Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL

Pasien anak perempuan dibawa oleh ibunya tanggal 22 April 2019 dengan
usia 8 tahun 11 bulan berat badan 17 kg datang ke Rumah Sakit Undata Palu
dengan keluhan demam sejak 6 bulan yang lalu. Demam dirasakan naik turun.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala (+), sakit perut (+) serta mempunyai
riwayat gusi berdarah saat sikat gigi. Pasien selama ini merasakan lemas dan
tampak pucat dan pasien juga mengeluhkan kulit biru-biru bila terbentur. BAB (-)
3 hari, BAK (-) seperti warna teh.
Riwayat kehamilan dan persalinan: pasien lahir cukup bulan di usia
kehamilan ibu ± 40 minggu dengan berat badan lahir 2750 gram, lahir langsung
menangis. Ibu melahirkan secara spontan. Ibu tidak memiliki riwayat abortus.
Semasa hamil nafsu makan ibu berkurang. Anamnesis makanan: ASI tidak
sampai 1 bulan. Susu formula dari sebelum 1 bulan sampai 2 tahun. Saat ini sudah
mengonsumsi makanan seperti makanan orang dewasa. Imunisasi lengkap
Saat datang di RS Undata Palu, anak dalam keadaan umum sakit sedang
dengan kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital nadi 120 kali/menit,
pernapasan 30 kali/menit, suhu 39,0 derajat celcius. Pemeriksaan fisik panjang
badan : 115 cm, Lingkar kepala : 47 cm. Status Gizi buruk . Kulit turgor kembali
< 2 detik. Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala normoocephal,
rambut hitam, konjunctiva anemis (+/+), ikterik (+/+), Hidung rhinorrea (-), Bibir
pucat kering, Mulut sianosis (-), Tonsil T1/T1 dan pada pemeriksaan leher tidak
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan bentuk simetris, vokal fremitus kanan kiri simetris , perkusi sonor ,
vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Whezing (-/-), pada pemeriksaan jantung didapatkan
inspeksi ictus cordis di SIC V pada linea midclavicularis kiri tidak terlihat, palpasi
ictus cordis teraba di SIC V pada midclavicularis kiri, perkusi batas jantung
normal, dan auskultasi bunyi jantung I/II murni regular. Pada pemeriksaan
abdomen tampak perut datar, peristaltik kesan normal , nyeri tekan (+)
hepatomegali (+) timpani (+). Pada pemeriksaan anggota gerak ekstremitas atas
bawah hangat dan tidak edema.
Pemeriksaan Laboratorium

RBC 2,82 x 106 /uL


HGB 6,7 mg/dl
HCT 20,2 %
PLT 63 x 103/uL
WBC 2,30 x 103/uL

1
 Morfologi darah tepi
- Eritrosit : Normositik normokrom, Anisopoikilositosis,Ovalosit (+),
Normoblast (-)
- Leukosit : Jumlah menurun,PMN>lymfosit, Granulasitoksik (+),
Vakuolisasi (+), Limfosit atipik (+)
- Trombosit : jumlah menurun, morfologi normal
- Kesan : Transient pansitopenia suspek kausa infeksi
- Saran : kontrol darah rutin post terapi
 Urinalisis
- Protein (+2)
- Bilirubin (+3)
- Lekosit (3)
- Eritrosit (1)

- SGOT : 217,4 u/l

- SGPT : 77,7 u/l

RESUME

Pasien anak perempuan umur 8 tahun 11 bulan masuk ke RS Undata


dengan keluhan demam sejak 6 bulan yang lalu. Demam dirasakan naik turun.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala (+), sakit perut (+) serta mempunyai
riwayat gusi berdarah saat sikat gigi. Pasien selama ini merasakan lemas dan
tampak pucat dan pasien juga mengeluhkan kulit biru-biru bila terbentur. BAB
(+), BAK (-) seperti warna teh. Pasien belum pernah mempunyai keluhan seperti
ini sebelumnya. Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.
Pasien lahir cukup bulan di usia kehamilan ibu ± 40 minggu dengan berat
badan lahir 2750 gram, lahir langsung menangis. Ibu melahirkan secara spontan.
Ibu tidak memiliki riwayat abortus. Semasa hamil nafsu makan ibu berkurang.
ASI tidak sampai 1 bulan. Susu formula dari sebelum 1 bulan sampai usia 2
tahun. Saat ini juga sudah mengonsumsi makanan seperti makanan orang dewasa
dengan riwayat Imunisasi lengkap
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis, status gizi kurang dan lingkar kepala 47 cm. Tanda-tanda vital
didapatkan denyut nadi 120 kali/menit, respirasi 30 kali/menit, suhu tubuh 39,0
derajat celcius. Didapatkan pada pemeriksaan fisik mata anemis (+), ikterik (+),
pada pemeriksaan abdomen Inspeksi: tampak datar, Auskultasi: peristaltik (+)
kesan normal, Perkusi: timpani (+), Palpasi: nyeri tekan (+), organomegali (+)/
hepatomegali (+).

2
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Wbc : 2,30 x 10^3/ul, Rbc :
2,82 x 10^6/ul, Hgb : 6,7 g/dl , Hct : 20,2 %, PLT : 63 x 10^3/ul. Pada
pemeriksaan morfologi darah tepi Eritrosit : Normositik normokrom,
Anisopoikilositosis,Ovalosit (+), Normoblast (-), Leukosit : Jumlah
menurun,PMN>lymfosit, Granulasitoksik (+), Vakuolisasi (+), Limfosit atipik
(+), Trombosit : jumlah menurun, morfologi normal, Kesan : Transient
pansitopenia suspek kausa infeksi. Pada pemeriksaan urinalisis Protein (+2),
Bilirubin (+3), Lekosit (3), Eritrosit (1) dan pada pemeriksaan SGOT : 217,4 u/l
dan SGPT : 77,7 u/l.

DIAGNOSIS KERJA

Leukimia

DIAGNOSIS BANDING

- Idiopathic thrombocytopenic purpura


- Anemia aplastik

TERAPI

- IVFD RL 16 tpm

- Paracetamol syr 4x2 cth

- Inj ceftriaxon 2x500 mg

- Inj ranitidin 2x ½ amp

3
BAB I

PENDAHULUAN

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah


putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.1

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik


pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.1

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering


disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.2

Leukemia merupakan penyakit keganasan yang paling sering pada


anakanak. Diperkirakan sebanyak 41% dari seluruh penyakit keganasan pada anak
yang berumur kurang dari 15 tahun. Pada tahun 2002, tercatat sekitar 2500 anak
dibawah umur 15 tahun didiagnosa dengan leukemia di Amerika. Insidensi
sebesar 4,5 kasus per 100.000 anak.3

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada sistem
hematopoiesis yang menyebabkan proliferasi sel darah yang tidak
terkendali. Sel-sel progenitor dapat berkembang pada elemen sel yang
normal, karena peningkatan rasio proliferasi sel dan penurunan rasio
apoptosis sel. Hal ini menyebabkan gangguan dari fungsi sumsum tulang
sebagai pembentuk sel darah yang utama.1

B. Epidemiologi3
Data American Cancer society (2004), angka kejadian leukemia di
Amerika serikat 33.440 kasus 19.020 kasus diantaranya pada
lakilaki(56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan
(43,12%). Europian Environtment and Health Information System
(ENHIS) insidensi pada anak sebesar 46,7 kasus per 1.000.000 penduduk
pertahun. Insidence Rate (IR) leukemia pada laki-laki di Kanada 14 per
100. 000 dan pada wanita 8 per 100. 000 penduduk pada tahun yang sama.
Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa
setiap 4 menit terjadi 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan
139.860 orang di Amerika terkena Leukemia, lymphoma dan myeloma
dan 53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia
yaitu 12,2 per 100.000 penduduk
Setiap tahun 2500-3500 kasus baru leukemia anak terjadi di
Amerika Penyakit ini diderita sekitar 40 per 1. 000. 000 anak dengan usia

5
kurang dari 15 tahun. 75 % dari jumlah kasus keseluruhan adalah LLA.
Sedangkan 15% - 20% pada subtype LMA dan LMK dan 5% kasus pada
masing-masing subtype. Tipe leukemia kronik lain seperti juvenile
myelomonocytic leukemia, chronic myelomonocytic leukemia dan chronic
lymphocytic leukemia jarang terjadi pada anak.
Insiden LLA meningkat pada usia 2 – 5 tahun dan paling tinggi
pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Di Amerika
LLA lebih sering pada kulit putih dbandingkan dengan anak-anak
AfrikaAmerika.

