Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN ABORTUS


KOMPLETUS DI RSUD JAYAPURA

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 16

1. LINELYA A. WAISAPY 144011.01.21.444


2. FEBRINCE WAITARIRI 144011.01.21.418
3. JESIKA ABIDONDIFU 144011.01.21.438
4. DEBORA AYAKEDING 144011.01.21.409

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS.MARTHEN INDEY
JAYAPURA 2023
DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………………..2
BAB I Laporan Pendahuluan……………………………………………………………...3
Konsep Dasar Medis
A. Pengertian………………………………………………………………………….4
B. Etiologi…………………………………………………………………………….4
C. Klasifikasi………………………………………………………………………….5
D. Patofisiologi………………………………………………………………………..5
E. Pathway……………………………………………………………………………6
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………6
G. Komplikasi………………………………………………………………………...7
H. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………….. 7
I. Penatalaksanaan………………………………………………………………….. 7
BAB II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian ………………………………………………………………………..8
B. Diagnose keperawatan…………………………………………………………… 8
C. Rencana keperawatan……………………………………………………………. 9
D. Tujuan …………………………………………………………………………… .9
E. Kriteria Hasil………………………………………………………………………9
F. Intervensi………………………………………………………………………… 9
G. Rasional…………………………………………………………………………..9
H. Implementasi……………………………………………………………………………………………………..9
I. Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………….9

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………10
B. Saran……………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup


diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 - 20 Minggu dan
memiliki berat badan 400-500gram. Tetapi jika terdapat Fetus hidup
dibawah 400gram dianggap keajaiban. Karena semakin tinggi BB anak
waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup
selamanya(Susilawati,2019).
Abortus kompletus atau aborsi lengkap adalah kondisi dimana semua
hasil konsepsi (jaringan) keluar dari tubuh atau dikeluarkan tanpa perlu
intervensi bedah atau medis. Dengan kata lain keguguran ini terjadi secara
alamiah(Buku ajar kehamilan, 2012).

B. Etiologi

Menurut Mitayani 2013, penyebab terjadinya abortus kompletus adalah :

1. Abnormalitas embrio atau janin, disebabkan oleh cacat kromosom.

2. Abnormalitas uterus, mengakibatkan Kelainan kovum, uteri atau halangan

Terhadap pertumbuhan.

3. Kerusakan pada serviks, akibat robekan saat melahirkan/ tindakan

pembedahan

4. Kelainan pada plasenta.

5. Kelainan traktus genetalia.


6. Faktor maternal seperti pneumonia, anemia berat, laparatomi, peritonitis,

keracunan dan lainnya.

C. Klasifikasi

Menurut buku ajar kehamilan tahun 2012, klasifikasi abortus sebagai berikut:

1. Abortus spontan, terjadi dgn tidak Didahului faktor-faktor mekanis. Abortus

ini terbagi menjadi :

a. Abortus kompletus, seluruh hasil Konsepsi dikeluarkan sehingga Rahim

kosong.

b. Abortus inkompletus, hanya sebagian dari hasil konsepsi yg

dikeluarkan.

c. Abortus insipiens, abortus yg sedang berlangsung dengan ostium sudah

terbuka, ketuban teraba

d. Abortus iminesis, keguguran membakar & akan terjadi

e. Abortus habitualis, penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga

kali atau lebih.

f. Missed abortion, janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim &

tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

2. Abortus Provikatus, terjadi dengan disengaja, baik dengan memakai obat-

obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:

a. Abortus medisinalis, Karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.

b. Abortus kriminalis, terjadi karena tindakan yg tidak legal/

tidak berdasarkan indikasi medis.


D. Manifestasi Klinik

Menurut buku ajar kehamilan 2012, tanda & gejalanya sebagai berikut:

1. Tanda-tanda kehamilan seperti amonera kurang dari 20 Minggu

mual,muntah, mengidam.

2. Perdarahan pervagina disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

3. Keadaan umum tampak lemah, nadi meningkat & tekanan darah dapat

normal atau menurun.

4. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus.

5. Tercium/ tidak berbau busuk dari vulva dan ostium.

E. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam Desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya. Sehingga menjadi benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 Minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya Karena Vili karialis belum menembus Desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu Vili karialis menembus Desidua
lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak terlepas sempurna. Pada
kehamilan 14 Minggu keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah
ialah janin disusul plasenta. Hasil konsepsi keluar dengan berbagai bentuk
seperti kantong kosong amnion atau lebih kecil yg tidak jelas bentuknya, janin
lahir mati, dsb. (Susilowati, 2014).
F. Pathway

Sumber:
G. Komplikasi

Menurut buku ajar kehamilan tahun 2012, komplikasi yang berbahaya sebagai
berikut:
1. Perdarahan (hemorrage)
2. Perforasi uterus terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun,dan lainnya
3. Infeksi dalam uterus dan sekitarnya
4. Syok hemoragik & syok endoseptik

H. Pemerikaan Penunjang
1. Tes darah lengkap, kadar hemoglobin, LED, dan jumlah leukosit.
2. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup,bahkan 2-3
minggu setelah kehamilan
3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG), untuk mengetahui apakah janin
hidup atau mati
4. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

I. Penatalaksanaan

Menurut Marmi (2011), penatalaksanaan medis yg dapat dilakukan adalah

tindakan kuretase, dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu

dan besarnya uterus. Jika terjadi syok karena perdarahan segera diberikan

cairan infus NaCL atau Ringer Laktat yang disusul dengan transfusi.

Menurut Mulyaningsih (2013). Penatalaksanaan nonmedis yang

dilaksanakan antara lain :

1. Tirah Baring

2. Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptik untuk

mencegah infeksi
3. Diet tinggi protein & tambahan vitamin C

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien dan penanggung, berupa

nama,alamat,umur,agama,pendidikan,pekerjaan

2. Riwayat social, berupa status perkawinan,usia ketika menikah dan lama

menikah

3. Riwayat kesehatan berupa keluhan utama yang dirasakan pasien,keluhan

yang menyertai, riwayat kesehatan lalu, berupa penyakit yang pernah

diderita dahulu

4. Riwayat obstetri berupa, riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu,

riwayat kehamilan sekarang dan riwayat persalinan skarang

5. Riwayat ginekologi berupa riwayat menstruasi,riwayat penyakit/keluhan

pada system reproduksi

6. Riwayat kesehatan keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat

alergi,jantung,diabetes mellitus dan lainnya

7. Pola kebutuhan dasar berupa pola nutrisi,pola eliminasi,pola istirahat

tidur,pola seksualitas,aktivitas sehari-hari,imunisasi,kontrasepsi yang

pernah digunakan.riwayat penyakit sistemik dan data psikologi

8. Pemeriksaan fisik berupa keadaan umum,kesadaran,tanda-tanda vital dan

pemeriksaan head to toe

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d


C. RENCANA KEPERAWATAN

No TUJUAN DAN
. DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Resiko syok Setelah di lakukan tindakan Pencegahan syok


hipovolemik b.d keperawatan selama 1x24 jam Observasi Observasi
perdarahan dengan Kriteria hasil: 1. Monitor status 1. Agar mengetahui
berlebihan, 1. Kekuatan nadi meningkat. kardiopulmonal (frekuensi frekuensi dan kekuatan
pindahnya caira 2. Output urin meningkat. dan kekuatan nadi, nadi, frekuensi napas,TD,
intravaskuler ke 3. Tingkat kesadaran frekuensi napas, TD, MAP) MAP pada pasien
ekstravaskuler meningkat. 2. Monitor status oksigenasi 2. Mengetahui jumlah
4. Akrat dingin menurun. (oksimetri nadi, AGD) status oksigenasi pasien
5. Pucat menurun. 3. Monitor status cairan 3. Agar mengetahui cairan
6. Tekanan arteri rata-rata (masukan dan haluaran, yang masuk dan keluarnya
membaik (LIHAT: turgor kulit, CRT) cairan dan melihat turgor
Kalkulator MAP). kulit
7. Tekanan darah sistolik 4. Periksa Riwayat alergi 4. Agar mengetahui
membaik. adanya riwayat alergi pada
8. Tekanan darah diastolik pasien
membaik. Terapeutik Terapeutik
9. Tekanan dari membaik 5.Berikan oksigen untuk 5. Agar pasien tidak
10. Pengisian kapiler membaik mempertahankan saturasi merasa sesak dan juga
11. Frekuensi nadi membaik oksigen > 94% harus mempertahankan
12. Frekuensi napas membaik saturasi oksigen >94%
6. Pasang jalur IV, jika
6. Memasang jalur IV jika
perlu
di perlukan pada pasien
7. Lakukan skin test untuk
7. Agar perawat dan
mencegah reaksi alergi
pasien mengetahui reaksi
alergi dengan skin test
Edukasi
Edukasi
8. Jelaskan penyebab/faktor
8. Agar pasien dan
risiko syok
keluarga mengetahui
penyebab atau factor
resiko syok
9. Jelaskan tanda dan gejala
9. Agar keluarga
awal syok
mengetahui tanda dan
gejala awal syok pada
pasien
Kolaborasi
Kolaborasi
10.Kolaborasi pemberian
10. Agar mencegah
antiinflamasi, jika perlu
pelepasan ediator
peradangan dari sel mast,
makrfag, netrofil,
eosinophil.
2. Kekurangan volume Setelah di lakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
cairan b.d pindahnya keperawatan selama 1x24 jam Observasi Observasi
cairan intravaskuler dengan Kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala 1.Agar mengetahui gejala
ke ekstravaskuler 1. Kekuatan nadi meningkat hipovolemia (mis: hipovolemia(frekuensi
2. Output urin meningkat frekuensi nadi nadi,TD ) pada pasien
3. Membran mukosa lembab meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah
4. Ortopnea menurun menurun, tekanan nadi
5. Dispnea menurun menyempit, turgor kulit
6. Paroxysmal nocturnal dyspnea menurun, membran
(PND) menurun mukosa kering, volume
7. Edema anasarka menurun urin menurun,
8. Edema perifer menurun hematokrit meningkat,
9. Frekuensi nadi membaik haus, lemah)
10. Tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan 2. Agar mengetahui intake
11. Turgor kulit membaik output cairan dan output cairan pada
12. Jugular venous pressure pasien
membaik Terapeutik Terapeutik
13. Hemoglobin membaik 3.Hitung kebutuhan cairan 3. Mengetahui cairan yang
14. Hematokrit membaik masuk pada tubuh pasien
4.Berikan asupan cairan 4. untuk memenuhi atau
oral mengganti cairan tubuh
yang hilang
Edukasi Edukasi
5.Anjurkan memperbanyak 5. Untuk mempertahankan
asupan cairan oral cairan.
6.Anjurkan menghindari 6.Untuk mengatasi
perubahan posisi mendadak perubahan posisi disaat
mendada
Kolaborasi Kolaborasi
7.Kolaborasi pemberian 7.Kolaborasi kembali
cairan IV isotonis (mis: dengan dokter untuk
NaCL, RL) pemberian cairan IV
isotonis
8.Kolaborasi pemberian 8.Mengetahui apakah
produk darah pasien di berikan produk
darah yang di berikan oleh
dokter
3. Ketidakseimbangan Setelah di lakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1x24 jam Observasi Observasi
kebutuhan tubuh b.d dengan Kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
intake nutrisi yang 1. Porsi makan yang dihabiskan nutrisi pasien
tidak adekuat yang meningkat 2. Identifikasi alergi dan 2.mengetahui adanya
disebabkana mual 2. Berat badan membaik intoleransi makanan alergi pada makanan atau
muntah dan nafsu 3. Indeks massa tubuh (IMT) tidak
makan menurun membaik 3. Identifikasi makanan 3. Agar pasien mampu
yang disukai menghabiskan makanan
yang di sukai pasien
4. Identifikasi kebutuhan 4. Mengetahui kebutuhan
kalori dan jenis nutrient kalori dan jenis nutrisi
sesuai yang di berikan ahli
gizi
5. Monitor asupan 5. Mengetahui asupan
makanan makanan apa saja yg
dimakan Pasien
6. Monitor berat badan 6.untuk mengetahui berat
badan pasien apakah ada
perubahan atau tidak
Terapeutik Terapeutik
7. Lakukan oral hygiene 7.Agar pasien menjaga
sebelum makan, jika kebersihan oral hygine
perlu sebelum makan

Edukasi Edukasi
8. Ajarkan posisi duduk, 8.Mengajarkan pasien
jika mampu posisi duduk yang benar
jika di perlukan
Kolaborasi Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian 9.dapat meurunkan potensi
medikasi sebelum komplikasi saat makanan
makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
10. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk 10. diet sesuai dengan
menentukan jumlah kebutuhan nutrisi pasien
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu
4. Ketidak efektifan Setelah di lakukan tindakan Manajemen jalan nafas
pola nafas b.d jalan keperawatan selama 1x24 jam Observasi : Observasi
nafas tergangu akibat dengan Kriteria hasil: 1. Monitor pola napas 1. mengetahui frekuensi,
spasme otot-otot 1. Dispnea menurun kedalaman, irama
pernafasan, nyeri, 2. Penggunaan otot bantu napas pernafasan
hipoventilasi menurun 2. Monitor bunyi napas 2. Agar mengetahui
3. Pemanjangan fase ekspirasi penurunan bunyi napas
menurun 3. Monitor sputum 3. Monitor adanya
4. Frekuensi napas membaik sumbatan jalan nafas atau
5. Kedalaman napas membaik tidak ada
Terapeutik : Terapeutik
4. Pertahankan Kepatenan 4. pasien dapat bernapas
Jalan Napas Dengan dengan mudah.
Head Tilt Dan Chin Lift
5. Posisikan Semi Fowler 5.Mengurangi sesak pada
AtauFowle pasien
6. Lakukan Fisioterapi 6. Agar untuk membantu
Dada mengeluarkan dahak

Edukasi : Edukasi
7. Anjurkan asupan 7.Membantu
cairan2000ml/hari, jika mengencerkan sekret
tidakkontraindikasi sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
8. Ajarkan teknik batuk 8. Membebaskan jalan
efektif nafas

Kolaborasi : Kolaborasi
9.Kolaborasi 9.agen mukolitik
pemberianblonkodilator, menurunkan kekentalan
ekspektoran,mukolitik dan perlengketan secret
5. Nyeri akut b.d Setelah di lakukan tindakan Manajemen Nyeri
penekanan intra keperawatan selama 1x24 jam Observasi Observasi
abdomen karena dengan Kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, 1. Nyeri merupakan
hepatomegali 1. Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi, pengalaman subyektif dan
2. Meringis menurun frekuensi, kualitas, harus di gambarkan oleh
intensitas nyeri klien untuk merencanakan
3. Sikap protektif menurun penanganan yang efektif
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2.Penelitian tentang
5. Kesulitan tidur menurun kompetensi perawat dalam
6. Frekuensi nadi membaik mengkaji nyeri
dihubungkan dengan
penggunaan skala ukur
dan ditunjukkan dengan
keefektifan kemampuan
perawat adalah sangat
signifikan
3. Idenfitikasi respon nyeri 3.Untuk mengetahui
non verbal tingkat ketidaknyamanan
yang dirasakan klien saat
proses pemulihan
4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk mengetahui
memperberat dan faktor yang memperberat
memperingan nyeri dan memperingan nyeri
pada pasien
Terapeutik Terapeutik
5. Berikan Teknik 5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk nonfarmakologis
mengurangi nyeri (mis: mengurangi nyeri
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
6. Kontrol lingkungan yang 6. Mengetahui lingkungan
memperberat rasa nyeri yang memperberat rasa
(mis: suhu ruangan, nyeri
pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan 7. Memfasilitasi istirahat
tidur
dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, Edukasi
periode, dan pemicu 8. Agar pasien dan
nyeri keluarga mengetahui
9. Jelaskan strategi penyebab nyeri
meredakan nyeri 9. Menjelaskan strategi
10. Anjurkan merendahkan nyeri
memonitor nyeri secara 10. Agar pasien mampu
mandiri dengan sendirinya
memonitor nyeri
11. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk 11. Agar pasien mampu
mengurangi nyeri melakukan sendiri
nonfarmakologis di rumah
Kolaborasi saat pulang
12. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
analgetik, jika perlu 12. Mengkolaborasikan
dengan dokter analgetik
yang di berikan

6. Ganguan pola tidur Setelah di lakukan tindakan Dukungan tidur


b.d gangguan pola keperawatan selama 1x24 jam Observasi Observasi
nafas, nyeri, dengan Kriteria hasil: 1. Identifikasi pola 1. mengidentifikasi pola
hipertermia 1. Keluhan sulit tidur menurun aktivitas dan tidur tidur dan kebiasaan fisik
2. Keluhan sering terjaga klien
menurun 2. Identifikasi faktor 2. Mengidentifikasi
3. Keluhan tidak puas tidur pengganggu tidur (fisik adanya gangguan tidur
menurun dan/atau psikologis) bisa dari lingkungan
4. Keluhan pola tidur berubah 3. Identifikasi obat tidur sekitar
menurun yang dikonsumsi 3. Mengidentifikasi obat
5. Keluhan istirahat tidak cukup tidur yang di minum
menurun pasien
Terapeutik Terapeutik
4. Modifikasi lingkungan 4. Untuk mengetahui
(mis: pencahayaan, penyebab gangguan tidur
kebisingan, suhu, dari lingkungan pasien
matras, dan tempat
tidur) 5. Untuk mengetahui
5. Fasilitasi menghilangkan pasien menghilangkan
stress sebelum tidur stres
Edukasi Edukasi
6. Jelaskan pentingnya 6. Meredakan rasa nyeri
tidur cukup selama Menurunkan risiko
sakit terjadinya cidera.
7. Anjurkan menepati 7. agar pasien mampu
kebiasaan waktu tidur membangun pola tidur
yang sesuai
8. Ajarkan faktor-faktor 8. Agar pasien mengerti
yang berkontribusi faktor2 yang berkontribusi
terhadap gangguan pola gangguan pola tidur
tidur (mis: psikologis, dengan baik
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic

fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang

ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di


rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah

dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2009).

B. SARAN

Diharapkan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pasien dan keluarga sehingga

meningkatkan pengetahuan tentang penyakit DHF sehingga dapat di lakukan pencegahan

lebih dini dan juga untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kesehatan

di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/371419438/Laporan-Pendahuluan-Dhf

https://id.scribd.com/document/371419438/Laporan-Pendahuluan-Dhf

Tim Pokja SDKI OPP PPNL. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2017. Standar intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan

Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI


Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai