RS RK CHARITAS PALEMBANG
RS RK CHARITAS PALEMBANG
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Topikal:
Bayi:
Skalp: untuk mengangkat krusta asam salisilat 3% dalam minyak
olive/kelapa atau vehikulum yang larut dalam air; kompres minyak
olive / kelapa hangat; aplikasi steroid potensi lemah (hidrokortison
1%) krim atau lotion selama beberapa hari; sampo imidazol, krim/
losio ketokonazol 2%, sampo ketokonazol 1%; sampo bayi;
perawatan kulit umum dengan emolien, krim, atau pasta lunak,
Dewasa:
Skalp:
Sampo selenium sulfida 1,0 2,5o/o, imidazol (ketokonazol 2o/o),
zinc pyrithione, benzoil peroksida, asam salisilat, tar.
Krusta atau skuama: aplikasi semalaman glukokortikosteroid atau
asam salisilat dalam vehikulum yang larut dalam air, atau secara
oklusif.
.
- Wajah dan badan
Hidrokortison 1% salap atau krim
- Otitis eksterna seboroik:
Glukokortikosteroid potensi lemah krim atau salep.
Untuk pemeliharaan solusio aluminium asetat 1 atau 2 kali
sehari. Pimekrolimus topikal juga efektif.
- Blefaritis seboroik:
Kompres hangat debridemen halus dengan aplikator
berujung kapas, dan sampo bayi satu atau beberapa kali
sehari. Antibiotik topikal berupa natrium sulfacetamide
ophthalmic ointmenf. Untuk penggunaan preparat mata
yang mengandung glukokortikosteroid dikonsulkan ke
spesialis mata. Jika Demodex folticutorum ditemukan
dalam jumlah banyak, dapat digunakan krotamiton,
permetrin, benzil benzoat.
- Dermatitis seboroik berat atau eritroderma :
Kortikosteroid sistemik
Pilihan terapi:
- Antijamur:
Topikal: imidazol. (ketokonazol 2%, itrakonazol, mikonazol,
flukonazol, ekonazol, bifonazol, klimbazol, siklopiroks,
siklopiroksolamin, butenafin 1% krim.
Oral: ketokonazol, itrakonazol, terbinafin.
Metronidazol:
Topikal: metronidazol 1-2% (gel, krim), O,75%(lotion), 1 atau 2
kali/hari
- lnhibitor kalsineurin:
Salap takrolimus atau krim pimekrolimus
- Analog vitamin D3:
Kalsipotriol (krim, lotion, salap), takalsitol salap
- lsotretinoin:
lsotretinoin oral 0,05 0,10 mg/kg BB/hari selama
beberapa bulan.untuk yang berat / rekalsitran
- Fototerapi
Narrow-band UVB
Psoralen dan UVA untuk yang luas (eritrbderma) dan
Rekalsitran
- Konsultasi:
Bila ada stres ke psikolog atau psikiater.
Bila ada kelainan sistemik ke dokter spesialis anak atau
penyakit dalam.
Tindak lanjut:
Bila menjadi eritroderma atau bagian dari penyakit Leiner:
perlu dirawat untuk pemantauan penggunaan antibiotik dan
kortikosteroid sistemik jangka panjang. Bila ada kecurigaan
penyakit Leterrer-Siwe perlu kerjasama dengan dokter spesialis
anak.
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
pramoxine
- KS intralesi (triamsinolon asetonid)
- Topikaltakrolimus
- Antihistaminsedatif(hidroksizin)
- lnhibitor reuptake serotonin selektif
- Antidepresan trisiklik (doksepin) malam hari
- Konsultasi psikiater bila diperlukan
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
MILIARIA (L74.3)
1. Pengertian (Definisi) Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai
dengan vesikel miliar disertai penyulit, tersebar di tempat
predileksi, dapat mengenai bayi, anak, dan dewasa.
Klasifikasi (berdasarkan gambaran klinis dan histopatologi):
- Miliaria kristalina (sudamina)
- Miliaria rubra (prickly heat)
- Miliaria pustulosa
- Miliaria profun
2. Kriteria Diagnostik Klinis:
- Riwayat hiperhidrosis, berada di lingkungan
panas dan lembab, bayi yang dirawat dalam
inkubator
Tindak lanjut:
Pada umumnya tidak perlu, kecuali mencurigai erupsi morbiliformis
akibat alergi obat.
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
RS RK CHARITAS PALEMBANG
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
HERPES ZOSTER (B02)
1. Pengertian (Definisi) Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh
reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela-zoster yang terjadi
setelah infeksi primer.
2. Kriteria Diagnostik Masa tunas 7-12hari, lesi baru tetap timbul selama +/- 1
pekan, masa resolusi beRlangsung 1-2 pekan
Gejala prodromal:
Sistemik: demam, pusing, malese
Lokal: nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb .
Timbul eritema yang segera menjadi Vesikel berkelompok
dengan dasar kulit eritematosa dan edema. Vesikel berisi
cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul
dan krusta
Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai tempat
persarafan
Bentuk khusus:
Herpes zoster oftalmikus: timbul kelainan pada mata dan kulit
di daerah persarafan cabang kesatu nervus trigeminus
Sindrom Ramsay-Hunt timbul gejala paralisis otot muka
(paralisis Bell), kelainan kulit, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus dan nausea, juga gangguan pengecapan
Neuralgia pasca herpes : Nyeri menetap di dermatom yang
terkena setelah erupsi HZ menghilang. Batasan waktunya adalah
nyeri yang masih timbul 3 bulan setelah erupsi kulit
menyembuh. Umumnya nyeri akan berkurang dan . spontan
menghilang setelah 1-6 bulan.
3. Diagnosis Banding 1. lnfeksi virus herpes simpleks
2. Bila terdapat di daerah setinggi jantung, dapat salah diagnosis
dengan angina pektoris pada fase prodromal
3. Dermatitis venenata
4. Pemeriksaan Tidak diperlukan
Penunjang
5. Penatalaksanaan 1. Topikal:
Medikamentosa Stadium vesikular: bedak salisil 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah.
Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres
terbuka dengan larutan antiseptik dan krim antiseptik/
antibiotik.
Jika agak basah atau berkrusta dapat diberikan antibiotik
untuk mencegalr infeksi sekunder
2. Sistemik :
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
6. Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
KANDIDIAStS / KANDIDOSIS
(B37)
1. Pengertian (Definisi) Kandidiasis (USA) atau kandidosis (Eropa) merupakan
kelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Candida albicans atau oleh spesies lain genus
Candida. Organisme tersebut pada umumnya dapat menginfeksi
kulit, kuku, membran mukosa, dan saluran cerna, tetapi dapat
juga menyebabkan penyakit sistemik.
Klasifikasi:
Kandidiasis kutis (lCD 10 : 837.2)
Kandidiasis oral (lCD 10 : 837.0)
Kandidiasis vulvovaginal (lCD 10 : 837.3)
Kandida balanitis/ balanopostitis (lCD 10 : 837.4)
Kandidiasis kuku (lCD 10 : 837.2)
Kandidiasis mukokutan kr6nik (lCD 10 : P37.5)
Kandidiasis diseminata (lCD 10 : 837.8)
2. Kriteria Diagnostik 1. Kandidiasis kutls
.
Dapat ditemukan pada semua umur usia, mengenai
daerah intertrjginosa yang lembab dan mudah
mengalami maserasi, misalnya: sela paha, ketiak,
sela jari, infra mamae, atau sekitar kuku, dan juga
dapat meluas ke bagian tubuh lainnya,
Kulit tampak bercak eritematosa berbatas tegas,
bersisik, basah, dikelilingi oleh lesi satelit berupa
papul, vesikel dan pustul kecil di sekitarnya.
2. Kandidiasis mukosa
Merupakan infeksi oportunis, dapat berupa:
Kandidiasls oral :
.
Kandidiasis pseudomembran akut (thrush):
Bercak berwarna putih (pseudomemban) tebal, diskret
atau konfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum,dan
gusi
Kandidiasis atrofik akut (kandidiasis eritematosa): Bercak
halus (papila lidah menipis) tertutup oleh
pseudomembran tipis pada permukaan dorsal lidah
Dapat disertai rasa panas atau nyeri..
Kandidiasis atrofik kronik (denture stomatitis): Mukosa
palatum yang kontak dengan gigitarnpak edematosa dan
eritematosa, benifat kronik
3. Kandidiasls kuku
Tampak perubahan kuku sekunder, tebal mengeras,
onikolisis, Beau's line dengan diskolorisasi kuku berwarna
coklat atau hijau sepanjang sisi lateral kuku, tidak rapuh,
tetap berkilat dan tidak terdapat debris di bawah kuku.
.
Paronikia kandida: Tampak kemerahan, bengkak, dan
nyeri pada kuku disertai retraksi kutikula sampai lipat
kuku proksimal, dapat disertai pus.
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa
Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi
Medikamentosa
Kandidiasis kutis
Topikal: Nistatin dan krim lmidazol (mikonazol)
Sistemik : Ketokonazol 1x 200 mg/hari selama 14 hari
Bedak mikonazol selanjutnya dapat untuk pencegahan
.
Kandidiasis oral :
Nistatin 400.000-600,000 unit,4xlhari selama 14 hari
Solusio gentian violet 1-2% 2x|hari selama 3 hari
Sistemik : Ketokonazol 200400 mg/hari selama 2-5 pekan
atau Flukonazol 150-200 mg dosis tunggal
.
Kandidiasisvulvovagina:
Topikal:
.
lmidazol: klotrimazol 500 mg dosis tunggal
Nystatin intravagina, 1x/hari, selama 10-14 hari. Aman
untuk wanita hamil
Sistemik:
.
Ketokonazol 1x 200 mg selama S-7 hari
Flukonazol 150 mg dosis tunggal
ltrakonazol 2x100 mg, selama 3.hari
Untuk kandidiasis vulvovaginal rekuren ( kambuh >4xlth)
.
Klotrimazol 500 mg intravagina 1x/pekan selama 3-6
bulan
Flukonazol 150 mg per oral pada hari 1,4,7(3 hari)
Paronikia kandida :
Topikal: solusio imidazol : Timol 4% dlm alkohol absolut/
kloroform
Sistemik :
.
Ketokonazol 1x 200 mg/hari sampai sembuh
Flukonazol 150 mg/ pekan sampai sembuh
Kandidiasis kuku
Lihat tinea unguium, tetapi terbinafin tidak efektif.
Kandidiasls mukokutan kronik
o Flukonazol 100-400 mg/ hari sampai sembuh
o ltrakonazol 200-600 mg/ hari sarnpai sembuh
Dilanjutkan terapi maintenance dengan obat sama
selama hldup
Kandidiasis diseminata
Sistemik: amfoterisin B deoksikolat: 0,7 mgikg BB/hari IV
Pengobatan bekerjasama dengan Spesialis Penyakit Dalam
Alternatif lain: Amfoterisin B liposomal, Flukonazol,
Vorikonazol dengan memperhatikan resistensi spesies
Candida.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
KUSTA (A30)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan
basil Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit, selanjutnya
dapat menyebar ke organ lain, kecuali susunan saraf pusat
2. Kriteria Diagnostik Diagnosis didasarkan pada penemuan tanda kardinal (tanda
utama) menurut WHO, yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula)
atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat total
atau sebagian saja terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat /tanpa disertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf
yang terkena, yaitu:.
a. Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
b. Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema,
pertumbuhan rambut yang terganggu
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga
dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang
bahan diperoleh dari biopsi saraf.
Palpasi
- Kelainan kulit nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus,
khususnya pada tangan dan kaki.
- Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran,
konsistensi, nyeri tekan, nyeri spontan)
.
Tes fungsi saraf:
- Tes sensoris: rasa raba, nyeri, dan suhu
- Tes otonom
- Tes motoris; Voluntary muscle test (VMT)
3. Diagnosis Banding Lesi kulit
.
Makula hipopigmentasi : leukoderma, vitiligo, tinea
versikolor,pitiriasis alba, morfea dan parut
Plak eritema : tinea korporis, lupus vulgaris, lupus
eritematosus, granuloma anulare, sifilis sekunder,
sarkoidosis, leukemia kutis dan mikosis fungoides
Ulkus : ulkus diabetik, ulkus kalosum, frambusia, penyakit
Raynaud & Buerger
Gangguan saraf
Neuropati perifer: neuropati diabetik, amiloidosis saraf trauma
4. Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang .
Bakterioskopik : sediaan kerokan jaringan kulit dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen
Biopsi / PA
Lain-lain: pemeriksaan serologi
5. Komplikasi Komplikasi imunologis : reaksi reversal, reaksi eritema,
nodosum leprosum
Komplikasi neurologis : ulkus, claw hand, drop hand, drop
foot, kontraktur, mutilasi, absorbsi
6. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa
Pengobatan kusta adalah Multi Drug Treatmenf (MDT), standar
WHO (2012)
MDT alternatif
.
Bila pasien tidak dapat minum rifampisin karena efek samping dan
atau menderita penyakit penyerta seperti hepatitis kronis, diberikan
klofazimin 50 mg/hari bersama dengan 2 obat berikut ofloksasin
400 mg/hari, minosiklin 100 mg/hari atau klaritromisin 500 mg/hari
selama 6 bulan. Dilanjutkan dengan klofazimin 50mg/hari, ofloksasin
400 mg/hari atau minosiklin 100 mg/hari selama 18 bulan.
Bila terjadi toksisitas terhadap DDS, seperti sindrom dapson, pada
pasien MH tipe PB, DDS diganti klofazimin dengan dosis sama
dengan MDT tipe MB selama 6 bulan. Pada pasien MH tipe
MB, MDT tetap dilanjutkan tanpa DDS selama 12 bulan
Bila pasien menolak pemberian klofazimin, maka
klofazimin dalam MDT 12 bulan dapat diganti dengan ofloksasin
400 mg /hari atau minosiklin 100 mg/hari selama 12 bulan, atau
rifampisin 600 mg/bulan, ofloksasin 400 mg/bulan dan minosiklin
100 mg/bulan (ROM) selama 24 bulan
2. Rawat inap
Rawat inap diindikasikan untuk pasien kusta dengan:
.
Efek samping obat berat
Bila disertai reaksi reversal atau ENL berat
Pasien dengan keadaan umum buruk (ulkus, gangren)
Pasien dengan_rencana tindakan operatif
3. Nonmedikamentosa
Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapi, tindakan bedah
penggunaan protese, dan terapi okupasi
REAKSI KUSTA
1. Pengertian (Definisi) Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit yang sebenernya sangat kronik. Reaksi kusta terdiri dari
tipe 1 (reaksi reversal) dan tipe 2 (eritema nodosum leprosum)
2. Klinis Perbedaan reaksi tipe 1 dan tipe 2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Lampren
Obat dipergunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi
ENL ygng berulang-ulang dan tergantung steroid.
Cara pemberian:
- 1 x 300 mg/hari selama 2 bulan, dilanjutkan
- 1x 200 mg/hari selama 2 bulan, dilanjutkan
- 1x100 mg/hari selama 2 bulan :
Bila terdapat keluhan keluhan gastrointestinal, dapat diberikan
dengan dosis terbagi
Thalidomid, bila obat ini tersedia ( hanya untuk reaksi tipe 2)
RELAPS
1. Pengertian (Definisi) Relaps adalah timbulnya tanda dan gejala kusta pada pasien
yang telah menyelesaikan pengobatan yang adekuat, baik selama
masa pengawasan maupun setelahnya. Pengobatan harus sesuai
saraf)
2. Kriteria bakteriologis: dua kali pemeriksaan BTA positif (selama
periode pengobatan) pada pasien yang sebelumnya BTA negatif
pada lokasi mana saja. Atau jika terdapat peningkatan Bl 2+
alau lebih dibandingkan dengan pemeriksaan Bl sebelumnya
pada 2 lokasi, dan tetap positif pada pemeriksaan ulang. Hal ini
dikatakan relaps jika pasien sudah menyelesaikan terapi MDT
sebelumnya (WHO)
3. Kriteria teurapetik: untuk membedakan dengan RR, dapat
dilakukan sbb: pasien diterapi dengan prednison/-prednisolon
(1kg/kgbb). Jika RR, maka akan terdapat perbaikan klinis
secara berangsur dalam 2 bulan. Jika tidak ada perbaikan gejala
atau hanya sebagian membaik atau justru lebih bertambah,
dapat dikatakan tersangka relaps.
4, Kriteria histopatologis: muncul kembali granuloma pada
kasus PB dan meningkatnya infiltrasi makrofag disertai
dengan ditemukannya basil solid serta peningkatan Bl pada
kasus MB.
5. Kriteria serologis: pada kasus LL, pengukuran antibody
PGL-1 lgM merupakan indikator yang bagus untuk
terjadinya relaps
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Medikamentosa:
1. Tindakan bedah kuretase/enukleasi :
Lesi kulit dibersihkan dengan alkohol 70 %
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
PIODERMA (L08.0)
1. Pengertian (Definisi) Pioderma adalah istilah yang digunakan untuk infeksi kulit dan
jaringan lunak yang disebabkan oleh bakterl piogenik, yang
paling sering adalah S. aureus dan Streptokokkus β-hemolitik
grup A antara lain S. pyogenes.
Terdapat 2 bentuk pioderma:
1. Pioderma superfisialis, lesi terbatas pada epidermis
lmpetigo nonbulosa
lmpetigo bulosa
Ektima
Folikulitis
Furunkel
Karbunkel
Pioderma profunda
Terdapat gejala konstitusi
Erupsi kulit diikuti rasa nyeri:
1. Erisipelas: merah cerah, infiltrat di bagian pinggir,
edema, vesikel dan bula di atas lesi
2. Selulitis: infiltrat eritematosa difus
3. Flegmon: selulitis dengan supurasi
4. Abses kelenjar keringat: tidak nyeri, bersama miliaria,
nodus eritematosa bentuk kubah
5. Hidradenitis: nodus, abses, fistel di daerah ketiak atau
perineum
6. Ulkus piogenik: ulkus dengan pus
3. Diagnosis Banding 1. lmpetlgo nonbulosa: ektima
2. lmpetigo vesikobulosa:
Dermatofitosis
Pemfigus vulgaris
Staphylococcal scalded skin syndrome
3. Ektima: impetigo nonbulosa
4. Folikulitis:
a) Pseudofolikulitis barbae
b) Folikulitis keloidal (acne keloidal nuchae)
c) Folikulitis pitirosporum
d) "Hot tub" folikulitis
5. Erisipelas: selulitis
6. Hidradenitis: skrofuloderma
7. Karbunkel
Akne kistik
Hidradenitis supurativa
4. Pemeriksaan Bila diperlukan:
Penunjang Pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram
Kultur dan resistensi spesimen lesi
Kultur dan resistensi darah bila diduga bakteremia
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa:
Membatasi penularan: edukasi terhadap pasien dan keluarganya
agar menjaga higiene perorangan yang baik.
Mengatasi faktor predisposisi dan keadaan komorbid,
misalnya infestasi parasit atau dermatitis atopik
Medikamentosa:
Prinsip: pasien berobat jalan, kecuali pada erisipelas, selulitis dan
flegmon dianjurkan rawat lnap.
1. Topikal:
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan
permanganas kalikus 1/5000, rivanol 1%o larutan povidon
iodine 1%; dilakukan 3 kali sehari masing-masing 1 jam
selama keadaan akut
Bila tidak tertutup pus atau krusta: *salap/krim asam
fusidal 2 %, mupirosin 2 %, neomisin, dan basitrasin.
Dioleskan 2-3 x sehari, selama 7-10 hari.
2. Sistemik minimal selama 7 hari
First line:
Kloksasilin: dewasa 4 x 250-500 mg/hari per oral; anak-
anak 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7
hari.
Secong line
Azitromisin 1 x 500 mg/hari (hari l), dilanjutkan 1 x 250 mg
(hari ll-V)
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis, selama 10 hari
Tindakan:
Bila ada abses, dapat dilakukan insisi
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Jarang
Vitiligo
Psoriasis gutata
Pitiriasis rubra pilaris
Morbus Hansen
Medikamentosa:
1. Topikal
Graw-Hill, 2012;XA7
3. Lange DS, et all/ Ketokonazol 2 % shampoo in the
treatment of tinea versicolor: A multicentre randomized,
double blind, placebo controlled trial. J A A D,1998; 39
(6):944-950
RS RK CHARITAS PALEMBANG
SKABIES (B86)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoples scabiei var. hominis dan produknya.
Manifestasi klinis skabies meliputi :
.
Lesi pada tempat infestasi
Manifestasi kutan hipersensitif terhadap kutu
Lesi sekunder olek karena garukan
Lesi sekunder oleh karena infeksi
Lesi varian : skabies pada bayi, skabies pada orang
bersih, skabies incognito, skabies nodularis, scabies yang
ditularkan hewan, skabies dengan HIV/AlDS, skabies
Norwegia (skabies berkrusta)
2. Kriteria Diagnostik Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok,
Keadaan umum pasien baik
Diagnosis perkiraan (presumtif)
apabila ditemukan trias:
1. Lesi kulit pada daerah predileksi.
Lesi kulit: terowongan (kunikulus) berbentuk garis
lurus atau berkelok, warna putih atau abu-abu dengan
ujung .papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi
sekunder timbul pustul atau nodul.
Daerah predileksi pada tempat dengan stratum
korneum tipis, yaitu: sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak,
areola mamae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna,
dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
mengenai telapak tangan dan telapak kaki.
2. Gatal terutama pada malam hari (prurifus nocturnal).
3. Terdapat riwayat sakit serupa dalarn satu rumah/kontak.
Diagnosis pasti
Apabila ditemukan: tungau, larva, telur atau kotorannya melalui
pemeriksaan penunjang (mikroskopis)
3. Diagnosis Banding Prurigo.
Pedikulosis korporis
Dermatitis atopik
Papular urtikaria
Insect bite
4. Pemeriksaan Beberapa cara untuk menemukan terowongan:
Penunjang Kaca pembesar
Tinta cina
Uji tetrasiklin
Epiluminescence microscopy (dermatoskopi).
Beberapa cara untuk menemukan tungau:
Kerokan diambil dari beberapa lesi (papul baru, tidak
eksoriasi) pada tempat predileksi, kemudian diletakkan di
atas gelas obyek, ditetesi KOH/NaC|/ minyak' mineral,
ditutup dengan kaca penutup, lalu diperiksa di bawah
mikroskop.
Membuat biopsi irisan kulit
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa :
Penyuluhan higiene perorangan dan lingkungan
Pengobatan secara tepat dan benar, serta seluruh orang yang
tinggal serumah harus serempak mendapat pengobatan.
Medikamentosa :
1. Topikal:
Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan
selama 8 jam. Dapat diulang setelah satu pekan.
Salap sulfur 5-10 % dioleskan 3 malarn berturut-turut.
Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke
1,2,3, dan 8
Emulsi benzil-benzoat (10%), dioleskan selama 24 jam
penuh
Gama benzen heksaklorida (gameksan) 1% dalam krim
atau losio, cukup sekali pemakaian, dapat diulang bila
belum sembuh.
2. Sistemik :
Antihistamin sedative (oral) untuk mengurangi gatal.
Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotic sistemik.
lvermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal, 2-3 dosis setiap
8 - 10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat
kurang dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Lupus vulgaris
Merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
M. tuberculosis yang disebarkan secara hematogen
4. Pemeriksaan Prinsip: .
Penunjang Pemeriksaan darah tepi dan LED.
Tes tuberkulin: PPD-STU hasil positif > 10 mm.
Pemeriksaan bakteriologik: sediaan apus ditemukan basil
tahan asam (hasil lebih kurang delapan pekan).
Pemeriksaan histopatologik.
Skrofuloderma
Pengecatan Ziehl Neelsen dari pus: tampak BTA.
Kultur atau PCR untuk identifikasi M. tuberculosis.
Histopatologis bagian tengah lesi tampak massif nekrosis
dan pembentukan abses/tepi abses/dermis terdiri atas
granuloma tuberkuloid
Lupus vulgaris
Diaskopi: apple jelly
Tes tuberkulin, kultur, atau PCR untuk identifikasi M.
tuberculosis.
Histopatologis: granuloma tuberkel dengan sel epiteloid, sel
raksasa Langhans, dan infiltrat mononuclear
Kriteria penyembuhan:
Skrofuloderma:
Fistel dan ulkus menutup
Kelenjar getah bening mengecil, berdiameter kurang dari 1
cm, dan konsistensi keras
Sikatriks eritematosa menjadi tidak merah lagi
Laju endap darah menurun dan normal kembali
Tuberkulosis verukosa
Tidak dijumpai lesi serpiginosa
Dijumpai sikatriks tidak eritematosa
Laju endap darah menurun dan normal kembali.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
VARISELA (B01)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulitdan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Kelainan pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi
primer virus varisela-zoster dengan karakteristik demam, malese
dan vesikel yang tersebar generalisata.
2. Kriteria Diagnostik Demam, nyeri kepala, dan lesu, sebelum timbul ruam kulit
Lesi Berupa macula eritematosa yang dapat berubah menjadi
vesikel “ dewdrop on rose petal appearance”
Dalam beberapa jam sampai 1-2 hari lesi membentuk krusta dan
mulai menyembuh
Lesi biasanya mulai dari kepala atau badan berupa macula
eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel
Lesi menyebar sentrifugal (dari sentral ke perifer) sehingga dapat
ditemukan test baru di ekstremitas, sedangkan di badan lesi sudah
berkrusta
Pada anak-anak, erupsi kulit terutama berbentuk vesicular :
beberapa kelompok vesikel timbul 1-2 hari sebelum erupsi meluas.
Jumlah lesi bervariasi, mulai dari beberapa sampai ratusan.
Umumnya pada anak-anak lesi lebih sedikit, biasanya lebih
banyak pada bayi (usia< 1 tahun), pubertas dan dewasa.
Kadang-kadang lesi dapat berbentuk bula atau hemoragik
Selaput lender sering terkena, terutama mulut, dapat jua
konjungtiva palpebra dan vulva.
Keadaan umum dan tanda-tanda vital ( tekanan darah, frekuensi
nadi, suhu, dsb) dapat memberikan petunjuk tentang berat
ringannya penyakit.
Status imun pasien perlu diketahui untuk menentukan apakah obat
antivirus perlu diberikan. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa
hal yang dapat membantu menentukan status imun pasien, antara
lain :
Keadaan imunokompromis, misalnya keganasan , infeksi
HIV/AIDS, pengobatan dengan imunosupresan,
misalnyakortikosteroid jangka panjang atau sitostatik, kehamilan,
bayi berat badan rendah akan menyebabkan gejala dan klinik lebih
berat.
3. Diagnosis banding 1. Hand, food and mouth disease : pola penyebaran lebih akral,
mukosa lebih banyak terkena, sel Tzank tidak ditemukan
2. Reaksi vesikuler terhadap gigitan serangga : seringkali
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa
Bila mandi, harus hati-hati agar vesikel tidak pecah
Jangan menggaruk dan dijaga agar vesikel tidak pecah,
biarkan mongering dan lepas sendiri
Istirahat pada masa aktif sampai semua lesi sudah mencapai
stadium krustasi
Rawat bila berat, bayi, usia lanjut dan dengan komplikasi
Makanan lunak , terutama bila terdapat banyak lesi di mulut.
Medikamentosa
1. Topikal
Lesi vesikuler : diberi bedak agar vesikel tidak pecah, dapat
ditambahkan mentol 2 % atau antipruritus lain Vesikel sudah pecah
/ krusta : antiseptic
2. Sistemik
Antivirus
Dapat diberikan pada : usia pubertas, dewasa, pasien yang
tertular orang serumah, neonates dari ibu yang menderita
varisela 2 hari sebelum sampai 4 hari sesudah melahirkan.
Bermanfaat terutama bila diberikan < 24 jam setelah timbulnya
erupsi kulit.
Dosis :
Asiklovir
Bayi/anak : 4x 20-40 mg/kg (maks.800 mg/hr), selama 5-7
hari
Dewasa : 5x800 mg/ hari selama 5-7 hari
Valasiklovir, untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
Simtomatik
Antipiretik : diberikan bila demam, hindari salisilat karena
dapat menimbulkan sindrom Reye
Antipruritus : antihistamin yang mempunyai efek sedative, atau
sedative
Vaksinasi
Diindikasikan kepada semua dewasa yang tidak menunjukkan
adanya Imunitas terhadap varisela, kecuali mereka memiliki
kontraindikasi (alergi, imunodefisiensi parah, kehamilan).
Vaksin diberikan 2 dosis dengan jarak 4 pekan
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Medikamentosa :
Prinsip terapi : destruksi sel terinfeksi, dan rekurensi seringkali
terjadi, apapun modalitas yang dipakai
Pemilihan pengobatan bergantung dari lokasi, jumlah dan ukuran,
serta umur dan kooperasi dari pasien.
Pada pasien anak-anak, biasanya tidak diperlukan terapi, karena
biasanya akan regresi dengan sendirinya. Yang harus diperhatikan
adalah virus tersebut dapat menyebar ke orang lain.
Terapi :
1. Agen kaustik seperti : asam salisilat, asam laktik, asam
Tindakan :
1. Cryotherapy menggunakan nitrogen cair yang dibubuhi pada
ujung kapas atau tabung semprot
2. Kuretase atau eksisi pada yang tidak respons pada pengobatan
topical
3. Laser
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Tindak lanjut :
Pemeriksaan urin rutin, darah, dan serologi berkala
Pemantauan efek samping pemakaian kortikosteroid topical
dan sistemik jangka panjang
Pemantauan pemakaian obat golongan antimalaria (korokuin)
jkangka panjang, ( dapat terjadi efek samping pada mata ).
Konsultasi ke dokter spesialis mata : pemantauan fotofobia
dan gangguang penglihatan, terutama buta warna
Konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan
hematologi dan alergi-imunologi
Pemantauan pasien menerapkan upaya pencegahan pajanan
sinar matahari.
Komplikasi :
Ulserasi yang bisa berakibat pada sekunder infeksi
SLE ( Systemic Lupus Erythematosus)
TEN
Post Inflamatory Hiperpigmenattion
Scarring/ disfigurement
Kalsifikasi Distrofik
Hipotrofi kulit
Lupus Mastitis
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Siklosporin oral
Topikal : sesuai dengan sajian klinis
o Basah (madidans) : beri kompres terbuka (2-3 lapis
kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%.
o Vesikular akut : aluminium sulfat / kalsium asetat
topical
o Kering/kronik/likenifikasi : beri krim kortikosteroid
potensi kuat ( momethasone furoate). Emolien,
inhibitor kalsineurin : takrolimus, pimekrolimus
Refrakter/ tidak dapat menghindari factor-faktor pencetus :
fototerapi shortwave UVB
Tindak lanjut :
Pada DKA yang mengenai telapak tangan ( hand dermatitis) dapat
sangat menyulitkan untuk melaksanakan tugas sehari-hari sehingga
dianjurkan pemakaian APD sesuai dan pemberian emolien
Komplikasi :
Infeksi Sekunder (penatalaksanaan sesaui dengan lesi,
pemilihan jenis antibiotik sesuai kebijakan masing-masing
rumah sakit )
Patch test :
Hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi paska inflamasi
Hasil positif yang persisten
Koebner Fenomena pada pasien yang memiliki psoriasis aktif
atau liken planus.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Tindak lanjut :
Pada DKI Kumulatif yang mengenal telapak tangan (hand dermatitis)
dapat sangat menyulitkan untuk melaksanakan tugas sehari-hari,
sehingga dianjurkan pemkaian APD sesuai dan pemebrian emolien.
Komplikasi :
Infeksi sekunder (terapi infeksi sekunder sesaui dengan klinis dan
pemilihan jenis antibiotik sesauai dengan kebijakan masing-masing
rumah sakit)
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Medikamentosa :
Prinsip :
1. Hentikan obat
2. Atasi keadaan umum, terutama pada yang berat untuk life
saving.
3. Berikan obat antialergi yang paling aman dan sesuai.
1. Topikal :
- Sesuai dengan kelainan kulit yang terjadi (ikuti prinsip
dermatoterapi)
- Pada purpura dan eritema nodosum tidak perlu
- Eritroderma, SSJ, NET (lihat bab masing-masing)
- Atasi keadaan umum terutama kondisi vital.
- Pada yang ringan : prednisone 30 mg/hari
- Antihistamin : merupakan lini pertama, pada urtikaria dan
pruritus, atau EOA yang disertai rasa gatal. Dapat
digunakan antihistamin sedatif atau nonsedatif.
- Pada eritroderma dan PEGA : prednisone 40-60 mg/hari.
Bila berat : rawat inap (lihat PPM SSJ dan TEN)
Komplikasi :
Infeksi Sekunder
Eritrodermi
Sepsis
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
URTIKARIA ( L50)
1. Pengertian (Definisi) Urtikaria merupakan suatu kelompok penyakit/kelainan/kondisi yang
mempunyai kesamaan pola reaksi kulit yang khas yaitu
perkembangan lesi kulit urtikarial yang berakhir 1-24 jam dan/atau
angioedema yang berakhir sampai 72 jam.
Urtikaria diklasifikasikan menjadi 3 grup .
Angioedema merupakan pembengkakan mendadak yang non-pitting
pada kulit, membrane mukosa atau keduanya, termasuk traktus
respiratorius atas dan gastrointestinalis, yang biasanya bertahan
selama beberapa jam sampai 3 hari.
bersifat
urtikariogenik
Urtikaria yang Faktor pencetus :
diinduksi oleh latihan fisik
latihan fisik
(exercise)
2. Kriteria Diagnosis Urtikaria ditandai secara khas oleh timbulnya wheals dan /
atau angioedema secara cepat . Wheal terdiri atas tiga
gambaran klinis khas yaitu (i) udem di bagian sentral dengan
ukuran bervariasi, hamper selalu dikelilingi oleh eritema, (ii)
disertai oleh gatal atau kadang-kadang sensasi seperti terbakar,
dan berakhir cepat, kulit kembali ke kondisi normal biasanya
dalam waktu 1-24 jam.
Pedoman untuk diagnosis diawali dengan evaluasi rutin
pasien, yang meliputi anamnesis lengkap dan pemeriksaan
fisik, dan menyingkirkan penyakit sistemik berat dengan
pemeriksaan laboratorium dasar. Tes provokasi dan
laboratorium spesifik sebaiknya dilakukan secara individual
dengan didasar penyebab yang dicurigai. Anamnesis
sebaiknya meliputi :
1. Waktu mulai munculnya urtikaria (onset)
2. Frekuensi dan durasi wheals
3. Variasi diurnal
4. Bentuk, ukuran, dan distribusi wheals
5. Apakah disertai angioedema
6. Gejala subjektif yang dirasakan pada lesi, misal gatal, nyeri
7. Riwayat keluarga terkait urtikaria, atopi
8. Alergi yang dulu atau saat ini, infeksi, penyakit internal, atau
penyebab lain yang mungkin
9. Induksi oleh bahan fisik atau latihan fisik (exercise)
10. Penggunaan obat (NSAID, injeksi, imunisasi, hormone, obat
pencahar (laxatives), suppositoria, tetes mata atau telinga, dan
obat-obat alternative)
11. Makanan
12. Kebiasaan merokok
13. Jenis pekerjaan
14. Hobi
15. Kejadian berkaitan dengan akhir pecan, liburan dan perjalanan ke
daerah lain
16. Implantasi bedah
17. Reaksi terhadap sengatan serangga
18. Hubungan dengan siklus menstruasi
19. Respon terhadap terapi
20. Stress
21. Kualitas hidup terkait urtikaria
Langkah kedua adalah pemeriksaan fisik pasien, yang
sebaiknya juga meliputi tes dermografisme (terapi
antihistamin harus dihentikan setidaknya 2-3 hari dan terapi
immunosupresi untuk 1 minggu). Lagn
3. Diagnosis Banding Penyakit kulit yang dapat bermanifestasi sebagai lesi urtikaria
Komplikasi :
Kesulitan menelan
Edema laring kesulitan bernafas kematian
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
PSORIASIS
1. Pengertian (Definisi) Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik residif
ditandai oleh plak eritematosa diatasnya terdapat skuama kasar,
transparan, berlapis-lapis, disertai adanya fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Koebner.
Psoriasis dapat timbul pada semua usia, tetapi jarang pada usia kurang
dari 10 tahun, sering muncul antara usia 15 dan 30 tahun.
2. Kriteria Diagnosis Tanda dan Gejala klinis
Psoriasis Tipe Plak
Bentuk psoriasis yang paling banyak
Plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna
keperakaan adalah karakteristik tetapi tidak harus ada
Daerah yang terkena biasanya : siku, lutut, kepala, celah
intergluteal, palmar dan plantar . Kadang-kadang genitalia
juga terkena
Psoriasis gutata
Onset mendadak dan biasanya terjadi setelah infeksi
streptokokal pada saluran pernafasan atas
Bentuk seperti tetesan air, plak merah muda dengan skuama
Biasanya ditemukan pada badan dan ekstremitas
Psoriasis pustularis generalisata dan lokalisata
Generalisata
Jugaa disebut psoriasis von Zumbusch
Secara khas ditandai oleh pustule steril yang mengenai
sebagian besar area tubuh dan ekstremitas
Pada kasus yang berat pustule dapat bergabung dan
membentuk kumpulan pus (lake of pustules)
Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap
infeksi, hilangnya cairan dan nutrient
Sering disertai dengan gejala sistemik misal demam dan
malaise
Dapat membahayakan kehidupan
Lokalisata
Pustul terlokalisasi pada palmar dan plantar
Pustul dapat terletak di atas plak
Sangat mengganggu karena kesulitan menggunakan tangan
atau kaki
Psoriasis Eritroderma
Generalisata, berat , eritema yang luas dengan skuama yang
dapat mengenai sampai 100 % luas permukaan tubuh.
Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap
Diagnosis
Riwayat penyakit dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat
Usia awitan bimodal : 16-22 tahun dan 57-60 tahun
Infeksi, terutama streptokokus dapat memicu atau
mengeksaserbasi penyakit.
Obat ( misal litium, antimalaria, alcohol, B-blocker) dapat
memicu penyakit
Riwayat pengobatan dan pembedahan
Review riwayat keluarga, social dan gejala
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis biasanya dapat dibuat dari penampilan klinis plak
Inspeksi semua area tubuh terutama permukaan ekstensor,
badan, perineum, kepala, kuku, sendi, serta daerah prominen
lain
Tes diagnosis
Mungkin diperlukan untuk penyakit yang sulit atau atipik
Tidak ada petanda serologis atau tes laboratorium yang
patognomonik untuk psoriasis
Biopsi kulit, studi serologis sifilis, kultur bakteri, HLA typing,
pemeriksaan mikroskopis (KOH), dsb dapat digunakan untuk
membedakan psoriasis dari penyakit yang lain.
PRINSIP TERAPI
PUVA
Efek : penyembuhan awal terlihat dalam satu bulan terapi, 89
% pasine mendapatkan perbaikan plak dalam satu bulan terapi,
89 % pasien mendapatkan perbaukan plak dalam 20-25 kali
terapi selama5,3-11,6 minggu. Terapi pemeliharaan tidak
ditetapkan, masa remisi3-12 bulan.
Dosis : 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kgBB diminum peroral
60-120 mrnitsebelum disinat UVA. Kacamata bertabir ultra
violet diperlukan untuk perlindungan diluar rumah 12 jam,
setelah minum psoralen. Dosis UVA menurut tipe kulit 0,5-3,0
J/cm2, dosis dinaikkan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran 2-3
kali/minggu.
PUVA dapat dikombinasikan dengan :
o Retinoid oral ( mempunyai efek sinergis, dapat
digunakan dosis rendah)
o Metotreksat ( hanya dapat digunakan untuk psoriasis
berat)
o Analog vit D
o Steroid topical
o UVB
Soak/bath PUVA
Dapat digunakan pada pasien dengan psoriasis lokalisata,
terutama palmar dan plantar
C. TERAPI TOPIKAL
Emolien :
Bagian penting dari terapi psoriasis, terutama pada fase nin
akut
Efek : melembutkan dan menghaluskan stratum korneum (
soften& smoothen), dengan cara mekanisme trapping
sehingga menurunkan kecepatan hilangnya air
transepidermal
o Petrolatum, minyak mineral meningkatkan efikasi
fototerapi
o Beberapa emolien (misal yang mengandung asam)
mungkin mengiritasi kulit yang inflamasi
Pilihan pasien dan daerah lesi menentukan formula yang
akan digunakan , misalnya petrolatum, paraffin cair,
minyak mineral, gliserin, dsb
Kortikosteroid
Pilihan terapi untuk psoriasis pada wajah, hairline, daerah
postaurikular dan lipatan
Efek : anti inflamasi, vasokontriksi dan menurunkan turnover
sel (sitostatik), sehingga kortikosterois potensi sedang dan
kuat lebih sesuai untuk psoriasis oleh karena sitostatikanya
Dosis : dapat diapakai 1-2 kali sehari, dapat dikombinasi obat
topikal lain, fototerapi, obat sistemik
Takifilaksis (toleransi yang cepat) dan efek samping pada
terapi jangka lama membatasi pemakaian kortikosteroid.
Gunakan secara bijaksana untuk mencapai keuntungan
maksimal dengan efek samping minimal
Pilihan sediaan bergantung pada lokasi lesi yang akan diterapi,
usia pasien, keparahan lesi, potensi (Stoughton-Cornell)
Skalp : lotion, spray, solusio dan gel lebih dipilih karena dapat
digosokkan pada scalp
Wajah : potensi rendah, hindari poten-superpoten
Lipatan tubuh : potensi rendah bentuk krim atau gel
Palmar dan plantar : steroid potensi sangat poten, hanya
sedikit efektif
Flare up psoriasis dpat terjadi setelah steroid dihentikan :
terapi kortikosteroid harus diturunkan perlahan
Keratolitik
Asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering digunakan
Efek : tidak ada data bila dipakai secara tunggal dengan
kombinasi tacrolimus atau mometason furoate mempunyai
potensi perbaikan alebih tinggi dibandingkan dengan
pemberian tacrolimus atau mometason tunggal.
Efek samping/kontraindikasi : bila pemakaian lebih dari 20 %
permukaan tubuh, penyerapan sistemik dapat terjadi, terutama
pada bagian yang mengalami gangguan fungsi hati ataupun
fungsi ginjal. Asam salisilat dapat mengurangi efikasi UVB,
karena asam salisilat mempunyai efek tabir.
Kehamilan : asam salisilat dapat dipakai pada kehamilan,
hindari pemakian pada anak-anak, akrena efek penyerapan
oleh kulit yang besar.
Retinoid
Tazaroten merupakan retinoid topical yang efektif untuk
psoriasis
Dapat digunakan untuk terapi psoriasis tipe ringan-sedang
yangmelibatkan < 20 % luas permukaan tubuh.
Efek dan dosis : memperantai diferensiasi dan proliferasi sel.
Lebih dari 50 % perbaikan terlihat pada 63 % dan 50 % pasien
yang diobati Tazarotene masing-masing 0,1 % gel dan 0,05 %
gel. Sekali sehari selama 12 minggu, dibandingkan dengan
315 pasien yang diobati dengan vehikulum. Dalam 12 minggu
lesi menghilang pada 50-51 % pasien yang diterapi. Tazaroten
dengan konsentrasi masing-masing 0,1 % dan 0,05 %.
Paling baik dikombinasi dengan topical kortikosteroid
Efek samping dan kontraindikasi iritasi pada lesi atau
sekitarnya, bersifat fotosensitizer.
Kehamilan dan menyusui : kategori X, anak-anak tidak ada
data < 18 tahun
Awitan lambat dan jika digunakan sebagai terapi tunggal dapat
Hidroksiurea
Antimetabolit yang dapat efektif sebagai monoterapi,
meskipun kurang efektif daripada obat sistemik lain
Diindikasikan untuk pasien yang gagal terhadap terapi
topikal, UVB, tidak dapat mentoleransi PUVA,
metotreksat, atau terapi sistemik lain.
Hampir separuh dari pasien yang mempunyai perbaikan
penyakit dengan terapi hidroksiurea menunjukkan
toksisitas sumsum tulang dengan leucopenia atau
trombositopenia
Mikrofenolat mofetil
Banyak pasien mencapai remisi jangka lama tetapi
mungkin perlu 12 minggu untuk melihat efek maksimal
Karena obat ini adalah imunosupresan, terdapat risiko kecil
untuk terjadinya penyakit limfoproliferatif dan keganasan
nonkutaneus.
Sulfasalazin
Efek : berguna pada psoriasis tipe plak sedang-berat
Keefektifan cenderung lebih rendah daripada obat sistemik
lain
Efek samping biasa dijumpai tetapi cenderung tidak terlalu
berat dan reversible.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
AKNE VULGARIS
(L.70.0)
2. Pengertian (Definisi) Akne vulgaris yaitu peradangan kronis pada folikel pilosebaseus,
secara klinis ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodul, kista
dengan berbagai macam tingkat dan keparahan yang sering dijumpai
pada usia remaja. Terkadang akne dapat sembuh sendiri,
meninggalkan sekuele berupa bintik atau akar hipertropik
6. Kriteria Diagnosis Terutama menyerang usia remaja
Predileksi pada bagian wajah, punggung, dada atas, bahu dan
lengan atas
Efloresensi : komedo hitam dan putih, papul, pustul nodul,
kista, jaringan parut, hiperpigmentasi pasca inflamasi
Kriteria diagnosis : gradasi ringan, sedang, dan berat sesuai
klasifikasi Lehman et al, 2002
o Akne gradasi ringan : komedo < 20 atau lesi inflamasi
< 15, total lesi < 30
o Akne gradasi sedang : komedo 20-100 atau lesi
inflamasi 15-50atau total lesi 30-125
o Akne gradasi berat : kista> 5 atau komedo > 100 atau
lesi inflamasi > 50 atau total lesi > 125
7. Diagnosis Banding 1. Rosasea
2. Dermatitis perioral
3. Erupsi akneiformis
4. Lupus miliaris diseminatus fasiei
5. Folikulitis Gram negatif
6. Pioderma fasiale
7. Akne venenata
8. Tumor kulit di wajah
8. Pemeriksaan Ekskohleasi komedo
Penunjang
9. Penatalaksanaan 1. Umum
Hindari pemencetan lesi dengan cara nonhigienis
Pilih kosmetik nonkomedogenik
Lakukan perawatan kulit wajah
2. Medikamentosa
a. Derajat Ringan
Topikal retinoid atau agen keratolitik +/- Benzoil
peroksida (BPO) atau antibiotik topikal (klindamisin
gel 1,2 dan sol 1,2 % atau eritromisin sol 1 %)
b. Derajat sedang
Retinoid topikal dan BPO atau antibiotik topikal, +/-
Antibiotik oral , pilihan :
9. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
MELASMA
(L.81.1)
1. Pengertian(Definisi) Hipermelanosis didapat terutama di wajah dan leher berwarna coklat
muda atau tua, dipengaruhi oleh faktor hormonal, pajanan sinar
matahari, kehamilan genetik, pemakaian kontrasepsi oral, obat-obatan
dan kosmetik
2. Kriteria Diagnosis Bercak kecokelatan, hiperpigmentasi, simetris, ireguler, batas
tegas
Terdapat 3 pola utama distribusi lesi :
1. Pola sentrofasial : hipermelanosis meliputi pipi, dahi,
bibir atas, hidung dan dagu (63 %)
2. Pola malar : meliputi pipi dan hidung (21 %)
3. Pola mandibular : meliputi ramus mandibula (16 %)
Faktor pencetus :
Genetik
Pajanan sinar ultraviolet
Hormon seks perempuan (estrogen dan progesteron)
Kontrasepsi (dietil stilbestrol)
Terapi sulih hormon pada perempuan postmenopause
Kehamilan
Kosmetik
Disfungsi sedang tiroid dan ovarium
Nutrisi
Obat epilepsi
3. Diagnosis Banding 1. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
2. Freckles
3. Lentigo senilis
4. Okronosis eksogen
5. Drug-induced hyperpigmentation
6. Lichen planus pigmentosus
7. Dermatitis kontak pimentid
4. Pemeriksaan Sinar Wood
Penunjang Pemeriksaan dengan sinar Wood dapat membedakan hiperpigmentasi
epidermal dengan dermal. Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar
Wood melasma dibagi atas :
o Melasma tipe epidermal : warna lesi tampak lebi kontras dan
jelas dibandingkan dengan kulit sekitarnya
o Melasma tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontras
o Melasma tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras ada
yang tidak
Biopsi untuk DD/ okronosis eksogen
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa :
Hindari pajanan langsung sinar matahari terutama antara pukul
09.00 s/d 15.00 WIB
Gunakan tabir surya berspektrum luas dengan SPF minimal 30
bila keluar rumah pada pukul 07.00 s/d 16.00 WIB
Menghilangkan faktor etiologi atau predisposisi, antara lain
menghentikan pemakaian obat kontrasepsi oral, menghindari
obat atau bahan yang menimbulkan iritasi, menyarankan
penghentian pemakaian kosmetika sedang dipakai, mencegah
pemberian obat yang dapat merangsang hiperpigmentasi,
emmeriksa kemungkinan adanya penyakit kulit lain atau
penyakit sistemik, dan memberikan pertimbangan alernatif
kegiatan sehari-hari/olahraga kepada pasien, baik mengenai
waktu maupun kondisi lingkungan.
Medikamentosa:
Karena waktu pengobatan panjang amak diperlukan pertimbangan
serius terhadap efektifitas dan efek samping setiap pengobatan
terhadap melasma.
Pengobatan topikal :
A. Hidroquinon 2-5 % (krim, gel, losio)
B. Asam retinoat 0,05 %-0,1 % (krim dan gel)
C. Asam azeleat 20 % (krim)
D. Asam glikolat 8-15 % (krim, gel ,losio)
E. Asam kojik 4 %
Pengobatan oral :
Dianjurkan bila pigmentasi meliputi daerah yang lebih luas dan
sampai ke dermis :
1. Asam askorbat
2. Glutation
3. Pycnogenol
4. Proanthocyanidin-rich
Bedah kimia
Asam glikolat 20-70 %
Asam trikloroasetat 10-30 %
Jessner
Dermabrasi
Kamuflase kosmetik
Bedah laser : Q switched Nd: Yag dengan panjang gelombang
532 nm epidermal
1064 nm dermal
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
FRECKLES (L.81.2)
1. Pengertian (Definisi) Merupakan salah satu jenis hipermelanosis berupa bercak miliar
sampai lentikular, tersebar di wajah. Penyebab pasti tidak diketahui
kemungkinan berhubungan dengan pajanan sinar matahari dan
genetik
3. Kriteria Diagnosis Bercak kecokelatan miliar sampai lentikular batas tegas, ireguler,
tersebar, predileksi di wajah.
4. Diagnosis Banding 1. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
2. Melasma
3. Lentigo senilis
5. Pemeriksaan Sinar Wood
Penunjang Biopsi / PA
6. Penatalaksanaan Non medikamentosa :
- Hindari sinar matahari dengan selalu memakai tabir surya /
pelindung fisik
- Pengobatan saat kehamilan dan menyusui tidak dianjurkan
Medikamentosa :
Topikal :
- Hidroquionon 2-5 %
- Tretinoin 0,025-0,1 %
- Asam Azeleat 20 %
- Asam kojik 4 %
- Tabir Surya : SPF minimal 15
Tindakan :
- Bedah listrik
- Bedah kimia : Peeling ; AHA, Jessner, TCA
- Bedah Laser : Q Switched Nd : Yag dengan panjang
gelombang 532 nm.
7. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
4. Pemeriksaan Feritin
Penunjang Thyrotrophin-stimulating hormone (TSH)
Biopsi scalp
5. Penatalaksanaan Medikamentosa:
1. Finasteride 1 mg/hari.
2. Dutasteride 0.5 mg/hari.
3. Cyproteron acetat (CAP) 100 mg/hari (hari 5-15 siklus
menstruasi),ethinyl estradiol 50 ug/hari (hari 25) atau 50 mg (hari
1-10 siklus menstruasi) dan ethinyl estradiol 35 ug/hari (hari 1-
21).
4. Spironolakton 200 mg/hari.
Pengobatan Topikal:
1. Minoksidil 2-5 %, 2x sehari (1 ml atau 25 tetes)
2. 17a-dan 17β-estradiol
Non Medikamentosa :
1. Rambut palsu
2. Pembedahan
3. Laser
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
.h.7910850
2. Thomas VD, Snavelly NR, Lee KK, Swanson NA,
Benign epithelial tumors, hamartomas and hyperplasia
in : Wolff K, Goldsmith LA, katz SI, Gilchrest BA,
paller AS, leffel DJ. Dalam Fitzpatrick’s Dermatology
in General medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw-
Hill, 2012,h.1319-1336.
3. Menzies SW, Crotty KA, Ingvar C,Mc Carthy WH.
Dermoscopy an atlas. Edisi ke-3.Mc Graw Hill
Australia, 2009.189-191
RS RK CHARITAS PALEMBANG
5. Penatalaksanaan Tindakan :
Bedah listrik
Bedah laser
Bedah pisau
6. Penelaah Kritis KSM Kulit dan Kelamin
7. Kepustakaan 1. Kirkham N. Tumor and cyst of the eoidermis. Lever’s
Histopathology of the Skin. Dalam: Elder D, Eletritsas R,
Jaworsky C, john B Jr, editor . edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott- William & Willkins, 2009.h. 791-850.
2. Thomas VD, Snavelly NR, Lee KK, Swanson NA. Benign
epithelial tumors, hamartomaas and hyperplasia. Dalam: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel
DJ.Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. Edisi ke-8..
New York: Mc Graw-Hill,2012. h. 1319-1336 .
RS RK CHARITAS PALEMBANG
KELOID
1. Pengertian (Definisi) Tumor jinak jaringan ikat yang didahului trauma.
Tumbuh melebihi batas luka
2. Kriteria Diagnosis Tumbuh paling sering saat usia 30 tahun. Pada kulit berwarna. Lesi
berupa papul atau nodul, warna bervariasi: sewarna kulit, eriterna,
hiperpigmentasi. Lesi dapat berbentuk linier, oval, bulat atau clawlike.
Permukaan licin, pada prabaan kenyal himgga keras dan kadang di
sertai nyeri. Predileksi lesi di daun telinga, bahu, punggung, dan dada.
4. Pemeriksaan Histopatologi :
Penunjang Serabut kolagen eosinofilik tebal, homogen, tersusun secara acak.
5. Penatalaksanaan Medikamentosa :
Topikal :
- Ekstrak cephae
- Ekstrak centella asiatica
- Kortikosteroid
- Silikon gel
Tindakan :
- Injeksi intralesi: Kortikosterois, 5FU
- Bedah beku
- Bedah laser
- Rediasi
6. Penelaah kritis KSM Kulit dan Kelamin
7. Kepustakaan 1. Kirkham N. Tumor and cyst of the epidermis. Dalam: Elder D,
Eletritsas R, Jaworsky C, John B Jr, editor. Lever’s
Histopathology of the skin. Edisi ke- 10. Philadelphia: Lippincott-
William & Willkins, 2009. h. 791-850.
2. Ko CJ. Dermal hypertrophies and benign fibroblastic
myofibroblastic tumors. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
Sl, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Fitzpatrick’s dermatology
in general medicine. Edisi ke- 8. New York: Mc Graw-Hill, 2008.
h. 707-717
RS RK CHARITAS PALEMBANG
LIMFANGIOMA (D18.1)
1. Pengertian (Definisi) Hiperplasia dan dilatasi pembulu limfe
2. Kriteria Diagnosis Lesi berupa vesikel multipel berkelompok, berisi cairan jernih atau
serosanguinosa, menyerupai gambaran telur kodok (frog-spawn).
5. Penatalaksanaan Tindakan :
- Bedah listrik
- Bedah pisau
- Bedah beku
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Fibroepitelioma Pinkus
- Skin tag
- Fibroma
- Nevus dermapapilomatosa
4. Pemeriksaan Dermoskopi
Topical*
1. 5-Fluorourasil (5-Fu)
2. Imiquimod
Sistemik*
Tindak lanjut
Setiap 6 bulan dalam 5 tahun pertama. Kemudian setiap tahun
seumur hidup.
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Gambaran klinis
Plak atau papul keratitik sewarna kulit atau eritematosa, kenyal
keras tetapi kadang-kadang perpigmen
Nodus yang berulserasi
4. Pemeriksaan Dermoskopi
Penunjang - Glomerular (colled) vessels
- Dotted vessels
- Scales
Histopatologi
- Keratinosit atipik, hom pearls
- Derajat di ferensiasi menurun broder
Radiodiagnostik
- Foto thorax
- USG/CT Scan Abdomen
- Bone scan
- CT scan lesi
Pertahapan
Tumor primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat ditenyukan
T0 Tumer primer tidak ada
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor berukuran kurang dari 2 cm dengan kurang dari 2
gambaran risiko tinggi
T3 Tumor dengan invasi ke maksila, mandibula, orbita, atau tulang
tempotal.
T4 Tumor dengan invasi skeleton (aksial atau apendikular) atau invasi
perineural ke dasar tengkorak.
Tahap 0 Tis N0 M0
IT1 N0 M0
IIT2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IV T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T berapa saja N3 M0
T4 N berapa saja M0
T berapa saja N berapa saja M1
Radioterapi
Sistemik**
Tindak lanjut
Setiap 3-6 bulan dalam 2 tahun pertama. Selanjutnya setiap 6-12
bulan seumur hidup.
6. Bagan Alur
http://www.cancer.gov/templates/page_print.aspx. modifikasi
terakhir 25 okt 2013. Diunduh tgl 27-07-2014.
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Gambaran klinis
Superficial spreading melanoma(SSM)
Nodular melanoma (NM)
Lentigo malignant melanoma (LLM)
Acral lentigo melanoma (ALM)
Gambaran MM dini/ABCD
A= asimetris
B= border/tepi yang tidak teratur
C= color/warna yang bermacam-macam
D=diameter sama atau lebih dari 6 mm, atau terdapat perbedaan
ii. Nm
Berpigman
1. Nevus melanositik
2. Nevus biru
3. Nevus spitz berpigman
4. KSB berpigmen
Amelanotik
1. KSB
2. Hermangioma
3. Granuloma piogenik
4. Karsinoma sel markel
iii. LLM
1. Lenyigo solaris
2. Keratosis aktinik berpigmen
3. Keratosis seboroik datar
4. KSB superfisialis berpigmen
Dermoskopi
- Negative feature (tidak ditemukan)
Symmetrical pigmentation pattern
Presence of only a single color
- Positive feature (paling sedikit satu gambaran ditemukan)
Blue white viel
Multiple brown dots
Pseudopods
Radial streaming
Scar like depigmentation
Peripheral black dots/globules
Multiple (5-6) colors
3. Pemeriksaan Histopatologi
Penunjang Radial(horizontal) growth phase
Vertical grownt phase
N Jumlah
KGB
metastasis
N1 1 a. mikrometastasis
b. makrometastasis
N2 2-3 a. makrometastasis
b. makrometastasis
N3 4 atau c. in- transite metastasis atau satelit
lebih tanpa KGB metastasis
KGb, atau
KGB
kusut
(matted
nodus)
Atau in-
transite/K
GB satelit
yang lain
metastasis Meningkat
jauh
lainnya.
Pemeriksaan radiodiagnostik
- foto thorax
- USG/CT scan abdomen
- Bone scan
- CT scan kepal (bila ada indikasi)
- CT scan lesi (bila ada indikasi)
Pertahapan(penentuan stadium)
American joint committee on cancer (AJCC) tahun 2010
berdasarkan TNM (Tumor, Node, Metastasis)
pentahapan klinis Pentahapan patologi
T N M T N M
0 T1s N0 M0 T1s N0 M0
IA T1a N0 M0 T1a N0 M0
IB T1b N0 M0 T1b N0 M0
T2a N0 M0 T2a N0 M0
IIA T2b N0 M0 T2b N0 M0
T3a N0 M0 T3a N0 M0
IIB T3b N0 M0 T3b N0 M0
T4a N0 M0 T4a N0 M0
IIC T4b N0 Mo T4b N0 Mo
III T apa N1 M0
saja N2
N2
IIIA T1-4a M0
T1-4a M0
IIIB T1-4b N1a M0
T1-4b N2a M0
T1-4a N1b M0
T1-4a N2b M 0
T1-4a/b N2c M0
Ajuvan
- Interferin-a 2b
- BCG
Sistemik:**
1. Kemoterapi
2. Imunoterapi
3. Terapi target
Radioterapi
Tindak lanjut
IA-IIA :setiap 6-12 bulan selama 5 tahun. Kemudian setiap
tahun bila ada indikasi klinis
IIB-IV: setiap 3-6 bulan selama 2 tahun. Sesudah itu setiap tahun
RS RK CHARITAS PALEMBANG
BEDAH LISTRIK
1. Pengertian (Definisi) Penggunaan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan biologis dengan
tujuan memotong, melakukan koagulasi, desikasi, dan fulgurasi
jaringan. Sebutan tindakan bedah listik mencakup elektrofulgurasi,
elektrodesikasi, elektoagulasi, elektroseksi, elektrokauter, dan
elektrolisis.
3. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
2. Kriteria Diagnosis Lesi jinak: keratosis seboroik, veruka, lentigo solaris, keloid dan skar
hipertrofi, dermatofibroma, hyperplasia sebaseus, skin tag, molluskum
kontangiosum, milia. Lesi preganas/premalignant : keratosis aktinik,
penyakit bowel (karsinoma intra- epithelial).
Lesi ganas/ malignant : karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa,
lentigo maligna.
RS RK CHARITAS PALEMBANG
BEDAH KIMIA
1. Pengertian (Definisi) Pembedahan menggunakan bahan kimia yang diaplikasikan pada
permukaan kulit
2. Kriteria Diagnosis Indikasi sesuai tipe kedalaman peel
Superficial : keruasakn kuilit akibat matahari (kulit kusan, kerutan,
keratosis), gangguan pigmentasi (melasma, PIH, solar lentigen), akne
yang menetap (+/-), ekstraksi komedo.
Medium: photoaging (kerutan/keriput), gangguan pigmentasi, skar
atrofi superficial
Dalam : photoaging berat, gangguan pigmentasi dan skar/parut
RS RK CHARITAS PALEMBANG
SKIN NEEDLING
1. Pengertian (Definisi) Tindakan rejuvenasi kulit dengan proses inflammatory healing dan
platelet dereived growth factor
RS RK CHARITAS PALEMBANG
DERMABRASI dan MIKRODERMABRASI
1. Pengertian (Definisi) Tindakan meratakan kulit secara mekanis, dalam hal mikrodermabrasi
menggunakan silika
2. Kriteria Diagnosis Kerusakan kulit akibat matahari, penuaan dini kulit, kalainan
pigmentasi, parut superfisila, parut akne vulgaris tumor jinak kulit.
RS RK CHARITAS PALEMBANG
2. Kriteria Diagnosis Kelaian kulit akibat penuan dini dan revisi skar
3. Penatalaksanaan 1. Persetujuan tindak medik
2. Persiapan pasien, alat, petugas
3. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
4. Injeksi bahan pengisi sesuai teknik masing-masing bahan (linear
threading, fanning, cross-hatching, serial puncturedan
volumizing)
5. Dekontaminasi, cuci tangan,dan perawatan pasca tindakan
RS RK CHARITAS PALEMBANG
BEDAH KUKU
1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah untuk kelainan pada kuku, yang bertujuan untuk
menegakkan diagnose dengan biopsy, untuk menyembuhkan infeksi,
untuk mengurangi nyeri, menghilangkan tumor, dan untuk
memastikan hasil kosmetik terbaik pada kelaina kuku yang congenital
ataupun didapat.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
INFEKSI GONORE (A54)
1. Pengertian (Definisi) Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonnorrhoeae suatu kuman gram negative, berbentuk biji
kopi, letaknya intra atau ekstra seluler.
Pemeriksaan klinik:
Gonore pda pria:
1. Edema dan eritematus pada orificium uretradisertai disuria
2. Duh tubuh uretra mukopurulen dengan atau tanpa massase
3. Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh
tubuh anal aau nyeri/rasa tidak enak di anus / perianal
4. Infeksi pada farings biasanya asimtomatik
Wanita :
1. Bacterial Vaginosis
2. Kandidiasis Vulvovaginal
3. Trikomoniasis
4.
4. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan gram dari sekret uretra atau serviks ditemukan
Penunjang diplokokus Gram negative di dalam leukosit polimorfonuclear
(DGNI)
2. Kultur menggunakan media selektif Thayer-Martin dan agar coklat
Mcleod (jika tersedia)
3. Tes Thomson( percobaan dua gelas) (jika tersedia)
4. Tes Definitif ( dari hasil kultur yang posotif ) (jika tersedia)
- Tes Oksidasi
- Tes Fermentasi
- Tes Beta-Laktamase
5. Tes resistensi/sensitivitas: kerjasam dengan bagian Mikrobiologi.
Bagian Mikrobiologi.
Untuk kecurigaan infeksi pada faring dan anal dapat dilakukan
pemerikasaan dari bahan duh dengan kultur Thayer Martin atau PCR
terhadap N.gonorrhoeae dan C.Trachomatis
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa :
Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratories,
dan bila tidak dapat menahan diri supaya memakai kondom.
Kunjungan ulang pada hari ke-3 dan hari ke-8.
Konseling: jelaskan mengenai penyakit gonore, kemungkinan
komplikasi, cara penularan, serta pentingnya pengobatan
pasangannya.
Konseling mengenai kemungkinan risiko tertular HIV, hepatitis B,
hepatitis C, dan penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya.
Medikamentosa :
Obat pilihan : sefiksim 400 mg per oral
Obat alternative :
Levifloksasin# 500 mg per oral dosis tunggal atau Tiamfenikol 3,5
gram per oral dosis tunggal atau kanamisin 2 gram injeksi IM,
dosis tunggal atau Seftriakson 250 mg injeksi intramuscular dosis
tunggal
#
tidak boleh diberika oleh ibu hamil, menyusui, atau anak di
bawah 12 tahun
Bila sudah terjadi komplikasi seperti bartolinitis, prostatitis
Obat pilihan : Sefiksim 400 mg peroral selama 5 hari
Obat alternatif : Levofloksasin 500 mg per oral 5 hari atau
Tiamfenikol 3,5 gram peroral 5 hari atau Kanamisin 2 gram
injeksi intramuscular 3 hari atau Seftriakson 250 mg injeksi
intramuscular 3 hari
Komplikasi pada pria : Epididymitis, orchitis, dan infertilitas.
Komplikasi pada wanita :pelvic inflammatory disease (PID),
bartholinitis, infertilitas
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
HERPES SIMPLEKS GENITAL (HG) (A60)
1. Pengertian (Definisi) Penyakit infeksi genital yang disebabkan oleh virus herpes simplex
(VHS) tipe 2 atau kadang tipe 1, bersifat rekurens. Infeksi akibat
kedua tipe VHS bersifat seumur hidup; virus berdiam di jaringan
saraf, tepatnya di ganglia dorsalis.
Perjalanan infeksi:
- HG episode pertama lesi primer
- HG episode pertama lesi non-primer
- HG rekuren
- HG asimtomatik
- HG atipikal
HG rekuren
Lesi lebih sedikit dan lebih ringan
Bersifat lokal, inilateral
Berlangsung lebih singkat, dapat menghilang dalam waktu 5 hari
Dapat didahului oleh keluhan parestesia 1-2nhari sebelum timbul
lesi
Umumnya mengenai daerahyang sama di penis, vulva, anus, atau
bokong.
Riwayat perna berulang
Medikamentosa :
1. Simtomatik
- Analgesik
- Kompres
2. Antivirus :
- Asiklovir : 5x200 mg/hari selama 7-10 hari atau
- Asiklovir : 3x400 mg/hari selama 7-10 hariatau
HG rekuren
Medikamentosa :
1. Lesi ringan : terapi simtomatik
2. Lesi berat :
Asiklovir 5 x 200 mg/hari, per oral selam 5 hari ataua Valasiklovir 2 x
500 mg/hari per oral, selama 5 hari
o Asiklovir : 5x200 mg selama 5 hari atau
o Asiklovir : 3x400 mg selama 5 hari atau
o Valasiklovir : 2x500-mg selama 5 hari, atau
o Famsiklovir : 3x250 mg selama 5 hari
3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif
- Asiklovir 2 x 400mg/hari atau
- Valasiklovir 1x 500 mg/hari atau
- Famsiklovir2 x 250 mg/hari
4. Abstinensia
5. Konseling :
- Kecenderungan berulang
- Seringnya pelepasan virus subklinis(terutama 6-12 bulan pertama
setelah infeksi inisial), serta potensi menularkan kepada pasangan
seksualnya
- Kemungkinan risiko tertular HIV
6. Pemeriksaan terhadap pasangan seksual tetapnya, bila
memungkinkan
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
INFEKSI GENITAL NONSPESIFIK (IGNS)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi saluran genital yang di sebabkan oleh penyebab nonspesifik.
Istila ini meliputi berbagia keadaan, yaitu uretritis nonspesifik (UNS),
uretritis genital nonspesifik pada wanita
Wanita :
Duh tubuh vagina
Duh tubuh endoserviks mukopurulen
Ektopia service disertai edema, service rapuh, mudah berdarah
Perdarahan antara dua siklus menstruasi
Perdarahan pascakoitus
Disuria, bila mengenai uretra
Sebagai besar asimtomatik
Sediaan basah :
Tidak ditemukan Trichomonas vaginalis untuk menentukan infeksi
Chlamydia trachomatis: bila memungkinkan, dilakukan
pemeriksaan cara EIA (enzyme immunoassay): kerjasama dengan
bagian Mikrobiologidan Bagian Parasitologi.
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa:
Abstinensia sampai terbukti sembuh secara laboratories, dan bila
tidak dapat menahan diri anjurkan memakai kondom.
Kunjungi ulang pada hari ke-8
Konseling: jelaskan mengenai IGNS dan penyebanya, kemungkinan
komplikasi jangka panjang, cara penularan, pentingnya mematuhi
Medikamentosa :
Obat pilihan :
Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal
Obat alternative :
Doksisiklin# 2 X 100 mg/hari, peroral selama 7 hari, atau Eritromisin
4 X 500 mg/hari per oral selama 7 hari
#
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil,menyusui, anak di bawah
12 tahun.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
KANDIDOSIS VULVOVAGINAL (KVV) (B37.3)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida
albicans, atau kadang oleh candida sp. Torulopsis sp, atau ragi
lainnya.
4. Pemeriksaan Bahan duh tubuh vagina yang berasal dari dinding lateral vagina
Penunjang dilakukan pemeriksaan :
Sediaan apus dengan pewarnaan Gram: ditemukan blastospora dan
pseudohifa
Sediaan basah dengan larutan KOH 10%: ditemukan Pseudohifa
dan atau blastospora
Kultur jamur
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa :
Hindari bahan iritan local, misalnya produk berparfum
Hindari pakaian ketat atau dari bahan sintesis
Hilangkan factor predisposisi : hormonal, pemakaian
kortikosteroid dan antibiotic yang terlalu lama, kegemukan, dll
Medikamentosa :
Obat pilihan :
Klotrimazol kapsul vagina 500 mg dosis tunggal atau
Klotrimazol kapsul vagina 200 mg selama 3 hari atau
Klotrimazol kapsul vagina 100 mg selama 6 hari atau
Flukonazol kapsul 150 mg per oral dosis tunggal atau
Itrakonazol kapsul 2 x 200 mg per oral selama 1 hari atau
Itrakonazol kapsul 1 x 200 mg/hari per oral selama 3 hari atau
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
KONDILOMA AKUMINATA (KA) (A63.0)
1. Pengertian (Definisi) Infeksi menular seksula yang disebabkan oleh virus papiloma
humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma
pada kulit dan mukosa
2. Kriteria Diagnosis Umumnya cukuo secara klinis : terdapat vegetasi atau papul soliter
dapat juga multipel. (bentuk ; akuminata, papul, datar, dan Giant
condyloma Buschke-Lowenstein)
3. Diagnosis Banding Pearly penile papules, Kondiloma lata, karsinoma sel skuamosa
4. Pemeriksaan Pada sel yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Kolposkopi
Penunjang serta pemeriksaan histopatologi
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa
Sedapat mungkin lakukan penanganan terhadap pasangan
seksualnya
Koseling, kemungkinan risiko tertular HIV
Kunjungi ulang: dilakuakn 3-7 hari setelah terapi dimulai.
Medikamentosa :
Obat pilihan :
1. Tinktura podofilin 10-25%, lindungi kulit sekitar lesi dengan
vaselin agar tidak terjadi iritasi, biarkan selama 1-4 jam, kemudian
cuci. Pemberian obat dilakukan seminggu dua kali, sampai lesi
hilang.
2. Asa trikloroasetat 50-90%, aplikasikan seminggu sekali. Respon
baik terutama pada wanita hamil.
3. Tindakan bedah: bedah scalpel, listrik, beku dan laser.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
SIFILIS (A53)
1. Pengertian Penyakit sitemik yang disesbkan oleh Treponema pallidum. Sifikis
(Definisi) dapat diklasifikasikan atas sifilis didapat dan sifilis congenital. Sifilis
di dapat terdiri atas stadium primer, skunder, dan tersier, dan periode
laten di antara stadium sekunder dan tersier.
4. Pemeriksaan STADIUM I :
Penunjang Laboratorium
Tes serologi sifilis : dapat (+) atau (-)
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dan burri (+) atau (-)
STADIUM II :
Laboratorium
Pemeriksaan dengan mikroskop lapangan gelap dan burry (+) / (-)
Tes serologi sifili : RPR (++); VDRL (+); TPHA (+) titer tinggi
STADIUM II LATEN :
Laboratorium : TSS (+), tetapi tidak ada gejala klinis
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa:
Penanganan pasangan seksual sedapat mungkin dilakukan
Koseling :
2. Obat alternatife :
Terasiklin 4 x 500 mg/hari atau
Eritromisin 4 x 500 mg/hari atau
Doksisiklin 2 x 100 mg/hari
Lama pengobatan 30hari (stadium dini) atau >30 hari (stadium lanjut)
Evaluasi TSS (VDRL) :
1. Bulan sesudah pengobatan selesai, ulangi TSS :
a. titer ↓ : tidak diberi pengobatan lagi
b. titer ↑ : pengobatan ulang
c. titer tetap : tunggu 1 bulan lagi
2. bulan sesudah c :
a. titer ↓ : tidak di beri pengobatan
b. titer ↑ : atau tetap : pengobatan ulang
pemantauan TSS : pada bulan ke I, II, III, IV dan XII dan setiap 6
bulan pada tahun ke- 12
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
ANGIOEDEMA (T78.3)
1. Pengertian (Definisi) Kondisi ditandai edema mandadak pada dermis bagian dalam dan
jaringan subkutan atau membrane mukosa, disertai nyeri atau rasa
terbakar(bukan gatal), menyerang hamper sekuruh bagian tunuh dapat
terlibat. Lokasi yang sering terkena adalah kelopak mata, bibir, lidah,
laring, faring traktus gastrointestinal, dan genitalia
Patofisiologi
Angioedema yang diperantarai histamine
Histamine yang berlebihan menyebabkan peningkatan aliran
darah, permeabilitas endothelial dan edema yang bermanifes
sebagai angioederma, urtikaria, dan pada kasus berat: anafilaksis.
Pada reaksi yang diperantarai lgE, ikatan alergen menghasilkan
cross-lingking lgE-sel mast yang menyebabkan degradasi sel mast
pelepasan histamine dan mediator lain, misalnya triptase.
Angioedema yang diperantarai bradikinin
Bradikinin (BK) memainkan peranan fisiologis pada control tonus
vascular. BK terikat pada reseptor pada endothelium vascular.
Reseptor BK- 1 dapat diinduksi oleh perlukaan jaringan dan
reseptor BK-2 kemudian diekspresikan. Ikatan pada reseptor BK-2
diikuti pelepasan substansi P dari serabut saraf yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas vascular , dan kebocoran plasma ke
dalam ruang interstisial.
Mekanisme lain
Produksi prostaglandin (terutama PGE) oleh salisilat atau obat
NSAID dapat menyebabkan angioedema. Penyebab jarang
misalnya komponen kompemen vasoaktif, misalnya pada
vaskulitis urtikarial hipokomplemen.
2. Kriteria Diagnosis Edema non-pitting, eritematosa atau sewarna kulit dengan batas tidak
tegas.
Anamnesis detil untuk menemukan kausa yang mendasari/dicurigai.
Gejala yang dirasakan: kesulitan menelan atau bernafas, gejala
sistemik, dan kemungkinan factor yang memicu dan
memperparah.
Kecepatan onset
Kaitan dengan adat/ tidaknya urtikaria
Tempat angiodema: fasial/perifer/nyeri abdominal
Factor pencetus
o Obar(missal ACE inhibitor, aspirin, NSAID lain)
o Paparan pekerjaan (sensitifitas lateks)
o Penyakit hipersensitifitas fisik (urtikaria dingin yang dapat
bermanifes sebagai angioedema regional atau generalisata
setela paparan dingin)
o Angioederma yang diinduksi oleh exercise, dengan atau tanpa
anafilaksis
o Sensitifitas yang diperantarai tekanan (pressure-mediated
sensitifity ) yang dapat menyebabkan angioedema pada telapak
kaki setelah berjalan atau berlari,
o Hipersensitifitas terahadap makanan.
Riwayat serangan
Usia pertama kali menderita
Respon terhadap terapi (antihistamin/ steroid/ epinefrin)
Riwayat obat
Riwayat keluarga
Gambaran lain untuk dugaan angioedema yang jarang: penyakit
jaringan konektif atau gejala penyakit limfoproliferatif
6. Bagan Alur
doi:10.1155/2007/26438
2. Kaplan A. Angioedema. WAO journal 2008; 103:103-13.
3. Kaplan A. Chronic Urticaria and angioedema. N Engl J Med.
2002; 346: 175-9. Zuberbier T, Asero R, Bindslev-Jaensen C,
Canonica GW, Church MK, et al; Dermatology Section of the
European academy of allergology and Clinical Immunology;
Global Allergy and Asthma European Net- Work; European
Dermatology Forum; Word Allergy Organization.
EAACI/GA(2)LEN/EDF/WAO guideline: definition,
classification and fiagnosis of urticaria. Allery. 2009;64:1417-
1426
RS RK CHARITAS PALEMBANG
NEKROLISIS EPIDERMAL (L51.1-L51.3)
1. Pengertian (Definisi) Nekrolisis efidermal, mencakup Sindrom Stevens- Johnson (SSJ) dan
Epidermal Nekrolisis toksik (NET), adalah dengan nekrosis dan
pelepasan epidermis ekstensif. SSJ dan NET di tandai dengan
ketelibatan kulit dan membrane mukosa, dank arena kesamaan
temuan klinis dan histopatologi, kedua kondisi hal digolongkan
sebagai varian keparahan dari proses yang serupa, yang hanya
berbeda pada keparahan area permukaan kulit yang terkena.
5. Penatalaksanaan Medikamentosa:
Prinsip:
Hentikan obat
Atasi keadaan umum, terutama pada yang berat untuk life saving.
Terapi cairan dan elektrolit bila diperlukan.
Barikan obat antialergi yang paling aman dan sesuai (contoh:
kortikosteroid , siklosporin A).
Penatalaksanaan sesuai SCORTEN (paling baik dilakukan pada
hari ke-3)
1. Topika :
- Sesuai dengan kelainan kulit yang terjadi (ikuti prinsip
dermatoterapi)
- Pada mata sesuai anjuran konsultan dokter spesialis mata.
- Lesi di mulut dan bibir: steroid dalam vaselin atau boraks-
gliserin.
2. Sistemik:
- Hentikan obat yang dicurigai.
- Atasi keadaan umum terutama kondisi vital: berikan infuse
sesuia kondisi.
- Deksameteson intravena 0,15-0,2 mg/kgBB/hari dapat sampai
4-6 x 5 mg/hari, setelah masa kritis diatasi (2-3 hari) dosis
segera diturunan cepat (5 mg/hari), stelah dosis rendah, bisa
diganti peroral (prednisone 2x20 mg/hari).
- Antibiotik (yang jarang menyebabkan alergi), spectrum luas,
tidak nefrotoksis, dan bersifat bakterisidal: gentamisin 2x80
mg atau klindamisin 2 x 600 mg intravena.
- Diet rendah garam dan tinggi protein
- Bila kalium turun, berikan KCL 3 X 500 MG/HARI.
- Bila ada ketidakseimbangan cairan, berikan infuse larutan
Darrow dan glukosa 5% atau sesuai anjuran Dokter Spesialis
Penyakit Dalam.
- Bila ada pneumonia atau bronkopneumonia terapi antibiotic
sesuai anjuran Dokter Spesialis Paru.
Nonmedikamentosa :
Penjelasan mengenai kondisi pasien dan diminta
menghentikan obat tersangka penyebab.
Bila pasien sembuh: berikan kartu alergi, yang berisi daftar
obat yang diduga menyebabkan alergi, kartu tersebut selalu
Tindak lanjut:
Pasien rawat inap: control setiap hari, pantau keadaan umum,
kelainan kulit, orifisium, dan mata.
Setelah rawat inap, kontorol setiap pecan : perhatikan kemajuan
penyakit dan penurunan dosis obat, sampai obat dihentikan.
Kartu alergi selalu dibawa.
Komplikasi :
Sepsis
Kegagalan organ dalam
Kematian.
6. Bagan Alur
RS RK CHARITAS PALEMBANG
Sindrom ini terjadi secara akut dalam 2-8 pekan pemakaian obat
penyebab. Obat yang perna dilaporkan sebagai penyebab adalah: anti-
konvulsan (karbamazapin, fenobarbital, fenitoin, primidon,
lamotrigin, asam valproat, etoksuksimid), antiretroviral (indinavir,
nevirapin), alopurino, siklosporin, kaptopril, diltiazem, preparat emas,
meskiletin, sorbinil, terbinafin, zalcitabin, minisklin, nitrofurantoin,
golongan sulfon dan sulfonamide.
4. Pemeriksaan Pemeriksaan darah dan urin rutin: SGOT, SGPT, eosinofil darah
Penunjang tepi.
Pemeriksaan HbSAg, antibody anti virus hepatitis- A serta anti
Hepatitis- C untuk menyingkirkan infeksi virus sebagai penyebab
hepatitis.
Pemeriksaan serum AFP dan CEA yang di konfirmasi pemeriksaan
5. Penatalaksanaan Nonmedikamentosa :
Mengentiakan segera obat yang dicuragai sebagai penyebab
Penjelasn kepada pasien dan/atau keluarga mengenai penyakit,
terapi, serta prognosis
Medikamentosa :
Prinsip :
Mengatasi keadaan umum yang buruk
Penatalaksanaan multidisiplin
Balans cairan dan elektrolit
Terapi sitemik:
Prednison 0,5 – 2 mg/kgBB selama 1-8 pekan dan diturunkan
berkala selama 6-8 pekan atau steroid sistemik setara prednisone
1-2 mg/kgbb
Bila keadaan klinis berat, steroid sistemik dapat diberikan dalam
dosis denyut yang besar kemudian dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan (1,5gr MP i.v. selama kondisi pasien membaik)
Pada pemerian prednisone > 40 mg/hari sebaiknya diberikan
antibiotic profilaksis mencegah infeksi sekunder.
Bila demam dpat diberikan antipiretik, namun harus hati-hati
tentang kemungkinan obat penyebab
Komplikasi
Dehidrasi
Sepsis
6. Penelaah kritis KSM Kulit dan Kelamin
7. Kepustakaan 1. Nam YH, Park MR, Nam HJ, et al. Drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms syndrome is not uncommon
and shows better clinical outcome than generally recognized.
Allergol immunopathol (madr). 2014 doi:
10.1016/j.aller.2013.08.003.[epub ahead pf print].
2. Criado PR, Avancini J, Santi CG, et al. Drug reaction with
eosinophilia and systemic symptoms (dress): A complex
interaction of drugs, viruses and the immune system. Isr Med
Assoc J.2012; 14: 577-82.
3. Sullivan JR, Shear NH. The drug hypersensitivity syndrome: What
is the pathogenesis ? Arch Dermatol 2001; 137:357-64.