Anda di halaman 1dari 102

1.

Diagnosis : KANKER RONGGA MULUT


Pengertian : Proses keganasan yang terjadi rongga mulut
Kriteria Diagnosis : Lesi di rongga mulut berbentuk bunga kol / ulserasi /
peninggian yang tak hilang setelah 4 minggu, cenderung
tumbuh cepat, bisa disertai rasa tebal atau nyeri. Kemungkinan
ada factor predisposisi seperti merokok, nginang, peminum
alcohol, gigi runcing, hygiene mulut jelek, malnutrisi.
Lesi prakanker berupa leukoplakia, eritroplakia. Bisa disertai
metastase pada kelenjar getah bening leher. Hasil biopsy
menunjukan keganasan.
2. Diagnosis Banding : Ulkus kronis benigna.
Granuloma
3. Pemeriksaan Penunjang : Biopsi
Tumor ≤ 1 cm, biopsy eksisional ( dengan batas 1 cm keliling
tumor ). Tumor > 1 cm, biopsy insisional.\
Untuk keperluan staging :
Untuk mengetahui infiltrasi, bila tumor sangat dekat dengan
tulang mandibula : X-foto mandibula AP + Eisler/panoramic ;
bila tumor sangat dekat dengan tulang maksila : X-foto
Waters + Hap. CT Scan bila ada fasilitas.
Mengetahui metastase lebih jauh : X-Foto thorax, USG Hepar
dan bone survey bila ada indikasi.
4. Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
5. Perawatan RS : Rawat inap
6. Terapi : Eksisi luas sampai 1-1,5 cm di luar jaringan patologis k/p
rekonstruksi, nasogastrik feeding 7 hari.
7. Penyulit : Infeksi, dehidrasi luka, fistula orokutan, nekrosis flap,
chyloma, seroma.
8. Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) KL
9. Lama Perawatan : Minimal 10 hari
10. Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
11. Hasil : Bisa sembuh untuk stadium - I
1
12. Patologi : Perlu
13. Prognosis : Stadium dini, diharapkan baik.
Stadium lanjut, jelek
14. Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
15. Edukasi : Perawatan luka post operasi; makan lunak yang bergizi;
hygiene mulut
16. Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : TUMOR PAROTIS


 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di kelenjar parotis.

2
 Kriteria Diagnosis : Benjolan di regio parotis pre/infra/post aurikuler
 Diagnosis Banding : Adenoma parotis
Karsinoma parotis
Metastase kelenjar getah bening parotis
Limfadenopati parotis
 Pemeriksaan Penunjang : Untuk keperluan staging karsinoma parotis :
Bila tumor fixed : X-foto mandibula, CT Scan bila ada
fasilitas
X-foto thorax
USG Hepar
Bone survey bila ada indikasi
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : Tumor operable tanpa metastasis;
Jinak : parotidectomi superficial
Ganas : parotidectomi total
 Penyulit : Lesi N.VII, hematoma, seroma, infeksi, fistel liur, sindroma
frey.
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) KL
Bila tumor fixed atau ada metastase kelenjar getah bening
leher :
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) KL
 Lama Perawatan : Minimal 4 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 3 minggu
 Hasil : Tumor terangkat radikal
Tumor ganas : daya tahan hidup 5 tahun tergantung
stadiumnya, makin dini makin besar kemungkinan hidup 5 th.
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Tumor jinak : baik
Tumor ganas : Stadium dini : diharapkan baik

3
Stadium lanjut : jelek
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; nutrisi yang baik untuk
menunjang penyembuhan
17. Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : KARSINOMA LAMBUNG


 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di lambung.

4
 Kriteria Diagnosis : Klinis
Keluhan rasa penuh di perut saat makan
Gejala anemia berat
Anoreksia, BB turun, muntah, hematemesis, rasa nyeri
epigastrium, massa abdomen pada stadium lanjut.
 Diagnosis Banding : Tukak peptikum - gastritis
Perdarahan varises esofagus, sirhosis
 Pemeriksaan Penunjang : Upper GI foto
Esophagogastroduodenoskopi
Ultrasonografi, CT Scan, endo USG
Laboratorium : anemia + pada 40 % pasien
CEA meningkat pad a65 % pasien
 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : -
Bedah : Karsinoma gaster resektabel
a. Ca. terletak di antrium, dilakukan subtotal gastrektomi
disertai pengangkatan omentum secara en-block, disertai
KGB.
b. Ca. terletak pada korpus bagian atas dan fundus / cardia
dilakukan total gastrektomi, disertai kelenjar, dapat
disertai splenektomi. Rekonstruksi dengan roux es Y-
Esofagojejunostomi
Catatan :
Untuk operasi yang sifatnya kuratif harus dilakukan ahli
bedah (K) digestif
Terhadap Ca Gaster non resektable, dapat dilakukan
jejunostomi feeding (permanent) atau gastrojejuno-stomi.
Terapi adjuvant ---- chemoterapi
 Penyulit : Perdarahan, infeksi
Kebocoran anastomosis - radang
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Digestif

5
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : (-) Dubious, tergantung stadium
 Patologi : Sangat diperlukan
 Prognosis : Stadium dini : diharapkan baik
Stadium lanjut : jelek
5 years survival rate
Stadium I : 70 %
Stadium II : 30 %
Stadium III : 10 %
Stadium IV :0%
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; nutrisi yang baik; kontrol teratur
18. Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

6
Diagnosis : KARSINOMA KOLON
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di kolon.
 Kriteria Diagnosis : Perubahan kebiasan buang air besar
Berak darah dan lendir, penurunan berat badan
Anemia dan diare untuk karsinoma kolon kanan
Tanda-tanda obstruksi untuk kolon kiri pada fase lanjut teraba
tumor.
 Diagnosis Banding : Disentri amoeba, polip rectum, divertikulosis kolon
Hemoroid dan TBC rectum, radang granulomatik usus
 Pemeriksaan Penunjang : Barium in loop, kolonoskopi, endo ultrasonografi
USG / CT Scan
 Konsultasi : Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Perawatan RS : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
 Terapi : Kolon kanan : hemikolektomi kanan
Kolon transversum : reseksi dan reanastomose
Kolon kiri : hemikolektomi kiri
Sigmoid : reseksi anterior
Terapi adjuvant : kemoterapi
 Penyulit : Perdarahan, infeksi.
Kegagalan anastomosis, obstruksi ileus
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tergantung stadium
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Stadium dini : diharapkan baik
Stadium lanjut : jelek
5 years survival rate
Dukes stadium A : 80 %
Dukes stadium B : 60 %
Dukes stadium C : 30 %
Dukes stadium D : 5 %
7
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Nutrisi lembek bergizi; kontrol teratur
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

8
Diagnosis : KARSINOMA REKTUM
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di rectum.
 Kriteria Diagnosis : Klinis
Berak darah dan lendir, berbau, gangguan kebiasaan BAB.
Nyeri saat BAB, tenesmus pada kasus lanjut, obstruksi usus
Colok dubur :
a. Teraba tumor berbenjol, rapuh, tukak, mudah berdarah.
b. Ca, Rektum letak rendah (2/3 bagian bawah) umumnya
dapat tercapai dengan baik.
c. Ca. rectum letak tinggi(1/3 bagian atas) sering tak
tercapai dengan colok dubur
d. Ditentukan deskriptif tumor secara lengkap untuk
menentukan resektabilitas – batas atas – bawah, sirkuler,
mobilitas.
e. Dilakukan biopsy dari tumor untuk pemeriksaan patologi.
 Diagnosis Banding : Disentri amoeba kolon
Divertikulosis kolon
Polip rektum
Hemoroid dan TBC rectum
Penyakit usus inflamasi (IBD)
 Pemeriksaan Penunjang : Kolonoskopi, CT Scan, endo ultrasonografi
Barium in loop kolon.
USG abdomen, foto thorak
 Konsultasi : Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Perawatan RS : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi
 Terapi : -
Bedah : Ca. Rektum 12 cm di atas anus dilakukan reseksi anterior.
Ca, rectum kurang 12 cm dari anus : T1
Terjangkau – diferensiasi baik dilakukan eksisi local.
Ca. rectum 6-12 cm dari anus :
- Stage I ---- Reseksi anterior rendah (LAR)
- Stage II/III ---- Terapi kombinasi multiple (MCT) +
Reseksi anterior rendah

9
Ca. rectum kurang dari 6 cm dari anus :
- Stage 1 diferensiasi baik --- LAR/reseksi abdomino perineal
(APR)
- Stage II/III --- MCT + LAR/APR
- Stage I diferensiasi jelek --- APR
- Stage II/III --- MCT + APR
Catatan : untuk tindakan operasi sangat dianjurkan untuk
konsultasi pada spesialis bedah (K) digestif
 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas – C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
 Penyulit : Perdarahan, infeksi.
Kegagalan anastomosis
Obstruksi ileus
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
 Patologi : Sangat diperlukan
 Prognosis : Stadium dini : diharapkan baik
Stadium lanjut : jelek
5 years survival rate
Dukes stadium A : 80 %
Dukes stadium B : 65 %
Dukes stadium C : 33 %
Dukes stadium D :0%
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Makan lembek bergizi tinggi, banyak serat
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

10
 Diagnosis : KANKER PAYUDARA
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di payudara.
 Kriteria Diagnosis : 1. Keluhan : Tumor atau borok yang mudah berdarah pada
payudara, erosi puting susu, perdarahan atau keluar cairan
abnormal dari puting susu
2. Fisik : Pada payudara terdapat tumor padat keras, batas
tidak jelas, bentuk tidak teratur, umunya pada permulaan
tidak terasa nyeri, tumbuh progresif, ada tanda-tanda
infiltrasi dan atau metastase.
Tanda infiltrasi : mobilitas tumor terbatas, melekat
kulit/muskulus pektoralis/dinding dada, eritema kulit
diatas tumor, ulserasi, retraksi papilla, dimple, peau
d’orange, satellite nodule.
Tanda metastase : regional ada pembesaran kelenjar getah
bening ketiak/infra klavikula/supra klavikula / mammaria
interna atau ada tumor di organ tubuh (payudara
kontralateral, paru, liver, tulang, otak, dll)
3. Radiologi :
a.Mammografi : tumor batas tidak tegas, bentuk irregular,
stellate sign, speculate sign, kalsifikasi mikro tidak
teratur.
b. USG mamma : ada tumor berbatas tidak tegas,
hiperechoic
 Diagnosis Banding : a. Tumor jinak mamma
b. Tumor phillodes
c. Displasia mamma
d. Mastitis kronika
e. Sarcoma jaringan lunak
f. Limfoma maligna ekstra nodal
 Pemeriksaan Penunjang : Diagnosis : Triple diagnostic :
a. Klinis
b. Mammografi atau USG mamma

11
c. FNA, pemeriksaan patologi spesimen operasi (frozen
section atau paraffin block)

Staging
a. T : Klinis, imaging, patologi ( jenis histology, derajat
diferensiasi)
b. N : Klinis, imaging, biopsy sentinel node.\
c. M : Klinis, imaging (X-foto thorax, USB abdomen< bone
scan, CT Scan, MRI)
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait.
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan atau tindakan
 Terapi :
a. Bedah : 1. Standar :
Mastektomi radikal modifikasi (patey/madden)
2. Alternatif :
1). Mastektomi radikal standard ( Halsted)
2). BCT/S (Breast Conserving Treatment/Surgery):
- Tumorektomi/kwadrantektomi/segmentektomi ±
diseksi aksila + radioterapi pasca bedah.
- ± rekonstruksi mamma (miokutaneus latisimus dorsi
flap, TRAM flap).
3). Pada tumor yang kanker mamma non palpable atau
kanker insitu diseksi aksila tergantung dari keadaan
kelenjar aksila atau dari biopsy sentinel lymph node.
3. Mastektomi radikal modifikasi pada kanker mamma
stadium lanjut local (LABC) yang mengalami respon
komplit atau respon parsial setelah mendapat kemoterapi
neoadjuvant dan atau radioterapi preoperatif
b. Non bedah : 1. Radioterapi : pre atau pasca operasi atau primer
2. Kemoterapi : Neoadjuvant atau adjuvant atau primer
dengan :
CMF : Cyclophosphamide, Methotrexate, 5-Fluorouracil

12
CAF/CEF : Cyclophosphamide, Adriamycin, 5-
Fluorouracil
TA, TE, TC : Taxan, Adriamycin, Epirubicin,
Cisplatinum Capecitabine (oral)
Gemzitabine kombinasi TE atau Cisplatin,
Trastuzumab pada overekspresi HER-2/neu.
3. Hormonterapi : pada kasu reseptor hormonal positif
dengan cara ovariektomi bilateral, radiokastrasi,
tamoxifen selama 5 tahun, anastrazole, letrozole,
exemenstane, GnRH analogue (gozereline) 4. terapi
paliatif dan bantuan/suportif.
 Penyulit : a. Penyakit : perdarahan, infeksi, efusi pleura, oedema
lengan, fraktura patologis, paraplegia, gangguan kesadaran,
ikterus, hiperkalsemia.
b. Terapi
1) Operasi : perdarahan, infeksi, seroma, nekrose kulit,
oedema lengan, sendi bahu kaku.
2) Radioterapi : radiodermatitis, fibrosis, nekrose flap,
oedema lengan, sendi bahu kaku.
3) Kemoterapi : mual, muntah, anemia, leukopenia,
netropenia, trombositopenia, infeksi ringan sampai
berat/sepsis, phlebitis, nekrose kulit tempat infuse,
diare, alopesia, handfoot syndrome, dsb.
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onkologi
Dokter spesialis bedah (K) thorax, orthopedi, bedah saraf,
Rehabilitasi medis.
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 24 minggu
 Hasil : 1) Stadium dini : bebas kanker
2) Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang
3) Stadium sangat lanjut : tidak sembuh, paliasi
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosa keganasan epithelial

13
1) Ductal carcinoma insitu atau Lobular Carcinoma Insitu
2) Infiltrating ductal atau infiltrating lobular carcinoma
3) Varian khusus
a. Medullary carcinoma.
b. Papillary carcinoma
c. Cribriform carcinoma
d. Mucinous carcinoma
e. Scirrhus
f. Pagets disease
g. Squamous cell carcinoma
h. Undifferentiated carcinoma
Keganasan mesenkimal
a. Fibrosarcoma
b. Liposarcoma
c. Maligna Fibrous Histiocytoma
d. Dll
Keganasan Campuran
a. Malignant phyllodes
b. Carcinosarcoma
 Prognosis : Tergantung stadium, jenis histopatologi, factor prognosis dan
modalitas terapi yang didapat
1) Stadium dini : diharapkan baik
2) Stadium lanjut : dubious
3) Stadium sangat lanjut : jelek
 Tindak lanjut : 0-2 tahun : setiap 2 bulan sekali
3-5 tahun : setiap 3 bulan sekali
> 5 tahun : setiap 6 bulan sekali
Pemeriksaan fisik : tiap control; Foto thorax : tiap 6 bulan
USG abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi
Mammografi kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi
Bone scan : tiap 2 tahun atau ada indikasi
Tumor marker : tiap 2 – 3 bulan
 Edukasi : Kontrol teratur sesuai yang dijadwalkan

14
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

15
 Diagnosis : TUMOR TESTIS
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di testis.
 Kriteria Diagnosis : Benjolan pada testis, tidak nyeri, diafonoskopi negatif, resiko
keganasan meningkat pada penderita kriptorkismus.
 Diagnosis Banding : Hidrokel testis, hernia inguinal, orchitis, TBC testis,
hematoma, varikokel, epididimitis
 Pemeriksaan Penunjang : Penanda tumor (beta hCG, AFP)
X-foto thorax
USG testis dan abdomen
CT Scan bila tersedia
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : Orchidectomi tinggi/radikal
Kemoterapi : carboplatin, etoposide, bleomycin
Radioterapi
Diseksi kelenjar limfe para aorta/retroperitoneal terutama
pada tumor nonseminoma.
 Penyulit : Hematoma, infeksi, Perlengketan intra abdominal
Tenaga Standar :Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) urologi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Tumor terangkat secara onkologi
 Patologi : Perlu, untuk membedakan seminoma dan non seminoma
 Prognosis : Dubious (tergantung stadium, jenis histopatologi, factor
prognosis dan modalitas terapi yang didapat)
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring tanda metastasis.
 Edukasi : Kontrol teratur sesuai jadwal yang dianjurkan.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

16
 Diagnosis : KARSINOMA TIROID
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di kelenjar tiroid.
 Kriteria Diagnosis : Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan
disertai tanda penekanan, suara parau, sesak nafas, gangguan
menelan, konsistensi keras, mobilitas terbatas, pembesaran
kelenjar getah bening leher, FNAB keganasan (+).
 Diagnosis Banding : Tiroiditis kronis, struma adenomatosa
 Pemeriksaan Penunjang : Foto leher (kalau perlu), foto thorax, FNAB, USG Abdomen,
Parafincoupe
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : Total tiroidectomi, near total tiroidectomi + FND bila
metastase ke kel. Leher. Radiasi externa/interna (J-131),
kemoterapi bila ada indikasi. Substitusi terapi levotiroksin
 Penyulit : Sesak nafas, suara serak karena lesi nervus rekuren, kejang
karena hipoparatiroid, trakeomalaisa, perdarahan
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) KL
FND dilakukan oleh Dokter spesialis bedah (K) Onk atau KL
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tumor terangkat secara onkologi/radikal
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Tergantung factor prognostic
Diharapkan baik bila usia < 45 tahun ukuran tumor < 4 cm,
tipe diferensiasi baik, tidak ada ekstensi
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Perawatan post operasi. Konsultasi ke dokter penyakit
dalam untuk mengetahui fungsi tiroid.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

17
 Diagnosis : PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di kelenjar getah bening.
 Kriteria Diagnosis : Pembesaran kelenjar getah bening dicurigai ganas bila\
1) Membesar progresif
2) Tanpa tanda-tanda radang
3) Ada tumor primer di tempat lain.
4) Tidak sembuh dgn antibiotika setelah kurun waktu ttt.
5) Benjolan teraba agak keras, ada tanda-tanda infiltrasi ke
sekitarnya
 Diagnosis Banding : Limfadenitis spesifik/non spesifik, limfoma maligna
 Pemeriksaan Penunjang : 1) FNAB, biopsy eksisional atau biopsy insisional
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) Tumor marker bila ada fasilitas
4) Pemeriksaan serologis (TB-DOT, Toksoplasma)
5) CT Scan bila ada indikasi
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Poliklinis / opname bila operasi dengan bius umum
 Terapi : Sesuai penyebab (radioterapi, kemoterapi, pembedahan)
 Penyulit : Tergantung penyebab
Tenaga Standar :Dokter spesialis bedah umum; Dokter
spesialis bedah (K) Onk; Dokter spesialis bedah (K) KL
 Lama Perawatan : Tergantung penyebab
 Masa Pemulihan : Tergantung penyebab
 Hasil : Pembesaran kelenjar getah bening dapat dieradikasi
 Patologi : Perlu, untuk konfirmasi diagnosis, menentukan grading,
origin tumor, stadium, terapi ajuvan dan mengetahui
prognosis.
 Prognosis : Tergantung penyebab, stadium, factor prognosis dan
modalitas terapi yang didapat.
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Kontrol sesuai jadwal.

18
 Diagnosis : TUMOR JINAK RONGGA MULUT
 Pengertian : Benjolan abnormal yang ada di rongga mulut tapi bukan
keganasan
 Kriteria Diagnosis : Benjolan pada rongga mulut dengan batas jelas
 Diagnosis Banding : Fibroma, Papiloma, Epulis
 Pemeriksaan Penunjang : -
 Konsultasi : Dokter spesialis terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap untuk peri operatif
 Terapi : Eksisi
 Penyulit : Perdarahan, Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) K & L
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tumor bisa terangkat total
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Perawatan post operasi. Jaga kebersihan mulut, nutrisi
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

19
 Diagnosis : TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK KEPALA DAN
LEHER
 Pengertian : Benjolan pada jaringan lunak di kepala atau di leher
 Kriteria Diagnosis : Benjolan pada jaringan lunak di kepala atau di leher
 Diagnosis Banding : Berdasarkan pemeriksaan klinis dapat dibedakan antara :
Fibroma, Neurofibroma, Lipoma, Limfangioma,
Hemangioma.
 Pemeriksaan Penunjang : -
 Konsultasi : Dokter spesialis terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi
 Terapi : Eksisi
 Penyulit : Perdarahan, Infeksi, Lesi organ sekitar
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) K & L
 Lama Perawatan : Kalau local anastesi bisa poliklinis
Kalau dengan general narkose perlu opname minimal 1 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tumor bisa terangkat.
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Kontrol sesuai jadwal.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

20
 Diagnosis : TUMOR JINAK TULANG
 Kriteria Diagnosis : 1) Keluhan : tumor, nyeri tulang, patah tulang
2) Fisik : tumor pada tulang konsistensi keras, berbatas
tegas, atau ada patah tulang patolgis.
3) Radiology : XC-foto tulang, tampak densitas tulang
bertambah (osteobalstik) atau berkurang (osteolitik) atau
campuran.
4) Alkali fosfatase meningkat.
 Diagnosis Banding : Tumor ganas tulang, kista tulang, osteomielitis
 Pemeriksaan Penunjang : Diagnosis
1) Radiologi : X-foto tulang, CT Scan
2) Biopsi : FNA, biopsy tulang, pemeriksaan spesimen
operasi
Staging : hanya untuk tumor ganas tulang
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan atau tindakan
 Terapi : a. Bedah : reseksi tulang, kuretage, cryosurgery
b. Non bedah : -
 Penyulit : 1) Penyakit : nyeri tulang, fraktur patologis
2) Terapi : gangguan pertumbuhan, infeksi, malunion atau
non-union.
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 1 minggu
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Bisa bebas tumor, bisa kambuh
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, jenis histology
1) Tumor jinak tulang
- Osteoma
- Osteobalstoma
- Kondroma

21
- Kondroblastoma
- Adamantinoma
- Fibroma
- Hemangioma
- Limfangioma
- Giant cell tumor
2) Tumor non neoplasma
- Kista tulang
- Fibrous displasia
 Prognosis : Diharapkan baik, tumor hilang atau sembuh kadang-kadang
bisa residif
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring untuk kemungkinan rekurensi.
 Edukasi : Perawatan luka post operasi. Kebersihan badan untuk
mencegah infeksi.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

22
 Diagnosis : TUMOR GANAS TULANG
 Pengertian : Proses keganasan yang terjadi di tulang.
 Kriteria Diagnosis : 1) Keluhan : pembengkakan pada tulang atau daerah
persendian, nyeri tulang, patah tulang patologis
2) Fisik : tumor pada tulang konsistensi keras (osteosarkoma
umumnya pada daerah metafise tulang panjang, Ewing
sarcoma pada tulang pipih atau daerah diafise), berbatas
tegas, atau ada patah tulang patolgis, sering dengan
metastase jauk (paru).
3) Radiology : XC-foto polos tulang : tepi tumor irregular,
destruksi tulang dan periosteal reaction. MRI.
4) Alkali fosfatase meningkat.
 Diagnosis Banding : Tumor jinak, kista tulang, osteomielitis
 Pemeriksaan Penunjang : Diagnosis
1) Radiologi : X-foto tulang, MRI, CT Scan
2) Biopsi : FNA, core biopsy tulang, pemeriksaan spesimen
operasi
Staging : foto thorax, kalau perlu CT Scan, USG Abdomen
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan atau tindakan
 Terapi : a. Bedah : Limb salvage bila memungkinan, reseksi tulang
dan rekonstruksi, amputasi, Metastasektomi
b. Non bedah :
Kemoterapi : sebagai terapi ajuvan atau neoajuvan pada
perencanaan limb slvage. Regimen yang digunakan
adalah kombinasi Vincristine, Doxorubicin,
Cyclophosphamide, Ifosfamide + Uromitexan, Etoposide.
Radioterapi : sebagai terapi paliatif pada tumor yang
besar, unresectable, Karen aosteosarcoma umumnya
bersifat radioresisten.
 Penyulit : 1) Penyakit : nyeri tulang, fraktur patologis, metastase
hematomogen (umunya ke paru)

23
2) Terapi : gangguan pertumbuhan, infeksi tulang, malunion
atau non-union.

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 1 minggu
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Bisa bebas tumor, sembuh
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, menentukan grading,
stadium, terapi ajuvan dan emngetahui prognosis, jenis
histology
1) Osteosarkoma
2) Ewing sarcoma
3) Dll.
 Prognosis : Dubious (tergantung stadium, jenis histopatologi, factor
prognosis dan modalitas terapi yang didapat)
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring rekurensi dan metastase.
 Edukasi : Perawatan luka post operasi dan hygiene serta nutrisi.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

24
 Diagnosis : AMELOBLASTOMA MANDIBULA
 Pengertian : Keganasan odontogenik yang paling sering terjadi, muncul
dari bagian posterior mandibula.
 Kriteria Diagnosis : Benjolan berasal dari tulang mandibula atau maksila (jarang)
tak nyeri, tumbuh pelan (bertahun-tahun), konsistensi keras,
kadang ada fenomena bola pingpong, gigi yang bersangkutan
biasanya tidak teratur.
 Diagnosis Banding : Ossifying fibroma, Kista odontogenik, Giant Cell Tumor
 Pemeriksaan Penunjang : Mandibula : X-foto mandibula AP, Eisler / panoramic
Maksila : X-foto waters + Hap
Adanya gambaran kista multiple/single.
 Konsultasi : Dokter spesialis terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : Reseksi mengikutsertakan tulang sehat 1-2 cm dari batas lesi
+ rekonstruksi.
 Tempat Pelayanan : Minimal rumah sakit kelas – C
Rumah sakit lain yang mempunyai sarana pembedahan
memadai
 Penyulit : Perdarahan, hematom, fistel orokutan, lesi n. Hipoglosus dan
n. Lingualis, infeksi.
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah (K) K & L
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tumor bisa terangkat radikal
 Patologi : Perlu
 Prognosis : Diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Hygiene mulut dan nutrisi yang baik

25
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006
 Diagnosis : TUMOR JINAK PAYUDARA
 Pengertian : Benjolan yang terjadi di payudara, tapi bukan
keganasan
 Kriteria Diagnosis : 1) Fiboadenoma Mamma
Tumor di payudara pada wanita
a. Muda, dibawah umur 30 tahun
b. Tumbuh pelan dalam waktu tahunan
c. Batas tegas
d. Bentuk bulat dan oval
e. Permukaan halus
f. Konsistensi padat elastis
g. Sangat mobile dalam korpus mamma
h. Tumor dapat single atau multiple
Nodus axilla tidak teraba membesar dan tidak ada tanda
metastase jauh
2) Tumor fillodes mamma
Tumor besar pada mamma, > 5 cm dan dapat lebih dari
30 cm.
a. Diameter tumor umumya besar
b. Permukaan berbenjo-benjol
c. Ada bagian yang padat dan kistous
d. Sangat mobile dari dinding dada.
Kulit di atas tumor mengkilat, kadang disertai ulkus
Vena subkutan membesar dan berkelok-kelok (vena
ektasi)
Tidak ada tanda-tanda infiltrasi atau metastase
3) Papiloma intra duktal
a. Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting
susu.
b. Tumor kecil di subareoler
 Diagnosis Banding : 1) Kanker payudara

26
2) Kista payudara
3) Fibrosing adenosis
 Pemeriksaan Penunjang : 1) Epidemiologi : umur, factor resiko
2) Radiologi : USG Mamma / mammografi
3) Sitologi : FNA
4) Patologi : biopsy eksisi, insisi ( frozen section atau
paraffin block )
 Konsultasi : Dokter spesialis terkait
 Perawatan RS : 1) Fibroadenoma mamma : poliklinik kalau perlu MRS
untuk tumor yang multiple atau besar
2) Tumor fillodes dan papiloma intraduktal : MRS
 Terapi : 1) Fibroadenoma mamma : eksisi tumor mamma
2) Tumor fillodes : eksisi tumor atau mastektomi simple
dengan atau tanpa rekonstruksi langsung
3) Papiloma intraduktal : duktektomi
4) Lain – lain tumor jinak : eksisi tumor mamma
 Penyulit : Operasi : perdarahan, hematoma, infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah onkologi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Bisa sembuh
 Patologi : 1) Fibroadenoma
2) Tumor phyllodes
3) Lipoma
 Prognosis : Diharapkan baik, kadang-kadang bisa rekuren terutama FAM
multiple atau tumor fillodes.
 Tindak lanjut : 1) 0 – 1 tahun : tiap 3 bulan
2) > 1 tahun : lepas
 Edukasi : Perawatan luka post operasi. Pemeriksaan payudara
sendiri
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

27
28
 Diagnosis : TUMOR JINAK GENITALIA LAKI DAN TUMOR
NON NEOPLASMA GENITALIA LAKI
 Pengertian : Benjolan abnormal yang terjadi di alat kelamin laki tapi
bukan keganasan
 Kriteria Diagnosis : 1) Keluhan : Benjolan kecil di prostate, testis, penis atau
kulit genitalia.
2) Fisik : tumor kecil, umumnya < 2 cm, berbatas tegas,
padat atau kistous, di prostate (colok dubur), testis,
epididimis, penis atau skrotum.
 Diagnosis Banding : 1) Tumor ganas
2) Hidrokel testis
3) Spermatokel
 Pemeriksaan Penunjang : Diagnosis
1) FNA, biopsy testis, pemeriksaan spesimen operasi
2) Patologi: biopsy eksisi,pemeriksaan spesimen operasi
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat jalan atau rawat inap untuk diagnosis dan atau
tindakan
 Terapi : a. Bedah : Eksisi tumor, TUR
b. Non bedah : -
 Penyulit : 1) Penyakit : -
2) Terapi : perdarahan, infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Onk
Dokter spesialis bedah urologi
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Bisa bebas tumor, sembuh
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, jenis histology
1) Neoplasma
- Prostat : adenoma, fibroma, myoma

29
- Testis dan epididemis : teratoma matur, sertoli sel
tumor, karsinoid, tumor Brenner.
2) Tumor non neoplasma
- Prostat : hyperplasia
- Testis dan epididemis : granuloma, spermatokel,
hidrokel funikuli.
- Penis dan skrotum : kista epidermis, ateroma
 Prognosis : Diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring tanda-tanda rekurensi
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; hygiene sekitar kelamin; nutrisi
untuk menunjang penyembuhan luka.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

30
 Diagnosis : Tumor Ginjal ( Dewasa dan Anak)
 Kriteria Diagnosis :
a. Keluhan : hematuria mikroskopis atau makroskopis, flank tumor dan flank pain,
sindroma paraneoplastik (panas, anemia, hiperkalsemia, gangguan fungsi liver)
dan hipertensi atau tanda- tanda metastase ( paru, tulang, KGB regiopnal)
b. Fisik : Bimanual palpasi kadang - kadang bisa meraba tumor
c. Laboratorium : DL, UL, RFT, LFT, alkali fostatase meningkat
d. Radiologi : IVP, CT Scan abdomen, MRI
 Diagnosis banding : GNA, GNC, NS, pyelonephritis, hidronefrosis, abses
ginjal
 Pemeriksaan penunjang : Laboratorium (DL, UL, LFT, RFT, kultur urine)
Radiologi (USG, IVP, MRI, CT scan)
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
 Terapi :
a. Bedah:
Tumor ganas ginjal : Nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal, kelenjar
adrenal, lemak perinefrik dan fascia gerota dan kelenjar getah bening secara en
block. Pada keadaan tertentu dikerjakan pembedahan yang bersifat nephron-
sparing ( tumor kecil < 4 cm, bilateral tumor, single kidney, insufisisensi renal)
Tumor jinak : Nephrektomi parsial
b. Non bedah:
Tumor ganas ginjal : Kemoterapi (tidak terlalu efektif pada pasien dewasa),
dapat dicoba dengan interleukin 2 atau terapi biologi. Pada anak- anak diberikan
kombinasi actinomycin D dan vincristine
c. Radioterapi : tumor unresectable atau sebagai terapi
ajuvan dari pembedahannya
d. Tumor jinak : aspirasi kista
 Penyulit : Penyakit anemia, hipertensi, gangguan fungsi ginjal,
hiperkalsemia, terapi: perdarahan, infeksi, gangguan fungsi ginjal
 Tenaga standard : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah (K)

31
Onkologi, Dokter Spesialis Bedah Urologi
 Lama perawatan : Operasi minimal 1 minggu
 Masa Pemulihan : 6-9 bulan
 Hasil : 1. Stadium Dini : Diharapkan bebas kanker
: 2. Stadium Lanjut : DFS atau OS diperpanjang
: 3. Stadium sangat lanjut : Tidak sembuh atau paliasi
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, menentukan stadium, terapi
ajuvan dan mengetahui prognosi
1. Tumor ganas :
- Clear cell sarcoma
- Nephroblastoma
- Renal cell carcinoma
2. Tumor jinak :
- Kista ginjal jinak
- Ginjal polikistik
- Kista ginjal hemoragik
- Proses inflamasi seperti pielonefritis dan abses

 Prognosis : Dubious (tergantung stadium dan jenis hispatologi, ada


tidaknya thrombus tumor dalam vena renalis atau vena
cava, modalitas terapi)
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Kontrol sesuai yang dijadwalkan. Minum obat teratur.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

32
 Diagnosis : Sarcoma Jaringan Lunak (SJL)
 Kriteria Diagnosis :
 Keluhan : tergantung dimana tumor tersebit tumbuh. Pada ekstrimitas umumnya
berupa tumor, jarang nyeri, tumbuh progresif, ada tanda – tanda infiltrasi atau
metastase
 Fisik : tumor dengan batas tidak tegas, konsistensi pasat keras atau
campuran (nekrose sentral) dengan infiltrasi ke kulit (eritema atau ulkus) dan
jaringan sekitarnya (otot, saraf, pembuluh darah dan tulang). Jarang disertai
pembesaran KGB
 Radiologi : Foto polos, MRI, CT scan: ada tumor yang mengadakan infiltrasi
dengan jaringan sekitar, kadang- kadang disertai destruksi tulang
 Diagnosis banding : Tumor jinak jaringan lunak, aneurisma
 Pemeriksaan Penunjang : Radiologis : Foto polos, MRI, CT Scan, angiografi atas
indikasi tertentu, USG abdomen dan foto thoraks untuk mencari metastase
Hispatologi: FNA tidak merupakan gold standard karena tidak dapat menentukan grading
tumor. Dianjurkan core biopsy atau biopsy terbuka dengan mempertimbangkan garis
insisinya agar bisa diangkat dengan operasi definitif
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
 Terapi : Dibedakan atas lokasi SJL
 Ekstrimitas : respectable atau unresectable
 Visceral atau retroperitoneal
 Bagian tubuh lain
 SJL dengan metastase jauh
1) Bedah : Ekstrimitas respectable
 SJL < 5 cm dan gradasi rendah : eksisi luas tanpa terapi ajuvan
 SJL > 5 cm dan gradasi rendah : eksisi luas dan radioterapi eksterna
sebagai terapi ajuvan
 SJL > 10 cm dan atau gradasi tinggi : preoperative kemoterapi dan
pascaoperatif disamping brakiterapi atau radioterapi eksterna
33
Pada SJL unresectable diberikan radioterapi preoperative atau neoadjuvant
chemoteraphy sebanyak 3 kali kemudaian dievaluasi, pada visceral atau
retroperitoneal aksisi luas bila perlu sampai dengan nephrectomy atau reseksi
kolon sedangkan pada bagian tubuh lain dilakukan eksisi luas pada SJL
respectable. Pada SJL dengan metastase jauh tumor primer masih respectable
dikerjakan eksisi luas dilanjutkan kemoterapi kombinasi atau bila perlu
metastasektomi
2) Non bedah
Dilakukan kemoterapi kombinasi
 CyVaDIC : Cyclophospamide, Vincristine, Doxorubicin dan
Dacarbazine
 VAC: Vincristine, Doxorubicin, Cyclophospamide, Ifosfamide +
Uromitexan, Doxorubicine, Dacarbazine, Isolated Limb Perfusion
 Radioterapi : eksterna atau brakiterapi
 Penyulit : Penyakit seperti anemia, infeksi, nyeri, gejala yang
disebabkan oleh infiltrasi tumor ke organ sekitar, terapi :
perdarahan, seroma, infeksi, gangguan fungsi motorik
atau organ yang terdekat dengan tumor
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah (K)
Onkologi, Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
 Lama Perawatan : Berkisar anatara 2 – 3 minggu
 Masa Pemulihan : 3 – 9 bulan
 Hasil :
 Stadium Dini : Bisa bebas kanker
 Stadium lanjut : DFS atau OS diperpanjang
 Stadium sangat lanjut : tidak sembuh, paliasi
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, menentukan stadium,
terapi ajuvan unutk mengetahui prognosis
 Prognosis : Dubious (tergantung lokasi SJL, stadium, jenis hispatologi,
modalitas terapi yang diperoleh)
 Tindak lanjut : Evaluasi untuk rekurensi dan metastase jauh
0 – 2 tahun : tiap 3 bulan, foto thoraks tiap 6 bulan
3 – 5 tahun : tiap 6 bulan

34
> 5 tahun : tiap tahun
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; gizi yang baik.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

35
 Diagnosis : Kanker kulit, Melanoma dan Non melanoma (Basal cell
carcinoma : BCC dan Squamosus Cell Carcinoma : SCC)
 Kriteria Diagnosis : Keluhan : kadang andeng andeng yang berubah sifat menjadi
ulkus, atau ulkus yang tidak menyembuh terutama diatas
jaringan parut (marjoline ulcer), pembesaran KGB regional,
lesi premalignant.
Faktor resiko rimayat paparan dengan UV, kulit putih,
rambut pirang, riwayat keluarga, predisposisi genetic,
kadang dijumpai pada penderita AIDS.
Fisik gejala awal melanoma ABCD, A; Asimetris, B; Border
irregulity, C; Color variegation, D; Diameter > 6 mm
Gejala kanker kulit lain : Pembesaran KGB regional, ulkus
rodent, nodul dengan ulkus kehitaman, metastase intransit
 Diagnosis Banding : Nevus pigmentosum, keratosis seboroikum, keratosis senilis,
keratoakantoma, lesi premaligna
 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : LDH untuk melanoma
Radiologis : Foto polos untuk melihat adanya destruksi
tulang, MRI, CT Scan
Histopatologi : Scrapping, biopsy insisi atau eksisi baik
frozen section atau paraffin block untuk melihat jenis
histopatologi level invasinya (Clark and Breslow).
Pemeriksaan IHC dengan S-100, HMB-45 dan MART 1
untuk melanoma maligna
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk diagnosis dan tindakan
 Terapi :
 Bedah :
Melanoma Maligna :
- Eksisi luas dengan free margin ± 2 cm
- Sentinel limph node biopsy: preoperative lymposcitigraphy dan
intraoperative lymphatic mapping pada tumor yang N0
- Elective lymph node dissection kalau diperlukan

36
- Mohs surgery
Non Melanoma (BCC dan SCC)
- Eksisi luas dengan free margin ± ½ sampai dengan 1 cm
- Electrodessication
- Cryosurgery
- Mohs surgery
 Non Bedah
Melanoma maligna
- Terapi biologi : High dose IFN alfa 2-b dan IL-2, terapi monoclonal,
biologic response modifier, BCG
- Raditerapi : higher fractional doses
- Kemoterapi : regimen darth mouth, temozolomide
- Isolated Hyperthermic Limb Perfussion
Non melanoma maligna
- cream 5-FU
- interferon intralesi
- terapi fotodinamik dan radiasi
- kemoterapi sistemik
 Penyulit : Infeksi, perdarahan, seroma, infeksi, edema ekstrimitas, flap
nekrose dll
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah (K)
Onkologi. Dokter Spesialis Bedah Kepala- Leher
 Lama Perawatan : 2 – 4 minggu
 Masa Pemulihan : 6 – 9 bulan
 Hasil :
- Stadium Dini : Bebas kanker
- Stadium Lanjut : DFS atau OS diperpanjang
- Stadium sangat lanjut : tidak sembuh, paliasi
 Patologi : Perlu untuk konfirmasi diagnosis, menentukan stadium, terapi
ajuvan dan mengetahui prognosis
 Prognosis : Dubious (tergantung lokasi, stadium, jenis histopatologi,
modalitas terapi yang diperoleh)
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring rekurensi dan metasatase

37
 Edukasi : Perawatan luka; gizi yang baik; hygiene yang baik.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

38
 Diagnosis : Struma
 Kriteria Diagnosis : Benjolan di leher bagian depan (trigonum colli
anterior), yang ikut bergerak keatas bila penderita menalan
 Struma Non Toksika E04
Penderita eutiroid, tenang, tidak ada gejala hipertiroidi
 Struma Uni Nodusa : Bila terdapat satu nodus dalam
satu lobus
 Struma Multi Nodusa : Bila terdapat dua atau lebih
nodus dalam satu lobus
 Struma Difusa : Bila kedua lobus membesar
difuse
 Struma Toksika atau Hypertiroid E05
Struma umumnya difuse tetapi ada pula noduse
 Terdapat gejala hipertiroid yaitu penderita gelisah, gemetar, nadi cepat,
badan semakin kurus, jantung berdebar, sering berkeringat, sulit tidur,
diare. Tanda pada mata adalah mata melotot (exsophthalmos), tanda
stelwag atau mata jarang berkedip, tanda von greve atau jika melihat ke
bawah kelopak mata atas tidak mengikuti gerakan bola mata, tanda mobius
atau sukar melakukan dan mempertahankan konvergensi mata, tanda
joffroy atau tidak dapat mengerutkan dahi, tanda rosenbach atau tremor
dari kelopak mata jika mata ditutup
 Tidak terdapat gejala hipertiroidi : malas, mudah capek, mengantuk,
tambah gemuk, obstipasi, mata sembab, kulit kering.
 Tiroiditis E06
 Struma granulamatos : melekat dengan jaringan sekitarnya dan
konsistensinya padat
 Struma Hashimoto : struma konsistensi padat keras, menimbulkan
tekanan pada trakea
 Struma riedel : konsistensi keras seperti kayu dan menimbulkan
tekanan pada trakea atau esofagus
 Diagnosis Banding :
 Tumor jinak tiroid

39
 Kanker tiroid
 Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan BMR
 Laboratorium : T3, T4, TSH
 Radiologi : USG leher, X-foto leher, X- foto thoraks, tiroid scan atas indikasi
 Patologi : FNA, Pemeriksaan PA spesimen operasi
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat Inap
 Terapi :
 Bedah :
Operasi, macamnya tergantung proses patologis tiroid
 Struma toksika : tiroidektomi subtotal
 Struma Uninodosa : lobektomi subtotal
 Struma multinodusa : lobektomi atau tiroidektomi
subtotal (tergantung jumlah lobus yang terkena)
 Tiroiditis kronis : ismektomi
 Non Bedah
 Struma difusa non toksika : ekstrak tiroid
 Struma toksika : obat anti tiroid
 Penyulit :
 Penyakit : sesak nafas, suara parau, hipertiroid
 Terapi : Lesi n.rekuren, hematoma, hipoparatiroidi, infeksi, krisis tiroid
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis
Bedah (K)
Onkologi, Dokter Spesialis Bedah (K) Kepala Leher
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Tonjolan tiroid bisa diangkat dan diharapkan eutiroid
 Patologi : Perlu
 Otopsi : Kadang- kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan jika
ada kasus kematian yang tidak jelas
 Prognosis : Diharapkan baik

40
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Kontrol sesuai yang dianjurkan. Minum obat teratur.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Gangren Diabetik


 Kriteria Diagnosis : Secara klinis gangrene diabetic dapat ditandai dengan
kematian jaringan yang terjadi akibat makro dan mikro
angiopati diabetic dan disertai atau tanpa disertai tanda
trauma dan infeksi.
Tanda dan gejala klinis berupa menurut: berat ringannya
lesi, kelainan kaki diabetic dapat dibagi dalam derajat
menurut Wagner (derajat 1 - 5)
Ulkus atau gangrene bersifat tidak nyeri karena neuropati
Tanda insufisiensi vascular karena angiopati
 Diagnosis Banding : Gangren karena PAPO (Penyakit Arteri Perifer Oksklusif)
 Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : DL, BSN
 Mikrobiologi : Kultur Pus dan test kepekaan kuman
 Radiologi : Foto polos ekstrimitas, Doppler USG bila ada indikasi gangguan
vaskular
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk tindakan nekrotomi, debridement,
disertikulasi, amputasi dan regulasi gula darah
 Terapi :
 Bedah : Insisi drainase abses, nekrotomi dan debridement
 Non Bedah : Pengendalian penyakit Diabetes Melitus, obat- obatan
antigregasi trombosit, anti koagulansia. Perawatan local ulkus, infeksi selulitis,
abses dan osteomielitis. Antibiotika sesuai kultur dan test kepekaan kuman,
secara empiris dapat diberi kombinasi golongan Gram (-) dan Gram (+) dabn
anaerob
 Penyulit : Kaki diabetic, gas gangrene, infeksi, sepsis
 Tenaga Standar : Dokter umum untuk perawatan konservatif dan insisi,
41
nekrotomi, serta debridement, Dokter Spesialis Bedah
Umum, Dokter Spesialis Bedah Thoraks Kardiovaskular,
Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular, Dokter Spesialis
Penyakit Dalam
 Lama Perawatan : Minimal 2 minggu
 Masa Pemulihan : Minimal 4 minggu
 Hasil : Bisa sembuh dengan kecacatan atau amputasi atau meninggal
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelek
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Kontrol teratur untuk perawatan luka; nutrisi yang baik;
kontrol ke penyakit dalam untuk diabetesnya
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

42
 Diagnosis : Buerger’s Disease atau Penyakit Arteri Perifer
Oksklusif (PAPO)
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis penyakit arteri perifer oksklusif ditandai
dengan penyempitan dan pembuntuan pembuluh arteri
di ekstrimitas karena proses radang, tromboangitis
obliterans atau penyakit kolagen. Tanda dan gejala klinis
biasanya terjadi pada laki- laki muda yang perokok berat
disertai nyeri pada ekstrimitas bawah menurut stadium
Fontainne (I, II a, II b, III, IV). Pada inspeksi kulit kaki
terdapay hiperpigmentasi kulit, kuku jari kaki menebal, atrofi
otot ekstrimitas bawah, ulserasi atau gangrene pada
ekstrimitas bawah
 Diagnosis Banding : Penyakit arteri oksklusif karena emboli kronik, penyakit
vasospatik, arterio sclerosis obliterans
 Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : DL
 Kardiologi : ECG, Echocardiography
 Radiologi : Arteriografi atau Doppler USG
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Minimal RS kelas C atau rumah sakit lain yang
memiliki sarana pembedahan yang memadai
 Terapi :
 Non Bedah
Berhenti merokok dan memakai obat- obatan vasodilator, antikoagulan
 Bedah
Simpatektomi, nekrotomi, debridement dan amputasi
 Penyulit : Ulserasi atau gangrene yang progresif, infeksi di daerah

43
ulkus dan sepsis
 Tenaga Standar : Dokter Umum untuk terapi konservatif, Dokter
Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah
Thoraks Kardiovaskular, Dokter Spesialis Bedah (K)
Vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa sembuh dengan kecacatan atau amputasi
 Patologi : Spesimen diambil dari lesi atau ganglion simpatikus
 Prognosis : Bisa sembuh dengan cacat, dubious atau jelek
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; rehabilitasi medic.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

44
 Diagnosis : Emboli Arteri Akut
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis emboli arteri akut merupakan
tersumbatnya
aliran darah arterial oleh embolous atau gumpalan darah
yang mengikuti aliran darah, tanda dan gejala klinisnya
berupa sindroma iskemik secara mendadak pada ekstrimitas
yaitu 5P : Pain, Parestesia, Paralysis, Pulselessnes, Pallor
 Diagnosis Banding : Trombosis Vena Akut
 Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : DL, Studi hemostasis, LFT, RFT, Saturasi O² pada arteri
perifer
 Kardiologi : ECG dan ekhokardiografi
 Radiologi : Doppler USG atau arteriografi
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi dan pembedahan
 Terapi :
 Non Bedah : Obat- obatan antikoagulan, trombolitik dan penanganan
terhadap sumber emboli, seperti arterial fibrilasi, aneurisma aorta abdominalis
 Bedah : Embolektomy dengan kateter fogarty
 Penyulit : Nekrosis, emboli berulang, infeksi, perdarahan luka operasi
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah
Thoraks Kardiovaskular, Dokter Spesialis Jantung dan
Pembuluh Darah, Dokter Spesialis Bedah (K)Vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan
 Prognosis : Diharapkan baik, bila terjadinya kurang dari 8 jam dan segera

45
diterapi akan tetapi jika terjadinya lebih dari 8 jam dan tidak
dengan segera diterapi serta terjadi iskemik yang
berkelanjutan maka dapat menimbulkan terjadinya amputasi
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control ke spesialis terkait.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006
 Diagnosis : Deep Vein Thrombosis (DVT)
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis DVT merupakan pembuntuan aliran
darah vena
dalam pada ekstrimitas bawah dan hal ini disebabkan adanya
thrombus yang menyumbat
Tanda dan gejala klinis berupa : nyeri tekan pada betis, pada
pemeriksaan terdapat Homan’s sign yaitu nyeri pada otot-
otot betis bila kaki dorso fleksi, pitting edema atau bengkak
yang luas dan kemerahan disertai peningkatan suhu tubuh
bila disertai infeksi, phlegmasis alba dolens atau pucat.
Kemudian disusul dengan phlegmasia cerule dolens (blue leg
= sianosis) disertai gangguan sensoris dan motoris bila telah
terjadi penekanan pada system arterial
 Diagnosis Banding : Selulitis, miositis, osteomielitis, fraktur dengan sindroma
kompartemen
 Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : DL, studi koagulasi, hitung trombosit, PTT, APTT
 Pletismografi bila ada fasilitas
 Radiologi : Doppler USG, venografi, plebografi
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi dan tindakan
 Terapi :
 Non Bedah
Tirah baring dengan kaki elevasi 8 – 10 inchi. Tungkai dibalut dengan bebat
elastis dan diberi krim antiplogestikum aeperti zinkzalf, obat antikoagulan dan
trombolitik

46
 Bedah
Thrombektomi dengan kateter fogarty dengan indikasi thrombus di vena besar dan
dalam dan waktu kurang dari 72 jam yang disertai rasa nyeri
 Penyulit : Phlebitis, infeksi, sepsis, gangrene, emboli paru
 Tenaga Standar : Dokter umum untuk perawatan konservatif, Dokter
Spesialis
Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah Thoraks
Kardiovaskular, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh
Darah, Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular, Dokter Spesialis
Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Hematologi
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 3 bulan
 Hasil : Bisa sembuh tidak sempurna atau meninggal bila terjadi
emboli paru
 Prognosis : Diharapkan baik, dubious atau jelek
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; minum obat teratur;
control
spesialis terkait.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

47
 Diagnosis : Varices Tungkai
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis varises tungkai merupakan pelebaran,
pemanjangan dan berkelok- kelok pembuluh balik vena
pada ekstrimitas bawah. Tanda dan gejala klinis sesuai
stadium klinik (I - IV) berupa keluhan tak khas (I),
pelebaran vena (II), varices tampak jelas atau massif (III),
ulkus atau gangrene (IV), tes klinik: perthes, tredelenburg
 Diagnosis Banding : Sindroma insufisiensi vena kronik
 Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium : pemeriksaan darah untuk persiapan operasi
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk tindakan (stadium III, IV)
 Terapi :
 Non bedah : Terapi sclerosis dan bebat elastic (stadium I, II) dan obat
phlebothropik
 Bedah : Striping, eksisi, ekstraksi, ligasi venakomunikan untuk
stadium III dan IV, eksisi ulkus, transplantasi kulit untuk
stadium IV
 Penyulit : Ulkus varicosum, nyeri, trombofeblitis, infeksi, sepsis
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis
Bedah
Thoraks Kardiovaskular, Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

48
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious
 Tindak lanjut : Evaluasi dan Monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control teratur termasuk
ke
spesialis terkait.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Hemoroid (interna dan eksterna)


 Kriteria Diagnosis : Keluar darah segar saat BAB terutama saat feses akan
keluar
dan saat keluar, keluar benjolan lewat anus yang dapat masuk
atau tidak dapat masuk, rasa nyeri pada dubur, kadang terasa
gatal pada dubur
 Diagnosis Banding : Karsinoma rekti, polip rekti, prolaps rekti, peradangan
anorektal (proktitis)
 Pemeriksaan Penunjang : Proktoskopi dan colok dubur
 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan
 Perawatan RS : Rawat inap
 Terapi : Stadium I dan II tanpa atau dengan perdarahan : rawat jalan,
medikamentosa, pengaturan diet, skleroterapi, lgasi rubber
band, Stadium III dan IV : MRS, ligasi rubber band, operasi
hemoroidektomy
 Penyulit : Perdarahan, anemia grafis dan infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis
Bedah
Digestive, Dokter Spesialis Bedah (K) Vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
49
 Hasil : Bisa sembuh atau kambuh
 Patologi : Diperlukan
 Prognosis : Diharapkan baik, bisa kambuh
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Hygiene post operasi; makan banyak serat.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Varicocele Scrotum


 Kriteria Diagnosis : Pelebaran, pemanjangan dan berkelok- keloknya vena
di
scrotum
 Diagnosis Banding : Hidrokele funikuli
 Pemeriksaan Penunjang : Analisa sperma (usia produktif)
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait bila diperlukan
 Perawatan RS : Rawat Inap
 Terapi : Eksisi varicocele, ligasi tinggi, palomo prosedure
 Penyulit : Hematoma, infeksi, trauma arteria spermatika
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum, Dokter spesialis bedah
urologi,
Dokter spesialis bedah vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Benjolan bisa tetap ada belum tentu hilang (ada operasi
palomo)
 Prognosis : Diharapkan fertilitas membaik atau tidak berubah

50
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Kerja ringan sementara sampai sembuh total.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Pneumothoraks
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis pneumothoraks merupakan suatu
keadaandimana
terdapat udara di dalam rongga pleura dan mengakibatkan
paru menjadi kolaps yang disebabkan karena trauma atau
penyakit. Tanda dan gejala klinis berupa sesak nafas, pada
inspeksi dijumpai gerakan hemithoraks berkurang tau
menurun, pada perkusi hipersonor, pada auskultasi suara
nafas berkurang atau menurun, pada foto polos thoraks ada
bayangan udara bebas pada hemithoraks yang bersangkutan
dan paru tampak kolaps. Pada keadaan tension ditandai
dengan trachea terdorong kontra lateral, bendungan vena di
leher, CVP meningkat, hemithoraks yang terkena lebih
cembung
 Diagnosis Banding :-
 Pemeriksaan Penunjang :

51
 Laboratorium : DL, BTA sputum
 Radiologi : Foto polos thoraks
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi atau tindakan
 Terapi :
 Non bedah : Oksigenasi, fifioterapi nafas dan obat- obatan
 Bedah : Jarum kontraventil atau jarum terbuka dilanjutkan dengan
pipa drainase atau WSD untuk kasus tension pneumothoraks, punksi bila paru
kolaps mencapai < 30%, pipa torakostomi dengan continuous suction, bila
pneumothoraks terbuka maka luka ditutup atau dijahit dan pasang pipa thoraks,
torakotomi apabila paru kolaps persisten dan terdapat fistula bronkho pleural
 Penyulit : Empisema subkutis, pneumonia, shunting, atelektasis,
infeksi
 Tenaga Standar : Dokter Umum (pertolongan pertama untuk pasang
WSD),
Dokter Spesialis Paru untuk kasus non trauma, Dokter
Spesialis Bedah Umum, Dokter Spesialis Bedah Thoraks
Kardiovaskular, Dokter Spesialis Bedah (K) Thoraks
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan seperti Schwarte,
fibrosis paru
 Patologi : Perlu untuk diagnosis
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelek
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis.
 Edukasi : Kontrol sesuai jadwal; konsultasi ke spesialis paru.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

52
 Diagnosis : KISTA ODONTOGENIK
 Kriteria Diagnosis :Benjolan pada mandibula atau maksila, tidak nyeri, adanya
gangren radiks atau gigi yang tidak tumbuh. X foto nampak
gambaran kista single
 Diagnosis Banding : Kista radikuler
Kista folikuler
 Pemeriksaan Penunjang :Letak dimandibula: X foto mandibula AP/ Eisler, atau
panoramic
Letak di maksila: X foto waters/ Hap
 Konsultasi : Dokter spesialis terkait ( bila diperlukan)
 Perawatan RS : Rawat Inap
 Terapi : Ekskokleasi (kuretase & ekstraksi gigi yang terlibat)

53
 Penyulit : Infeksi
Hematoma
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) KL
Dokter Bedah Spesialis (K) Onk
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
 Masa Pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Kista bisa terangkat bersih
 Patologi : Perlu
 Prognosis : diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Hygiene mulut; nutrisi lembek bergizi.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah Umum
Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : APENDISITIS
Dapat berupa :
Apendisitis akut
Periapendikuler Infiltrat
Periapendikuler abses
Apendisitis perforate yang disertai peritonitis local
atau Peritonitis umum
 Kriteria Diagnosis : Klinis
Nyeri di titik McBurney dapat disertai defance
musculare
Panas badan meningkat, kadang disertai muntah
Masa (-), pada periapendikuler infiltrate teraba masa
yang nyeri tekan pada perut kanan bawah, defens
muskuler (+)
Nyeri tekan (+), colok dubur nyeri jam 09.00-11.00
Beda temperature rectal dengan axiler lebih dari 1o d
 Diagnosis Banding : Divertikulitis, limpadenitis
Keradangan organ kandungan, torsio kista ovarium
54
KET, torsio testis kanan
Gastroentritis – colitis
 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium rutin, USG abdomen

 Konsultasi : Dokter Spesialis lain yang terkait bila diperlukan

 Perawatan RS : Rawat inap

 Terapi : Apendisitis kronis : direncanakan apendektomi


elektif
Apendisitis akut : direncanakan apendektomi segera
Periapendikuler abses : insisi, drainase
Periapendikuler infiltrate : pertama dirawat
konservatif, medikamentosa yang adukuwat, bila
masa mengecil ukuran < 3 cm atau menghilang,
dilakukan incise paramedian
Apendisitis perforate disertai tanda-tanda peritonitis
local : dilakukan apendektomi dengan incise gradion
atau paramedian.
Bila ditemukan tanda-tanda peritonitis umum
dilakukan laparatomi dengan incise median
 Penyulit : Periapendikuler abses/ infiltrate
Perforasi terjadi peritonitis, infeksi/ sepsis
Periapendikuler infiltrate
Perlengketan (ileus obstruktif)
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari
 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu
 Hasil : Bisa sembuh
 Prognosis : Diharapkan baik
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring klinis
 Edukasi : Perawatan luka post operasi; makan makanan bergizi
tinggi serat; kerja ringan sampai luka sembuh.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

55
 Diagnosis : HERNIA INGUINALIS LATERALIS /
2 MEDIALIS

 Kriteria Diagnosis : Benjolan pada lipat paha, dapat keluar masuk.


3 Dapat berupa hernia inguinalis lataralis, hernia
inguinalis medialis (diatas lig. Inguinale), hernia
femorilas (dibawah lig. Inguinale)
Klinis dapat reponibilis, ireponibilis, incarserata
 Diagnosis Banding : Hidrokele, verikokel, Andesensus testis, Limfa
4 denopati inguinalis

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium rutin


5

 Konsultasi : Dokter Spesialis lain bila diperlukan


6

 Perawatan RS : Rawat inap / rawat jalan


7

56
 Terapi : Operasi segera bila inkarserata
8 Operasi terencana untuk hernia reponibilis dan
ireponibilis
Hernioraphy menurut bassini/ shouldice atau lebih
baik dengan memakai prolene Mesh (Lichtenstein)
 Penyulit : Perdarahan, hematoma, infeksi
1 Untuk inkarserata: nekrosis usus, sepsis, residif

 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum


1 Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif

 Lama Perawatan : Minimal 2 hari


1

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu


1

 Hasil : Bisa sembuh


1

 Prognosis : Diharapkan membaik


1

 Tindak lanjut Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; kerja ringan sampai


luka sembuh; makanan berserat agar BAB lancar

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : FISTULA PERIANAL

 Kriteria Diagnosis : Dimulai dengan radang septic, timbulnya abses dan


fistula
 Diagnosis Banding : Radang spesifik (TBC)
Penyakit Inflamatory Bowel Desiase
 Pemeriksaan Penunjang : Hydradenitis supurativa
Sinus pilonidalis
Keganasan kolon rectum
 Konsultasi : Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif

 Perawatan RS : Rawat inap untuk persiapan operasi dan terapi

57
 Terapi : Fistulotomi dan fistulektomi
Seton untuk kasus fistel yang kompleks
 Penyulit : Incontinensi alvi, infeksi

 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum


Dokter Spesialis Bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu

 Hasil : Bisa sembuh

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka; makanan lembek banyak serat.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum

 Diagnosis : PERITONITIS UMUM


2 Keradangan peritoneum dapat karena kuman (septic)
misalnya pada apendisitis perforata, perforasi usus
akibat tipus abdominalis.
Sedang peritonitis kimiawi misalnya perforasi
lambung prankreatitis.
 Kriteria Diagnosis : Nyeri tekan perut pada seluruh lapangan perut
3 (defance muscular)
Riwayat trauma, riwayat infeksi
Pengukuran temperature rektal dan temperature
aksilar dengan selisih lebih 1 derajat C
 Diagnosis Banding : Prankeatitis
4 Peritonitis septic
Peritonitis kimiawi
 Pemeriksaan Penunjang : DPL, fotopolos abdomen berbaring/diafragma
5

 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terakait bila diperlukan


6

58
 Perawatan RS : Rawat inap
7

 Terapi Bedah : Operasi segera (cito)


8

 Penyulit : Shock, sepsis, perlengketan usus


1

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


1 Dokter spesialis bedah (K) Digestif

 Lama Perawatan : Minimal 7 hari


1

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu


1

 Hasil : Bisa sembuh


1

 Prognosis : Diharapkan baik atau jelek


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; Segera berobat bila ada


gejala dini.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : KHOLELITIASIS
Kelainan ini dapat disertai keradangan kronis atau
akut (kholelitiasis kronis/ kholelitiasis akut)
 Kriteria Diagnosis : Kolik perut kanan atas, kadang menjalar ke belakang
dapat disertai radang akut kkolesisistitis atau
penyumbatan-kholestasis
Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada
hipokondriumkanan, terdapat tanda peritonitis local
defans muscular (+), pertanda Murphy’s positif
 Diagnosis Banding : Proses keradangan pada organ-organ di daerah
hipokondrium, hepatitis, abses hepar, pankreatitis,
kholangitis, ulkus peptikum
 Pemeriksaan Penunjang : Foto polos perut

59
 Konsultasi : Dokter Spesialis terkait, bila diperlukan

 Perawatan RS : Rawat inap

 Terapi : Kholelitiasis disertai gejala direncanakan


kholesistektomi secara elektif
Kholelitiasis disertai radang akut, sebelum ada
perlekatan (infiltrate) dapat dibedah
Bila sudah ada masa diberi antibiotika sampai
radang akut reda, baru dilakukan kholesistektomi
Catatan : bagi yang mampu dan mempunyai
pengalamandapat dilakukan sito kholesistektomi
 Penyulit : Infeksi, perdarahan, cedera duktus koledukus

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 3 Hari

 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu

 Hasil : Bisa sembuh

 Patologi : Diperlukan

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka. Kontrol teratur.

 Kepustakan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Keloid
2

 Kriteria Diagnosis : Suatu penyakit tumor junak pada kulit yang


3 disebbakan oleh akumulasi kolagen pada jaringan
ikat kendor saat penyembuhan luka.
 Diagnosis Banding : -
4

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Hb; hematokrit; elektrolit darah


5

 Konsultasi : -
6

 Perawatan RS : Rawat jalan bila dilakukan dengan local anastesi

60
7 Rawat inap atas indikasi ko-morbiditas lain

 Terapi : Eksisi
8

 Penyulit : Perdarahan
1 Injeksi

 Tenaga Standar : Dokter umum


1 Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah plastic
 Lama Perawatan : Tergantung derajat parah luka baker
1

 Masa pemulihan : -
1

 Hasil : Bisa terjadi jaringan keloid tereksisi


1

 Prognosis : Diharapkan baik atau residif


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Jelaskan pada pasien bawa dia punya bakat untuk


terjadi keloid; beri tahu dokter bedah yang merawat.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : KONTRAKTUR

 Kriteria Diagnosis : Memendeknya jarak antara dua titik pada permukaan


tubuh akibat proses kontraksi pada penyembuhan
luka.
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : Foto roentgen bila dicurigai ada kerusakan/kelainan


sendi.
 Konsultasi : Bila perlu kepada Dokter spesialis bedah

61
 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi : Release kontraktur dan graf/flap

 Penyulit : Perdarahan, Necrosis graft/flap


Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Plastik
Dokter Spesialis Bedah Orthopedi\
Dokter Spesialis Bedah (K) kepala leher untuk
daerah KL
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

 Masa pemulihan : Minimal 3 minggu

 Hasil : Bisa terjadi pemendekan dan berhasil dikendalikan

 Prognosis : Diharapkan baik atau timbul kecacatan

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perlu latihan untuk menyesuaikan dengan kondisi


tubuh setelah operasi.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : PIONEPHROSIS

 Kriteria Diagnosis : Fase akhir dari obstruktif dan infeksi yang parah
pada ginjal
Ginjal tak berfungsi dan penuh berisi nanah
Bulging dan nyeri ketok pada daerah Flank sisi yang
sakit
Kadang disertai demam (tanda UTI positif)
USG positif
 Diagnosis Banding : Hidronephrosis,
Pyelonephrosis,
Tumor
 Pemeriksaan Penunjang : Lab urine dan darah
Foto BNO, IVP
USG, renogram

62
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)

 Perawatan RS : Rawat inap, segera

 Terapi : Nefrostomi
Nefrectomi bila tidak berfungsi
Antibiotika, analgetika
 Penyulit : Urosepsis, infeksi

 Tenaga Standar : Dokter spesialis Bedah Umum


Dokter Spesialis Urologi
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu

 Hasil : Nanah bisa hilang atau ginjal terangkat

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious

 Tindak lanjut : Evaluasi monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control fungsi ginjal


berkala.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : BATU SALURAN KEMIH

 Kriteria Diagnosis : Batu saluran atas : keluhan kolik menjalar ke perut,


inguinal sampai genetalia eksternal, nyeri pinggang
(+)
Batu saluran bawah : iritasi saluran kencing, disuria,
penis ditarik-tarik (anak kecil)
Nyeri ketok pada pinggang atau adanya massa pada
pinggang
 Diagnosis Banding : Infeksi saluran kemih, tumor traptus urogenitalis

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium


Foto polos abdomen
IVP
 Konsultasi : Dokter Spesialis terkait (bila diperlukan)

 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi
a. Non bedah : Endurologi
Medikamentosa untuk batu diameter kurang dari ½

63
cm.
b. Bedah : Operasi terbuka

 Penyulit : Gagal ginjal, urosepsis

 Tenaga Standar : Dokter umum untuk Medikamentosa


Dokter Spesialis Bedah Umum untuk pyelototomi,
uretrolitotomi, sectio alta dan uretrolitotomi
Dokter Spesialis Bedah Urologi untuk
Nephrolitotomi, pyelolitotomi, uretrolitotomi, dan
endourologi
 Lama Perawatan : Tergantung jenis tindakan, minimal 3 hari

 Masa pemulihan : Tergantung jenis tindakan, minimal 7 hari

 Hasil : Aliran kencing lancer, rasa sakit hilang

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau resitif

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Test untuk mengetahui batu jenis apa, untuk


pengaturan diet selanjutnya.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

64
 Diagnosis : HIDROKEL TESTIS / FUNIKULI

 Kriteria Diagnosis : Benjolan daerah inguinal atau skrotum


Transilumainasi (+)
 Diagnosis Banding : Hernia inguinalis lateralis, tumor inguinalis / testis

 Pemeriksaan Penunjang : Transiluminasi

 Konsultasi : Dokter Spesialis yang terkait ( bila diperlukan)

 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi
a. Non bedah : Anak : umur kurang 2 tahun, observasi
b. Bedah : Anak : ligasi tinggi pada anak umur lebih 2 tahun
Dewasa : hidrokelektomi, marsupialisasi
 Penyulit : Perdarahan, hematoma

 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum


Dokter Spesialis Bedah Urologi
Dokter Spesialis Bedah (K) Bedah Anak
 Lama Perawatan : Minimal 2 hari

 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu

 Hasil : Benjolan bisa hilang

65
 Patologi : Untuk dewasa

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : HIPERTROFI PROSTAT BENIGNA ( BPH)


2

 Kriteria Diagnosis : Adanya retensio urine menahun


3 Adanya gejala prostatisme,
Tanda - tanda rest urine
Tanda – tanda UTI
Colok dubur terasa pembesaran prostate
 Diagnosis Banding : Progtatitis
4 Carcinoma prostate

 Pemeriksaan Penunjang : Lab darah dan urine


5 IVP : Filling defect
Gambaran ureter distal : hocky stick phenomena
Cytogram
USG transrectal
 Konsultasi : Dokter Spesialis terkait, (bila diperlukan)
6

 Perawatan RS : Rawat inap


7

 Terapi
8 a. Non bedah : Medikamentosa (alfablocker dan anti androgen)
Sementara pemasangan kateter
b. Bedah : Operasi terbuka (prostatektomi)
TUR-P
Laser
 Penyulit : Infeksi, perdarahan, inkontinensia post operatif,
1 striktura urethra post operatif.

 Tenaga Standar : Dokter umum untuk non bedah


Dokter spesialis bedah umum untuk operasi terbuka
66
1 Dokter spesialis urologi untuk TUR – P, laser dan
operasi terbuka
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
1

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu


1
 Hasil : Kencing bias lancer atau inkontinen
1
 Patologi : Perlu
1

 Prognosis : Diharapkan baik bila jinak


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Kontrol berkala.

 Diagnosis : TORSIO TESTIS


2

 Kriteria Diagnosis : Testis terletak lebih tinggi


3 Sumbu testis melintang
Nyeri (+)
 Diagnosis Banding : Orchitis
4 Orchiofuniculitis

 Pemeriksaan Penunjang : USG Doppler bila tersedia


5

 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait ( bila diperlukan )


6

 Perawatan RS : Rawat inap


7

 Terapi :
8 Non Bedah : Orchidopeksi, bila masih viable
Orchidectomi, bila nekrosis
Orchidopeksi sisi yang lain
 Penyulit : Nekrose, infeksi
1

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


1 Dokter spesialis urologi

67
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
1

 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu


1

 Hasil : Putaran testis bias tereposisi dan terfiksasi


1 Testis tinggal satu
Testis sisi yang lain terfiksasi
 Patologi : Perlu bila orchidectomi
1

 Prognosis : Diharapkan baik atau testis nekrosis


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; kerja ringan sampai


sembuh betul.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : SUMBING BIBIR (LABIOSHISIS)

 Kriteria Diagnosis : Kelainan bawaan


Bibir atas tidak menyatu
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : -

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


Dokter gigi
Dokter spesialis anak
 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi : Labioplasti

 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
Parut luka tidak baik
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah plastic
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

68
 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu

 Hasil : Bibir atas bias menyatu, dengan garis bibir yang


tepat.
 Prognosis : Diharapkan baik atau cacat bila terlambat

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kebersihan mulut post operasi;

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : CELAH LANGIT-LANGIT (PALATOSHISIS)

 Kriteria Diagnosis : Kelainan bawaan


Terdapat celah pada langit-langit
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : -

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


Dokter gigi
Dokter spesialis anak
 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi :
a. Non bedah : Epeech therapy, perbaikan gigi
b. Bedah : Palatorafi
 Penyulit : Perdarahan
Infeksi
Suara sengau
Mal oclusi gigi
Fistula orosonal
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah plastik
 Lama Perawatan : Minimal 10 hari

 Masa pemulihan : Minimal 3 minggu

69
 Hasil : Celah langit-langit terkoreksi atau gagal.

 Prognosis : Diharapkan baik atau residif

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Hygiene mulut; makan makanan lunak sampai luka


sembuh.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : STENOSIS PILORIK HIPERTROFIK

 Kriteria Diagnosis : Gejala :


Muntah proyektil, mulai pada umur 3 minggu – 2
bulan.
Muntah tidak pernah berwarna hijau.
Tanda :
Teraba “tumor” di hipokondrium kanan atau di
daerah apegastrium ( olive )
Tampak gelombang peristalisis lambung di abdomen
dari kiri atas ke kanan bawah
 Diagnosis Banding : Spasme pylorus
Refluks gastro-esofagus
 Pemeriksaan Penunjang : Konfirmasi diagnosis jika tiumor tidak teraba :
1. Ultrasound : Tebal otot pylorus > 4 mm
Panjang kanal pylorus >17
mm
2. Foto barium meal : string sign, shoulder sign
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan )

 Perawatan RS : Rawat inap

 Terapi : Piloromiotoi (prosedur Fredet-Ramsted)

 Penyulit : Perforasi mukosa pylorus, paling sering di pyloro


duodenal junction
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) bedah anak
 Lama Perawatan : Minimal 3 – 4 hari

 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu tergantung kondisi anak

70
 Hasil : Bisa sembuh dengan follow up.

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


 Edukasi : Kontrol ke dokter spesialis anak; makan lunak

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : HERNIA INGUINAL

 Kriteria Diagnosis : Benjolan lipat paha, bias sampai scrotum yang dapat
keluar (bila mengejan) – masuk bila tidur, silk sign,
transiluminasi negative, terdengar bising usus. Dapat
satu sisi dua sisi, sisi kanan lebih sering
dibandingkan sisi kiri.
USG didapatkan prosesus vaginalis peritonei terbuka
( kantong hernia )
 Diagnosis Banding : Hidrokele

 Pemeriksaan Penunjang : Transiluminasi USG

 Konsultasi : Dokter terkait

 Perawatan RS : Perlu

 Terapi : Operasi ligasi tinggi

 Tempat Pelayanan : RS dengan fasilitas pembedahan anak

 Penyulit : Hematom, infeksi dan lesi funikulus spermatikus

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


Dokter spesialis bedah anak
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari bila tidak ada penyulit

 Masa pemulihan : Minimal 3 minggu bila tidak ada penyulit

 Hasil : Bisa sembuh

 Prognosis : Diharapkan baik selama tidak ada penyulit

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; kerja ringan sementara

71
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Basis Kranii Tulang tengkorak


 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma di kepala disertai salah satu tanda :
keluar darah atau likuor dari hidung atau telinga,
brill hematoma, battle sign, lesi saraf cranial
 Diagnosis Banding : Fraktur tulang hidung atau frakstur tulang wajah
Trauma pada kelopak atau mata
 Pemeriksaan Penunjang : CT scan kepala, kontras

 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan

 Perawatan RS : Segera rawat inap di ICU

 Terapi :
Non bedah Istirahat di tempat, tidur, symphtomatis, antibiotika,
perawatan kebersihan lubang hidung dan telinga
Bedah Bila kebocoran likuor deras atau indikasi lain
 Penyulit : Meningitis, infeksi
Lesi saraf cranial
Fistula karotiko - cafernosa
 Tenaga Standar : Dokter Spesialis Bedah Umum
Dokter Spesialis Bedah Saraf
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu

 Hasil : Tidak ada kebocoran likuor


Tidak ada meningitis
 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka; control teratur; control spesialis


terkait.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

72
 Diagnosis : Fraktur Nasal

 Kriteria Diagnosis : Trauma daerah hidung yang mengakibatkan


diskontinuitas tulang hidung, ditandai dengan
adanya deformitas hidung, edema, dan epistaksis
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : X- Photo Nasal

 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait bila diperlukan

 Perawatan RS : Rawat inap segera untuk observasi tindakan

 Terapi : Reposisi segera, pasang tampon hidung dan gips


kupu kupu
Tampon hidung dilepas hari ketiga atau keempat,
gips kupu kupu dilepas hari ke 21
 Penyulit : Perdarahan, malunion, infeksi

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


Dokter spesialis bedah kepala leher
Dokter spesialis bedah plastic rekonstruksi
 Lama Perawatan : Minimal 4 hari

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu

 Hasil : Tulang hidung union, tidak ada deformitas

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kontrol dokter THT


 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Maksila

 Kriteria Diagnosis : Trauma di daerah maksila yang mengakibatkan

73
diskontinuitas tulang maksila, ditandai dengan
adanya maloklusi dan floating maksila. Bisa disertai
edema, nyeri, hematoma periorbital, rinore
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : X- Photo Waters


Le Fort I: Garis fraktur tranversal bawah
Le fort II: Garis fraktur pyramidal
Le Fort III: Garis fraktur transversal atas
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait bila diperlukan

 Perawatan RS : Rawat inap, segera untuk observasi dan tindakan

 Terapi : Suspensi fronto circum frensial, archbar, plating


yang dikerjakan sebelum 7 hari dari trauma
Archbar bawah dilepas hari ke 30
Archbar atas dan suspense dilepas hari ke 60
 Penyulit : Mal union
Non union, Osteomyelitis, kekakuan sendi temporo
mandibular
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah kepala leher
Dokter spesialis plastic rekonstruksi
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

 Masa pemulihan : Minimal 8 minggu

 Hasil : Tulang maksila union, tidak ada mal oklusi

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control dokter THT

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Zygoma

 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma di daerah zygoma yang


menyebabkan diskontinuitas tul;ang zygoma yang
ditandai dengan adanya deformitas dan nyeri tekan.
Bisa disertai dengan hematoma peri orbital, diplopia,

74
parastesia infra orbital, edema, enoktalmus atau
eksotalmus
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : X- Photo Waters, Nampak garis fraktur yang


biasanya pada tiga tempat yaitu margo inferior
orbital, silier, dan arkus zygomatikus
 Konsultasi : Dokter spesialis yang terkait bila diperlukan

 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi dan tindakan

 Terapi :
Non bedah Bila tidak ada indikasi operasi (deformitas, diplopia,
parestesia infra orbital) cukup observasi dan obat
analgesic
Bedah Bila ada indikasi operasi
- Reposisi gillies (bila fraktur stabil)
- Reposisi dan fiksasi dengan introseus wiring
atau plating (bila fraktur tidak stabil)
 Penyulit : Kelainan : gangguan visus atau trauma okuli
Penyembuhan tulang : mal union, non union,
osteomielitis
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum, Dokter spesialis
bedah KL, Dokter spesialis bedah plastic dan
rekostruksi
 Lama Perawatan : Minimal 4 hari

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu

 Hasil : Tulang zygoma union tidak ada deformitas


 Prognosis : Diharapkan baik bila tanpa penyulit

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control dokter THT

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Mandibula

 Kriteria Diagnosis : Trauma pada mandibula yang mengakibatkan


diskontinuitas tulang mandibula yang ditandai
adanya mal oklusi dan folls movement, bias disertai
dengan edema dan nyeri tekan
 Diagnosis Banding : -

75
 Pemeriksaan Penunjang : X- Photo mandibula AP + Lat + Eislr, panoramic

 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila perlu

 Perawatan RS : Rawat inap

 Terapi : Interosseus wiring, archbar, plating (dikerjakan


sebelum 14 hari dari trauma), archbar dilepas hari ke
30
 Penyulit : Mal union, non union, osteomielitis, kekakuan sendi,
temporo mandibula
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah, Dokter spesialis bedah KL,
Dokter spesialis bedah plastic dan rekostruksi
 Lama Perawatan : Minimal 4 hari

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu

 Hasil : Tulang mandibula union, tidak ada mal oklusi

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control dokter THT

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Dislokasi siku


2

 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma


3 Deformitas atau asimetri
Limitasi gerakan sendi
 Diagnosis Banding : Ff. Dislokasio epicondiler humerii, caput column
4 radii atau akonius olecranon

 Pemeriksaan Penunjang : Photo polos siku AP/Lateral


5

 Konsultasi : Dokter spesialis lain bila diperlukan


6

 Perawatan RS : Rawat inap

76
7

 Terapi :
8 Non bedah Reposisi dengan pembiusan
Imobilisasi dengan posisi fleksi
Bedah Operasi bila reposisi gagal

 Penyulit : Lesi N.Ulnaris, N.Medianus


1 Lesi vascular
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum untuk tindakan non
1 bedah
Dokter spesialis bedah orthopedi untuk tindakan
pembedahan
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
1

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu


1

 Hasil : Bisa tereposisi dengan baik


1

 Prognosis : Diharapkan baik atau bias terjadi kaput sendi


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Perawatan luka post operasi; control dokter bedah


tulang.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : CIDERA KEPALA RINGAN (COMMOTIO


2 CEREBRI)

 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma di kepala


3 Kehilangan kesadaran kurang 15 menit
GCS 14-15
Lateralisasi (-)
 Diagnosis Banding : Cidera kepala sedang
4 CVA – TIA
Mabuk

77
 Pemeriksaan Penunjang : Foto Ro cervical dan foto Ro kepala AP/Lat, bila
5 diperlukan.

 Konsultasi : Dokter spesialis lain yang terkait bila diperlukan


6

 Perawatan RS : Rawat jalan


7 Rawat inap bila :
GCS menurun
Muntah, nyeri kepala dan vertigo bertambah berat
 Terapi : Istrirahat di tempat ridur
8 Obs. Fungsi vital dan neurologis
Obat simptomatis - supportif
 Tenaga Standar : Dokter umum
1 Dokter spesialisi saraf
Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah saraf
 Lama Perawatan : Minimal 2 hari
1

 Masa pemulihan : Minimal 1 minggu


1

 Hasil : GCS membaik


1

 Prognosis : Diharapkan baik


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Istirahat beberapa hari; control dokter syaraf.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : LUKA TUSUK DINDING TORAKS


2

 Kriteria Diagnosis : Secara klinis luka tususk diinding thoraks berupa


3 luka tembus dinding toraks dan bias melukai organ
di dalam rongga thoraks atau rongga abdomen.

78
Tnda dan gejala klinis berupa :
Jejas, luka tususk dinding toraks dan daerah
abdomen bagian atas.
Gejala dan tanda lainnya dapat berupa anemia,
sesak, sucking chest wound, jejas atau luka tususk
dinding toraks terutama diantara garis mid
klavikularis kanan dan garis axillaris depan kiri
dapat melukai jantung dan pembuluh darah besar.
 Diagnosis Banding : Luka tusuk tembus dan luka tusuk tumpul.
4

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : DL dan EKG untuk keperluan


5 evaluasi klinis dan persiapan operasi.
Radioogi : foto polos thoraks atau echokardiografi
(dilakukan hanya bila kondisi stabi).
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
6

 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi dan tindakan.


7

 Terapi :
8 Non Bedah Farmakologi : Antibiotika, analgetika, antipiretika
Bedah Bila pasien dalam keadaan tidak stabil dan bila ada
indikasi, segera resusitasi cairan dan
cardiopulmonal, berikan O2 (tindakan A,B,C).
Pasang pipa thoraks WSD, bila perdarahan >800cc
pada saat pemasangan pipa toraks setelah traumaatau
3-5 cc/Kg BB antero lateral.
Bila ada sucking chest wound atau pneumothoraks
terbuka, luka ditutup dulu dengan bahan kedap udara
lalu dipasang pipa. Pada luka tusuk daerah
torakoabdominal, dibawah ICS VII, bila tembus
facia dilakukan torakolaparatomi.
Bila trias Beck positif atau disertai syok berat dan
perdarahan massif dilakukan eksplorasi torakotomi
kiri melalui ICS V dan selanjutnya terapi definitive.
 Penyulit : Tamponade jantung, infeksi
1 Hematopneumotoraks
Pneumotoraks terbuka
Hematopneumotoraks dengan perdarahan
intraabdominal.
Pneumotoraks tension
Perlukaan organ intra abdominal, apabila luka
tersebut di bawah ICS VII>
 Tenaga Standar : Dokter umum (pertolongan pertama, pasang pipa
1 toraks WSD)
Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) thoraks
Dokter spesialis bedah (K) digestif

79
Dokter spesialis bedah (K) anak (usia <12 tahun
 Lama Perawatan : Minimal 4 hari
1

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu


1

 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan atau


1 meninggal

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelek


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Perawatan luka post tindakan; konsul dokter paru

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : PATAH TULANG IGA


80
 Kriteria Diagnosis : Secara klinis patah tulang iga merupakan
terputusnya kontinuitas jaringan tulang iga karena
rudapaksa atau penyakit.
Tanda dan gejala klinis berupa : pada inspeksi
gerakan dinding toraks asimetris, deformitas, pada
palpasi nyeri tekan, nyeri sumbu, krepitasi dari
fragmen tulang yang patah.
 Diagnosis Banding : Kontusio muskulorum

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : pemeriksaan darah dan ECG untuk


evaluasi klinis dan persiapan pembedahan.
Radiologi : foto polos rongga dada PA/Lat
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Bila single, tanpa penyulit tak perlu rawat inap di


RS.
Bila multiple, dan atau bila terdapat penyulit perlu
rawat inap di RS untuk obs. dan tindakan.
 Terapi :
Non Bedah Obat-obatan analgetika, anestesi infiltrasi atau blok,
perawatan konservatif
Bedah Fikasasi internal daerah fraktur dengan memakai clip
atau mini plate atau wire dengan bantuan anestesi
umum atau anestesi local atau anestesi blok.
Syarat fraktur tersebut tidak lebih dari 2 minggu.
 Penyulit : Ruptur pleura parietalis dan empisema kutis
Ruptur jaringan paru. Pneumotoraks
Perdarahan dan hematotoraks atau hemotoraks.
Osteomielitis.
 Tenaga Standar : Dokter umum (pertolongan pertama, pasang pipa
toraks WSD)
Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah thorax - kardiovascular
Dokter spesialis bedah (K) thoraks
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari paska bedah bila tanpa penyulit

 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu bila tanpa penyulit

 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh dengan kecacatan

 Patologi : Khusus untuk fraktur patologis atau osteomielitis

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelak

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Batasi gerakan extreme;

81
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : TRAUMA TUMPUL ABDOMEN


Ruptur diafragma S 27.8.0

82
Kontusio bokong dan panggul S 30.0
Kontusio abdomen, pinggang, inguinal S 30.1
Kontusio perineum dan genita S 30.2
Ekskoriasi laserasi superficial multiple di abdomen,
pinggang dan panggul S 30.7
Ruptur limfa S 36.0.0
Ruptur hepar dan kantong empedu S 36.1.0
Ruptur pancreas S 36.2.0
Ruptur lambung S 36.3.0
Ruptur duodenum, rupture jejunum, rupture ileum
S 36.4.0
Ruptur organ intra abdomen S 36.7
Hematoma retroperitonium S 36.8.0
Ruptur ginjal, kontusio ginjal S 37.0.0
Ruptur ureter S 37.1.0
Ruptur kandung kemih S 37.2.0
Ruptur uretra S 37.3.0
Ruptur ovarium S 37.4.0
Ruptur tuba falopii S 37.5.0
Ruptur uteri S 37.6.0
Ruptur organ intra pelvis multiple S 37.7.0
Ruptur kelenjar adrenal, prostat, rupture Vesikula
seminalis, rupture vasdeveren S 37.8.0
 Kriteria Diagnosis : Mekanisme trauma
Jatuh dari ketinggian
Tindakan penganiayaan
Cidera akibat hiburan
Tanda klinis
Stabil
Tidak stabil
Inspeksi :
Dinding abdomen bias tampak normal, jejas pada
dinding abdomen dan dinding dada bagian bawah,
abdomen tampak distensi
Jejas dapat berupa hematom, memar kulit, laserasi
Auskultasi :
Auskultasi regio thoraks kiri : suara nafas menurun,
bisa terdengar bising usus
Auskultasi region abdomen : bising usus bisa normal
menurun atau hilang
Palpasi :
Nyeri tekan di kuadran tertentu atau seluruh region
abdomen, devans muskuler nyeri tekan lepas.
Perkusi :
Perkusi region toraks bagian bawah bisa normal atau
redup atau timpani
Pekak hati bisa positif atau negative
Nyeri ketok dinding abdomen
Tes undulasi positif bisa negative
Colok dubur : bisa normal atau ditemukan kelainan

83
yaitu prostat yang melayang, laserasi pada dinding
anorektum, teraba fragmentasi tulang panggul, nyeri
pada dinding anorektum, pada sarung tangan bisa
ditemukannoda darah berarti positif ada cedera pada
saluran cerna
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : Disesuaikan dengan fasilitas UGD atau rumah sakit


setempat
Foto toraks, posisi AP, foto pelvis, USG, lavase
peritoneum diagnostic (DPL), IVP, uretrocystografy,
foto kontras saluran cerna bagian atas, CT Scan
Abdomen, Angiografi
Indikasi USG atau DPL :
Pada pasien trauma dengan penurunan tingkat
kesadaran, gangguan fungsi sensoris, cedera organ
yang betetangga, pemeriksaan fisik abdomen yang
meragukan, kemungkinan dokter putus kontak
dengan pasien untuk waktu yang lama.
Hasil DPL yang meragukan (khusus untuk USG
abdomen) yaitu leukosit kurang dari 500/mm3,
eritrosit < 100.000/mm3.
 Konsultasi : Bila diperlukan konsultasi ke dokter spesialis bedah
TKV
 Perawatan RS : Rawat inap untuk tujuan observasi

 Terapi : Tindakan resusistasi A,B,C,D sesuai konsep ATLS


jika kondisi pernafasan dan hemodinamika penderita
tidak stabil.
Terapi konservatif :
Dilakukan bila tidak ada indikasi laparatomi segera,
atau hasil pemeriksaan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen
yang nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi dapat
dilakukan sampai 2 x 24 jam
Terapi operatif
Laparatomi eksplorasi dengan insisi median
Indikasi laparatomi eksplorasi : tanda-tanda
perdarahan intra peritoneal, syok hipovolemik,
distensi abdomen yang progresif, tanda peritonitis
generalisata, pneumoperitoneaum dan gambaran
hernia diafragmatika (rupture diafragma) pada foto
thorax
Cairan lavase keluar melalui pipa drainase rongga
pleura
Pada tindakan DPL keluar darah > 10 ml, jumlah
eritrosit 100.000/mm3, leukosit > 500/mm3 dan
cairan lavase amylase > 20 ui/L cairan lavase
 Penyulit : Perdarahan massive, syok hipovolemik, koagulasi

84
intra vaskuler yang diseminasi, koagulopati,
hipotermia, asidosis, infeksi, sepsis, perdarahan
saluran cerna, pneumonia pancreatitis pasca trauma,
gangguan fungsi hati, ARF, gagal multi organ.
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah
Dokter spesialis bedah (K) digestif
 Lama Perawatan : Bervariasi tergantung beratnya cidera bisa 10 hari –
3 bulan
 Masa pemulihan : Juga bervariasi bisa 2 minggu – 3 bulan

 Hasil : Cidera ringan : bisa sembuh


Cidera berat : kalau tidak ada penyulit bisa sembuh
dengan atau tanpa kecacatan, kalau ada penyulit bisa
sembuh dengan atau tanpa kecacatan atau meninggal
dunia
Cidera mengancam nyawa : kalau ada penyulit bisa
sembuh dengan atau tanpa kecacatan atau meninggal
dunia
Angka kematian mencapai > 70 %
 Prognosis : Tergantung beratnya cidera diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kontrol secara teratur; laksanakan rencana


pelayanan dengan tepat; penyembuhan bertahap.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Cidera limpa


Penyebab : Umumnya akibat trauma tumpul dan
trauma tembus abdomen
 Kriteria Diagnosis : Klinis :
Anamnese : Terdapat trauma tumpul pada perut kiri
atas atau trauma dada kiri bawah dengan atau tanpa

85
fr. Costae, luka tusuk abdomen atau totakal bawah
Nyeri pada perut kiri atas, nyeri dapat menjalar pada
bahu kiri
Tanda syok karena perdarahan
Terdapat tanda cairan bebas dalam rongga perut
 Diagnosis Banding : Trauma perut dengan cidera organ disertai
perdarahan dalam perut, antara lain : cidera
lambung, cidera ginjal kiri, cidera hepar kiri
 Pemeriksaan Penunjang : Dilakukan DPL yang positif
Pemeriksaan USG perut atau CT scan
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis lain yang terkait

 Perawatan RS : Rawat inap di RS.

 Terapi :
Bedah Dilakukan laparatomi eksplorasi cito dengan insisi
pada garis tengah atas
Tindakan pada limpa :
Cidera linier dilakukan penjahitan secara matras
Cidera laserasi : jika putus dilakukan pengangkatan
limpa (splenectomy) disertai tandur ulang jaringan
limpa ke dalam bursa omentalis.
 Penyulit : Syok
Perdarahan yang profus
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah (K) Bedah Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa sembuh atau sembuh tanpa kecacatan karena
trauma atau tidak wajar
 Prognosis : Diharapkan baik bila penanganan cepat dan tepat

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Penyembuhan bertahap; control teratur.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Cidera Hepar


2 Penyebabnya dapat berupa trauma tembus perut atau
trauma tajam atau trauma tumpul
 Kriteria Diagnosis : Anamnese : terdapat trauma tembus perut atas atau
3 trauma tumpul pada perut kanan atas artau toraks
kanan bawah
Nyeri pada daerah hipokondrium kanan dengan atau
tanpa jejas (trauma tumpul)

86
Terdapat luka tembus perut
Syok dengan tanda perdarahan dan tanda cairan
bebas pada rongga peritoneum
 Diagnosis Banding : Trauma perut dengan cidera organ disertai
4 perdarahan antra lain : cidera pancreas, cidera
vaskuler, cidera ginjal duodenum dan limpa
 Pemeriksaan : DPL, USG abdomen atau CT scan
5 Penunjang

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


 Perawatan RS : Rawat Inap
 Terapi :
8 Bedah Segera atau cito laparatomy eksplorasi dengan insisi
garis tengah sebelah atas
Macam tindakan pada cidera hepar:
Cidera linier : Penjahitan matras dengan benang
yang tebal (1.0 atau 2.0) yang absorbable
Laserasi segmental : Reseksi secara Wedge atau
reseksi segmental dan ditutup dengan omentum
Laserasi yang luas engan perdarahan profus
dilakukan pemasangan tampon dan dalam 2x24 jam
dilakukan stabilisasi lalu re eksplorasi laparatomy
untuk terapi difinitif
Catatan: Untuk mengatasi perdarahan yang hebat
akibat saat melakukan tindakan di atas dapat dibantu
dengan tindakan pringle
 Penyulit : Perdarahan hebat intra dan post pembedahan
1 Syok hipovolemik
Peritonitis kimiawi
Hematobilia
Infeksi
TRIAS: Hipotermia asidosis gangguan koagulopati
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
1 Dokter spesialis bedah (K) Digestif
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa sembuh
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
 Edukasi : Penyembuhan bertahap; control teratur.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : RUPTUR BULI BULI


2

 Kriteria Diagnosis : Trauma pada abdomen bagian bawah


3 Trauma tidak langsung akibat fraktur pelvis
Tidak bisa kencing

87
Massa supra pubik
Hematuria
Tanda peritonitis
Colok dubur : Prostat letak normal
 Diagnosis Banding : Ruptur uretra posterior
4

 Pemeriksaan Penunjang : Tes buli buli


5 Foto pelvis
Urethro- cystogram
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
6

 Perawatan RS : Rawat inap, segera


7

 Terapi : Eksplorasi, jahit buli buli, pasang dower catheter


8 Suprapubik cystotomi bila rupture lebar

 Penyulit : Infeksi dan kebocoran


1
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
1 Dokter spesialis urologi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari
1
 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu
1
 Hasil : Bisa kencing dengan lancer
1
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious
1
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1
 Edukasi : Penyembuhan bertahap; akan ada cacat dan
keterbatasan

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : FRAKTUR KLAVIKULA

88
 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma
Tanda pasti fraktur pada klavikula
Foto polos : adanya fraktur di klavikula
 Diagnosis Banding : Dislokasi Akromio Klavikular

 Pemeriksaan Penunjang : Foto polos klavikula AP

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Perawatan di RS, rawat jalan untuk non bedah


Rawat inap untuk perawatan bedah
 Terapi :
Non Bedah Figure of 8/ ransel perban, arm sling
Bedah Plat dan Screw
K- Wire (lebih baik)
2 indikasi bedah (absolute) : Fraktur terbuka dan
gangguan neurovascular
 Penyulit : Vaskular, saraf, infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedic
 Lama Perawatan : Minimal 3 hari
 Masa pemulihan : Minimal 6 minggu
 Hasil : Bisa tereposisi dengan baik
 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kerja ringan sampai sembuh total

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : FRAKTUR HUMERUS

 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma:


Tanda pastinya: fraktur humerii, angulasi,

89
perpendekan, rotasi
Kondisi klinis: Nervus Radialis
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : Foto polos humerus AP

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rawat jalan

 Terapi :
Non Bedah Reposisi dengan pembiusan
Gips U- Slab/ Hanging cast
Bedah Nailing atau Plat dan screw
 Tempat Pelayanan : Minimal RS kelas C atau RS lain yang mempunyai
sarana pembedahan yang memadai.
 Penyulit : Lesi N. Radialis, infeksi

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


Dokter spesialis bedah orthopedic
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 12 minggu

 Hasil : Bisa tereposisi dengan baik dan terfiksasi pada posisi


fungsional yang optimal

 Prognosis : Diharapkan baik

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kerja ringan sampai sembuh total

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : FRAKTUR SUPRACONDILER HUMERUS


2

 Kriteria Diagnosis : Riwayat jatuh menumpu pada telapak tangan dengan


3 siku yang ekstensi atau trauma langsung pada siku
Edema siku
Deformitas siku

90
 Diagnosis Banding : Fraktur Humerus distal, dislokasi elbow
4

 Pemeriksaan Penunjang : Foto X- Ray siku AP Lateral


5

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis orthopedic


6

 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi, bila diperlukan


7 dilakukan reduksi terbuka atau tertutup

 Terapi :
8 Mobilisasi, bila diperlukan dilakukan reduksi
terbuka atau tertutup
 Penyulit : Cidera intraartikular
1 Cidera N. Medianus
Cidera arteri brakialis mal union
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
1 Dokter spesialis bedah orthopedic

 Lama Perawatan : Minimal 2 hari


1
 Masa pemulihan : Minimal 3 minggu
1
 Hasil : Bisa sembuh
1
 Prognosis : Diharapkan baik
1
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1
 Edukasi : Kerja ringan sampai sembuh total.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Dislokasi bahu

91
 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma, nyeri, deformitas, gangguan
gerakan bahu
 Diagnosis Banding : Fraktur dan dislokasi

 Pemeriksaan Penunjang : Foto polos bahu AP Lat

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rwat jalan dan rawat inap bila operasi

 Terapi :
Non Bedah Reduksi menurut kocher atau Hippocrates KP
dengan pembiusan
Bedah Untuk kasus neglected
 Penyulit : Cidera N.Aksilaris atau plegsus brakialis
Gangguan sirkulasi, infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi (kasus neglected)
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 6 minggu

 Hasil : Bisa tereposisi dengan baik

 Prognosis : Diharapkan baik atau dapat terjadi kaku sendi

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kerja ringan; kurangan beban terhadap anggota


badan yang sakit.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur radius ulna


2

 Kriteria Diagnosis : Trauma


3 Tanda pasti : patah tulang region antebrachii

92
Ro foto antebrachii AP Lat
 Diagnosis Banding : -
4

 Pemeriksaan Penunjang : Radiologi : Ro foto antebrachii AP Lat


5

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


6

 Perawatan RS : Rawat inap


7

 Terapi :
8 Non Bedah Reposisi dengan pembiusan
Gips sampai di atas siku atau disebut Long Arm
Letter karena bahaya penekanan N. Radialis
Bedah Bila non bedah gagal maka dilakukan Plat screw
 Penyulit : Kompartemen syndrome
1 Neuroplaksia N.Radialis
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
1 Dokter spesialis bedah orthopedi

 Lama Perawatan : Minimal 7 hari


1

 Masa pemulihan : Minimal 6 minggu


1

 Hasil : Fragmen tulang bisa tereposisi dengan baik dan


1 terfiksasi

 Prognosis : Diharapkan baik


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Kerja menyesuaikan dengan kondisi lengan.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

93
 Diagnosis : Fraktur ollecranon

 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma di siku


Tanda pasti: Patah tulang pada siku
Foto ollecranon patah
 Diagnosis Banding : Fraktur lain daerah siku

 Pemeriksaan Penunjang : foto polos siku AP/Lat

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rawat inap

 Terapi :
Bedah Operasi dengan pemasangan tension band wiring
atau mungkin perlu plat screw bila garis fraktur di
daerah siering force pada waktu fleksi
 Penyulit : Kaku sendi siku
Lesi Nervus
Ulnaris
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 6 minggu

 Hasil : Fragmen tulang bisa terfiksasi dengan baik

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau cacat

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kerja menyesuaikan dengan kondisi lengan.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Femur

 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma mayor pada paha

94
Tanda pasti: Patah tulang
 Diagnosis Banding : Fraktur femur yang mungkin sulit untuk dideteksi :
Fr. Shaft femur
Fr. Throcanter
Fr. Colomn femuris
Fr. Condiler femur
 Pemeriksaan Penunjang : foto polos

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rawat inap untuk operasi

 Terapi :
Non Bedah Bila menolak operasi traksi skeletal atau traksi kulit
Bedah Operatif
 Penyulit : Mal union, mal union, infeksi dan cidera
neurovaskuler
 Tenaga Standar : Dokter umum yang terlatih untuk traksi
Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi
Operasi: shaft femur (nailing atau plat screw)
Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi
Column femur, throcanter dan condiler femur
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu

 Hasil : Posisi anatomis bisa optimal dan fungsi membaik

 Prognosis : Diharapkan baik atau

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Penyembuhan bertahap; kerja menyesuaikan dengan


kondisi badan.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Disolakasi Panggul


2

 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma


3 Nyeri pinggul
Posisi aduksi dan internal rotasipada sisi yang sakit
Tungkai memnedek pada saat sakit
 Diagnosis Banding : Fraktur dislokasi

95
4

 Pemeriksaan Penunjang : foto polos panggul AP/Lat atau AP/axial juga


5 proyeksi amblurator atau alar (oblique)

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


6

 Perawatan RS : Rawat inap


7

 Terapi :
8 Non Bedah Reposisi cara bigelow dengan pembiusan
Bedah Operasi bila terapi non bedah gagal
 Penyulit : Fraktur intra artikular
1 Cidera N.Ischiadicus
Avascular necrosis kaput femoris
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
1 Dokter spesialis bedah orthopedi terutama bila
memerlukan pembedahan
 Lama Perawatan : Minimal 14 hari
1
 Masa pemulihan : Minimal 8 minggu
1
 Hasil : Bisa tereposisi dengan baik
1
 Prognosis : Diharapkan baik atau dapat terjadi kaku sendi
1
 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
1
 Edukasi : Kerja ringan sampai sembuh total. Control rehab
medis.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Fraktur Patella


2

 Kriteria Diagnosis : Adanya trauma pada lutut

96
3 Tanda pasti: Patah tulang patella
Fungsiolaesa
Foto patah tulang patella
 Diagnosis Banding : -
4

 Pemeriksaan Penunjang : foto polos lutut AP/Lat


5

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


6

 Perawatan RS : Rawat jalan dan rawat inap


7

 Terapi :
8 Non bedah Pasang koker gips hanya untuk k asus yang tidak
terjadi distraksi
Bedah Pasang tension band wiring
Patelektomi untuk grade IV
 Penyulit : Haemarthrosis
1 Infeksi

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


1 Dokter spesialis bedah orthopedi

 Lama Perawatan : Minimal 7 hari


1

 Masa pemulihan : Minimal 8 minggu


1

 Hasil : Kedua fragmen patella bisa tereposisi dan rigid atau


1 fragmen tersebut terangkat

 Prognosis : Diharapkan baik atau cacat


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Latihan jalan sampai pulih.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

97
 Diagnosis : Fraktur Cruris

 Kriteria Diagnosis : Riwayat trauma


Tanda pasti: Patah tulang pada tibia/fibula
Foto patah pada tibia dan fibula
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : foto polos cruris AP/Lat

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rawat jalan untuk non bedah


Rawat inap untuk pembedahan
 Terapi :
Non bedah Reposisi
Long leg cest / PTB cast
Bedah Pemasangan implant/plate screw
 Penyulit : Mal union/delayed union
Compartment syndrome (pada kasus tertutup)
Infeksi
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 8 minggu

 Hasil : Bisa tereposisi dan terfiksasi pada posisi yang


optimal

 Prognosis : Diharapkan baik.

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Kontrol rehab medis.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

98
 Diagnosis : Ruptur tendon Achiles
2

 Kriteria Diagnosis : Trauma oleh karena mendadak melakukan gerakan


3 Kontraksi achiles
Posisi kaki plantar flexi
Fungsilasea
 Diagnosis Banding : -
4

 Pemeriksaan Penunjang : -
5

 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait


6

 Perawatan RS : Rawat inap


7

 Terapi : Pada kasus clean out, operasi dengan teknik Bunnel


8 atau Kesler
Pada kasus rupture tendon achiles tertutup,
operasinya tidak bisa dengan cara Bunnel atau
Kessler karena permukaan tendon tidak rata bahkan
mungkin terdapat juga jaringan avulse fr. Os calcis
calcaneus)
 Penyulit : Non union, mal union, infeksi
1

 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum


1 Dokter spesialis bedah orthopedi

 Lama Perawatan : Minimal 14 hari


1

 Masa pemulihan : Minimal 12 minggu


1

 Hasil : Kedua fragmen bisa terjahit dengan posisi optimal


1

 Prognosis : Diharapkan baik.


1

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis


1

 Edukasi : Selanjutnya olah raga perlu pemanasan dulu dan

99
diharapkan tidak rutur ulang.
 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : AV Shunt atau A-Vistula Arteri - Venosa

 Kriteria Diagnosis : Secar klinis A-V Shunt atau A-V fistel merupakan
hubungan antara pembuluh darah arteri dan vena
karena trauma atau kelainan artei – venosa
Tanda dan gejala klinis ditandai dengan adanya
riwayat trauma di daerah lesi, pada
inspeksiflebektasi atau pelebaran vena di distal dan
proximal fistel, pada palpasi massa yang berdenyut
dan kompresebel, pada auskultasi terdengar bising
yang kontinu.
Pada kelama A.V ada penyakit dan yang membentuk
malfasi A.V (AVM)
 Diagnosis Banding : Aneurisma
Hemangioma
Teleangiektasis
Angiosarkoma
 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : DL dan ECG untuk persiapan operasi
Radiologi : Doppler ultrasonografi, arteriografi
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait,
terutama bila suatu AVM
 Perawatan RS : Rawat inap untuk observasi dan tindakan

 Terapi :
Non bedah Ligasi pembuluh aferen dan eferen pada system
vena, atau eksisfistel disertai rekonstruksi pembuluh
darah bila diperlukan
Bedah -
 Penyulit : Iskemia perifer, infeksi
Perdarahan
Gagal jantung
 Tenaga Standar : Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah toraks – kardiovaskuler
Dokter spesialis bedah (K) vaskular
 Lama Perawatan : Minimal 5 hari
 Masa pemulihan : Minimal 2 minggu
 Hasil : Bisa Sembuh atau sembuh dengan kecacatan

 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

100
 Edukasi : Control teratur ke dokter spesialis terkait.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

 Diagnosis : Luka Bakar

 Kriteria Diagnosis : Luka bakar merupakan kerusakan pada jaringan


karena pengaruh suhu (baik panas maupun dingin)
atau dari penyerapan energy fisik dan dari kontak
dengan bahan-bahan kimia. Setiap penyebab
mempunyai gambaran klinis yang khusus dan
manajemen pengelolaannya
Pembagian derajat luka bakar :
Derajat I : hanya mengenai cairan epidermis luar,
tampak hiperemi dan eritema.
Derajat II : mengenai lapisan epidermis yang lebih
dalam dan sebagian dermis disertai lepuh, edema
jaringan
Derajat III : mengenai smua lapisan epidermis dan
dermis, biasanya tampak luka kering pada
permukaan kulit
Tanda klinis : nyeri, cemas, dehidrasi
 Diagnosis Banding : -

 Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : DL, UL, RFT, elektrolit, protein


darah
Mikrobiologi kulutr dan tes kepekaan kuman
Radiologi : foto polos thorax AP
Jantung : EKG
 Konsultasi : Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait

 Perawatan RS : Rawat inap untuk luka bakar derajat II – III minimal


15 % luasnya atau trauma di daerah muka atau
inhalasi
 Terapi :
Non bedah Tindakan darurat ABC
Resusitasi Jantung Paru Otak
Koreksi elektrolit
Perawatan jantung, paru, ginjal, hati
Terapi nutrisi dan protein
Antibiotika, analgetika
Antideuretik
Air dingin untuk pertolongan pertama
 Penyulit : Gangguan elektrolit
Gangguan fungsi jantung paru otak
Kontraktur hati dan ginjal
Infeksi, sepsis
 Tenaga Standar : Dokter umum

101
Dokter spesialis bedah umum
Dokter spesialis bedah orthopedi
 Lama Perawatan : Minimal 7 hari

 Masa pemulihan : Minimal 4 minggu

 Hasil : Bisa sembuh dengan atau tanpa cacat atau meninggal


dunia
 Prognosis : Diharapkan baik atau dubious atau jelek.

 Tindak lanjut : Evaluasi dan monitoring keadaan klinis

 Edukasi : Akan ada cacat setelah pengobatan; bila perlu konsul


bedah plastic.

 Kepustakaan : Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah


Umum Indonesia, Edisi Kedua 2006

102

Anda mungkin juga menyukai