Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATALAKSANA

KASUS

BPH ( BENINGN PROSTATIC HYPERPLASIA)

1 Pengertian Keadaan yang ditandai dengan hyperplasia sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat pada zona transisional kelenjar prostat
2 Anamnesis Pada pria dengan keluhan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
harus dilakukan anamnesis yang lengkap.
Gejala LUTS (karakteristik dan durasi)
- Gejala obstruktiff (pacarana urin lemah atau terputus-putus,
harus mengedan, urin menetes dan tidak lampias)
- Gejala iritatif (urgensi, frekuensi, inkontinensia urgensi dan
nocturia)
- Post micturition dribbling
1. Gejala penyerta lain :
- Hematuria
- Dysuria
- BAK keruh
- Riwayat retensi
- BAK berpasir
2. Penggunaan kuesioner untuk menilai gejala dan kualitas
hidup pasien (kuesioner International Prostate Symptoms
Score /IPSS) secara rutin. Keluhan yang dinilai, antara lain
frekuensi, urgensi, nocturia, mengedan, tidak lampias,
pancaran lemah, aliran BAK terputus- putus, dan kualitas
hidup pasien.
3. Catatan harian berkemih harus digunakan untuk menilai
LUTS laki-laki dengan gejala iritasi menonjol atau nocturia
dan dilakukan selama minimal 3 hari.
4. Rowayat medikasi seperti : opioid, obat-obatan anti
kolinergik, obat-obatan simpatomimetik seperti,
pseudoefedrin dan efedrin.
5. Fungsi seksual
6. Komorbiditas :
- Insufisiensi renal
- Diabetes Melitus
- Stroke
- Kelainan Tulang Belakang
7. Riwayat penyakit : Riwayat operasi dan kelainan urologi
lainnya.
3 Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital dan keadaan umum
2. Pemeriksaan neurologis untuk menilai fungsi motoris dan sensoris
dari perineum dan anggota gerak bawah.
3. Pemeriksaan fisik yang meliputi colok dubur penting dilakukan
secara rutin untuk penegakan diagnosis pasien pria dengan LUTS
a. Suprapubik : buli teraba, nyeri tekan (+)
b. Pemeriksaan colok dubur : prostat teraba membesar, kenyal,
permukaan rata, simetris/asimetris, tidak terdapat nodul dan
nyeri tekan, Tonus Sfingter Ani (TSA) baik, Bulbocavernosus
Reflex (BCR) normal
4 Kriteria Diagnosis 1. Riwayat Klinis
2. Pemeriksaan colok dubur yang menunjukkan tidak menunjukkan
pembesaran prostat
3. Eksklusi penyebab lain dari LUTS, jika ditemukan Riwayat atau
pemeriksaan yang mengarah pada kanker prostat, hematuria, infeksi
berulang, buli-buli teraba, striktur uretra atau penyakit neurologis
5 Diagnosa Kerja BPH
6 Diagnosa Banding 1. Penyakit buli-buli : kanker buli atau karsinoma in situ, batu
buli
2. Infeksi saluran kencing
3. Penyakit uretra : striktur uretra, batu uretra distal
4. Penyakit prostat lain : prostatis kronis, kanker prostat
7 Pemeriksaan 1. Urinalisis
Penunjang 2. Prostate- Specific Antigen (PSA) harus dilakukan jika dicurigai
adanya kemungkinan kanker prostat yang dapat mengubah
penatalaksanaan atau jika PSA dapat membantu pengambilan
keputusan pada pada pasien dengan risiko BPH
3. Skor IPSS untuk menilai keparahan keluhan pasien

Pemeriksaan Tambahan sesuai indikasi :


1. Uroflowmetry disarankan untuk penegakan diagnosis awal dan
harus dilakukan sebelum terapi.
2. Residu urin harus rutin dilakukan.
3. Pemeriksaan uretrosistografi retrograde harus dilakukan sesuai
indikasi apabaila dicurigai adanya kelainan uretra seperti
striktur uretra atau batu ureta distal
4. Pemeriksaan ultrasound prostat harus dilakukan untuk
pemilihan terapi medikamentosa atau Tindakan pembedahan.
5. Pemeriksaan fungsi ginjal jika dicurigai adanya gangguan
ginjal, berdasarkan riwaya dan pemeriksaan klinis atau dengan
adanya hidronefrosis atau Ketika mempertimbangkan Tindakan
bedah untuk LUTS pada laki-laki.
6. Uretrosistokopi harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya
kecurigaan kelainan uretra dan kandung kemih dan sebelum
Tindakan invasive karena dapat mengubah jenis Tindakan.
7. Pemeriksaan urodinamik bila ditemukan indikasi sebagai
berikut : pasien berusia kurang dari 50 tahun atau lebih dari 80
tahun, volume residu urine > 300 ml, Qmax >10 ml/detik,
setelah menjalani pembedahan radikal pada daerah pelvis,
setelah gagal dengan terapi invasive, atau kecurigaan adanya
kelainan buli-buli neurogenic.

8 Terapi 1. Konservatif (Watchful Waiting)


a. Definisi : pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan penyakitnya diawasi oleh dokter.
b. Indikasi : untuk pasien BPH dengan skor International Prostate
Symptom Score (IPSS) dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang
tidak menganggu aktivitas sehari-hari.
c. Cara : Perubahan gaya hidup dilakukan sebelum atau bersamaan
dengan terapi medikamnetosa atau invasive.
- Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alcohol
setelah makan malam
- Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mneyebabkan
iritasi pada kandung kemih (kopi atau cokelat)
- Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin
- Jangan menahan kencing terlalu lama
- Penanganan konstipasi
d. Follow – up : pasien diminta untuk datang kontrol berkala (3-6
bulan) untuk menilai perubahaan keluhan yang dirasakan,
International Prostate Symptom Score (IPSS). Uroflowmetry,
maupun volume residu urin.
2. Medikamentosa : pada pasien denhgan skor IPSS>7
a. α – 1 blocker dapat diberikan pada kasus BPH dengan gejala
IPSS sedang – berat
α–1 Sediaan Dosis Administrasi
blocker Obat
Tamsulosin Tablet 0,4 Per Oral
mg/24
jam
Terazosin Tablet 2 mg/ 24 Per Oral
jam
Silodosin Tablet 4 mg/ 12 Per Oral
jam
b. 5 α – reductase dapat diberikan pada kasus BPH gejala sedang
– berat dan prostat yang membesar (>30 ml) dan dapat
mencegah progresivitas yang berhubungan dengan retensi
urin akut dan Tindakan pembedahan
5α– Sediaan Dosis Administrasi
reductase Obat
Dutasterid Tablet 0,5mg/24 Per Oral
jam
c. Antagonis Reseptor Muskarinik dapat digunakan pada kasus
BPH denagn keluhan storage yang menonjol dan hati -hati
pada kasus BPH dengan residu urin sisa > 150 ml
Antagonis Sediaan Dosis Administrasi
Reseptor Obat
Muskarinik
Solifenacine Tablet 5mg/24jam Per Oral
Tolterodine Tablet 2mg/12jam Per Oral
d. Terapi Kombinasi
- α – 1 blocker + 5 α – reductase inhibitor dapat ditawarkan
kepada pasien BPH dengan gejala LUTS sedang sampai berat
- α – 1 blocker + Antagonis Reseptor Muskarinik dapat diberikan
pada kasus LUTS terutama pada kasus dengan keluhan storage
yang tidak membaik dengan pemberian monoterapi namun
perlu dipantau lebih ketat apabila diberikan kepada kasus BPH
dengan gangguan voiding
3. Pembedahan
Indikasi pembedahan :
a. Retensi urin akut
b. Gagal Trial Without Vatheter (TWOC)
c. Infeksi Saluran Kemih berulang
d. Hematuria makroskopik berulang
e. Batu kandung kemih
f. Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi
akubar BPH
g. Perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran
kemih bagian atas

Indikasi relative lain untuk terapi pembedahan adalah


keluhan IPSS sedang hingga berat, tidak menunjukkan
perbaikan setelah pemberian terapi non bedah, dan pasien
yang menolak pemberian terapi medikamentosa.
a. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) :
prosedur batu emas operasi saat ini untuk volume
prostat sebesar 30 – 80 ml dengan gejala LUTS
sedang sampai berat
b. Open Prostatectomy : pilihan Teknik pembedahan
pada prostat dengan volume > 80ml dan gejala sedang
sampai berat dan memiliki tingkat morbiditas yang
tinggi
4. Lain -lain :
a. Trial without catheterization (TWOC)
b. Clean Intermittent Catheterization (CIC)
c. Sistostomi
d. Kateter Menetap
11 Edukasi 1. Diet
a. Membatasi masukan cairan terlebih malam hari
b. Menghindari konsumsi alcohol berlebih atau makanan
berbumbu yang iritatif
2. Aktifitas
a. Merubah kbiasaan
- Pada pasien dengan BAK dribble, jelaskan cara milking uretra
- Pada pasien dengan overactive bladder
- Tawarkan penggunaan popok sementara sampai rencana
manajemen penyakit didapatkan
- Tawarkan baldder training yang disupervisi oleh tenaga
Kesehatan
- Klem penis tidak direkomendasikan
b. Aktifitas fisik
Pasien dengan BPH dapat melakukan semua jenis aktivitas
fisik. Salah satu aktivitas fisik yang dapat memperbaiki
kondisi adalah Latihan otot dasar panggul 4 sesi selama 3
bulan

12 Prognosis dubia ad bonam


13 Indikator 80% kasus dilakukan intervensi
14 Pasca Tindakan 1. Monitor tanda – tanda vital serta pendarahan selama 24 jam
2. Pemeriksaan patensi Av fistula harus dilakukan selama kurun waktu
6 jam dengan meraba thrill atau mendengarkan mur – mur dengan
stetoskop.
3. Arus arteri cukup deras, pulsasi normal dan tidak adanya
arteroskerosis yang berlebihan seperti kalsivikasi
4. Diberikan analgetik oral dan antibiotika
5. Waspadai iskemia steal sindrom, bila hal ini terjadi maka harus
dilakukan revisi dengan memperkecil Av fistula
15 Komplikasi Kegagalan tindakan, perdarahan, trombosis, infeksi, iskemia steal
sindrom, seudo pseudoaneurisma
16 Kepustakaan - Tjahyodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S,
Mochtar CA, et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran
Prostat Jinak (Beningn Prostatic Hyperplasia /BPH). Ikatan Ahli
Urologi Indonesia (IAUI).2017
- DynaMed (Internet). Ipswich (MA) : EBSCO Information Services
1995 Record No 116944 , Beningn Prostate Hyperplasia (BPH)
- Gravas S, Bach T, Drake M, et al EAU Guidelines on Management
of Non – Neurogenis Male Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS),
incl. Beningn Prostatic Obstruction (BPO) 2018

Anda mungkin juga menyukai