Anda di halaman 1dari 25

REFARAT

REFARAT

ANGIOEDEMA
ANGIOEDEMA

Nama : Muh Ghaly Syadzali


NIM : N 111 18 074

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany Nurdin, Sp. KK, M. Kes

1
DEFINISI
 Angioedema adalah reaksi yang menyerupai
urtikaria yang ditandai adanya pembengkakan
jaringan
 terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam
seperti dermis, subkutis, submukosa.
 Lebih sering mengenai daerah perioral,
periorbital, lidah, genitalia, dan ekstremitas
 Rasa nyeri (terbakar) lebih umum daripada rasa
gatal
Epidemiologi

2,3% dari jumlah


pasien kulit &
Terjadi 20% pada
kelamin di RSUD DR. Perempuan : Laki-laki = 2 : 1
populasi umum
Soetomo Surabaya
tahun 2014

Usia 65 tahun keatas


lebih sering Ras Amerika-Afrika
ditemukan
Etiologi
 Obat : sulfonamide, penisilin, analgesik, aspirin,
kodein, opium
 Makanan : makanan berprotein, mengandung zat
warna, penyedap rasa, bahan pengawet
 Inhalan : debu dan bulu binatang
 Kontaktan : bahan kimia, tumbuh-tumbuhan
 Trauma fisik : Suhu (panas & dingin), sinar matahari,
radiasi, tekanan mekanis (ikat pinggang)
 Infeksi : bakteri, virus, jamur, parasit
 Psikis, genetik, penyakit sistemik
Patogenesis
1. Mediasi sel mast
2. Mediasi bradikinin
Manifestasi Klinis
 Kulit : Pembengkakan
 Saluran napas : sesak napas, suara serak,
rinitis
 Saluran cerna : rasa mual, muntah, kolik
abdomen, diare
Klasifikasi Angioedema
1. Angioedema Alergi
2. Angioedema Herediter
3. Angioedema Acquired
4. Angioedema yang diinduksi ACE-Inhibitor
5. Angioedema idiopatik
Klasifikasi angioedema
a). Dimediasi histamin, b). Dimediasi bradikinin
Klasifikasi Angioedema
Angioedema herediter
Klasifikasi Angioedema
Angioedema Acquired
Klasifikasi Angioedema
Angioedema diinduksi ACE-inhibitor
Diagnosis
Anamnesis
 Keluhan: dominan rasa nyeri, rasa gatal jarang ditemukan
 Predileksi: perioral, periorbital, lidah, genitalia, ekstremitas
 Onset: timbul beberapa jam hingga 72 jam
 Faktor yang memprovokasi timbulnya lesi: obat, makanan,
injeksi
 Ada riwayat serangan sebelumnya yang serupa
 Riwayat keluarga yang mengalami angioedema
 Riwayat medis
 Riwayat pengobatan
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
 Periksa tanda-tanda vital secara ketat
 Periksa jalan nafas
 Periksa lesi (edema dengan batas difus, non
pitting edema)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan komplemen
2. Pemeriksaan urine histamin
3. Pemeriksaan serum tryptase
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
1. Vaskulitis
Anamnesis:
 Keluhan: gatal atau rasa terbakar, kadang ada rasa nyeri
 Predileksi: ekstremitas bawah, punggung, bokong
 Onset: lesi bisa bertahan antara 1-4 minggu (bisa hilang timbul
secara episodik)
Pemeriksaan fisik :
 Saat lesi timbul dapat disertai demam, malaise, artralgia, mialgia
 Efloresensi : Lesi polimorf yang utama adalah palpable purpura,
lesi juga dapat berupa plak, urtikaria, angioedema, pustul,
vesikel, bula ulkus, nekrosis.
Diagnosis Banding
Vaskulitis
Diagnosis Banding
2. Erupsi Obat Alergi
Anamnesis:
 Keluhan : Rasa perih, gatal, terbakar
 Predileksi : Seluruh tubuh
 Onset: Interval waktu antara pajanan obat dan timbul gejala
sangat singkat
 Riwayat menggunakan obat secara sistemik
 Riwayat alergi obat
 Riwayat atopi diri dan keluarga
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
 Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor penyebab endogen dan eksogen
 Apabila didapatkan sesak nafas, suara serak dikonsulkan ke spesialis THT
untuk dilakukan nasopharyngolaryngoscopi (NPL) dengan terlebih dahulu
diatasi keadaan darurat di UGD
 Apabila didapatkan edema laring berdasarkan hasil NPL maka dirawat di
ICU untuk monitor jalan nafas
 Pasien dengan edema terbatas pada kulit dapat diobservasi di unit gawat
darurat dalam 6 jam
Penatalaksanaan
Medikamentosa
A. Topikal
Bedak kocok yang mengandung mentol 0,5-1 %
Penatalaksanaan
Medikamentosa
A. Sistemik
Angiodema yang diinduksi bradikinin:
Icatibant (Firazyr) 30 mg subkutan
Ecallantide (Kalbitor) 3 mg × 10 mg subkutan
C-1 esterase inhibitor (Berinert, Cinryze, Ruconest)
dengan dosis 20 U/kg IV
Penatalaksanaan
Medikamentosa
A. Sistemik
Angiodema yang diinduksi histamin:
1) Apabila ada gangguan nafas berikan epinefrin atau adrenalin (1 :
1000) dosis 0,3 ml subkutan atau intramuscular, diulangi setiap 10
menit.4
2) Pengobatan selanjutnya:
Lini pertama:
• Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti loratadin, cetirizine, desloratadin,
atau feksofenadin, dapat diberikan pada pasien rawat jalan
• Atau antihistamin H-1 generasi ke-1
• Apabila gejala menetap setelah 2 minggu pengobatan, maka diberikan
pengobatan lini kedua.
Penatalaksanaan
Lini kedua:
• Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4 kali lipat
• Apabila gejala menetap setelah 1-4 minggu berikutnya diberikan
pengobatan lini ketiga
Lini ketiga:
• Kortikosteroid diindikasikan pada pasien dengan syok anafilaksis, edema
laring, dan gejala yang berat yang tidak berespons dengan pemberian
antihistamin. Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari dengan atau tanpa tapering
• Kortikosteroid jangka pendek (maksimal 10 hari) dapat juga digunakan
apabila terjadi eksaserbasi
Prognosis
Angiodema merupakan kondisi yang sering menyulitkan
dan berpotensi mengancam jiwa. Pendekatan bertahap
dimana melakukan perhatian awal terhadap jalan nafas
yang diikuti oleh penegakkan diagnosis yang cepat
berdasarkan riwayat pasien dapat memandu pada
pengobatan yang optimal dengan menargetkan pada
patofisiologi yang mendasarinya.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai