PENYAKIT ANAK
1. Nama Penyakit /Diagnosis : URTIKARIA
b. Pemeriksaan fisik :
- Erupsi kulit yang berbatas tegas dan menimbul
(bentol) berwarna merah, memutih bila
ditekan dan disertai rasa gatal.
6. Terapi : a. Medikamentosa :
Antihistamin H1, misalnya klorofeniramin
maleat 0,35mg/Kg BB/hari. Untuk
menghindari efek samping mengantuk dapat
diberikan anti histamin non sedatif atau anti
histamine generasi baru seperti setirizin
0,25mg/Kg BB/kali, 1-2 kali/hari.
Bila tidak berhasil dapat dicoba dengan
menambahkan histamin H2 misalnya simetidin
20-40 mg/Kg BB/hari.
Bila terjadi urtikaria yang sangat luas, dapat
diberikan suntikan adrenalin dilanjutkan
dengan kortikosteroid.
Kortikosteroid diberikan bila diduga terjadi
reaksi alergi fase lambat.
b. Supportif.
1
Panduan Praktik Klinis
5. Terapi : a. Medikamentosa :
Pengobatan medikamentosa berdasarkan lama
dan berat ringannya gejala.
Antihistamin oral. Untuk rinitis intermiten
cukup diberikan antihistamin generasi 1.Pada
rinitis alergi yang memerlukan Antihistamin
jangka panjang digunakan antihistamin
generasi baru yang bersifat nonsedatif dan
mempunyai efek anti inflamasi.
Terapi topical natrium kromoglikat diberikan
pada anak yang kooperatip.
Kortikosteroid topical hidung pada anak masih
kontroversi, diberikan pada kasus rinitis alergi
dengan keluhan hidung tersumbat yang
mencolok.
Ipratropium bromida untuk anak dengan
keluhan hidung beringus yang mencolok.
Imunoterapi diberikan secara selektip dengan
tujuan pencegahan.
b. Bedah
Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus-
kasus selektip dengan gambaran radiologi air
fluid level atau deviasi septum nasi.
c. Supportif.
Rujukan ke spesialis THT dilakukan apabila
ditemukan gejala sinusitis dengan gambaran
radiologi air fluid level
2
Panduan Praktik Klinis
6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada kejang lama atau kejang berulang.
7. Terapi : a. Medikamentosa :
Pengobatan medikamentosa saat kejang sesuai
tatalaksana penghentian kejang.
Diutamakan pengobatan profilaksis intermiten
pada saat demam berupa :
1.Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg/Kg BB/hari
setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/Kg
BB/hari tiap 4-6 jam.
2.Anti kejang : diazepam oral 0,3 mg/Kg
BB/dosis tiap 8 jam saat demam atau diazepam
rectal 0,5 mg/Kg BB/hari setiap 12 jam saat
demam.
Efek samping diazepam oral adalah letargi,
mengantuk, dan ataksia.
3
Panduan Praktik Klinis
4
Panduan Praktik Klinis
6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada asma dengan serangan asma berat.
7. Terapi : Medikamentosa :
- Pada serangan asma ringan, diberikan obat
pereda berupa agonis secara inhalasi/oral atau
adrenalin 1/1000 subkutan 0,01 ml/Kg BB/kali
dengan dosis maksimal 0,3 ml/kali.
- Pada serangan sedang diberikan obat seperti
diatas ditambah pemberian oksigen, cairan intra
vena, kortikosteroid oral, dan dirawat di ODC.
5
Panduan Praktik Klinis
Bedah :
Pada serangan asma biasanya tindakan bedah tidak
diperlukan kecuali jika timbul komplikasi berupa
pneumotorak yang memerlukan tindakan pungsi
atau pemasangan WSD.
Suportip :
Pengobatan suportip pada serangan asma
diperlukan untuk mengatasi komplikasi yang
timbul seperti dehidrasi, asidosis metabolik, atau
atelektasis. Pada keadaan khusus, yaitu adanya
gangguan secara psikologis, maka peran psikolog
atau psikiater anak sangat diperlukan karena stress
merupakan salah satu faktor pencetus serangan
asma.
Pemantauan :
Terapi : pemantauan tanda vital terutama status
respirasinya. Untuk serangan ringan, setelah
pemberian inhalasi dengan agonis diperlukan
pemantauan selama 1-2 jam. Bila membaik pasien
dipulangkan dengan dibekali obat agonis oral
serta obat rutin yang biasa digunakan. Apabila
respons awal yang terjadi hanya parsial maka
pasien diobservasi di ODC dan ditatalaksana
sebagai serangan sedang selama 6 jam, apabila ada
perbaikan pasien dipulangkan, apabila tidak ada
perbaikan, maka pasien harus menjalani rawat inap
dan ditatalaksana sebagai serangan berat. Bila
menurut penilaian awal secara klinis serangannya
berat, pengobatan serangan berat dapat langsung
diberikan tanpa harus melalui tahapan ringan atau
sedang.
Tumbuh kembang:
Aspek tumbuh kembang pada umumnya tidak
terpengaruh oleh serangan asma, kecuali bila
serangannya berat dan berulang.
6
Panduan Praktik Klinis
7
Panduan Praktik Klinis
Medikamentosa :
Medikamentosa yang digunakan dibagi 2 kelompok
besar, yaitu : pereda dan pengendali.
Obat pereda digunakan untuk meredakan gejala
atau serangan asma, misalnya agonis dan
ipratropiumbromida. Obat pengendali digunakan
untuk mengendalikan asma agar tidak mudah
tercetus, misalnya disodiumkromogliket,
antileukotrien, dan steroid hirupan. Obat pereda
diberikan saat serangan atau ada gejala saja,
sedangkan obat pengendali diberikan terus menerus
tanpa melihat ada / tidaknya serangan. Pengobatan
asma jangka panjang tergantung pada derajat atau
klasifikasi asma. Pada asma episodik jarang tidak
diperlukan pengendali, pada asma episodik sering
dan asma persisten diperlukan obat pengendali.
Pada tahap awal biasanya diberikan steroid hirupan
dosis rendah setara dengan budesonide 100 - <400
ug dan dinaikan bertahap dengan dosis menengah
400 - < 800 ug atau dosis tinggi ( > 800 ug ) sesuai
dengan gejala yang terjadi. Pada tahap tertentu
sebelum menentukan apakah steroid dosis tinggi
perlu digunakan, perlu dipertimbangkan pemberian
obat kombinasi baik dengan agonis kerja panjang
maupun antileukotrien. Obat pengendali dapat
diberikan jangka lama bahkan dapat seumur hidup.
Bedah : tidak diperlukan
Suportif : Pada keadaan tertentu diperlukan
tambahan fisioterapi. Penyakit penyerta yang lain
seperti rinitis alergika, sinusitis, atau refluk
gastroesofagus perlu ditangani dengan baik.
Pada keadaan khusus yaitu adanya gangguan
psikologis, maka peran psikolog atau psikiater anak
sangat diperlukan karena stres psikologis
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya
serangan asma.
8
Panduan Praktik Klinis
5. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk TB paru berat atau TB ekstra
pulmonal.
9
Panduan Praktik Klinis
10
Panduan Praktik Klinis
11
Panduan Praktik Klinis
12
Panduan Praktik Klinis
13
Panduan Praktik Klinis
2. Definisi : Diare akut adalah buang air besar > 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung < 1
minggu.
14
Panduan Praktik Klinis
15
Panduan Praktik Klinis
16
Panduan Praktik Klinis
17
Panduan Praktik Klinis
: b. Pemeriksaan fisik :
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai
berat dengan komplikasi. Kesadaran menurun,
delirium, lidah tifoid, meteorismus,
hepatomegali, splenomegali.
6. Terapi : a. Medikamentosa :
- Antibiotik tergantung pada kondisi klinis dapat
dipilih :
Kloramfenikol (drug of choice) 50 100
mg/KgBB/hari, oral atau IV dibagi 4 dosis
selama 10 14 hari.
Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari, oral atau IV
selama 10 hari
Kotrimoksasol 6 mg/KgBB/hari oral selam 10
hari
Seftriakson 80 mg/KgBB/hari IV atau IM
sekali sehari selama 5 hari
Sefiksim 10 mg/KgBB/hari oral, dibagi dalam
18
Panduan Praktik Klinis
b. Tindakan bedah
Bila terdapat perforasi usus.
7. Penyulit :
- Intra intestinal : perforasi usus atau perdarahan
saluran
19
Panduan Praktik Klinis
Spesialis anak
Rujuk ICU anak atas indikasi :
- Syok berkepanjangan (syok tidak teratasi lebih
dari 60 menit ).
- Syok berulang (pada umumnya disebabkan oleh
perdarahan internal).
6. Perawatan rumah sakit : - Perdarahan saluran cerna
- DBD ensefalopati
7. Terapi :
Rawat inap
8. Penyulit :
Dipulangkan bila :
- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
- Nafsu makan membaik
- Klinis tampak perbaikan
- Hematokrit setabil
- 3 hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit lebih dari 50.000 / L
- Tidak dijumpai distress pernapasan
22
Panduan Praktik Klinis
23
Panduan Praktik Klinis
24
Panduan Praktik Klinis
25
Panduan Praktik Klinis
gagal ginjal.
26
Panduan Praktik Klinis
27
Panduan Praktik Klinis
28
Panduan Praktik Klinis
Pemeriksaan fisik :
Ukur suhu tubuh
Tentukan derajat sakitnya
Subyektif :
- kualitas tangis
- reaksi terhadap orang tua
- tingkat kesadaran
- warna kulit/selaput lendir
- interaksi
4. Terapi : Medikamentosa :
- anak yang tidak tampak sakit, tidak perlu dirawat,
diperiksa pemeriksaan laboratorium, dan tidak
perlu diberi antibiotik.
- apabila dari anemnesis, pemeriksaan fisik
laboratorium menunjukkan hasil risiko tinggi
untuk terjadinya bakteremia tersembunyi, harus
diberikan antibiotik setelah pengambilan sediaan
untuk biakan.
Antibiotik pilihan :
- amoksisilin 60-100 mg/hr
- seftriakson 50-75 mg/kbb/hr maksimum 2 g/hr
29
Panduan Praktik Klinis
Pemeriksaan fisik :
- Pemeriksaan abdomen : apakah teraba massa di
sebelah kiri bawah Pemeriksaan eksternal :
pada perineum dan daerah perianal, apakah
terdapat fisura ani. Pada pemeriksaan colok
dubur (kalau diperlukan) dirasakan tonus sfingter,
ukuran rectum, jepitan rectum, dan apakah teraba
tinja yang mengeras di dalam rectum (skibala).
Apakah terlihat adanya darah dan tinja pada
sarung tangan.
30
Panduan Praktik Klinis
6. Terapi : Tahap I
- Melakukan modifikasi makanan dengan banyak
makanan berserat
- Banyak minum
- Olah raga
- Toilet training
Tahap 2
Gunakan laksansia, untuk melunakkkan tinja, dosis
sesuai umur
1. Nama Penyakit /Diagnosis : BRONKIOLITIS
2. Definisi /Batasan : Adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut
pada saluran nafas kecil atau bronkiolus yang
terjadi pada anak kurang dari 2 tahun dengan
insidens tertinggi pada usia sekitar 6 bulan dengan
penyebab tersering respiratory sincytial vitus (RSV)
diikuti dengan parainfluenzae dan adenovirus.
Anamnesis :
3. Kriteria Diagnosis : - Anak usia < 2 tahun dengan didahului ISPA,
gejala batuk pilek, biasanya tanpa demam atau
subfebris.
- Sesak napas makin hebat dengan napas dangkal
dan cepat
Pemeriksaan Fisik :
- Demam, Dispneu
- Expiratory effort dan retraksi
- Napas cepat dangkal, napas cuping hidung,
sianosis sentral, gelisah
- Jika obstruksi hebat suara napas dapat tak
terdengar
- Ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal
ekspirasi
- Perkusi paru hipersonor
- Darah tepi : tidak Khas
4. Pemeriksaan Penunjang : - Ro thoraks : hiperinflasi paru atau emfisema
dengan diameter AP membesar, pada foto lateral
terlihat bercak konsolidasi tersebar.
- AGD menunjukkan hiperkarbia sebagai tanda air
trapping asidosis metabolik atau respiratorik.
- Rapid test : antigen RSV (bila tersedia/atau
fasilitas di RSMG memungkinkan)..
Bila memburuk ke ICU Anak
5. Konsultasi :
Tatalaksana : masih controversial ; yang dianjurkan
6. Terapi : adalah :
- O2 1 2 liter per menit
- Cairan dan kalori cukup, bila perlu dengan IVFD
* Bayi > 1 bulan diberikan IVFD D10: NaCl
0,9% 3:1 atau KAEN IB ditambah KCL 10
31
Panduan Praktik Klinis
mEQ/500 mL cairan.
* Neonatus diberikan IVFD D10 : NaCl 0,9% 4:1
ditambah KCL 10 mEq/500mL cairan.
* Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan
suhu dan status hidrasi
Atau yang tersedia di Rumah Sakit Medika
Gria seperti KAEN I B.
Suportif
Terapi suportif mencakup pemberian oksigen
lembab, monitor kemungkinan hipoksemia, apneu,
dan gagal nafas, monitor suhu tubuh, dan
pemberian cairan sesuai kebutuhan.
32
Panduan Praktik Klinis
IMUNISASI
TATA CARA :
1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko bila tidak diimunisasi.
2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan tindakan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak
diharapkan
3. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi imunisasi yang akan diberikan, riwayat KIPI
sebelumnya
4. Periksa jenis vaksin; cara penyimpanan vaksin, kualitas vaksin
5. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan adalah sesuai jadwal dan dapat ditawarkan vaksin
yang lain untuk mengejar imunisasi yang ketinggalan bila diperlukan
6. Berikan vaksin dengan cara yang benar, memakai jarum dan semprit yang sesuai, lokasi
pemberian yang benar, arah jarum suntik dan posisi bayi/anak penerima vaksin
7. Setelah imunisasi, catat imunisasi dalam rekam medis rumah sakit dan dalam rekam medis
pribadi dan berikan petunjuk kepada orang tua tentang apa yang harus dikerjakan bila
terjadi reaksi yang biasa atau yang lebih berat.
8. Periksa status imunisasi anak dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila
diperlukan. :
JENIS VAKSIN
Jenis vaksin yang dapat dipergunakan adalah vaksin PPI dan non PPI.
PENYIMPANAN
Vaksin yang disimpan dan diangkut dalam suhu yang tidak sesuai akan kehilangan potensinya.
Secara umum suhu untuk penyimpan vaksin adalah 2-8 0C. vaksin DPT,DT, hepatitis B, hepatitis
A, Hib, influenza dan pneumokok menjadi tidak aktif bila beku. Vaksin BCG, OPV dan
campak dapat disimpan dalam suhu 150 C s / d ---250C.
PENGENCERAN
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan pelarut khusus dan digunakan dalam periode
waktu tertentu. Bila vaksin telah diencerkan,harus diperiksa tanda-tanda kerusakan (warna dan
kejernihan). Vaksin campak yang telah dilarutkan, cepat mengalami perubahan pada suhu
kamar, setelah 2-7 jam potensi sudah menurun dibawah potensi yang diperbolehkan.
PEMBERIAN SUNTIKAN
Setiap suntikan harus menggunakan semprit dan jarum yang baru. Setelah dipakai, semprit dan
jarum dibuang dalam tempat tertutup yang tidak mudah robek dan bocor.
Standar jarum suntik adalah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, kecuali :
33
Panduan Praktik Klinis
- pada bayi kurang bulan, bayi kurang dari 2 bulan, dan bayi kecil lainnya dapat dipakai
jarum 26
- untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum 24
- untuk suntikan intradermal dipakai jarum
Posisi anak dan lokasi suntikan yang dianjurkan
Bayi dan anak diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua/pengasuh atau
dalam posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua/pengasuh. Celana, popok harus dibuka
bila menutupi otot vastus lateralis.
Untuk bayi kurang dari 1 tahun, bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi adalah paha
anterolateral yaitu vastus lateralis. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak
yang lebih besar(telah dapat berjalan). Penyuntikan di daerah gluteus tidak dianjurkan untuk
vaksinasi pada anak oleh WHO.
PENCATATAN
Setelah melakukan vaksinasi, perlu dicatat nama vaksin, nomor batch vaksin, tanggal pemberian
dan nama rumah sakit/dokter yang memberikan.
PEMANTAUAN KIPI
Pasca vaksinasi, bayi sebaiknya diobservasi selama 15 menit, untuk menilai kemungkinan
timbulnya reaksi anafilaksis.
34
Panduan Praktik Klinis
Kasus persalinan dari seorang bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan
meninjau riwayat antepartum dan intrapartum
Faktor Antepartum
Faktor Intrapartum
Ketuban pecah dini, > 24 jam Pemberian obat narkotika pada ibu dalam jangka
Sebelum persalinan waktu 4 jam sebelum persalinan
< 20 detik
Menilai Bayi
- Pernafasan
- Frekuensi Jantung
- Warna kulit
36
Panduan Praktik Klinis
Bila cairan ketuban tidak bercampur mekonium atau air ketuban yang diwarnai
mekonium tanpa terlihat partikel mekonium, penghisapan lendir cukup dari mulut dan
hidung saja.
Bila terdapat mekonium kental dan keruh diperlukan penghisapan langsung dari trakea.
Pada penghisapan dari trakea waktu yang dibutuhkan lebih banyak, bila terdapat lebih
dari seorang yang dapat membantu langkah awal ini maka tahap ini dapat dikerjakan
secara simultan ( bersamaan)
Pada bayi dengan mekonium kental keruh
* Penghisapan/pembersihan jalan napas, segera setelah kepala lahir
* Setelah lahir, segera taruh dibawah alat pemancar panas dan langsung hisap sisa
mekonium di hipo farings dengan pandangan langsung, dan lakukan intubasi
endotrakeal untuk menghisap mekonium pada saluran napas bawah.
Catatan :
Masih terjadi kontroversi apakah bayi aktif dengan air ketuban bercampur mekonium di
perlukan penghisapan dari trakrea .
Menilai Bayi
Bayi
Resusitasi PRN Bayi Tidak
Usaha Bernafas
Observasi Encer Penghisapan
Mekonium di /gasping
intrapartum
dalam airdari Rangsang
ketuban taktikPRN Kental
Penghisapan
Resusitasi
mulut,
aktif Bernapas depresi farings, hidung VTP dengan
trakea O2 100 %
15 30 detik
Frek 40 60 x/mnt
Menilai
Frekuensi denyut
jantung
Hentikan VTP
Frek jantung < 60 x/mnt Frek denyut jantung
60-100 x/m 60-100 x/mnt
Menilai warna kulit & meningkat - - VTP + tidak meningkat
- - Penekanan dada
Lanjutkan VTP (lihat lampiran
Prosedur) - Lanjutkan VTP
- Periksa kesempurnaan
Kemerahan / Sianosis sentral - Frek < 80 x/m mulai
Sianosis perifer penekanan dada
Berikan O2 80 100 %
Lanjutkan
Observasi bayi
Nilai warna kulit
37
Panduan Praktik Klinis
Kemerahan Sianotik
Bayi memerlukan penekanan dada bila, setelah 15-30 detik mendapat ventilasi dengan O 2
100 %, frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit atau 60-80 kali per menit dan tidak
bertambah.
Ventilasi dengan 100% O2
selama 15-30 detik
Frekuensi
Jantung
Kurang 60 Tidak
Lanjutkan ventilasi
60-80 dan
O2 100% tidak
Tidak
bertambah
?
Ventilasi Ya Penekanan
38
Panduan Praktik Klinis
O2
Tidak Ya
Frek.
Teruskan ventilasi Jantung
Hentikan penekanan
dan penekanan dada > 80 Teruskan ventilasi
Bila VTP (Ventilasi tekanan positip ) dan penekanan dada tidak menghasilkan perbaikan :
- Pertimbangan intubasi (lihat lampiran)
- Pertimbangan pemberian obat (lihat lampiran)
- Pertimbangan rujuk NICU
Frekuensi Hentikan
jantung pemberian
> 100 ? obat
Dopamin
Depresi
berlanjut
39
Panduan Praktik Klinis
40
Panduan Praktik Klinis
41
Panduan Praktik Klinis
42
Panduan Praktik Klinis
43
Panduan Praktik Klinis
44