C. Etiologi dan Patofisiologi4,5


Etiologi dari leukemia akut masih tidak diketahui. Namun
diketahui ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi, yaitu:
a. Radiasi dan zat ionisasi
b. Bahan-bahan kimia (contohnya, benzene penyebab LMA)
c. Obat-obatan (contohnya, penggunaan bahan-bahan bergugus alkil pada
terapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan LMA).

Berdasarkan genetika seseorang, ada beberapa faktor yang diduga


mempengaruhi:

a. Kembar identik- apabila anak kembar yang pertama didiagnosa leukemia


pada 5 tahun pertama, maka risiko untuk anak kembar kedua meningkat
menjadi 20% didiagnosa leukemia.
b. Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan
meningkat sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.
c. Gangguan pada kromosom: Trisomy 21 (Down Syndrome) memiliki
risiko 95% untuk mengalami leukemia. Bloom syndrome memiliki risiko
8% untuk mengalami leukemia. Anemia fanconi memiliki risiko 12%
untuk mengalami leukemia.

D. Klasifikasi2,6,7

6
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.
Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan
penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik
yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan
kegagalan organ.19 LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak
(82%) daripada umur dewasa (18%).21 Insiden LLA akan mencapai
puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-
anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan
oleh kegagalan dari sumsum tulang.

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan


kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur. Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan
leukositosis 60% dan kadang-kadang leukopenia (25%).

7
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik
yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan
biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia. Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi
karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

8
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1
untuk laki-laki.

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita


LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau
olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan
dengan perjalanan penyakitnya. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).
Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi
berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit,

9
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi. Pada penderita LGK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3

E. Diagnosis dan gejala klinis2,6,8


Gejala klinis yang terjadi pada leukemia pada anak disebabkan
kurangnya sel darah yang normal, karena berlebihannya sel darah normal
yang membentuk sel darah baru pada sumsum tulang belakang. Akibatnya
anak tidak memiliki sel darah merah, sel darah putih, dan platelet yang
cukup. Hal-hal tersebut dapat diketahui pada pemeriksaan darah, namun
dapat juga menyebabkan suatu gejala. Adapun beberapa tanda dan gejala
yang ditimbulkan pada anak dengan leukemia adalah:
1. Lemah dan kulit yang pucat
Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia(kurangnya sel darah merah).
Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing, dan nafas
yang pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi pucat.

10
2. Infeksi dan demam Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada
anak adalah demam. Hal ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini
tidak berpengaruh setelah diberikan antibiotik sekalipun.
3. Mudah berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan
bahkan perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit terlihat
bercak-bercak kemerahan yang disebabkan perdarahan pada pembuluh
darah yang kecil. Hal ini disebabkan karena kurangnya platelet normal
yang berfungsi memberhentikan perdarahan.
4. Nyeri pada tulang dan sendi
Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan sel-sel darah
muda pada tulang ataupun sendi.
5. Perut yang membesar
Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan spleenomegali. Hal
ini terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk pada limpa
dan hati.
6. Penurunan selera makan
Penurunan berat badan Gejala penurunan selera makan dan penurunan
berat badan disebabkan pembesaran dari organ pada abdomen
penderita. Sehingga banyaknya makanan yang bisa masukpun juga
berkurang.
7. Kelenjar limph yang membengkak
Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar limph. Hal ini
menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat
lainnya. Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan biopsi.
8. Batuk atau gangguan bernafas Sel T limfosit pada leukemia juga
melibatkan kelenjat timus yang berada di belakang sternum dan di
depan trakea. Pembesaran dari kelenjar limph dapat menyebabkan
batuk.
9. Pembesaran pada wajah dan tangan

11
Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava (SVC) syndrome. Hal ini
disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang dilalui oleh vena
cava superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah dan
tangan penderita.
10. Nyeri kepala, kejang, muntah
Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh. Nyeri kepala
yang di timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar hingga otak.
Selain itu pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia yang
menyebar hingga sistem saraf pusat.
11. Ruam, masalah gusi
Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran gusi
karena sel-sel leukemia menyebar pada gusi.
12. Kelemahan pada alat gerak
Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi karena
penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada exxtremitas.

F. Pemeriksaan fisik6
Pada pemeriksaan fisik, fokus dengan adanya pembesaran kelenjar
limph, melihat apakah ada tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan abdomen juga
merupakan pemeriksaan yang penting untuk melihar apakah adanya
pembesaran hati atau limpa.

G. Pemeriksaan penunjang6,8,9
1. Tes darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari
tangan perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar
hematologi pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan
untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia,
akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingnkan sel
darah merah dan platelet yang sedikit.
2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi

12
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan.
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosa
leukemia dan diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan.
Aspirasi sumsum tulang merupakan “gold standard” dari diagnosa
leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa, namun indikasi menentukan
jenis sel dan monitoring pengobatan seperti gangguan limfoblastik
3. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada
CSF. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai
terapi metastasis ke CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi
diberikan bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal sehingga
mencegah sel-sel leukemia ada di sistem saraf pusat.
4. Biopsi kelenjar limph
Biopsi kelenjar limph penting untuk mendiagnosa limphoma. Pada
anak dengan leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limph
dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan
atas indikasi tertentu.

H. Penanganan 9,10
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang
diberikan ke cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk
dapat mencapai ke seluruh tubuh agar terapi yang diberikan efektif.
Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia mieloblastik akut
diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi dalam waktu yang
singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di berikan
dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-
3 tahun.
2. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya
pada pasien leukemia. Hal ini dikarenakan selsel leukemia telah

13
menyebar keseluruh tubuh melalui sumsum tulang menuju organ-
organ yang ada di tubuh. Terapi pembedahan hanya dilakukan atas
indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi.
3. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan
untuk mencegah penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke
testis.
4. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit leukimia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia dengan anemia,
transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.

I. Komplikasi8
1. Gagal sumsum tulang
2. Infeksi
3. Perdarahan
4. Splenomegali
5. Hepatomegali

J. Prognosis6
No. Faktor prognostik Leukemia limfoblastik Leukemia mioblastik
akut akut

1. Umur saat diagnosa Umur 2-9 tahun prognosa Umur <2tahun, atau
baik >10tahun prognosa buruk
2. Jumlah sel darah putih Lebih dari 50.000 Lebih dari 50.000mm2
prognosa baik prognosa buruk

14
3. Jenis kelamin Wanita lebih sering -
sembuh
4. Translokasi kromosom Perubahan kromosom 12 -
dan 21 prognosa baik
5. Dowm syndrome - Jika diagnosa sebelum 4
tahun, prognosa baik
6. Jumlah kromosom yang Sisa kromosom yang sehat -
sehat lebih dari 50, prognosa
baik
7. Myelodisplatic syndrome - Memiliki riwayat
myelodisplastic
syndrome, prognosis
buruk

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arief,dkk. 2001. Kapita selekta Kedokteran.E d i s i III.
Jakarta. Media aesculapius.
2. Hoffbrand & Petitt,J.E. 2001. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta :
EGC
3. Budiarto, E & Anggraeni, D. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC
4. Bakti,M.I. 2006. Hematologi klinil ringkas. Jakarta : EGC
5. Price, S.A. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Surabaya
: Airlangga
6. Asra. 2010. Karakteristik penderita leukimia rawat inap di RSUP Dr. Pringadi
Medan tahun 2005-2009. Medan : Universitas Sumatera Utara
7. Thomson, A &Cotton, R.E. 2000. Catatan kuliah patologi. Jakarta : EGC
8. Tiemey, L & Papsdakis, M.A. 2003. Diagnosis dan terapi kedokteran penyakit
dalam. Jakarta : Salemba Medika
9. Anonim .2008. Sumsum tulag untuk penderita leukemia.
10. Mayo Clinic Staff. 2008. Treatments and Drugs

16

Anda mungkin juga menyukai