PENGKAJIAN
A. halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi stuart (2013)
yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
1. faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
A. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa,
adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala , dan riwayat penggunaan
NAPZA.
B. Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi ,dapat ditemukan adanya kegagalan yang berulang,
individu korban kekerasan,kurangnya kasih saying atau overprotektif
C. Social budaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatka social ekonomi rendah ,riwayat penolakan lingkungan
pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah , dan kegagalan dalam hubungan
social (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor prediposisi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemuakn adanya riwayat penyakit infeksi ,
penyakit kronis atau kelainan struktur otak , kekerasan dalam keluarga, atau adanya aturan atau
tuntutan dikeluarga , adanya aturan atau tuntutn dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak
sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinansi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien.
Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah:
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi mengatakan
bahwa klien :
1). Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2). Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3). Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4). Melihat bayangan, sinar , bentuk geometris , bentuk kartun , melihat hantu atau monster
5). Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6). Merasa seperti darah , urine, atau feses
7). Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif , klien dengan gangguan halusinasi melakukan hal-hal berikut:
1). Bicara atau tertawa sendiri
2). Marah-marah tanpa sebab
3). Mengarahkan telinga kearah tertentu
4). Menutup telinga
5). Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
6). Ketakutan pada suatu yang tidak jelas
7). Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8). Menutup hidung
9). Sering meludah
10). Muntah
11). Menggaruk – garuk permukaan kulit
4. Sumber koping
Gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan
penyesuaian oleh klien dan keluarga. Sumber daya keluarga ,seperti pemahaman orang tua tentang
penyakit , ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga , dan kemampuan untuk
memberikan dukungan yang berkelanjutan, memengaruhi jalannya penyesuaian setelah gangguan
jiwa terjadi. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari empat tahap dan dapat
berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan Zauszniewsky, 2011)
a. Disonansi kognitif (gangguan jiwa aktif): Disonansi kognitif melibatkan pencapaian
keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif
dengan memilah kenyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat memakan waktu 6
sampai 12 bulan
b. Pencapaian wawasan (attaining insight): permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat di percaya. Hal ini memakan
waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang
berkelanjutan
c. Kognitif dan konstan (stabilitas di segala aspek kehidupan): kognitif konstan ( cognitive
constancy)termasuk melajutkan hubungan interpersonal yang normal dan kembali terlibat
dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase
ini berlangsung 1 sampai 3 tahun.
d. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan (kebiasaan
kekhidupan/ordinariness): tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat
dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum
gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi:
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang digunakan untuk
menanggulangi ansietas. Energy yang tersisa untuk aktivitas sehari-hari tinggal sedikit,
sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan syik dengan stimulus internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
7. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri ,
orang lain, dan lingkungan
Perubahan sensori
persepsi: halusinasi
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah kronis
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi : halusinasi
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan pasien dengan ganggua sensori persepsi: halusinasi
PERENCANAAN
DIAGNOSIS
Tujuan Kriteria
KEPERAWATAN Intervensi Rasional
( Tuk/Tum) Evaluasi
Gangguan TUM: 1.Ekspresi 1.1. bina hubungan saling Hubungan saling
perubahan sensori Klien tidak wajah percaya dengan percaya
persepsi: halusinasi mencederai diri bersahabat,me mengemukakan prinsip merupakan dasar
dengar (auditori) sendiri , orang nunjukkan rasa komunikasi terapeutik: untuk
lain, dan senang , ada a. sapa klien dengan memperlancar
lingkungan.. kontak mata, ramah baik verbal interaksi yang
mau berjabat ataupun non verbal salanjutnya akan
TUK 1: tangan, mau b. perkenalkan diri dilakukan
Klien dapat menyebutkan dengan sopan,
membina nama , mau c. tanyakan nama
hubungan menjawab lengkap klien dan nama
saling percaya. salam , klien panggilan yang disukai
mau duduk klien.
bedampingan d.jelaskan tujuan
dengan pertemuan
perawat, mau e. tunjukkan sikap empati
mengutarakan dan menerima klien apa
masalah yang adanya
dihadapinnya. f. beri perhatian kepada
klien dan perhattian
kebutuhan dasar klien.
TUK 2: 1.Klien dapat 1.1. adakan kontak sering Selain untuk
Klien dapat menyebutkan dn singkat secara membina
mengenal waktu, isi, dan bertahap hubungan saling
halusinasinya frekuensi 1.2. obeservasi tingkah percaya, kontak
timbulnya laku klien yang terkait sering dan singkat
halusinasi dengan halusianasinya : akan memutus
bicara dan tertawa tanpa halusinasi .
2. klien dapat stimulus dan memandang
mengungkapka kekiri/kanan/kedepan Mengenal perilaku
n bagaimana sesolah ada teman klien pada saat
perasaanya berbicara halusinasi terjadi
terhadap 1.3.bantu klien mengenal dapat
halusinasi halusinasinya dengan memudahkan
tersebut. cara: perawat dalam
a. jika menemukan klien melakukan
sedang berhalusinasi: intervensi.
tanyakan apakah ada
suara yang didengarnya Mengenal
halusinasi
b. jika klien menjawab memungkinkan
ada,lanjutkan : apa yang klien menghindari
dikatakan suara itu . faktor timbulnya
katakana bahwa perawat halusinasi.
percaya klien mendengar
suara itu namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh/menghakimi)
c. katakana bahwa klien
lain juga ada yang seperti
klien
d. katakan bahwa
perawat akan membantu
klien
Implementasi
Halusinasi Pasien Keluarga
SP I SP I
1.Mengidentifikasi jenis 1.Mendiskusikan masalah
halusinasi pasien yang dirasakan keluarga
2.Mengidentifikasi isi dalam merawat pasien
halusinasi pasien 2.Menjelaskan pengertian ,
3.Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi,
halusinasi pasien dan jenis halusinasi yang
4.Mengidentifikasi frekuensi dialami pasien berserta proses
halusinasi pasie terjadiya
5. Mengidentifikasi situasi 3.Menjelaskan cara-cara
yang menimbulkan halusinasi merawat pasien halusinasi
6. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
7.Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi
8.Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II SP II
1.Mengevaluasi jadwal 1.Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara merawat
2.Memberikan pendidikan pasien dnegan halusinasi
kesehatan tentang 2.Melatuh keluarga
penggunaan obat secara melakukan cara merawat
teratur langsung kepada pasien
3.Menganjurkan pasien halusinasi
memasukkan dalam jadwal
keguatan harian
SP III SP III
1.Mengevaluasi jadwal 1.Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwal aktivitas
2.Melatih pasien dirumah termasuk minum
mengendalikan halusinasi obat
dengan cara bercakap-cakap 2.Menjelaskan follow up
dengan orang lain pasien setalah pulang
3.Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV
1.Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2.Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
pasien dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien dirumah)
3.Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian