Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

Kanker Serviks
1. Pengertian (Definisi) Kanker serviks adalah penyakit keganasan pada serviks uterus.

Serviks adalah bagian dari uterus yang bentuknya silindris,


diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan
berhubungan dengan vagina melalui sebuah saluran yang
dibatasi oleh ostium uteri eksternum dan internum.

Kanker serviks dapat berasal dari permukaan ektoserviks dan


endoserviks

2. Anamnesis - Umumnya gejala yang timbul berupa perdarahan pervaginam


(kontak atau diluar masa haid), dan cairan keluar dari liang
vagina.
- Pada stadium lanjut, gejala dapat berupa keluar cairan yang
berbau tidak sedap, nyeri panggul, lumbosakral, gluteus,
gangguan berkemih (urinary frequency), nyeri di kandung
kemih dan rektum.
- Jika sudah bermetastasis maka akan timbul gejala sesuai
dengan organ yang terkena.
- Penyakit residif menunjukkan gejala seperti edema tungkai
unilateral, nyeri siatika, dan gejala obstruksi ureter.

3. Pemeriksaan Fisik - Lesi invasif yang masih terlokalisasi terlihat di serviks atau
telah meluas ke forniks berwarna kemerahan, granular, atau
eksofitik mudah berdarah tanpa atau dengan gambaran nekrotik
disertai darah atau cairan yang berbau.
- Pemeriksaan dalam melalui vagina dapat meraba perluasan ke
forniks, sedang pemeriksaan rektal dapat mengetahui besarnya
uterus, perluasan ke parametrium, rektum.
- Kalau penyakit sudah meluas ke luar panggul maka dapat
ditemukan gangguan sentral, pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati, massa di abdomen, pelvis,
hidronefrosis atau efusi pleura atau tanda penyebaran ke
tulang, dll.
STADIUM
FIGO staging (2009)

Stadium I
Karsinoma terbatas hanya pada serviks saja
IA : karsinoma invasif yang hanya dapat didiagnosis secara
makroskopik, dengan invasi terdalam ≤
5 mm dan ekstensi terbesar ≤ 7 mm.
IA1 : invasi stroma terdalam ≤ 3.0 mm, dengan ekstensi ≤
7.0 mm.
IA2 : invasi stroma terdalam ≥ 3.0 mm dan ≤ 5.0 mm,
dengan ekstensi tidak > 7.0 mm
IB : secara klinis lesi terbatas pada serviks atau secara
mikroskopik lebih dari IA.
IB1 : secara klinis ≤ 4.0 cm pada ukuran terbesar.
IB2 : secara klinis > 4.0 cm pada ukuran terbesar.

Stadium II
Karsinoma menginvasi uterus tetapi tidak menginvasi dinding
pelvis atau sepertiga bawah vagina
IIA : tanpa invasi parametrium.
IIA1 : secara klinis ≤ 4.0 cm pada ukuran terbesar.
IIA2 : secara klinis > 4.0 cm pada ukuran terbesar.
IIB : dengan invasi parametrium.

Stadium III
Karsinoma meluas ke dinding pelvis atau sepertiga bawah
vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau gangguan
fungsi ginjal
IIIA : karsinoma menginvasi sepertiga bawah vagina, tanpa
ekstensi ke dinding pelvis.
IIIB : ekstensi ke dinding pelvis, dengan/tanpa hidronefrosis
atau gangguan fungsi ginjal.
Stadium IV
Karsinoma telah menginvasi keluar dari rongga pelvis atau
mukosa kandung kemih atau rektum (dengan bukti
histopatologi)
IVA : telah menyebar ke organ sekitar.
IVB : metastasis jauh.

4. Kriteria Diagnosis - Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan


histopatologi dari jaringan hasil biopsi serviks. Jenis
histopatologinya sebagian besar jenis epitelial (karsinoma
sel skuamosa), adenokarsinoma, karsinoma adenoskuamosa,
tumor neuroendokrin
- Penentuan stadium kanker serviks diperoleh secara klinis
dengan melakukan pemeriksaan pelvik bimanual yang jika
perlu dilakukan dibawah narcose. Penentuan stadium kanker
serviks berdasarkan sistem yang dikembangkan oleh FIGO.
Stadium I sampai stadium II A disebut sebagai stadium
awal, sedangkan stadium II B sampai stadium IV B disebut
satdium lanjut.
- Pemeriksaan limfangiografi, arteriografi, venografi,
laparoskopi, USG, CT-scan dan MRI bukan merupakan
pemeriksaan standar untuk penentuan stadium klinis. FNAB
tidak merubah stadium akan tetapi bermanfaat untuk
merencanakan terapi.
- Temuan saat operasi tidak merubah stadium klinis, akan
tetapi perlu ditulis untuk kepentingan terapi.

5. Diagnosis Kerja Kanker Serviks


6. Diagnosis Banding Kanker endometrium
7. Pemeriksaan Penunjang  Histologik
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
histologik:
- Biopsi diambil dari tumor primer jaringan yang
segar, direndam dalam buffer formalin
- Sediaan operasi yaitu uterus dengan atau tanpa
adneksa (tuba dan ovarium), kelenjar getah bening
(KGB) paraaorta, iliaka komunis, iliaka eksterna,
interna dan obturatoria.
- Deskripsi mencakup jenis histologi, diferensiasi,
reaksi limfosit, nekrosis, invasi ke saluran limfe dan
vaskuler, invasi parametrium, batas sayatan vagina,
dan metastasis KGB termasuk ukuran dan jumlah
KGB.

Klasifikasi Histologik
1.Tipe histologik

Neoplasia intraepitelial serviks, Derajat III


Karsinoma sel skuamosa in situ
Karsinoma sel skuamosa
Keratin
Nonkeratin
Verrukosa
Adenokarsinoma in situ
Adenokarsinoma in situ, tipe endoserviks
Adenokarsinoma endometroid
Adenokarsinoma sel jernih
Karsinoma adenoskuamosa
Karsinoma adenoid kistik
Karsinoma sel kecil
Karsinoma undiferensiasi

2.. Derajat Histologik


Gx- Derajat tidak dapat ditentukan
G1- Diferensiasi baik
G2- Diferensiasi sedang
G3- Diferensiasi buruk atau undiferensiasi

 Radiologik
Pemeriksaan foto toraks, BNO-IVP, USG (pilihan: CT-
Scan abdomen dengan kontras, MRI dan bone
scanning/survey).
 Endoskopi
Pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi pada stadium
lanjut ( II b ke atas)
 Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi dan kimia darah lengkap
(pilihan: petanda tumor SCC antigen untuk karsinoma
skuamosa dan CEA untuk adenokarsinoma, CA-125).
8. Terapi Stadium 0/CIS

Konisasi (Cold and hot knife).


Bila margin free, konisasi sudah adekuat pada yang
masih memerlukan fertilitas.
Bila tidak free margin re-konisasi.
Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi total
Bila hasil konisasi ternyata invasif, terapi sesuai
tatalaksana kanker invasif.

Stadium IA1 (LVSI negatif)

Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi


adekuat) apabila fertilitas dipertahankan.(Tingkat
evidens B)
Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi atau simple
histerektomi. Histerektomi Total apabila fertilitas tidak
dipertahankan

Stadium IA1 (LVSI positif)

Operatif.

Trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik apabila


fertilitas dipertahankan.

Bila operasi tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi


medik dapat dilakukan radioterapi

Stadium IA2,IB1,II A1

Pilihan :

1. 1. Operatif.

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik .

(Tingkat evidens 1 / Rekomendasi A)

Radioterapi (RT)/ Kemoradiasi ajuvan kalau


terdapat faktor risiko yaitu metastasis KGB,
metastasis parametrium,batas sayatan tidak bebas
tumor,deep stromal invasion, LVSI dan faktor risiko
lainnya.
Apabila hanya metastasis KGB saja, radiasi ajuvan
hanya EBRT. Bila tepisayatan tidak bebas tumor / closed
margin,
Pasca radiasi eksterna dilanjutkan dengan brakiterapi
ovoid 2 x 10 Gy.

2. Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT plus kemoterapi konkuren dan
brakiterapi)

Stadium IB2 dan IIA2

Pilihan :

1. Neoajuvan kemoterapi
(tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik
limfadenektomi.

IB2 dan IIA2 yang direncanakan operasi tanpa


kontraindikasi dilakukan kemoterapi neoajuvan terlebih
dahulu dan dilakukan nilai ulang paska kemoterapi
neoajuvan untuk operabilitasnya

2. Operatif
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi

Pemberian radioterapi (RT)/ Kemoradiasi ® ajuvan kalau


terdapat faktor risiko yaitu metastasis KGB, metastasis
parametrium,batas sayatan tidak bebas tumor,deep stromal
invasion, LVSI dan faktor risiko lainnya.

Pasien yang menolak operasi radiasi/kemoradiasi ® definitif

Radiasi, atau kemoradiasi ® dengan cisplatin mingguan atau


kemoradiasi ® cisplatin-ifosfamide 3 mingguan.

Stadium IIB

Pilihan :

1. Neoajuvan kemoterapi
(tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan
limfadenektomi pelvik.

2. Kemoradiasi atau Radiasi

Stadium III A III B

Kemoradiasi

Kemoterapi + radiasi
Catatan: Bila terdapat obstruksi ureter dilakukan pemasangan DJ-stent/
nefrostomi dan hemodialisa.

Stadium IV A

Radiasi dan atau kemoradiasi (IIx) mingguan/ 3 mingguan

Radiasi 4000 cGY.

Respon (+) : Radiasi Eksterna dilanjutkan sampai 50 Gy ditambah


BT 2x 850 cGy/ 3x700 cGy.

Respon (‐) : Terapi dihentikan

Catatan : Bila terdapat obstruksi ureter dilakukan pemasanganDJ


stent/Nefrostomi dan hemodialisa

Stadium IV B

Terapi Paliatif (Radiasi) pelvik / kemoterapi dapat


dipertimbangkan) :
1. Tumor Primer dilakukan evaluasi keluhan dan gejala
2. Metastasis jauh
Terapi nyeri (analgetik step ladder, neural block)
Nutrisi
Spiritual
Pendidikan Keluarga.
Catatan :
Bila terdapat obstruksi ureter dilakukan pemasangan DJ
stent/Nefrostomi dan hemodialisa.
Bila terdapat efusi pleura dilakukan punksi atau pemasangan
WSD Bila terdapat ascites dilakukan punksi ascites.

Pasien dengan stadium <4, dan usia muda (< 40 tahun) sebaiknya
dilakukan transposisi ovarium.

Radiasi
RE: 46-50 Gy.

BT: 2x850 cGy atau 3x700 cGy.


Brakiterapi diberikan setelah RE 25 Gy, sebanyak 3 kali
dengan jarak 1 minggu diantaranya; RE diteruskan hingga
50 Gy.
Jika brakiterapi tidak dapat dilakukan, radiasi eksterna
dilanjutkan dengan small field atau 3D Conformal RT.

Kemoterapi 1 mingguan
Pengobatan kemoterapi dengan platinum based mingguan
akan diberikan intravena selama satu kali seminggu
dengan dosis 40
mg/m2 yang diberikan 6-8 jam sebelum radiasi dan
diberikan pada hari pertama, atau kedua, atau ketiga
minggu I, II, III, IV dan V, minimal 3 kali pemberian.

Kemoradiasi 3 mingguan

Paclitacel-Carboplatin, Cisplatin-Ifosphamide, 5Fu-


Cisplatin, Cisplatin Vincristin Bleomycin (PVB), Taxan-
Carboplatin.
Untuk residif : Cisplatin-Ifosphamide -Taxan
(TIP)
Contoh : Cisplatin-Ifosphamide.

Syarat
1. Kanker serviks secara histopatologis dan telah
dilakukan staging menurut FIGO stadium IB2IIIB
2. Status penampilan (performance status) berdasarkan
3. Kriteria Eastern Cooperative Oncology Group
(ECOG) dengan skor ≤ 2
Grade Tingkat aktivitas

0 Aktivitas penuh, dapat melakukan aktivitas


tanpa pertolongan
1 Aktivitas terbatas, dapat melakukan pekerjaan
sehari-hari

2 Dapat mengurus diri sendiri, tetapi tidak


menyelesaikan pekerjaan, 50% di tempat tidur
3 Dapat mengurus diri sendiri secara terbatas,
lebih 50% berada di tempat tidur
4 Tidak berdaya secara penuh, tidak dapat
mengurus diri sendiri, total di tempat tidur

Laboratorium darah tepi (Hb ≥ 10g%, leukosit ≥ 3.000/m


m3, trombosit ≥ 100.000/mm3), fungsi hati (SGOT <27
U/L, SGPT < 36 U/L) dan ginjal (Ureum < 50 mg/d L,
Kreatinin 0,601.20 mg/d L, CCT >68mL/menit)
CCTtergantung regimen dan dapat dilakukan penyesuaian
dosis pada gangguan hepar dan ginjal.

9. Edukasi Bagi pasien yang akan dioperasi, sebelum operasi pasien


(Hospital Health Promotion) diberikan informasi tentang prosedur operasi dan beberapa
komplikasi yang bisa terjadi pada saat sebelum operasi, saat
operasi dan sesudah operasi.

Bagi pasien yang akan diberikan kemoterapi, sebelum


pemberian kemoterapi pasien diberikan informasi tentang
tujuan pengobatan (kemoterapi) dan efek samping obat
kemoterapi.

Jika pasien dan keluarga telah mengerti tentang prosedur


operasi/kemoterapi maka pasien/keluarga pasien akan
menangatangani persetujuan tindakan. Dokter pemberi
informed consent juga akan menandatangani dan disaksikan
oleh perawat saksi dari dokter dan keluarga pasien (saksi dari
pasien) yang juga ikut menandatangani informed consent
tersebut
10. Prognosis Dipengaruhi oleh:

1. Stadium
2. Jenis histopatologi
3. Jenis/pilihan terapi
4. Optimalisasi terapi

Pemulihan pasien dengan kanker serviks tergantung dari


beberapa faktor antara lain keadaan umum pasien, stadium
penyakit, pilihan pengobatan, penyulit infeksi dan faktor
penyembuhan luka.

11. Penelaah Kritis 1. dr. I.G.A.A Sri M. Montessori, SpOG


2. dr. Alfiani Rachmiputeri, SpOG(K)
3. dr. Prima Deri Pella, SpOG
4. dr. Handy Wiradharma, SpOG
5. dr. Novia Fransiska Ngo, SpOG
6. dr. Andriansyah, SpOG(K)
7. dr. Yasmin Sabina Sadiah, SpOG
8. dr. Erwin Ginting, SpOG
9. dr. Marihot Pasaribu, SpOG
10. dr. Gusti Hesty Nuraini, SpOG
11. dr. Andi Satya Adi Saputra, SpOG
12. dr. M. Faizal Arif, SpOG
15. Kepustakaan 1 PPK HOGI. 2014. 

2 Andrijono, ed. Kanker serviks. Dalam: Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Himpunan Onkologi
Ginekologi Indonesia. Panduan Pelayanan Medik
Ginekologi Onkologi.
3 Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF. Staging classification
and clinical practice guidelines of gynecologic cancers. Int J
Gynecol Obstet. 2000; 70:207-212
4 Hacker NF, Friedlander ML. Cervical cancer. In: Bereck JS,
Hacker NF. Gynecologic Oncology. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins, 2010: 341-395
5 Jhingran A, Levenback C. Malignant disease of the cervix.
Microinvasive and invasice carcinoma: diagnosis and
management. In:Katz VL, Lentz GM, Lobo LA, Gershenson
DM, eds. Comprehensive Gynecology. Philadelphia: Mosby
Elsevier,2007: 759-80
6 Monk BJ, Tewari KS. Invasive cervical cancer. In: DiSaia
PJ, Creasman WT, eds. Clinical Gynecology Oncology.
Philadelphia: Mosby Elsevier,2007: 55-124
7 Randall ME, Michael H, Vermorken J, Stehmean F. Uterine
cervix. In: Hoskins WJ, Young RC, Markman M, Perez CA,
Barakat R, Randall M, eds. Principles and Practice of
Gynecologic Oncology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins, 2005: 743-822
8 Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL,
Bradshaw KD, Cunningham FG. Cervical cancer. In:
Williams Gynecology> The McGraw-Hill company, 2008:
646-664
Lampiran 1
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai