b. Berikan cairan epinefrin 1:1000 melalui subkutan dengan
Pajanan pada keperawatan selama dosisi seuai usia
alergen (agens 1x6 jam masalah c. Berikan posisi yang nyaman
farmaseutikal) resiko respons alergi d. Pasang torniket segera mungkin pada area diatas tempat
dapat teratasi engan masuknya alergen (contohnya: area injeksi, area
kriteria sebagai penusukan jalur intravena)
berikut: e. Monitor tanda-taanda vital
f. Mulai pemberian cairan infus berupa normal saline, ringer
laktat, atau plasma volume expander, yang sesuai
g. Berikan cairan IV secara tepat (100 ml/jam) untuk
mempertahankan tekanan darah sesuai dengan instruksi
dokter atau protocol yang berlaku
h. Berikan obat-obatan spasmolitik, antihistamin atau
kortikosteroid, sesuai dengan keadaan pasien , jika terjadi
urtikaria, angioedema, bronkospasme
Resiko Setelah dilakukan a. Pertahankan aturan dan proseduryang sesuai
keracunan b.d tindakan keperawatan dengan keakuratan dan keamanan pemberian
akses pada agens selama 1x6 jam masalah obat-obatan
farmaseutikal resiko keracunan dapat b. Ikuti 5 benar dalam pemberian obat
teratasi engan kriteria c. Verefikasi reser obat-obatan sebelum
sebagai berikut: pemberian obat
d. Monitor kemungkinan alergi terhadap obat,
interaksi dan kontraindikasi
e. Catat alergi yang dialami klien sebelum
pemberian
f. Beritahukan klien mengenai jenis obat, alsaan
pemberian obat, hasil yang diharapkan dan efek
lanjutan yang akan terjadi sebelum pemberian
obatan obat
g. Monitor klien terhadap efek lanjut, toksisitas
dan interaksi pember
h. Dokumentasikan pemberian obat dan respon
klien

Anda mungkin juga menyukai