Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

Kanker Ovarium
1. Pengertian (Definisi) Adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium 


2. Anamnesis 1. Keluhan Utama


. Kanker ovarium stadium dini sering asimtomatik, jika
bergejala umumnya 
sudah stadium lanjut. 

. Dapat muncul gejala non spesifik yang menetap atau
sering, seperti: nyeri 
panggul/perut, perut begah,
gangguan makan atau merasa cepat kenyang,

diare/konstipasi, gejala berkemih, perdarahan
pervaginam, lemah. 

. Gejala tambahan non spesifik lain yang sering terjadi
pada stadium lanjut, seperti: mual, dispepsia, hilang
nafsu makan, perut membesar/membuncit, 
benjolan
di perut, benjolan kelenjar, sesak karena efusi pleura.

2. Riwayat Penyakit Sekarang
. Status pasca menopause meningkatkan risiko
keganasan jika ada massa 
adneksa
. Kebanyakan perempuan dengan kanker ovarium telah
memiliki gejala 
berbulan-bulan 

. Kumpulan gejala meningkatkan sensitivitas
mendiagnosis kanker ovarium 
dibanding hanya satu
gejala

3. Riwayat Pengobatan
. Tanyakan tentang riwayat terapi sulih hormon,
penggunaan pil KB kombinasi dan terapi infertilitas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
. Tanyakan tentang menars dini atau menopause lanjut,
riwayat endometriosis, riwayat hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC)-Lynch syndrome, atau
kanker terkait lainnya. 

5. Riwayat Keluarga
. Tanyakan riwayat keluarga kanker payudara, ovarium,
kolorektal, atau endometrium (korpus uteri), serta
mutasi BRCA1 atau BRCA2 

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Umum
. Palpasi pembesaran KGB supraklavikula, aksila, dan
inguinal 

2. Paru
. Penurunan suara nafas menandakan efusi pleura 

3. Abdomen
. Nilai distensi abdomen, massa, dan asites 

4. Pelvis
. Lakukan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi massa
adneksa : massa kistik dengan atau tanpa bagian padat
di abdomen/pelvis, dapat disertai asites, nyeri abdomen,
dan atau osbtruksi5 

. Karakteristik massa adneksa yang dicurigai ganas,
antara lain:4 terdapat bagian padat, terfiksasi, bernodul
dan ireguler, temuan bilateral. 

. Pemeriksaan bimanual memiliki sensitivitas rendah
untuk mendeteksi massa adneksa, namun sensitivitas
sedang untuk membedakan massa jinak dengan yang
ganas. 


4. Kriteria Diagnosis 1. Kanker ovarium yang ditetapkan pada PPK ini adalah kanker
ovarium jenis epitelial yang berasal dari permukaan epitel
ovarium, yaitu sekitar 85% - 90%. Keganasan ovarium tipe
epitelial adalah karsinoma dimana memiliki variasi
histologis: serosum, musinosum, endometrioid, sel
transisional, dan sel jernih (clear cell). Tipe serosum adalah
yang paling sering, yaitu sebesar 46%, diikuti oleh tipe
musinosum (36%), endometrioid (8%), dan clear cell (3%).
2. Pertimbangkan kanker ovarium terutama jika usia > 50
tahun dengan:5
- Menetap atau sering: begah, hilang nafsu makan, nyeri
panggul/abdomen, 
meningkatnya rasa terdesak atau
frekuensi berkemih. 

- Gejala mengarah ke onset baru irritable bowel syndrome
(IBS) dalam 12 
bulan. 

3. Konfirmasi diagnosis dengan pemeriksaan patologi
anatomik 

. Pemeriksaan histopatologi jaringan ovarium diperoleh
dari operasi primer, 
biopsi image-guided, atau
laparoskopi 

. Pemeriksaan sitopatologi cairan aspirasi jika jaringan
diagnosis tidak dapat 
dilakukan 

. Pemeriksaan histokimia dilakukan untuk menunjang
pemeriksaan 
histopatologi 

. Pemeriksaan imunohistokimia diagnostik untuk
menentukan jenis dan asal 
tumor pada kasus-kasus
tertentu yang disarankan oleh bagian Patologi Anatomi.

4. 
 USG dan kadar Ca-125 membantu menentukan pasien


kandidat operasi atau biopsi per laparoskopi 


5. Diagnosis Kerja Kanker Ovarium


6. Diagnosis Banding . Kondisi ginekologi lain: kista folikel ovarium, mioma
bertangkai, 
endometrioma, abses tuba-ovarium,
kehamilan ektopik, torsi ovarium, teratoma 
matur,
kistadenoma serous, kistadenoma musinous,
hidrosalping. 

. Kondisi non ginekologi: abses divertikel, abses apendiks
atau mukosel, tumor selubung saraf, divertikulum
ureter, ginjal pelvis, kista paratuba, mesotelioma kistik
jinak peritoneum, tuberkulosis peritoneum menyerupai
kanker ovarium 
stadium lanjut, irritable bowel
syndrome (IBS) 

. Keganasan non ovarium: kanker peritoneum primer,
sarkoma retroperitoneum, 
karsinoma tuba falopii,
serta metastasis dari organ lain misalnya keganasan
traktus gastrointestinal, payudara, dll. 


7. Pemeriksaan Penunjang . Laboratorium: darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal,


elektrolit, albumin, 
profil hemostasis. 

. Penanda tumor Ca-125, HE-4, dan CEA 

. Pada kasus tertentu yang tidak klasik (massa kistik
dijumpai bersamaan dengan 
massa padat ovarium) :
ditambahkan pemeriksaan AFP, LDH, b-hCG 

. USG ginekologi: trans-abdominal dan/atau trans-
vaginal/rektal (dianjurkan 
pemeriksaan dengan color
Doppler) 

. Rontgen toraks 

. CT scan abdomen dan pelvis (jika memungkinkan
dalam satu hari yang sama) 

. Pemeriksaan sitologi cairan asites dan/atau cairan
pleura pra operasi 


Pemeriksaan atas Indikasi


. CT scan toraks jika terdapat kecurigaan metastasis paru
berdasarkan hasil rontgen toraks

. MRI dilakukan
✓ Jika CT scan tidak memungkinkan (pada gangguan
fungsi ginjal yang merupakan kontraindikasi pemberian
kontras) 

✓ MRI tulang belakang untuk melihat metastasis
kolumna vertebralis dengan penekanan medula spinalis

✓ MRI kepala untuk mengevaluasi metastasis
kepala



8. Terapi Pada prinsipnya, tata laksana utama pada kanker ovarium


adalah pembedahan dan kemoterapi. Penentuan stadiumnya
berdasarkan surgical staging. Diagnosis pasti tentang jenis
tumor dan diferensiasi/grade tumor dengan pemeriksaan
histopatologi berdasarkan spesimen yang didapatkan saat
operasi. Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan
imunohistokimia diagnostik atas indikasi yang ditetapkan oleh
bagian Patologi Anatomi, atau dalam rangka menentukan jenis
dan asal tumor pada kasus- kasus tertentu.

Tata Laksana Utama


a. Pembedahan (Laparotomi / Laparoskopi)
Pilihan utama:
. Open laparotomy dengan insisi mediana 

. Sitologi: asites, atau bilasan peritoneum 

. Pengangkatan tumor primer (ovarium) untuk dilakukan
potong beku 


Bila hasil potong beku (VC): 



✓ karsinoma/ganas (adenokarsinoma): dilanjutkan
complete surgical 
staging (histerektomi total,
salpingo-ooforektomi bilateral, omentektomi,
appendektomi, limfadenektomi pelvik dan paraaorta,
biopsi peritoneum (prevesikal, prerektal, parakolika,
subdiafragma)

✓ Borderline: cukup dilakukan pengangkatan tumor


primer (salpingo- ooforektomi unilateral), boleh
dilanjutkan pengangkatan jaringan lain sesuai dengan
temuan penyebarannya. 


✓ Jinak: cukup hanya pengangkatan tumor primer


(salpingo-ooforektomi unilateral). 


✓ Tidak konklusif: keputusan bergantung secara


individual bergantung pada kasusnya masing-masing.

✓ Surgical staging (pada stadium awal)
Pada


Conservative surgical staging: pasien usia muda dan
masih membutuhkan fungsi fertilitas meskipun hasil
VC ganas (adenokarsinoma), dapat dilakukan
pembedahan konservatif hanya melakukan
pengangkatan tumor primer (salpingo-ooforektomi
unilateral, sitologi, sampai dengan omentektomi,
limfadenektomi ipsilateral, dan apendektomi), dengan
syarat klinis stadium 1 dan diferensiasi baik.

✓ Pada stadium lanjut: dilakukan debulking
(cytoreductive surgery) dengan melakukan tindakan
histerektomi total salpingo-ooforektomi bilateral,
sampai dengan limfadenektomi pelvik dan paraaorta
dan reseksi tumor metastasis secara maksimal dengan
residu minimal disesuaikan dengan kondisi pasien.

Bila diperlukan rencana operasi bersama atau
konsultasi di meja operasi dengan teman sejawat bedah
digestif, urologi, atau vaskular. 


✓ Pada kondisi ini pembedahan yang dilakukan


dikategorikan sebagai pembedahan debulking primer.
Pada kondisi lain dimana sudah diketahui hasil sitologi
cairan asites positif anak sebar, maka pasien menjalani
kemoterapi neoadjuvan sebelum pembedahan debulking
interval. Pada kondisi dimana diduga terdapat
keterlibatan sistem pencernaan dan/atau traktus
urinarius, maka pembedahan dapat dilakukan bersama
sejawat dari divisi bedah digestif dan/atau bedah
urologi.

✓ Pembedahan per Laparoskopi
Dapat diperlukan


untuk diagnostik, pengambilan cairan sitologi, biopsi,
penilaian resektabilitas, atau pengangkatan jaringan
yang sesuai dengan kemampuan laparoskopi. Bila tidak
memungkinkan operasi diselesaikan per laparoskopi,
maka selanjutnya dapat dilakukan convert teknik per
laparotomi.

b. Kemoterapi
- Kanker Ovarium stadium IC-IVB
- Skor ECOG performance status <2
✓ Kriteria laboratoris: darah tepi (Hb > 10 g%,
leukosit > 3500/mm, trombosit > 100.000/mm), fungsi
hati (SGOT-SGPT sampai 2x nilai normal) dan ginjal
(ureum <50 mg/dL, kreatinin 0,6-1,2 mg/dL, CCT >60
mL/menit (tergantung rejimen dan dapat dilakukan
penyesuaian dosis pada gangguan ginjal dan hati. 


✓ Tidak menderita penyakit komorbid berat lainnya,


misalkan penyakit kardiovaskular yang tidak terkontrol,
diabetes melitus yang tidak terkontrol, gangguan
psikologis berat, ulkus peptik aktif, atau
imunodefisiensi/HIV. 


Beberapa pilihan kemoterapi pada Kanker Ovarium


1. Kemoterapi Neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah pemberian kemoterapi
sebelum pembedahan primer. Indikasi kemoterapi
neoadjuvan antara lain:
✓Tumor ovarium suspek ganas stadium lanjut dengan
sitologi (asites/pleura) positif atau unresectable pasca
penilaian dengan laparotomi atau laparoskopi
diagnostik.
✓ Operasi primer diperkirakan sukar mencapai
pembedahan debulking yang optimal. Atau terdapat
penyakit penyerta yang merupakan kontraindikasi
tindakan, misalkan kelainan fungsi paru atau yang
ditetapkan oleh multidisplin lain.

Rejimen kemoterapi yang diberikan: Paclitaxel (175


mg/m2) dan Carboplatin (AUC 5/6 x (egfr+25)) secara
intravena setiap tiga minggu sebanyak 3
siklus.
Kriteria respon klinik terhadap NAC: respon
komplit, parsial, stable disease, dan progresif.

2. Kemoterapi Adjuvan
Pengobatan kemoterapi pasca pembedahan diberikan
setiap 3 minggu sebanyak 6 kali peberian.
Kemoterapi yang diberikan adalah kemoterapi lini
pertama berbasis platinum (cisplatin atau carboplatin).
✓ Paclitaxel (175 mg/m2) dan carboplatin (AUC 5-6)

✓ Docetaxel (60-75 mg/m2) dan carboplatin/cisplatin
(AUC 5-6/75-100 
mg/ m2) 


3. Kemoterapi pada Kanker Ovarium Residif


Secara umum, respon kanker ovarium residif terhadap
kemoterapi relatif rendah, yaitu 10-15%. Berdasarkan
waktu terjadinya, kemoterapi pada pasien kanker
ovarium residif dibagi menjadi : 


- Sensitif Platinum, (jika terjadi residif lebih dari 6


bulan) 

Diberikan kemoterapi lini pertama atau lini kedua
berikut ini:

✓ Gemcitabine (1000 mg/m2 hari 1 dan 8) +
Carboplatin (AUC 5-6)
✓ Docetaxel (60-75 mg/m2) + Carboplatin (AUC 5-
6)

✓ Paclitaxel (175 mg/ m2) + Carboplatin rechallenge
(AUC 4-5)

✓ Etoposide (50-100 mg/m2) selama 3 hari 


- Resisten platinum (jika terjadi residif kurang dari 6


bulan). Beberapa pilihan terapi yang dapat diberikan:

✓ Paclitaxel weekly

✓ Gemcitabine + Carboplatin
✓ Radioterapi paliatif 


Kriteria Respon Kemoterapi: 



Respon kemoterapi ditentukan berdasarkan kriteria RECIST
1.1 (Response Evaluation Criteria In Solid Tumors) atau
kriteria WHO (World Health Organization). 

9. Edukasi Penjelasan yang holistik dan komprehensif tentang berbagai
(Hospital Health Promotion) hal yang terkait dengan kondisi pasien tidak hanya diberikan
kepada pasien saja, namun juga kepada keluarga pasien yang
dapat mendukung proses pengobatan.
Penjelasan meliputi diagnosis, stadium, dan prognosisnya,
rencana terapi dan tata laksananya, hasil terapi beserta
komplikasi yang mungkin terjadi dan tata laksana mengatasi
komplikasi tersebut. Selain itu, beberapa hal berikut juga
penting untuk dijelaskan, yaitu:
- Berbagai fungsi terkait: seksual, berkemih, defekasi
dan aktivitas lain
- Fertilitas dan kebutuhan terapi hormonal
- Keluhan yang harus diantisipasi untuk mengenali
gejala kekambuhan
- Faktor genetik, kemungkinan saudara mengalami
penyakit sejenis
- Dukungan dari keluarga dan perkumpulan-
perkumpulan survivor
- Pengelolaan psikis: kesedihan, depresi, kecemasan,
kemungkinan kegagalan 
pengobatan, dan
menghadapi kekambuhan
10. Prognosis Lama perawatan dan pemulihan pasien tergantung pada
beberapa faktor, antara lain keadaan umum pasien,
pilihan pengobatan, stadium penyakit, dan kondisi
penyulit lainnya. Secara umum, kanker ovarium
memberikan prognosis yang buruk karena sebagian
besar kasus datang pada stadium lanjut. Tingkat
kesintasan hidup pasien kanker ovarium yang umumnya
digunakan adalah 5 tahun (5 years survival rate).
Semakin lanjut stadium, semakin rendah tingkat
kesintasan hidupnya 


11. Penelaah Kritis 1. dr. I.G.A.A Sri M. Montessori, SpOG


2. dr. Alfiani Rachmiputeri, SpOG(K)
3. dr. Prima Deri Pella, SpOG
4. dr. Handy Wiradharma, SpOG
5. dr. Novia Fransiska Ngo, SpOG
6. dr. Andriansyah, SpOG(K)
7. dr. Yasmin Sabina Sadiah, SpOG
8. dr. Erwin Ginting, SpOG
9. dr. Marihot Pasaribu, SpOG
10. dr. Gusti Hesty Nuraini, SpOG
11. dr. Andi Satya Adi Saputra, SpOG
12. dr. M. Faizal Arif, SpOG

15. Kepustakaan 1 PPK HOGI. 2014. 



2 Ledermann J, Raja F, Fotopoulou C, Gonzalez-Martin
A, Colombo N, Sessa C, et al. Newly diagnosed and
relapsed epithelial ovarian carcinoma: ESMO Clinical
Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-
up. Ann Oncol. 2013;24 Suppl 6:vi24-32. 

3 Bristow B, Berek J. Surgery for ovarian cancer: how to
improve survival. Lancet. 2006;367(9522):1558–60. 

4 American College of Obstetricians and Gynecologists.
ACOG practice bulletin no. 83. Management of adnexal
masses. Obs Gynecol. 2007;110(1):201–14. 

5 National Institute for Health and Care Excellence
(NICE). Ovarian. Ovarian cancer Recognit Initial
Manag ovarian cancer. 2011; 

6 Kurman R, Carcangiu M, Herrington C, Young R.
WHO Classification of tumours of female reproductive
organs. 4th edition. Lyon: IARC; 2014. 

7 Mutch D, Prat J. FIGO staging for ovarian, fallopian
tube and peritoneal cancer. Gynecol Oncol.
2014;133:401–4. 

8 Marchevsky A, Abdul-Karim F, Balzer B, Goldblum J.
Intraoperative consultation. Intraoperative consultation.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015. 

9 Morgan R, Armstrong D, Alvarez R. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology: Ovarian Cancer
version 1.2016. 2016;1–116. 

10 Chundury A, Apicelli A, DeWees T, Powell M, Muntch
D, Thaker P. Intensity modulated radiotherapy for
recurrent ovarian cancer refractory to chemotherapy.
Gynecol Oncol. 2016;141:134–9. 

11 Rochet N, Sterzing F, Jensen A, Dinkel J, Herfarth K,
Schubert K. Intensity modulated whole abdominal
radiotherapy after surgery and carboplatin/taxane
chemotherapy for advanced ovarian cancer: Phase I
study. Int J Radiat Oncol Biol Phys. 2010;76(5):1382–
9. 

12 Mahantshetty U, Shankar S, Engineer R, Chopra S,
Gupta S, Maheshwari A. Whole abdomen radiation
suing helical tomotherapy based intensity modulated
radiotherapy: a potential for consolidation therapy in
adequately treated locally advanced epithelial ovarian
cancer. Clin Oncol. 2012;24:457–8. 

13 Kataria T, Kumar S. Role of radiotherapy in ovarian
cancer. Ind J Med Paed Oncol. 2007;28(4):18–22. 

Lampiran 2
Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai