Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI KONDILOMA AKUMINATA

Oleh Grace Pingkan Diane Reppi

Pembimbing dr. Rudy A. Lengkong, SpOG(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 BAGIAN/SMF OBSTETRI GINEKOLOGI FK UNSRAT/RSUP PROF Dr. R.D. KANDOU MANADO 2011

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata (kutil kelamin, genital warts, venereal warts, anogenital


warts, jengger ayam) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) terutama tipe 6 dan 11. Pertumbuhan kutil pada wanita dapat ditemukan pada area vulva, daerah labia, vagina bahkan sampai ke serviks, pada orifisium uretra eksterna bahkan sampai ke dalam kandung kemih, serta pada area perianal dan anal.1,2,3 HPV bukan merupakan virus tunggal, tetapi mewakili sejumlah besar tipe yang secara genotype berhubungan. Terdapat lebih dari 20 tipe HPV yang dapat menginfeksi area anogenital. HPV tipe 6 dan 11 diklasifikasikan sebagai low-risk HPV types oleh karena menyebabkan pertumbuhan kutil yang sifatnya jinak. 4,5,6 Cara transmisi utama virus adalah melalui hubungan seksual. Kelompok yang paling berisiko adalah remaja serta dewasa muda yang aktif secara seksual. Sekitar 65 % kontak seksual akan mentransmisi virus. Rekurensi sering terjadi pada kasus-kasus kondiloma akuminata. Transmisi perinatal dari ibu kepada bayinya dapat terjadi. Selain itu otoinokulasi dari jari ke area anogenital juga mungkin mentransmisi penyakit ini. 4,7 Infeksi HPV dapat bersifat asimptomatik maupun simptomatik. Perjalanan klinisnya dapat terdiri dari fase laten dan reaktivasi. Masa inkubasi sampai bertumbuhnya kondiloma akuminata berlangsung rata-rata 1-8 bulan. Pada umumnya kondiloma akan berkembang dua atau tiga bulan setelah infeksi, tapi dapat pula setelah bertahun-tahun. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual. Pertumbuhan kutil dapat berbentuk seperti jengger/akuminata, papul serta datar. Terdapat pula perkembangan lesi yang menjadi sangat besar, yang disebut giant condyloma (Buschke Lowstein) dan Papulosis Bowenoid. Kira-kira sepertiga pasien mengalami rekurensi, umunya setelah dua tahun sejak diterapi. Di lain pihak, regresi spontan dapat terjadi pada beberapa pasien dalam dua atau tiga tahun.1,5,8,9 Selama kehamilan, prevalensi kondiloma meningkat dan secara signifikan mengalami penurunan setelah periode post partum. Risiko kondiloma akuminata pada kehamilan meningkat menjadi dua kali lipat. Selama kehamilan kondiloma akuminata

memiliki kecenderungan untuk bertumbuh dan menjadi lebih banyak vaskularisasi. Jumlah dan ukurannya bertambah selama kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Kemungkinan berhubungan dengan akselerasi replikasi virus karena supresi status imun wanita hamil dan terdapatnya perubahan hormonal yang menyebabkan suasana lembab pada area genital sehingga memberi suasana yang memungkinkan bertambahnya pertumbuhan kondiloma. Lesi kadang-kadang berkembang hingga memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga persalinan pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan. Pertumbuhan kondiloma yang besar dapat menghalangi jalan lahir dan menyebabkan perdarahan yang banyak bila dilakukan persalinan per vaginam. 3,8,10 Bayi dengan ibu yang mengalami kondiloma akuminata selama kehamilan mempunyai risiko menderita Juvenile-Onset Recurrent Respiratory Papilomatosis, atau papilomatosis laring yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Lesi terjadi terutama pada laring, pita suara, serta mukosa mulut dan hidung; memberi gejala klinis suara parau, batuk kronis, kesedakan, infeksi saluran napas berulang, hingga gagal tumbuh. Papilomatosis laring ini terjadi 1 4 dari 100000 kelahiran, serta kira-kira 7 dari 1000 ibu yang terinfeksi HPV tipe 6 dan 11.8,10,11 Bayi mempunyai risiko terpapar virus terutama pada saat melewati jalan lahir. Transmisi bahkan dapat terjadi meskipun tidak ada bukti klinis lesi kondiloma pada ibu. Bayi baru lahir dapat pula mengalami infeksi meskipun dilahirkan melalui seksio sesarea. Infeksi dapat terjadi asendens oleh karena ketuban yang telah pecah, bahkan terdapat kemungkinan transmisi terjadi pada saat fertilisasi atau transplasental. 10,11

Eradikasi kondiloma akuminata selama kehamilan tidak selalu diperlukan karena umumnya membaik dan mengalami regresi setelah persalinan. Terapi yang dapat diberikan pada ibu hamil antara lain adalah trichloroacetic atau bichloroacetic acid yang diberikan secara topikal. Pada lesi yang besar dilakukan pengangkatan dengan eksisi, elektrokauter atau cryosurgery.1,4,8 Persalinan per vaginam tidak menjadi kontraindikasi pada pasien dengan kondiloma akuminata apabila tidak terdapat lesi yang menghalangi jalan lahir atau yang diperkirakan mengalami perdarahan banyak oleh karena trauma persalinan. Meskipun seksio sesarea dapat mengurangi kemungkinan transmisi HPV dari ibu

kepada janin, seksio sesarea bukan diindikasikan untuk pencegahan transmisi vertikal HPV tersebut.1,8,10 Dewasa ini telah tersedia vaksinasi untuk pencegahan kondiloma akuminata, yaitu vaksin Gardasil. Vaksin ini adalah suatu vaksin rekombinan HPV kuadrivalen untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.12 Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus yang didiagnosis kondiloma akuminata pada primigravida yang ditangani dengan seksio sesarea di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FK Unsrat/RSUP Prof dr. R.D. Kandou.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Alamat Status Agama Pendidikan terakhir Pekerjaan Masuk Rumah Sakit ANAMNESIS Pasien dirujuk dari PKM Bahu dengan diagnosis G1P0A0 17 tahun inpartu kala I dengan suspek bayi besar Anamnesis Utama Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan teratur Pelepasan lendir campur darah (-) Pelepasan air dari jalan lahir (-) Pergerakan janin masih dirasakan saat MRS Riwayat penyakit jantung, paru-paru, ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi, disangkal Pasien merasakan adanya benjolan-benjolan pada kemaluan sejak 1 bulan yang lalu BAB/BAK biasa : Ny. SC : 17 tahun : Jln Sea : Menikah : Kristen : SMA : Ibu Rumah Tangga : 31 Oktober 2011, jam 02.00 WITA

Anamnesis Kebidanan Menarche usia 11 tahun, siklus haid teratur, lamanya + 3 hari HPHT : 22 Januari 2011 TTP : 29 Oktober 2011

PAN : 3 kali di PKM Bahu Kawin : 1 kali selama 5 bulan Riwayat kehamilan G1P0A0 KB : (-)

PEMERIKSAAN FISIK Status praesens : Keadaan umum Tekanan Darah Respirasi TB Konjungtiva C/P : Cukup : 140/90 mmHg : 24 x/mt : 156 cm : anemis (-) : dalam batas normal Kesadaran Nadi Suhu BB Sklera Ekstremitas : CM : 88 x/mt : 36,8 0 C : 84 kg : ikterik (-) : edema (-)

Komisura posterior tampak massa bertangkai ukuran 1x1 cm, 1x1 cm, 0,5 x 0,5 cm, ukuran 0,5 x 0,5 cm; warna seperti kulit. Status Obstetrik : TFU BJJ TBBA Pemeriksaan Dalam Portio tebal lunak arah axial pembukaan (-) pp kepala H I Pemeriksaan Panggul Pintu Atas Panggul Promontorium Linea inominata Bidang Tengah Panggul Sakrum Spina ishiadika : Konkaf : Tidak menonjol : Tidak teraba : Teraba 1/3 1/3 : 32 cm : 13-12-12 : 3100 (JT) Letak janin His : letak kepala U punggung kiri : jarang jarang

Dinding samping Pintu Bawah Panggul Arkus pubis

: Lurus : > 900

Kesan panggul : Cukup luas LABORATORIUM Hb 13,1 g/dl, leukosit 12.000/mm3, trombosit 295.000/mm3, PCV 38,6 % GDS 82 mg/dl Proteinuri (+) USG Janin intra uterin tunggal letak kepala FM (+), FHM (+) BPD : 9,02 cm, FL : 7,29 cm, AC : 32,04 mm AFL > 2 cm, EFW : 3100 3200 gr Plasenta implantasi di fundus grade II-III Kesan : Hamil aterm NST BHR : 120 150 bpm Acceleration : (+) Deceleration : (-) Variability Kesimpulan : 10 20 bpm : Reaktif

RESUME MASUK G1P0A0, 17 tahun, masuk rumah sakit tanggal 31 Oktober 2011 jam 02.00 dirujuk dari PKM Bahu dengan diagnosis: G1P0A0 17 tahun inpartu kala I dengan suspek bayi besar. Tanda-tanda inpartu (-). Pecah ketuban (-). Pergerakan janin (+). RPD (-). HPHT 22/01/2011, TTP 29/09/2011. PAN (+) 3 x di Puskesmas. Status praesens : Tekanan Darah : 140/90 mmHg, Nadi : 88 x/mt,

Respirasi : 24 x/mt, Suhu : 36,8 0 C. Komisura posterior tampak massa bertangkai ukuran 1x1 cm, 1x1 cm, 0,5 x 0,5 cm, ukuran 0,5 x 0,5 cm; warna seperti kulit. Status obstetrik: TFU : 32 cm, letak janin : letak kepala U punggung kiri, BJJ : 1312-12, His : (-), PD : Portio tebal lunak arah axial pembukaan (-) pp kepala H I Laboratium : Proteinuri (+) DIAGNOSIS G1P0A0 17 tahun hamil 40-41 minggu belum inpartu + PER + Kondiloma akuminata Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I SIKAP Rencana seksio sesarea elektif Konseling, informed consent, cross match Sedia donor, setuju operasi Konsul IP Kulit & Kelamin Luminal : 3 x 30 mg Observasi Vital Sign, His, BJJ Lapor Konsulen advis : seksio sesarea elektif

Konsul IP Kulit & Kelamin Anamnesis : Benjolan di kemaluan, permukaan kasar sejak + 1 bulan yang lalu, nyeri (-), gatal (+), awalnya kecil kemudian membesar. Pasangan tidak memiliki keluhan yang sama. Riwayat berhubungan seks dengan pasangan sejak 10 bulan yang lalu, tanpa menggunakan kondom. Riwayat berganti pasangan disangkal. Riwayat keputihan (+) sejak mulai hamil. Status Venerologis : Regio vulva (komisura posterior) : beberapa vegetasi permukaan kasar dan verukosa, bertangkai, warna seperti kulit Kesan : Kondiloma Akuminata Anjuran : Saat ini belum ada terapi spesifik untuk penatalaksanaannya

Kontrol di Poli Kulit dan Kelamin setelah masa nifas Observasi Jam 16.00 Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan mulai teratur HIS : 8-9//10-15 BJJ : 12-13-12 PD : Eff. 95 %, pembukaan 1-2 cm, pp kepala, H I Diagnosis G1P0A0 17 tahun hamil 40-41 minggu inpartu kala I + PER + Kondiloma akuminata Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I Sikap Seksio sesarea cito Konseling, informed consent Luminal : 3 x 30 mg Observasi Vital Sign, His, BJJ Lapor Konsulen advis : seksio sesarea cito

Jam 16.00 18.30 :

HIS : 8-9//10-15

BJJ : 12-13-12

Jam 18.30 : Penderita didorong ke OK Cito Jam 18.50 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP Laporan Operasi Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dalam general anestesia dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi linea mediana inferior, insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia dijepit dengan dua kocher, diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral. Identifikasi peritoneum, dijepit dengan dua pinset, setelah yakin usus tidak ikut terjepit di bawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke

bawah. Setelah peritoneum dibuka tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesikouterina, digunting kecil dan diperlebar ke kanan dan ke kiri, vesika urinaria disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi SBR, diinsisi semilunar, insisi diperdalam dan ditembus secara tumpul dengan jari, keluar cairan putih keruh + 200 cc. Identifikasi bayi letak kepala, dilahirkan dengan cara meluksir kepala. Jam 18.55 lahir bayi perempuan, BBL 3400 gr, PBL 49 cm, AS 7-9. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem di dua tempat kemudian digunting di antaranya, selanjutnya bayi diserahkan kepada sejawat neonati untuk penanganan selanjutnya. Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, identifikasi plasenta implantasi di fundus, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput dan bekuan darah. Luka SBR dijahit secara jelujur dua lapis. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan retroperitonealisasi. Kontrol perdarahan (-). Eksplorasi uterus bentuk normal, kedua tuba dan ovarium baik. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan darah. Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut, otot dijahit secara simpul dengan plain catgut, fascia dijahit secara jelujur dengan dexon no. 1, lemak dijahit secara simpul dengan plain catgut, kulit dijahit sub kutikuler dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup kasa betadine. Jalan lahir dibersihkan. Jam 20.10: Operasi selesai Keadaan post operasi Kesadaran : CM TD : 140/70 N : 92 x/m R : 24 x/m S : 36,8O C TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik Perdarahan : 500 cc Instruksi post operasi 1) Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan 2) Puasa sampai peristaltik usus normal 3) Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% 2:2 30 gtt/mnt 4) Antibiotik : - Ceftriaxone inj 3 x 1 gr IV Diuresis : 300cc

10

- Metronidazole inj 2 x 0,5 gr drips IV 5) Oxytocin 3 x 1 amp IV 6) Vitamin C inj 1 x 1 amp IV 7) Kaltrofen Supp 1x II per rektal 8) Cek Hb post operasi, bila Hb < 10 gr/dL transfusi Laboratorium post operasi Hb 11,1 g/dl, leukosit 17.000/mm3, trombosit 310.000/mm3, PCV 31,6 % FOLLOW UP 1 November 2011 S O : : Keluhan (-), flatus (+) Status praesens KU = Cukup Kes = CM TD : 110/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,7C Status Puerpuralis : Mammae : laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik A P : : P1A0 17 tahun, post SCTP ai kondiloma akuminata (Perawatan Hari I) Lahir bayi perempuan, BBL 3400 gr, PBL 49 cm, AS 7-9 - Infus & injeksi stop, aff kateter, obat oral - Cefadroksil 3 x 500 mg - Metronidazole 3 x 500 mg - Ascorbic acid 3 x 100 mg - SF 1 x 1 tab - Mobilisasi - Minum bebas/makan lunak Tanggal 2 November 2011 S O : : Keluhan (-) Status praesens

11

KU = Cukup Kes = CM TD : 120/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C Status Puerpuralis : Mammae : laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, pus (-), TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik A P : : P1A0 17 tahun, post SCTP ai kondiloma akuminata (Perawatan Hari II) Lahir bayi perempuan, BBL 3400 gr, PBL 49 cm, AS 7-9 - Cefadroksil 3 x 500 mg - Metronidazole 3 x 500 mg - Ascorbic acid 3 x 100 mg - SF 1 x 1 tab - Mobilisasi - Minum/makan biasa - Rawat luka Tanggal 3 November 2011 S O : : Keluhan (-) Status praesens KU = Cukup Kes = CM TD : 120/80 mmHg, Nadi: 88x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C Status Puerpuralis : Mammae : laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Datar, lemas, luka operasi tertutup gaas, TFU 3 jari bawah pusat kontraksi baik A P : : P1A0 17 tahun, post SCTP ai kondiloma akuminata (Perawatan Hari III) Lahir bayi perempuan, BBL 3400 gr, PBL 49 cm, AS 7-9 - Cefadroksil 3 x 500 mg - Metronidazole 3 x 500 mg - Ascorbic acid 3 x 100 mg - SF 1 x 1 tab

12

Tanggal 4 November 2011 S O : : Keluhan (-) Status praesens KU = Cukup Kes = CM TD : 110/80 mmHg, Nadi: 84x/mnt, Respirasi: 24 x/mnt Sb: 36,5C Status Puerpuralis : Mammae : laktasi +/+, infeksi -/Abdomen : Datar, lemas, luka operasi kering, tanda-tanda infeksi (-), TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik A P : : P1A0 17 tahun, post SCTP ai kondiloma akuminata (Perawatan Hari III) Lahir bayi perempuan, BBL 3400 gr, PBL 49 cm, AS 7-9 - Cefadroksil 3 x 500 mg - Metronidazole 3 x 500 mg - Ascorbic acid 3 x 100 mg - SF 1 x 1 tab - Rawat luka - Boleh pulang - Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setelah masa nifas

13

DISKUSI Pada kasus ini akan didiskusikan mengenai : 1. Diagnosis kondiloma akuminata 2. Penanganan yang dilakukan Diagnosis Dari anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien saat masuk rumah sakit didiagnosis dengan G1P0A0 17 tahun hamil 40-41 minggu belum inpartu + PER + Kondiloma akuminata; Janin intra uterin tunggal hidup letak kepala H I. Diagnosis kondiloma akuminata pada kasus ini ditegakkan dari anamnesis bahwa pasien merasakan adanya benjolan pada kemaluan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, serta pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa massa bertangkai dengan ukuran masing-masing 1x1 cm, 1x1 cm, 0,5 x 0,5 cm, ukuran 0,5 x 0,5 cm, warna seperti kulit pada komisura posterior. Diagnosis ini diperkuat dengan hasil konsultasi dengan bagian kulit dan kelamin yang mendapatkan pada regio vulva (komisura posterior) terdapat beberapa vegetasi permukaan kasar dan verukosa, bertangkai, warna seperti kulit. Kepustakaan menyebutkan bahwa diagnosis suatu kondiloma akuminata umumnya dapat ditegakkan secara klinis. Kondiloma akuminata umumnya terjadi pada area yang mudah mengalami trauma pada hubungan seksual. Pada wanita, lesi paling sering terjadi pada fourchette/ komisura posterior, labia minora dan mayora. Kutil umumnya bersifat eksofitik, rapuh, berwarna seperti daging berkulit, dengan dasar yang luas atau terdapat tangkai. Bila vegetasi banyak dapat menyerupai bunga kol. Bila terdapat keraguan, penggunaan asam asetat yang dioleskan pada lesi dapat membantu diagnosis. Pada keadaan subklinis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis di antaranya pemeriksaan

14

sitologi, biopsi jaringan, dan teknik hibridisasi DNA in situ. Kolposkopi dilakukan untuk memeriksa kondiloma yang bersifat endofitik.5,6,8

Pada kasus ini, diagnosis kondiloma akuminata sudah dapat ditegakkan secara klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanpa perlu pemeriksaan penunjang.

Penanganan yang dilakukan Setelah diagnosis kondiloma akuminata ditegakkan, pasien dikonsulkan ke Bagian Kulit dan Kelamin untuk mendapatkan advis penanganan terhadap kondiloma. Pasien direncanakan untuk mendapatkan penanganan lanjutan setelah masa nifas. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa kondiloma akuminata dapat mengalami perbaikan dan regresi spontas setelah persalinan, sehingga tidak selalu diperlukan penanganan khusus terhadap kondiloma tersebut. Apabila perlu dapat diberikan obat topikal, serta pengangkatan melalui pembedahan. Sebagian besar obat topikal adalah kontraindikasi untuk kehamilan, sehingga pemakaian obatobat topikal sedapat mungkin dihindari selama kehamilan.4,8 Sehubungan dengan metode persalinan, pasien direncanakan untuk seksio sesarea elektif, tetapi dalam observasi pasien mengalami tanda-tanda inpartu sehingga diputuskan untuk dilakukan seksio sesarea cito. Keputusan seksio sesarea didasarkan pada dua alasan, yaitu : 1. Pasien adalah seorang primigravida dengan kemungkinan besar perlukaan jalan lahir bila melalui persalinan per vaginam, sedangkan lokasi lesi berada pada area yang sering mengalami perlukaan jalan lahir. Kondiloma dapat mengalami perdarahan banyak bila mengalami trauma pada persalinan, di lain pihak penyembuhan luka dapat terhambat karena adanya kondiloma tersebut sehingga meningkatkan risiko infeksi.

15

2.

Memperkecil risiko transmisi HPV pada bayi Kepustakaan menyebutkan bahwa persalinan pada pasien dengan

kondiloma akuminata dapat dilakukan per vaginam. Kontraindikasi persalinan per vaginam pada pasien dengan kondiloma akuminata adalah adanya kondiloma yang menghalangi jalan lahir atau yang kemungkinan menyebabkan perdarahan banyak pada persalinan per vaginam. Seksio sesarea tidak semata-mata ditujukan untuk mencegah penularan infeksi pada bayi, karena risiko transmisi sebenarnya sangat jarang terjadi, bahkan terdapat kemungkinan transmisi meskipun persalinan dilakukan dengan seksio sesarea. Pilihan seksio sesarea harus didiskusikan dengan pasien, mengingat seksio sesarea berhubungan dengan risiko lebih besar dibandingkan persalinan per vaginam.4,8,10 Keputusan seksio sesarea pada pasien ini cukup tepat sehubungan dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan. Pasien dirawat sampai 4 hari pasca operasi dan dipulangkan dengan keadaan baik, serta advis untuk pengobatan lanjut kondiloma akuminata yang diderita.

16

KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus primigravida dengan kondiloma akuminata yang ditangani dengan seksio sesarea di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi FK Unsrat/RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado. Diagnosis kondiloma akuminata ditegakkan secara klinis, melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Seksio sesarea dilakukan dengan pertimbangan dua hal : 1. Pasien adalah seorang primigravida dengan kemungkinan besar perlukaan jalan lahir bila melalui persalinan per vaginam, sedangkan lokasi lesi berada pada area yang sering mengalami perlukaan jalan lahir. Kondiloma dapat mengalami perdarahan banyak bila mengalami trauma pada persalinan, di lain pihak penyembuhan luka dapat terhambat karena adanya kondiloma tersebut sehingga meningkatkan risiko infeksi. 2. Memperkecil risiko transmisi HPV pada bayi Pasien dirawat sampai 4 hari pasca operasi dan dipulangkan dengan keadaan baik, serta advis untuk pengobatan lanjut kondiloma akuminata yang diderita.

17

KEPUSTAKAAN 1. Sweer Rl, Minkoff H. Maternal infections, HIV, and sexually transmitted diseases in pregnancy. In : Reece EA, Hobbin JC, eds. Clinical obstetrics The fetus & mother. Massachusetts : Blackwell Publishing. 2007 : 915 916 Condyloma Acuminata. Available from : http:// www.leachobgyn.com/
CONDYLOMA_ACUMINATA.pdf

2. 3. 4. 5.

Cohen E, et al. Perinatal outcomes in condyloma acuminata pregnancies. Arch Gynecol Obstet (2011) 283 : 1269-1273 Ho T.Y. Condyloma accuminata management guidelines. Hongkong Dermatology & Venereology Bulletin (2001) Vol 9 (1) : 36-37 Karkata MK, Tiro E. Penyakit menular seksual pada kehamilan. Dalam : Hariadi R. Ilmu kedokteran fetomaternal Edisi Perdana. Surabaya : Himpunan kedokteran fetomaternal POGI. 2004 : 747 757 DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N eds. Benign disorder of vulva & vagina. In : Current diagnosis & treatment obstetrics & gynecology, tenth edition. United states of America : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2007. e-book version Pfeifer, Samantha M. Sexually transmitted diseases. In : NMS Obstetrics and Gynecology, 6th edition. New York : Lippincott Wlliams & Wilkins. 2008. e-book version Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al eds. Sexually transmitted diseases. In :Williams obstetrics, 23rd edition. United states of America : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2010. e-book version Phillips J, Hamod K, Giuntoli RL II. Diseases of the vulva. In : Fortner KB, Szymanski, LM, Fox, HE, Wallach EE. John Hopkins manual of gynecology and obstetrics, The 3rd edition. New York : Lippincott Milliams & Wilkins. 2007. e-book version Singhal P, et al. Pregnancy and sexually transmitted viral infection. Indian J Sex Transm Dis & AIDS (2009), Vol 30 (2) : 71-78 Silverberg MJ, et al. Condyloma in pregnancy is strongly predictive of juvenile-onset recurrent respiratory papillomatosis. Obstetricr & gynecology (2003). Vol 101 (4) : 645 652 Higgins RV et al. Condyloma acuminatum. e-medicine. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/264368

6.

7.

8.

9.

10. 11.

12.

18

Anda mungkin juga menyukai