Anda di halaman 1dari 7

Gambaran Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 3 Tahun

di Gampong Meunasah Baro Kecamatan Muara Batu


Kabupaten Aceh Utara

Dr. Siti Maryam, M.Si

ABSTRACT

Children aged 1-3 years is the period which their need food and nutrition in sufficient and
adequate quantities. Lack of nutrition during this period can cause growth disorders. This
study aimed to determine the relationship between meal parenting style and nutritional status
of children aged 1-3 years in the Gampong Meunasah Baro, Muara Batu, Aceh Utara. This
research used descriptive analytic study with cross-sectional design. Data obtained by direct
interviews using questionnaires to the mothers with children aged 1-3 years. The results
showed the majority of children aged 1-3 years had a normal nutritional status, as much as
92.11 %, most of meal parenting included in good category, as much as 78.95. To mothers
who are already applying good parenting, suggested to keep doing it. To mothers who have
children who nourished skinny, needs to be given counseling by health workers about good
meal parenting in order to improve the nutritional status of children.

Keywords: parenting style, nutritional status, children aged 1-3 years

PENDAHULUAN
Latar Belakang indikator untuk mengukur status gizi baik
individu maupun populasi. Oleh karena itu,
Memiliki anak yang sehat dan orang tua perlu menaruh perhatian pada
cerdas adalah dambaan setiap orang tua. aspek pertumbuhan anak bila ingin
Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua mengetahui keadaan gizi mereka
harus selalu memperhatikan, mengawasi (Khomsan, 2003).
dan merawat anak secara seksama. Masalah gizi dipengaruhi oleh
Khususnya memperhatikan pertumbuhan banyak faktor yang saling mempengaruhi
dan perkembangannya. Meskipun proses secara kompleks. Di tingkat rumah tangga,
tumbuh kembang anak berlangsung secara keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan
alamiah, proses tersebut sangat bergantung rumah tangga menyediakan pangan dalam
kepada orang tua. Apalagi masa lima tahun jumlah dan jenis yang cukup serta pola
(masa balita) adalah periode penting dalam asuh yang dipengaruhi oleh faktor
tumbuh kembang anak dan merupakan pendidikan, perilaku dan keadaan
masa yang akan menentukan pembentukan kesehatan rumah tangga. Salah satu
fisik, psikis dan intelegensinya (Sulistijani, penyebab timbulnya kurang gizi pada anak
2001). balita adalah akibat pola asuh anak yang
Seorang anak yang sehat dan kurang memadai (Soekirman, 2000).
normal akan tumbuh sesuai dengan potensi Pengasuhan merupakan faktor yang
genetik yang dimilikinya. Tetapi sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan
pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi dan perkembangan anak berusia di bawah
oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun
bentuk makanan. Kekurangan atau (balita) adalah masa anak masih sangat
kelebihan gizi akan dimanifestasikan membutuhkan suplai makanan dan gizi
dalam bentuk pertumbuhan yang dalam jumlah yang cukup dan memadai.
menyimpang dari pola standar. Kekurangan gizi pada masa ini dapat
Pertumbuhan fisik sering dijadikan menimbulkan gangguan tumbuh kembang
secara fisik, mental, sosial dan intelektual Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh
yang sifatnya menetap dan terus dibawa Utara.
sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih
spesifik, kekurangan gizi dapat Rumusan Masalah
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan Berdasarkan latar belakang di atas,
badan, lebih penting lagi keterlambatan maka rumusan masalah dalam penelitian
perkembangan otak dan dapat pula ini adalah apakah ada hubungan pola asuh
terjadinya penurunan atau rendahnya daya makan dengan status gizi anak usia 1-3
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. tahun di Gampong Meunasah Baro
Pada masa ini juga, anak masih benar- Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh
benar tergantung pada perawatan dan Utara.
pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan
kesehatan dan makanan pada tahun Tujuan Penelitian
pertama kehidupan sangatlah penting Tujuan Umum
untuk perkembangan anak (Santoso, 2005). Untuk mengetahui hubungan pola
Gizi kurang merupakan salah satu masalah asuh ibu dengan status gizi anak usia 1-3
gizi utama pada balita di Indonesia. tahun di Gampong Meunasah Baro
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh
mulai meningkat pada usia 6-11 bulan dan Utara.
mencapai puncaknya pada usia 12-23
bulan dan 24-35 bulan. Di negara-negara
ASEAN pada periode tahun 1990-1997 Tujuan Khusus
prevalensi gizi buruk pada anak balita 1. Mengidentifikasi pola asuh makan anak
berkisar antara 1-5 % (Soekirman, 2000). usia 1-3 tahun
Di Indonesia prevalensi gizi buruk pada 2. Mengidentifikasi status gizi anak usia 1-3
balita menurut BB/U pada tahun 2002 tahun
adalah 8,0 % dengan jumlah balita 3. Menganalisis hubungan pola asuh makan
18.369.952 orang dan meningkat pada dengan status gizi anak usia 1-3 tahun.
tahun 2003 yaitu 8,3 % dengan jumlah
balita 18.608.762 orang (Hayatinur, 2006). Manfaat Penelitian
Menurut Riset Kesehatan Dasar Memberikan masukan dan
(RISKESDAS) 2010, prevalensi gizi buruk informasi mengenai pola asuh makan dan
yang terjadi pada balita di Provinsi status gizi anak usia 1-3 tahun di Gampong
Nanggroe Aceh Darussalam menurun dari Meunasah Baro Kecamatan Muara Batu
26,5% pada tahun 2007 menjadi 23,7% Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian ini
pada tahun 2010. Kecamatan Muara Batu juga diharapkan dapat memberikan bahan
Kabupaten Aceh Utara 350.225 jiwa (BPS masukan yang cukup jelas bagi petugas
Aceh Utara, 2010). Menurut data dari kesehatan dan peneliti mengenai
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara hubungan pola asuh makan dengan status
tahun 2011, jumlah balita yang diukur gizi anak usia 1-3 tahun yang ada di
sebanyak 3.965 orang dari 29 Puskesmas, gampong Meunasah Baro Kecamatan
diperoleh kejadian gizi buruk berdasarkan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.
BB/U berjumlah 266 orang. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kurang
baiknya pola asuh makan yang dilakukan METODE PENELITIAN
ibu terhadap anaknya. Berdasarkan data
tersebut diatas maka penulis tertarik Jenis dan Rancangan Penelitian
meneliti mengenai Hubungan pola asuh
Makan dengan status gizi anak usia 1 - 3 Jenis penelitian ini bersipat deskriptif
tahun di Gampong Meunasah Baro analitik yaitu menggambarkan hubungan
pola asuh makan dengan status gizi anak atau 0,1. Jadi besar sampel sebanyak 38
usia 1-3 tahun dan menganalisis hubungan orang.
variabel-variabel yang di teliti. Desain atau
rancangan yang dipakai yaitu studi potong Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
lintang (cross-sectional). semua ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun
yang bersedia menjadi responden penelitian.
Lokasi Penelitian Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
Penelitian ini dilakukan di Gampong adalah
Meunasah Baro Kecamatan Muara Batu 1. Ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun
Kabupaten Aceh Utara. yang tidak bersedia menjadi responden
penelitian.
Waktu Penelitian 2. Anak usia 1-3 tahun yang menderita
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan kelainan kongenital dan penyakit
Juli Agustus 2013. kronis.

Populasi 4.4.1 Variabel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah semua A. Variabel bebas (Independent)
ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun
di Gampong di gampong Meunasah Baro Variabel bebas yaitu variabel yang diduga
Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh sebagai faktor yang mempengaruhi
Utara. Jumlah populasi pada saat penelitian variabel terikat (dependent). Variabel bebas
adalah sebanyak 62 ibu. dalam penelitian ini adalah pola asuh
makan yang
Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari B. Variabel terikat (Dependent)
jumlah ibu yang mempunyai anak umur 1-
3 tahun di di gampong Meunasah Baro Variabel terikat adalah variabel yang
Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh dipengaruhi oleh variabel bebas
sebagai responden. (Independent). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah status gizi anak usia
Teknik Pengambilan Sampel 1-3 tahun.
Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara simple random sampling, yaitu Definisi Operasional.
setiap anggota atau unit dari populasi 1. Pola asuh makan adalah seluruh interaksi
mempunyai kesempatan yang sama untuk subjek dan objek berupa bimbingan,
diseleksi sebagai sampel. pengarahan dan pengawasan serta cara-
Besarnya sampel diambil dengan cara dalam pemberian makan balita yang
menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) berlangsung secara rutin sehingga
sebagai berikut: membentuk suatu pola. Yang termasuk
dalam pola asuh makan adalah, memilih
N 62 makanan, menyusun menu makanan,
N= = = 38,27 memberi makan, serta penyimpanan
1+ N (d)2 1+62(0,1)2
makanan. Balita usia 1-3 tahun adalah anak
= 38
yang berusia 12 sampai 36 bulan.
2. Berat badan adalah ukuran massa tubuh
Keterangan:
anak yang ditentukan dengan cara
n = Besar Sampel
pengukuran menggunakan timbangan
N = Besar Populasi
dacin dalam satuan kilogram (kg).
D = Penyimpangan statistik dari sampel
3. Tinggi badan adalah ukuran tinggi tubuh
terhadap populasi, ditetapkan sebesar 10 %
anak yang ditentukan dengan cara
pengukuran menggunakan alat mikrotoa ditolak berarti ada perbedaan yang
dalam satuan centimeter (cm). signifikan antara variabel-variabel
penelitian dengan status gizi balita 1-3
Pengukuran Data tahun. Jika sebaliknya hipotesis Ho
Data primer diperoleh dengan diterima maka tidak ada perbedaan yang
menggunakan kuesioner pada ibu yang signifikan.
mempunyai balita 1-3 tahun, meliputi:
1. Karakteristik anak (umur dan jenis
kelamin).
2. Data pola asuh makan diperoleh dari HASIL PENELITIAN
wawancara langsung dengan responden Dari grafik 1 dapat diketahui bahwa pola
menggunakan kuesioner yang meliputi: asuh menurut praktek pemberian makan
Memilih makanan, menyusun menu lebih banyak pada kategori baik yaitu
makanan, memberi makan, serta sebanyak 30 anak (78.95%), kategori sedang
penyimpanan makanan. Skor pola asuh sebanyak 6 anak (15.79%) dan ada 2
makan yang diperoleh dari responden (5.26%) anak tidak mendapat pola asuh
dikategorikan menjadi: makan dengan baik
a. Baik: > 80%
b. Sedang: 60 - 80% 100.00%
90.00%
c. Tidak baik: < 18 <60% 78.95%
80.00%
(Yayuk farida, 2004)
70.00%
3. Data status gizi 60.00% Baik
Status gizi diukur dengan menggunakan 50.00% Sedang
indikator BB/TB kemudian 40.00%
Kurang
diinterpretasikan berdasarkan standar 30.00%
WHO-NCHS. Status gizi berdasarkan 20.00% 15.79%
BB/TB dibagi atas 4 kategori, yaitu: 10.00% 0.05
a. Gemuk, bila nilai Z - Score > + 2 SD 0.00%
Pola Asuh Makan
b. Normal, bila nilai Z - Score terletak
antara > - 2 SD sampai + 2 SD
Grafik 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
c. Kurus, bila nilai Z - Score terletak
Pola Asuh Makan Anak 13 tahun
antara < - 2 SD sampai > - 3SD
d. Kurus Sekali, bila nilai Z - Score < - 3
Pada grafik 2 dapat diketahui bahwa
SD. distribusi anak usia 13 tahun menurut status
gizi yang terbanyak adalah anak yang
Pengolahan Data berstatus gizi normal yaitu sebanyak 35 anak
Untuk mempermudah pengolahan (92,10%) dan yang paling sedikit adalah
dan analisa data serta pengambilan anak yang berstatus gizi gemuk yaitu 1 anak
kesimpulan maka data ditabulasi dalam (2,63%), dan ada 2 anak (5,26%) anak yang
bentuk tabel distribusi frekuensi. mengalami status gizi kurus

Analisis Data
Data yang sudah terkumpul, diolah
dan kemudian dianalisis secara deskriptif.
Sedangkan untuk menguji hipotesis,
variabel penelitian dianalisis dengan
menggunakan uji Anova pada taraf nyata
90% ( = 0,1) dengan program SPSS.
Apabila probabilitas (p) lebih kecil
daripada (p<0,1) maka hipotesis Ho
100.00% 92.10% Grafik 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Status Gizi Anak
80.00%
.
60.00% Gemuk
Normal
40.00% Kurus
Kurus Sekali
20.00%
5.26%
2.63%
0.00%
Status Gizi
PEMBAHASAN Menurut Santoso (1999), Status gizi
Pola Asuh anak adalah keadaan kesehatan anak akibat
interaksi antara makanan dalam tubuh
Menurut Engle (1997), pola asuh adalah dengan lingkungan sekitarnya. Nilai keadaan
kemampuan keluarga dan masyarakat untuk gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi,
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan merupakan salah satu parameter yang
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental penting untuk nilai tumbuh kembang fisik
dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dan dan nilai kesehatan anak tersebut. Dari hasil
anggota keluarga lainnya. Pola asuh ibu pengukuran terhadap anak balita dengan
meliputi perhatian ibu terhadap anak dalam menggunakan indeks BB/TB (Berat Badan
praktek pemberian makanan, dukungan menurut Tinggi Badan) yang disesuaikan
psikososial, dan perawatan kesehatan. dengan standar WHO-NCHS ditemukan
sebagian besar anak mempunyai status gizi
Pola Asuh makan yang normal yaitu sebesar 92,10%, anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola yang mempunyai status gizi yang kurus
asuh berdasarkan praktek pemberian 5,26% dan anak yang mempunyai status gizi
makanan sebagian besar berada pada yang gemuk 2,63%. Hal ini disebabkan
kategori baik yaitu sebesar 78,95%, kategori karena ibu selalu memperhatikan keadaan
sedang 15,79% dan kategori tidak baik gizi dan kesehatan anaknya. Dilihat dari
5,26%. Hal ini dikarenakan banyak ibu yang praktek pemberian makan anak berada pada
sudah mengetahui tentang menu makanan kategori baik yaitu sebesar 78,95%.
yang sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Sedangkan anak yang mempunyai status gizi
Seimbang (PUGS), terlihat dari jawaban ibu yang gemuk dan kurus diasumsikan karena
pada pertanyaan kuesioner 1, sebagian besar ibu yang kurang memperhatikan asupan gizi
ibu menjawab dengan nilai 3. Pengetahuan anak serta kesehatan anak dan dapat juga
ibu tentang kebersihan dalam menyiapkan disebabkan adanya penyakit infeksi yang
makanan juga baik, hal ini dapat dilihat dari semakin menambah buruk kondisi kesehatan
ibu yang selalu mencuci tangan sebelum anak sehingga pertumbuhan anak terganggu.
mengolah atau memasak bahan makanan,dan
selalu mencuci alat makan sebelum dipakai, Daftar Pustaka
hal ini juga terlihat pada jawaban ibu dari
pertanyaan kuesioner nomor 2 10, sebagian BPS Aceh Utara., 2010. Data Kependudukan
besar ibu juga menjawab dengan nilai 3. Kabupaten Aceh Utara.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan Dinkes Provinsi Aceh., 2006. Pedoman
pendapat yang dikemukakan Nadesul (1995), Rencana Aksi Nasional Pencegahan
anak masih membutuhkan bimbingan dan Penanggulangan Gizi Buruk
seorang ibu dalam memilih makanan agar 2006 2010.
pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk Hayatinur, E., Riyadi, H., Pramudya, S.,
perhatian/dukungan ibu terhadap anak 2006. Penggunaan Data Status Gizi
meliputi perhatian ketika anak makan dan untuk Pengalokasian Anggaran
sikap orang tua dalam memberi makan. Program Gizi Depkes RI di Area
Selain itu, Soenardi (2000) juga Desentralisasi. Sains Kesehatan 19,
mengemukakan bahwa pada saat Berkala Penelitian Pasca Sarjana
mempersiapkan makanan, kebersihan Ilmu-Ilmu Kesehatan UGM,
makanan dan peralatan yang dipakai harus Yogyakarta.
mendapatkan perhatian khusus. Makanan Khomsan, A., 2003. Pangan dan Gizi untuk
yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat Kesehatan. PT. Grafindo Persada,
menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Jakarta.
Nadesul, H., 1995. Cara Sehat Mengasuh
Status Gizi Balita Anak. Puspa Swara, Jakarta.
Santoso, S., 1999. Kesehatan dan Gizi.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sarasani, T., 2005. Praktek Pemberian
Makan dan Status Gizi Anak Usia 0-
24 Bulan ditinjau dari Pekerjaan Ibu.
Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Soekirman., 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya
untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional,
Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Soenardi, T., 2000. Makanan untuk Tumbuh
Kembang Bayi. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sulistijani, A.D., 2001. Menjaga Kesehatan
Bayi dan Balita. Puspa Swara,
Jakarta.
Yayuk Farida, B., Sukarni, M., Suklan, H.,
2004, Pengantar Pangan dan Gizi.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai