Anda di halaman 1dari 15

TUMOR PHYLLODES

1. Pengertian (Definisi) Tumor fibroethelial yang jarangn dan hanya didapatkan di


payudara.
2. Anamnesis - Usia 30 tahun atau lebih
- Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa
disertai rasa nyeri, kadang – kadang ada anamnesis cepat
membesar terakhir ini, dan disertai ulkus.
3. Pemeriksaan fisik - Benjolan besar atau sangat besar (5 cm – 40cm)
- Kulit diatas tumor mengkilat, ada flekboektasi, kadang
didapatkan ulkus
- Benjolan berdungkul – dungkul dengan konsistensi heterogen,
ada bagian yang padat, dan banyak bagian yang kistik
- Meskipun besar, benjolan masih mobile (mudah digerakkan)
dari jaringan sekitar atau dengan kulit dan dasar / dinding
thoraks
- Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening aksilla
ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar dan terdapat
ulkus
- Kadang tampak pembuluh vena melebar
4. Kriteria Diagnosis - Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksan penunjang ; USG Mammae, mammografi, FNAB
5. Diagnosis - Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pecitran diperlukan pada kadaan kecurigaan pada tumor kistik
atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel)
6. Diagnosis Banding - Tumor Phylloides Benigna
- Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang - Usg Mammae atau mammografi : tidak khas, sukar dibedakan
dengan fibroadenoma mammae
8. Terapi - Eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti fibradenoma
mammae maka angka kekambuhan akan sangat besar
- Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan :
a. Benjolan yang sudah menempati hampir seluruh payudara
sehingga hanya tersisa sedikit jarigngan payudara yang
sehat
b. Benjolan residif dan terbukti histopatologis berupa lesi
yang maligna.
c. Benjolan resedif dan terbukti pada usia tua
- Pada tumor phyllodes yang maligna, prisip terapi juga sama
dengan yang benigna, kecuali pada yang residif, langsung
dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan kelenjar getah
bening aksila hanya bila didaptkan metastase pada kelenjar
getah benng aksilla
- Radioterapi dan kemoterapi kurang berperan.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa, dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad santionam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Prognosis IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Dr. Susilo Rachman SPB
Dr. Bella Barus SPB
Dr. Azriel Aziz SPB
14. Indikator medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Pang T, Koh KI, PuthuchearySD (eds) : Tumor Phylloides:
Strategis for the 90’s,Singapore, Wrld Scientific, (2010)

Tuban,
9. Edukasi - Hindari aktifitas yang berhubungan dengan angkat berat
- Hindari mengejan terlalu keras saat batuk, olahraga, buang air,
dll
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad santionam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Prognosis IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis Dr. Susilo Rachman SPB
Dr. Bella Barus SPB
Dr. Azriel Aziz SPB
14. Indikator medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Azimuddin, edited by Indru Khubehandani, Nina Paonessa,
Khawaja (2009) Classification of hernia.(2nd ed. ed) new York:
Springer.p.21
HERNIA INGUINALIS
(ICD X : K40.0)
1. Pengertian (Definisi) Penonjolan sebagian dari organ maupun jaringan melewati
pembukaan abnormal pada dinding sekitarnya. Hernia paling
sering terjadi pada dinding abdomen tepatnya pada daerah yang
apaponcurosis dn fasianya tidak dilindungi oleh otot. Bagian
tersebut terutama pada region ingunal. femoral unibilical linca
alba, dan bagian bawah linca semilunaris
2. Anamnesis 1. Adanya benjolan diselangkangan/kemluan
2. Nyeri pada benjolan
3. Mula
4. Muntah
3. Pemerksaan Fisik 1. Terdengar bising usus pada benjolan dengan menutup
mulut dalam keadaan berdiri (tampak benjolan pada hernia)
2. Periksa cincin hernia dengan mengikuti fasikulus
spermatikus sampai ke analus inguinalis interna (pada
kedaan normal jari tidak dapat masuk)
3. Adanya penekanan massa pada unjung jari saat penderita
Disuruh mengajan sedang bila menekan sisi jari maka
diagnosanya adalah hernia igguinalis medialis
4. Kriteria diagnosis 1. Memenuhi kriteria diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Hernia iguinalis
6. Diagnosis banding 1. Hidrokel
2. Limfadenopati iguinal
3. Lipoma
7. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Masa perdarahaan & pembekuan
c. HBSAg
d. Urin lengkap
2. Pemeriksan Radiologi
a. Rontgen thorax
b. EKG
8. Terapi 1. Tindakan bedah elektif
2. Operasi dengan bius spinal atau bius umum
3. Open hertonomi dengan mesh
9. Edukasi 1. Penjelasan deganosa, diagnosa banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perikiraan ama dirawat
10. Prognosis 1. dubia ad bonam
11. Tingkat evidensi II : Berdasarkan PPK Fakultas
III : Berdasarkan Keilmuan Dokter
IV : Kesepakatan di RS
12. Tingkat Rekomendasi B : Direkomendasi dari Fakultas
C : Direkomendasi oleh dokter
D : direkomendasi oleh RS
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis  Tindak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
 Keluhan berkurang
 Kesesuaian dengan hasil PA
15. Kepustakaan 1. Kapita selekta kedokteran edisi kedua, media Aesculapius
fakultas kedokteran
2. Buku ajar Ilmu Bedah, Sjamsu Hidayat
PENYAKIT GRAVE’S / MARBUS BASEDOW
1. Pengertian (Definisi) Penyakit autoimun yang ditandai dengan gejala hipertiroidism,
goiter yang difus. Dan bisa disertai kelainan mata dan kulit
2. Anamnesis - Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turun
- Tremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi
buruk
- Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat
3. Pemerksaan Fisik - Penderita tampak kurus
- Mata menonjol
- Resting tremor
- Takikardi
- Pembesaran tiroid yang difus
4. Kriteria diagnosis Klasifikasi gustilo dan Aderson :
a. Patah tulang derajat I
Garis patah tulang sederhana. Luka ≤ 1 cm , bersih
b. Patah tulang derajat II
Garis patah tulang sederhana. Luka ≤ 1 cm , bersih tanpa
kerusakan jaringan lunak luas, flap, atau avulsi
c. Patah tulang derajat III
Patah tulang dengan kerusakan jaringan luyas termasuk
kulit, oto, saraf, pembuluh darah,. Patah tulang ini
disebabkan gaya dengan kecepatan tinggi
5. Diagnosis - Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turun
- Tremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi
buruk
- Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat
- Penderita tampak kurus
- Mata menonjol
- Resting tremor
- Takikardi
- Pembesaran tiroid yang difus
6. Diagnosis banding - Struma nodusa toksika
- Tiroiditis sub akut
- Hipertiroid karena peningkatan gonadotropin
7. Pemeriksaan penunjang - Laboratorium : kadar T3 dn T4 meningkat, TSH menurun
- USG tiroid : pembesaran kelenjar tiroid yang difus
- Sidikan yodium : gambaran tangkapan yodium meningkat
8. Terapi - Propil Thyourasil (PTU) 3 x 100 mg (dewasa)
- Beta blocker (propanolol)
- Minor tranzquilizer (diazepam)
- Pembedan dan internal radiasi
9. Edukasi Makanan tinggi serat dan protein, istirahat yang cukup
10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad fumgsionam : ubia ad bonam / malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat rekomendasi C
13. Penelaah kritis
14. Indikator medis Kondisi paien membaik
15. kepustakaan 1. Davies TF. Grave Discse-Pathogenesis.In Bravement LE
Utiger RD (eds). Werner & Igbar’s The tyroid – A
Fundamental and Clinical Text, 8thcd ., Philadelphia:
Lipincott illiam & Wilkins; 2000, p 518 – 30
HERNIA IGUINALIS DAN HERNIA FEMORALIS
(ICD – 10 : K40 dan k41)
1. Pengertian (Definisi) Penonjolan abnornmal sebagian atau seluruh organ
intrabdominal melalui lubang atau defek dinding abdomen,
yang dilapisi peritoneum.
- Hernia iguinalis lateralis/indrekta: kantong hernia keluar
melalui annulus interus menuju kanalis inguinalis –
annalus eksterus dan keluar menuju kantong zakar.
HEMOROID
(ICD-10:184)
1. Pengertian (Definisi) Suatu pembesaran bantalan fibrovaskuler yang terdapat dalam
kanalis analis
2. Anamnesis - Rasa tidak nyaman, gatal di anus, keluar caian lendir dan
perdarahan, bila berlanjut timbul prolaps dari hemorid
3. Pemerksaan Fisik - Mencari kelainan penyerta lain, colok dubur
4. Kriteria diagnosis Derajat 1 : pelebaran vaskularisasi, dapat terjadi perdarahan, terapi
tidak terjadi prolaps
Derajat 2 : dapat terjadi prolaps hermoroid saat defeksi, tetapi
masih dapat kembali spontan
Derajat 3 : terjadi prolaps, tetapi masih dapat dikembalikan dengan
jari tangan
Derajat 4 : terjadi prolaps, tidak dapat dikembangkan, baisanya
disertai strangulasi atau trombosis
5. Diagnosis Diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
6. Diagnosis banding - Laserasi anus
- Fistula perinal
7. Pemeriksaan Penunjang - Proktoskopi : tampak benjolan berwarna merah kebiruan
8. Terapi Terapi suportif
- Modifikasi ddet dan pola hidup
- Berendam duduk dalam air hangat selama 10 menit
- Menggunkana kertas basah yang mengandung witch hanzel,
suatu astrigen alami
- Terapi medikamentosa: krim anal getik atau suppositori
yang mengandung anestasi lokas, astringen, atau steriod
Skleroterapi : dengan menyuntikkan fenol 5% dalam almondoil
3-5 ml pada hemoroid derajat 1 dan 2.
Terapi pembedahan
Untuk hemoroid grade 3 dan 4 , atau grade 1 dan 2 yang gagal
diterapi dengan metode nonpembedahan.
- Eksisi trobus, jika trombus cukup besar dan menimbulkan
nyeri
- Ligasi ruber band
- Hemoroidektomi teknik terbuka (contoh: teknik milligan-
Morgan)
- Stapled hemorrhoidopexy (PPH Procedure)
9. Edukasi Meminum banyak air putih kurangi mengkonsumsi kafein dan
minuman keras
Menambah asupan serta di dalam makanan: buah, sayura, beras
merah atau coklat, biji – bijian, kacang – kacangan, dan gandum.
Tidak menunda untuk buang air besar, sebaliknya jika mengabaikan
dorongan untuk buang air besar, bisa membuat tinja keras dan
kering hingga memaksa kita harus mengejan
APPENDICITIS
(ICD X : K35.0)
1. Pengertian (Definisi) Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis. Jenis
yang akut merupakan penyebab yang umum dari abdomen akut.
Penyebab utamanya adalah obstruksi/peyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid, yang merupakan
penyebab terbanyak. Adanya dari folikolit dalam lumen apendiks.
Adanya benda asing seperti cacing. Struktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya misalnya keganasan (karsinoma, karsinoid)
2. Anamnesis 1. Kesadaran
2. Tanda – tanda vital (TD,N,Sh,RR)
3. Nyeri tekan Mc Burney
4. Anoreksia
5. Mual
6. Muntah
7. Demam
8. Konstipasi
9. Diare
3. Pemerksaan Fisik 1. Nyeri tekanan Mc Burney
2. Rovsing sign
3. Spoas sign
4. Blumberg sign
5. Obturator sign
6. Rectal toucher
4. Kriteria diagnosis 1. Memenuhi kriteria diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Apendicitis akut
6. Diagnosis banding 1. Simple acute gastroenteritis
2. Adenitis kelenjar mesentrium dan invaginasi
3. Urolitiasis dexetra
4. UTI dexetra
5. Atnekcitis
6. Kista ovarium
7. KET
8. Kolestisis akut
9. Perporasi ulkus duodeni
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Masa perdarahan & pembekuan
c. HBSag
d. Urin lengkap
e. Tes kehamilan (pada wanita usia produktif tanpa
mellihat status perkawinan)
2. Pemeriksaan Radiologi
- Rotgen thorax
- Apendicogram
- Foto polos abdomen
- USG abdomen
- CT Scan Abdomen (apendiccal)
3. Pemeriksaan EKG
8. Terapi 1. Tindakan operatif
2. Operasi dngan bius spinal atau bius umum
3. Open Apendiktomi
9. Edukasi 1. Pnjelasan diagnosa, diagnosa banding dan pemerisaan
penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama dirawat
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Tingkat Evidensi II : Berdasarkan PPK Fakultas
III : Berdasarkan keilmuan Dokter
IV : Kesepakatan di RS
12. Tingkat Rekomndasi B : direkomendasi dari Fakultas
C : direkomendasi oleh Dokter
D : direkomendasi oleh RS
13. Penelaah kritis
14. Indikator Medis 1. Tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
2. Keluhan berkurang
3. Kesesuian dengan hasil PA
15. Kepustakaan 1. Kapita selekta kedokteran edisi kedua, media Aesculapius
fakultas kedokteran UI 1989.
2. Buku ajar Ilmu Bedah, Sjamsu Hidayat
APPENDICITIS INFILTRAT
(ICD X : K35.3)
1. Pengertian (Definisi) Apendicitis infiltrate adalah proses radang apendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum usus – usus dan
peritoneum disekitarnaya sehingga membentuk massa (appendiceal
mass) umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke 4 sejak
peradangan mulai apabila tidak terajadi peritonitis umum.
2. Anamnesis 1. Kesadaran
2. Tanda – tanda vital (TD,N,Sh,RR)
3. Nyeri di daerah umbilicus atau perimbilikus
4. Anoreksia
5. Malaise
6. Mual
7. Muntah
8. Demam
9. Konstipasi
10. Diare
11. Nyeri abomen kanan bawah
3. Pemerksaan Fisik 1. Nyeri tekanan Mc Burney
2. Rovsing sign
3. Spoas sign
4. Blumberg sign
5. Obturator sign
6. Rectal toucher
4. Kriteria diagnosis 1. Memenuhi kriteria diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Apendicitis akut
6. Diagnosis banding 1. Simple acute gastroenteritis
2. Adenitis kelenjar mesentrium dan invaginasi
3. Urolitiasis dexetra
4. UTI dexetra
5. Atnekcitis
6. Kista ovarium
7. KET
8. Kolestisis akut
9. Perporasi ulkus duodeni
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium
- Darah lengkap
- Masa perdarahan & pembekuan
- HBAg
- Urin lenkap
- Tes kehamilan (pada wanita usia produktif tanpa)
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rogen thrax
b. Apendicogram
c. Foto polos abdomen
3. pemeriksaan EKG
8. Terapi 1. Tindakan operatif
2. Operasi dengan bius spinal atau bius umum
3. Open apendiktomi
9. Edukasi 1. Pnjelasan diagnosa, diagnosa banding dan pemerisaan
penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama dirawat
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Tingkat evidensi II : Berdasarkan PPK Fakultas
III : Berdasarkan keilmuan Dokter
IV : Kesepakatan di RS
12. Tingkat rekomendasi B : direkomendasi dari Fakultas
C : direkomendasi oleh Dokter
D : direkomendasi oleh RS
13. Penelaah kritis
14. indikator medis 1. Tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
2. Keluhan berkurang
3. Kesesuian dengan hasil PA
15. Kepustakaan 1. Kapita selekta kedokteran edisi kedua, media Aesculapius
fakultas kedokteran UI 1989.
2. Buku ajar Ilmu Bedah, Sjamsu Hidayat
FIBROADENOMA MAMAE
(ICD – 10 : N60.2)
1. Pengertian (Definisi) Neoplasma jinka payudara yang terdiri dari campuran elemen
kelenjar (glandular) dan elemen stronoma (mesenkimal), yang
terbanyak adalah komponen jaringan fibrous.
2. Anamnesis - Merasa ada benjolan di payudara cukup lama
- Benjolan sering tidak disertai ras nyeri dan seiring tak ada
hubungan dengan menstruasi
- Benjolan terasa mobile/lari – lari
- Usia muda (akhir baliq – 30 tahun)
3. Pemerksaan Fisik - Benjolan biasanya tidak terlalu besar
- Dapat tunggal atau multipel
- Pada palpasi teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas,
permukaan halus, meskipun kadang bedungku – dungkul,
sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau
multipel, dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
aksila ipsilateral.
4. Kriteria diagnosis - Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang : USG Mammae, Mammografi
5. Diagnosis Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pencitraan atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel)
6. Diagnosis banding - Tumor phylloides begnigna
- Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang USG Payudara : massa homogn, berbatas tegas dengan halosign,
dengan internal ccho yang normo atau hiper
8. Terapi Eksisi dan pemeriksaan histopalogis spesimen operasi.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sannationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat evidens IV
12. Tingakt Rekomendasi C
13. Penelaah kritis Dr. Susilo
14. Indikator medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakan 1. Crofton SJ,Horne N, Miller F. Fibroadenoma mammae.
Edisi ke 1.London : The Mac Millan Prs, 1992
2. Rahajo N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB.
Pedoman Tatalaksana FAM. 2005

Anda mungkin juga menyukai