1
k. Endokrinologi
l. Tumbuh kembang
m. Gizi
n. Hepatologi.
2
NEUROLOGI
Kejang Demam
Kejang adalah manifestasi klinis akibat letupan-letupan muatan listrik yang berlebihan di neuron-
neuron otak. Kejang terjadi akibat adanya depolarisasi yang terus-menerus. Depolarisasi ini terjadi
akibat gangguan Na-K pump akibat ATP yang kurang sehingga enzim Na-K ATPase tidak bisa
memompa Na keluar dan K kedalam. Kurangnya ATP ini akibat hypoxia. Penyebab hypoxia
bermacam-macam distress nafas ex. pada BP, demam (setiap peningkatan 1 ⁰C suhu tubuh akan
meningkatkan BMR 15-20%), anemia, hipoglikemia, imbalance elektrolit (hipocalsemia, hipokalemi,
hiponatremi, hipernatremi), dehidarasi. Adanya depolarisasi yang terus-menerus menyebabkan
release neurotransmitter excitatory (glutamate, aspartat) menigkatkan dan menginhibisi
neurotransmitter inhibitor (GABA, glisin).
Kejang deman adalah kejang akibat kondisi demam ≥ 380C (suhu rectal) krn ada proses extracranial
(o.k.i tidak disebabkan oleh sinusitis, encephalitis). Perbedaan Trec-Tax = 0.8 ⁰C (ex: Trec 380C Tax
37,20C). Jika disertai dengan penurunan kesadaran maka bukan KD karena penurunan kesadaran a/
proses intracranial, kesadaran diatur oleh ARAS dan cortex.
KD ada 2 macam:
1. Sederhana/simplex singkat yaitu < 15mnt, sifat gerakannya general, tonik dan atau klonik, tidak
berulang/hanya 1x dalam 24 jam, bs berhenti sendiri
2. KD complex > 15mnt, berulang > 1x dalam 24 jam , gerakannya fokal atau general yang didahului
fokal, di antara 2 kejang px sadar resiko tinggi terjd epilepsi.
KD terjadi pada usia 6 bl s.d 6 th. Jika terjadi pada usia < 6 bln maka bukan KD karena pusat
termoregulasi dihipotalamus belum berkembang sempurna sebelum usia 6 bulan dsbt sindrom
epilepsi. Jika ada KD pada usia > 6 tahun KD plus perlu dicari causa lainnya.
Anamnesa. Tujua anamnesa kejang meliputi sifatnya/tipenya, berapa lama, ada demam/tidak, kejang
pertama/bukan (KD jika tidak pernah ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya), riwayat KD
dalam keluarga karena gen ambang kejang diturunkan secara autosomonal dominan, sejak kapan,
berapa kali kejangnya.
Pemfis
1. Kesadaran GCS
2. Fungsi n. cranialis ex. n. VII kelumpuhan di otot wajah; n. III, IV, VI bisa dilihat dari pupil, jika
pupil reaktif (saat diberi cahaya pupil miosis akan cepat melebar) artinya bisa disebabkan proses
metabolic (imbalance elektrolit), jika tidak reaktif maka disebabkan proses intracranial (TIK ↑).
Periksa pupil isochor/anisochor (jk anisochor berarti ada TIK ↑).
3. Meningeal sign. Akan positif pada gangguan intracranial.
-kaku kuduk. Timbul karena adanya proses peradangan di meningen di v.cervicalis
menyebabkan peregangan dari meningen menghimpit nervus, muscle nyeri, stiffness
Cara Periksa: px terlentang, tangan kiri pemeriksa di bawah kepala px dan tangan kanan di dada
px tangan kiri angkat kepala jk ada tahanan berati +
3
-Kernig sign. Tungkai tidak bisa lurus > 135 ⁰.
-Burdzinki I sign spt kaku kuduk saat kepala di angkat, ada rangsangan sampai L2
hamstring muscle ikut terangkat
-Burdzinki II sign + jika salah satu tungkainya diangkat, tungkai yang lain flexi.
-Burdzinki III sign + os zigoma ditekan maka kedua tungkai flexi.
-Burdzinki IV sign + simfisis pubis ditekan maka kedua tungkai flexi.
4. Reflek
-Fisiologis : biceps, triceps, achiles, patella.
-Patologis : Babibnsky (lateral plantar pedis ditekan jk + mk ibi jari akan extensi), chaddock,
overheam (yibia dielus).
Tx:
1. Tenagkan keluarga px krn KD biasanya benign
2. Pd saat kejang diberi diazepam 0,3-0,5mg per rectal bs diulang jk masih kejang jk tetap kejang
rujuk krn bs jd status epileptikus
3. Termoregulasi/menurunkan panas, dg menggunakan:
- Paracetamol 10-15mg/kgBB/x diulang 4-6x/hari (tp biasanya 4x/hari) per oral
- Metamizole/antalgin jk demam >38,50C diambil efek analgesiknya
- Kompres bs kompres hangat shg terjd vasodilatasi dan panasnya menguap/kompres dingin krn
jk panas ketemu dingin akan hilang panasnya tp sekarang lebih sering pakai air biasa dan
seluruh tubuh dibasahi
Meningitis
Adalah proses keradangan pad selaput otak/meningen.
Gx: tidak ada penurunan kesadaran karena tidak mengenai ARAS/cortex, MS +, bisa tanpa demam
atau demam sumer-sumer, kejang bisa muncul diakhir.
Penyebab terbanyak adalah bakteri o.k.i pada apusan darah leukosit shift to the left.
Encephalitis
Banyak disebabkan oleh virus, terutama HSV yg dorman kejang fokal.
TRIAS : kejang, demam, penurunan kesadaran. Kejangnya fokal. Jika MS +meningoencephalitis
Tx: walaupun disebabkan virus tapi perlu ditambahkan antibiotic untuk mencegah kemungkinan
adanya sekunder infeksi. Pada menongoencephalitis diberi antibiotic high dose yang bisa menembus
BBB yaitu ceftriaxone, bisa diberi s.d 200 mg/kgBB.
Penanganan Kejang
1. ABC. Posisikan miring untuk mencegah terjadinya lidah agar tidak jatuh ke belakang, mencegah
terjadinya aspirasi.
A = jalan napas paten?
B = frekuensi? Gangguan nafas?
C = tensi + nadi?
2. Beri obat kejang. Pd saat kejang/acut diberi diazepam 0,3-0,5mg per rectal bs diulang jk
masih kejang jk tetap kejang rujuk krn bs jd status epileptikus. Pemberian diazepam i.v
harus di fasilitas yang menyediakan O2 yang baik (ex. di RS). Pada kejang akut tidak diberi
phenytoin karena efeknya lama. Phenytoin diberikan untuk rumatan atau maintenance.
4
3. Penurunan panas dengan termoregulasi
Paracetamol 10 – 15 mg / kali diberikan 4x – 6x / hari
Kompres hangat agar pembuluh darah vasodilatasi dan panas dapat menyebar
Kompres biasa dengan membasahi seluruh tubuh (biasda dipakai)
4. Jika demam tinggi >38,5⁰C, terapi metamizol, novalgin, antalgin, metampiron. Terapi sebagai
analgesic karena pasien demam akan merasa sakit seluruh tubuh
Encephalopaty
Terjd penurunan kesadaran krn penyebab yg tdk jelas bs krn gangguan metabolik tdk ada tanda
radang, tp bs ada kejang
Epilepsi
Terapi status epileptikus : phenitoin
KEJANG
TIDAK
SADAR
SADAR
TETANUS,
TIDAK
the only PANAS
PANAS
one
u/ mengetahui kejang sadar/tdk periksa mata dg senter jk sadar akan ada reflex
CARDIOLOGI
5
Pd gagal jantung tanya berapa bantal yg di pakai waktu tidur semakin banyak bantal berarti px
sesaknya berat
Anamnesa PJB: cyanosis/tdk ; saat lahir langsung menangis/tdk ; sering ISPA ; saat minum/menyusu
sering berhenti/sering tersedak
Dx PJB baru bs ditegakkan usia > 1th/balita krn pd bayi jarang terdengar murmur akibat resistensi paru
Indikasi KRS:
1. jk PJB tdk ada keluhan
2. dg obat bs terkontrol
3. causa teratasi
4. secara klinis baik
masih tinggi, tp jk pd bayi terdengar murmur berarti ada obstruksi (atresia pulmo/atresia terikuspid
Atresia pulmo tergantung pd PDA jk PDA menutup (biasanya usia 2-6 mggu) px bs mati jk diberi
O2 aliran ↑ duct arteriosus akan lebih cepat menutup shg ada kompensasi dg tachypnea tx agar
PDA tdk menutup dg PGE (endometasin)
Gx PDA: machinary murmur.
Anamnesa pada pasien/anak dengan penyakit jantung.
*biru sifatnya menetap/saat menangis saja
*sering mengalami ISPA berulang
*mudah lelah atau ngongrong (jika beraktivitas mudah lelah).
*BB sulit naik/tumbuh kembang terganggu. Biasanya semakin besar defek maka semakin terganggu
proses tumbuh kembangnya.
*pada px bayi jika menetek atau minum susu dot mudah berhenti karena kelelahan. Pada bayi,
normalnya berhenti menetek/mengedot jika sudah tidur.
*mudah tersedak saat minum.
-Pemfis
*mur-mur, tentukan lokasi untuk mengetahui penyebabnya ex. ASD, VSD, stenosis pulmonal;
grade; tipenya sistolik/diastolic; menyebar/local.
*jika ada edema cari sebabnya apakah jantung, ginjal, atau paru. Pada kelainan jantung
edema extremitas.
*S1S2. Normal tunggal. Abnormal split.
*suara tambahan ex. gallop (suara seperti derap kuda, pasti diikuti oleh takikardi, tanda dari
decompensasi cordis).
*HR bisa takikardi atau bradikardi.
*hepar. Pada gagal jantung kongestif bisa terjadi hepatomegali sesak decomp.cordis.
VSD
Pd VSD besar px pendek tx kateterisasi cor
Paling sering terjd 10% bayi lahir dg PJB dan 85% PJB adalah VSD
Defek antara ventrikel kanan dan kiri L-R shunt
Pemeriksaan Fisik:
1. Murmur lihat grade, sistole/diastole, menyebar/tdk, lokasi (u/ deteksi gangguan katup mana)
6
2. Odem extrimitas krn ada malnutrisi, sumbatan kgb
3. Bunyi jantung N: S1S2 tunggal ; abnormal: split
4. Bunyi gallop (spt langkah kuda) pd px decomp
5. HR takikardi (pd gagal jantung muncul sebelum gallop)/bradikardi
6. Tensi
7. Pd CHF hepatomegali dg tepi tumpul
8. Clubbing finger
Bising sistole bersamaan dg nadi
Hemodinamik cor: v.cava superior atrium dex ventrkel dex a.pulmonalis v.pulmonalis
atrium sin ventrikel sin aorta
Asianotik Pd cor sin beban lebih besar krn aliran ke sistemik gangguan katup aliran lebih
banyak ke cor dex L-R shunt
VSD : kecil <5mm ; sedang 5-10mm ; besar >10mm/> ½ diameter ventrikel
Semakin kecil lubang pd VSD (<5mm) murmur semakin besar prognosa tergantung usia
ditunggu sampai usia 2th krn biasanya menutup sendiri (terutama tipe perimembran)
Anak < 2th dg VSD tunggu sampai usia 2 th krn pd usia tsb kemungkinan bs menutup
Sindrom eisenmenger: pd vsd besar aliran ke dex semakin besar tahanan ke paru ↑ tahanan
cor dex bs lebih besar drpd sin aliran terbalik (dr L-R shunt ke R-L shunt).
ASD
ASD: - fix split di ICS II saat BJ 1 tdk berubah saat expirasi dan inspirasi
- Murmur lebih krn peningkatan aliran ke paru, bukan krn ASD nya
Pd ASD tdk terdengar murmur krn kerja atrium dex dan sin hampir sama
Tetralogi of Fallot
Tetralogi of fallot: VSD, overiding aorta, stenosis pulmo, hipertrofi ventrikel dex
Akibat ada stenosis yg lubangnya lebih sempit drpd VSD R-L shunt
Lab: Hb ↑, cenderung polisitemia krn ada sianosis shg sbg kompemsasi u/ memenuhi saturasi O2
Gx: sianosis, clubbing finger (jk sdh lama)
Clubbing finger: cz hiposia kronik akibat sianosis hematopoitik di sutul ↑ hiperseluler di darah
sel2nya membesar, terutama megakaryosit cz sel yg masih imatur sdh dikeluarkan ke sirkulasi sel yg
besar ke perifer mengisi end arteriole bs sampai end arteriole di bawah kuku (nail bed)
clubbing finger.
TOF tdk pernah terjd decomp cx ada overiding aorta (aorta yg mendapat darah dari ventrikel kanan
dan kiri)
TRANSPOSISI GREAT ARTERI (TGA)
Pd TGA harus ada VSD/ASD u/ pertukaran O2 yg abnormal
Dipertahankan agr SaO2 ideal 88-93% dg meningkatkan Hb (hitung O2 content) jk Hb kurang, mk
transfusi PRC
jk ada infeksi mk beri antibiotik
7
DEMAM REMATIK AKUT DAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Definisi
DRA adalah sindrom klinis akbt infeksi oleh streptokokus beta hemolotikus grup a (gram + yg
meproduksi eksotoksin), dengan satu atau lebih gejala mayor, yaitu : poliartritis migrains, karditis, korea,
nodul subkutan, eritema marginatum.
PJR adalah penyakit jantung didapat berupa cacat katup jantung yang menetap sebagai gejala sisa
(sekuele ) dari demam reumatik.
Patofisiologi dan Diagnosa
Gx Mayor
Streptococcus jika melekat di saluran pernafasan maka tidak akan menyebar ke organ lain. Tapi adanya
reaksi imun berlebihan dari tubuh untuk menghasilkan antibody guna melawan infeksi ini justru dapat
menimbulkan DRA bahkan PJR. Hal ini disebabkan penyebaran dari imunitas (antibody) yang
menimbulkan cross reaction dengan beberapa organ lain sehingga menimbulkan gx (terutama gx
mayor). Protein M milik streptococcus mirip dengan protein yang ada di miosit manusia cross
reaction antibody streptococcus miocarditis/endocarditis. Kapsul bakteri ini mengandung hyaluronic
acid mirip dengan molekul yang ada dipersendian poliarthritis karena sifat imunitas fluktuatif
dipengaruhi keadaan host poliarthritis migraine (terutama sendi-sendi besar). Nucleopeptida dari
streptococcus mirip dengan nucleopeptida di nucleus sub thalamus (fx: pengendali gerakan motorik)
cross reaction mengakibatkan fx nucleus sub thalamus terganggu inhibisi terganggu chorea (spt
gerakan menari-nari). Chorea pada penyakit ini adalah chorea sydenham (cs) pada anak-anak d.d
chorea hutington pada orang tua. CS ini khas yaitu jika diprovokasi oleh keadaan psikologis maka
chorea akan semakin parah. Oleh karena itu, jika ditemukan CS maka langsung didx DRA tanpa
mengikuti criteria Jones. Px dengan gx cs bisa mnegalami carditis dalam jangka waktu sekitar 6 bulan.
Begitupula dengan gx nodul sub cutan dan eritema marginatum, timbul akibat cross reaction.
Gx Minor
Klinis : Demam (akibat rx inflamasi), Atralgia (nyeri sendi tanpa disertai tanda peradangan yang lain. Jika
ditemukan arthritis dan atralgia maka bernilai 1 poin yaitu arthritis), Riwayat DR.
Lab : LED (rx inflamasi menimbulkan pengentalan darah LED meningkat), Leukositosisproses
inflamasi, CRP (N<0.3, peningkatan menunjukkan adanya inflamasi/infeksi, muncul stlh 4-6
jam setelah trauma/infeksi, peningkatan CRP ini lebih baik dalam menunjukkan rx inflamasi).
EKG : Interval PR Memanjang.
8
Diagnosa
1944 : Dr DUCKETT JONES KRITERIA Dx : 2 MAYOR ATAU 1 MAYOR & 2 MINOR.
1955 : MODIFIKASI OLEH AHA :
- MAYOR & MINOR.
-LAB : LED , LEUKO , CRP , ASTO , DAN KELAINAN EKG.
1965 : REVISI OLEH AMERICAN HEART ASS. ( AHA )
-2 ATAU > MAYOR
-1 MAYOR & 2 MINOR
- jk ada chorea saja
DITAMBAH BUKTI INFEKSI OLEH STREP BETA HEM GRUP A
-TITER ASTO (anti streptolisin tipe O) . Titer ini digunakan untuk menilai keberhasilan terapi.
Setelah 1 bulan tanpa infeksi aktif mengalami penurunan.
-USAP TENGGOROK +. Jika negative tidak menyingkirkan kemungkinan DRA.
-DEMAM SCARLATINA
Jika DR relaps tidak perlu criteria mayor/minor.
Differential Diagnosa
-Juvenile Rheumatoid Arthritis periksa factor RA.
-SLE
DRA JUVENILE RA SLE
Umur 5-15 tahun 5 tahun 10 tahun
Rasio kelamin Sama Wanita 1.5 : 1 Wanita 5:1
Kelainan sendi
*Sakit Hebat Sedang Biasanya ringan
*Bengkak Non-spesifik Non-spesifik Non-spesifik
*Kelainan rontgen Tidak ada Sering (lanjut) Kadang-kadang
Kelainan kulit Eritema marginatum Macular Lesi kupu-kupu
Karditis Ya Jarang Lanjut
Respon salisilat Cepat Biasanya lambat Lambat/-
D.D lainnya a.l HSP, reaksi serum, hemoglobinopati, anemia sel sabit, arthritis pasca infeksi, arthritis
septic, leukemia, endokarditis bakterialis sub akut.
Penatalaksanaan
Istirahat (Tirah Baring). Tirah baring dan mobilisasi bertahap dilakukan di RS.
Tirah Baring MobiliSasi Lama Perawatan Jenis Kegiatan Olah
Bertahap Raga (Or) Stlh Plg
9
karditis tanpa 4 minggu 4 minggu 4 – 8 minggu sesdh 8 mgg boleh
kardiomegali or bebas
karditis dg gagal > 6 minggu 12 minggu > 12 minggu tidak blh or sama
jantung sekali
Eradikasi Kuman.
Menggunakan penicillin prokain dosis biasa selama 10 hari i.m (tidak i.v karena beresiko
menimbulkan anafilaktik syok). Jika alergi terhadap penisilin dapat diganti dengan eritromicin.
Obat Anti Radang (Inflamasi).
ATRALGIA ANALGETIK SAJA.
Tanda klinis miocarditis takikardi saat tidur atau takikardi tanpa peningkatan suhu. Miocarditis pd
DRA biasanya disertai valvulitis pada katup. Carditis ada 3 bentuk yaitu 1.ringan (mur-mur
patologismitral stenosis, tanpa cardiomegali dan tanpa decomp.cordis), 2.sedang (carditis ringan
dengan cardiomegali), 3.berat (carditis sedang dengan decomp.cordis)
Profilaksis Sekunder.
Biasanya menggunakan benzatin benzil penisilin/BBP., t ½ 28 hari o.k.i bisa diberi 1x per bulan
selama 5th/60bln jk sequele/ASTO + diberikan sampe 18th jk ASTO masih + diberikan
25th jk tetap, mk diberikan seumur hidup. Tujuannya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
ARTRITIS TANPA KARDIOMEGALI TIAP 4 MINGGU SELAMA 5 TAHUN
KARDITIS TANPA KARDIOMEGALI TIAP 4 MINGGU SMP UMUR 18 TH,
MINIMAL 5 TAHUN.
KARDITIS DENGAN KARDIOMEGALI TIAP 4 MINGGU SMP UMUR 25 TH,
MINIMAL 5 TAHUN.
KARDITIS DENGAN GAGAL JANTUNG TIAP 3 MINGGU SMP UMUR 25 TH,
ATAU SERING KAMBUH ATAU SEUMUR HIDUP
10
Gagal cor
Gx:
1. Takikardi jk berat akan terdengar gallop
2. Distress
3. Hepatomegali
4. Pd foto thorax cardiomegali
Tx:
1. Oksigenasi
2. Bed rest
3. 3D Diuretik (dg furosemid) ; digitalis (dg digoxin) ; dilator (dg captopril)
4. Restriksi cairan 20-25% hati2 pd px distress yg butuh banyak cairan lakukan balance cairan
cairan yg keluar-masuk harus sama tiap peningkatan 10C suhu tubuh, kebutuhan cairan
ditingkatkan 12%
Case in RSSA
-Keluhan Utama : px dtg dgn pharyngitis. Berdasarkan penelitian epidemiologi, 80% pharyngitis
disebabkan virus dan 20% bakteri (termasuk streptococcus). Namun, tx antibiotic harus tetap diberikan
secara adekuat untuk mencegah kemungkinan berkembang sebagai DR karena virus pun bisa
menimbulkan adanya infeksi sekunder dari bakteri. Penggunaan antibiotic memang bisa menimbulkan
resistensi tapi ini adalah pilihan untuk mencegah munculnya DRA dimana onsetnya lama sejak
pharyngitis (bisa hingga 5 tahun).
Tambahan
Proses inflamasi banyak pd DHF krn reaksi thsp virus banyak shg pembuluh darah bengkak
SIRS adalah respon inflamasi tanpa infeksi, kalo ada infeksi berarti terjd sepsis
Jk TB dg score 6 di tx . 1 bln kemudian baru di tes mantoux boleh krn reaksi mantoux adalah
hipersensitif tipe 4 (delay)
Hipersensitif tipe 2: reaksi Ag-Ab yg non soluble --> ex: ITP (krn ada infeksi mk muncul Ab thdp
trombosit)/AIHA (muncul Ab yg membunuh kuman dan eritrosit)
Hipersensitif tipe 3: reaksi Ag-Ab yg soluble ex: SLE ( reaksi Ag-Ab nya meluas ke organ2 lain tes
dg ANA/Anti Nukleus Ab krn semua sel punya Ab dan tes dsDNA krn hampir semua sistem dlm tubuh
berupa dsDNA)
Pd bayi biasanya di sekitar UG diberi bedak bs terjd resiko ISK
Anak dg demam/anemi/pd usia 3-7th ada bising inocen yg fisiologis grade bising < 3
NEFROLOGI
11
Pemeriksaan fisik: odem, tanda hipoalbumin (asites, efusi pleura)
Pemeriksaan lab: - UL: proteinuria krn glomerulus bocor shg protein keluar, tp fungsi ren masih bagus
- DL: hipoalbumin (odem), hiperkolesterol
Tx: prednison 60 mg/m2/hari atau 20 mg/kg/hari selama 28 hari setelah 28 hari di tappering off dg
dosis 2/3 dr dosis awal dan dibeikan 2 hari sekali selama 28 hari
Setelah dx, tunggu 14 hari krn bs remisi spontan --. Periksa jg mantoux test krn curiga ada TBC krn akan
diberi prednison
Dsbt remisi jk 3x pemeriksaan berturut-turut proteinuria (-) tdk perlu tx
Diet: TKCPRG tinggi kalori, cukup protein (2 gr/kg/hari), rendah garam (2 gr/hari)
Jk proteinuria < 2+ tx causatif saja (ex: u/ ISK dg antibiotik selama 10-14 hari), jk proteinuria > 2+
baru di tx dg prednison
Dsbt relaps jk sudah remisi tp proteinuria meningkat lagi ≥ 2+ / setelah tx dihentikan 14 hari terjd
proteinuria lagi
Relap: - sering: dalam 6 bln ≥ 2x atau ≥ 4x/th
- Jarang: dalam 6 bln < 2x atau < 4x/th
Antibiotik diberikan jk ada infeksi (ISPA/ISK) agar tdk terjd relaps
Biopsi ren u/ tentukan prognosa bukan u/ tentukan tx
Indikasi MRS: odem anasarka, muntah, KU jelek
ISK
Gx tdk spesifik, yaitu panas, muntah, letargi, gangguan pertumbuhan jk tdk teratasi bs terjd
batu/hidronefrosis
Penyebaran: hematogen, perkontinuatum, ascending
Pemeriksaan UL terdpt sedimen leukosit ≥ 5 dg gx sistemik (ex: muntah, demam) tx antibiotik 10-14
hari pd hari ke-2 tx dan 2 hari setelah tx selesai lakukan kultur
Cara ambil sampel urin: UG disterilkan dg sabun agar kuman di perianal tdk tercampur dg urine dan
diambil urine pancaran tengah
Cara cebok yg benar: dr belakang ke depan dan jk sudah dr depan cuci tangan dulu baru pegang
belakang
Px phymosis lakukan sirkumsisi, tp jk ISK tetap berulang mk segera rujuk u/ mendapat tx yg adekuat
krn jk tdk mk bs terjd hironefrosis
12
Tx: bedrest saja kalo ada ISK mk tx ISK, kalo swab (+) mk tx antibiotik sesuai kultur
Indikasi KRS: KU stabil, tensi N, proteinuria (-)
Hematuria biasanya sembuhnya lama (bs sampai 6 bln) krn glomerulus sembuhnya lama.
HEMATOLOGI
13
Anemia grafis anemia berat dimana Hb <5 gr/dl. Patofis: tujuan eritrosit adalah untuk suplai nutrisi
& O2 jika ertrosit << maka akan terjadi shock akibat suplai O2 ↓ agar tidak terjadi shock, akan
terjdi kompensasi tubuh (akibat erit << agar nutrisi dan suplai O2 tetap normal) dg cara meningkatkan
COP (SVxHR), tapi SV tetap shg HR harus ditingkatkan terjadi tachypnea, mudah capek, berdebar2
saat jalan (gx anemia gravis) perlu tx khusus jika tx telat, maka bisa terjadi cardiomiopati
Penyebab anemia grafis: anemia yg tidak ditangani, kurang gizi, infeksi kronis (ex: TBC), infeksi cacing,
sosek ↓, diare kronis, penyakit cor/ren, immunocompromised
Volume transfusi pd anemia grafis jangan terlalu banyak
Indikasi transfusi pd anemia grafis jika Hb <4 atau Hb 4-6 dg tanda cardiomiopati (tersengal2, JVP ↑,
murmur)
Thalasemia
Pd thalasemia terjadi gx anemia dan pucatnya berulang
Thalasemia perubahan bentuk dlm eritrosit akibat proses autoimun sehingga kadar Hb F lebih
banyak d/p Hb A terjadi anemia berulang splenomegali krn eritrosit dipecah terus shg terjadi
hiperplasia oleh karena itu dibutuhkan taranfusi berulang. Efek samping transfusi berulang, terjadi
timbunan Fe di organ2 tx: cyliting agent (deferoxamine, deferiprox) jika tidak diterapi akan
terjadi hemosiderosis (terkumpulnya Fe di organ-organ ex. ginjal, jantung, kulit px tampak lebih
hitam)
Cylitic agent: 1. Diberikan subcutan harus di RS
2. diberikan per oral tp mahal
Leukimia
Gx leukimia: panas tinggi terus menerus/berulang, pendarahan, hepatosplenomegali, limfadenopati,
BB ↓, lemah, anemia, trombositopenia, leukositosis (bisa sampai > 10.000/mm3), banyak sel blas .
Leukimia disebabkan adanya produksi salah satu komponen darah yang berlebihan di sutul sehingga
mendesak komponen yang lain.
RESPIROLOGI
14
Anamnesa:
a) Keadaan Umum
1. Kesadaran . 1. Kuantitatif GCS (eye, verbal, motorik), 2. Kualitatif compos mentis(tampak sakit
ringan/sedang/berat), apatis, somnolence, stupor, koma
2. Napas spontan/dg bantuan ETT
3. Status gizi hitung: BB x 100% gizi baik: 90-110% ; kurang: 70-90% ; buruk:<70%
BB ideal
Pemfis
a) Vital sign GCS, kesadaran (compos mentis, apatis, somnolence, stupor, koma), keadaan sakit,
nafas (spontan atau dengan bantuan), status gizi (gizi baik, kurang, buruk).
b) Kepala: - rambut: pd gizi buruk: merah, mudah dicabut
Lingkar kepala
Mata: konjunctiva anemis, sklera ikterik, edema periorbita, tanda dehidrasi (tidak ada
air mata)
Hidung pch
Bibir: cyanosis
c) Leher pd TB terjadi pembesaran kelenjar
d) Thorax: - simetris
Retraksi ICS subcostal, supraclavicula/terjadi distress parah
Ronchi basah halus
e) RR: - neonatus N: 30-60x/mnt
2 th N: 40x/mnt
Etiologi: bakteri, virus (tersering), jamur
a) Usia 3 mggu – 3 bln Streptococcus pneumonia, adenovirus
b) Usia 4 bln – 5 th S.pneumonia, adenovirus, influenza
c) Usia > 5 th Chlamidia
Pemeriksaan Penunjang:
1. Foto: terdapat infiltrat pd > 2/3 bronchovasculer berarti krn virus. Jika curahan bronchovascular
1
> 3
, berarti disebabkan infeksi virus. Pada pneumonia, didapatkan adanya infiltrate. Pada
bronchopneumonia lobaris, didapatkan gambaran putih di lobus (normal: kanan = 3 lobus, kiri = 2
lobus) karena ada cairan di alveoli yang masuk lewat udara yang dihirup
2. DL: - leukositosis krn bakteri
Diff count: granulosit ↑ (bakteri) terjd shift to the left / limfosit ↑ berarti shift to the
right (virus)
3. Tes mantoux pd daerah endemik menggunakan PPD 0,1 cc intracutan 48-72 jam (+) jika
> 10cm ; meragukan jika 5-9cm ; (-) jika < 5cm
Tx:
1. ABC: - O2 dg nasal kanul, masker, head box, ventilator. Pd distress berat dg no rebreathing
mask (NRBM)
2. Antibiotik jika disebabkan o/ bakteri dg ampicilin, gentamicin, chloramphenicol, cefotaxim,
ceftrizone.
15
3. Nebulisasi dengan NaCl. NaCl mengikat secret di alveoli (yang disebabkan oleh bronchopneumonia),
lalu secret disuction/ di fisioterapi/ atau di tepuk- tepuk dadanya.
4. Paracetamol untuk panas
5. Monitor vital sign dan distress napas.
Kultur bakteri dilakukan jk sudah terjd SIRS/sepsis kalo BP awal/akut tdk perlu dilakukan kultur
BP harus MRS krn bs terjd distress napas
Suara napas:
1. Normal: vesikuler
2. Abnormal:
a) Ronchi basah ada cairan di bronchus getaran saat inspirasi
b) Ronchi kering wheezing getaran saat expirasi krn spasme di bronchus
c) Ronchi halus pd saluran kecil2, alveolus pneumonia
d) Ronchi kasar pd TBC sudah kena bronchus
Inspirasi : expirasi = 1,5-2 : 1
Foto pneumonia lobaris terjd radioopaque yg luas.
Bedakan BP dengan bronchiolitis..!!
- Kalo’ bronchiolitis, peradangan terjadi pada bronkiolusnya. Kalo’ BP peradangan pada
bronkiolus terminalis atau parenkimnya (pd foto thorax gambaran radiopaque).
- BP : wheezing (-), kalo’ bronchiolitis wheezing (+).
Asma
Anamnesa: px datang dg sesak, ada riwayat asma (jadi biasanya pasien sudah punya nebulizer), sedang
konsumsi obat asma, riwayat atopi (alergi ex: ibu alergi obat/kakeknya ada riwayat asma), usia > 2
th
Gx: wheezing/ronchi kering
Asma tdd:
1. Ringan: lakukan 2-3x nebul akan membaik observasi 1-2 jam, jk membaik, boleh pulang dan 2-3
hari kontrol dg salbutamol (β2-agonis)
2. Sedang: setelah nebul 2x terjd efek parsial oksigenasi beri steroid oral (metil prednisolon)
nebul tiap 2 jam observasi 12 jam jk membaik boleh pulang
3. Berat: 2-3x nebul dg β2-agonis dg selang 20 mnt selama 5-10mnt efek tdk membaik infus +
foto steroid i.v +nebul + O2 aminofilin
Asma berat bisa diberi adrenalin/epinefrin (1 ampul = 10mg) dosis 0,01 cc/kgBB (jk pengenceran 1 :
1.000) atau dosis 0,1-0,3 cc/kgBB (jk pengenceran 1 : 10.000)
Asma sedang lakukan observasi selama 24 jam krn bs jd asma berat
Tx asma:
1. Controller: xantin, metil prednisolon, β2-agonis pd asma kronis
2. Reliever
Asma: - episodik: > 1x/bln
- Jarang: < 1x/bln
- Persisten: > 1x/minggu
16
TBC
Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia
Disebabkan o/ M.TB yg bersifat aerob, shg lebih banyak di apex paru
Penyebaran: droplet/lewat sputum tp pd anak jarang ada sputum krn biasanya tertelan, shg tidak
menularkan
Gx:
1. Batuk kronik berulang DD: asma (ada atopi, wheezing)
2. BB tdk ↑/turun sejak 2 bln terakhir
3. Nafsu makn ↓
4. Demam subfebris (37,5 – 380C)
DD: pneumonia, asma, bronchiolitis
Pemeriksaan Fisik:
1. Status gizi kurang/buruk px tampak kurus
2. Ronkhi +/-
3. Kgb coli membesar > 1 cm
Pemeriksaan Penunjang: foto, DL BBS (u/ tes LED), tes mantoux/tuberkulin (u/ periksa imun seluler),
serologi (dg TB ICT u/ periksa imun humoral)
Kriteria dx TBC pd anak perlu tx jk score ≥ 6 :
1. Riwayat kontak TB bisa dari ortu/orang di sekitarnya jk BTA (+) score 3 ; jk keluarga ada
riwayat konsumsi OAT, mk score 2
2. Tes mantoux dg tuberculin PPD pd bayi dg dosis 0,05 cc dan pd anak yg lebih besar dg Dosis
0,1 cc intracutan 48-72 jam kemudian dibaca diharapkan ada respon imun seluler (+) jika >
10cm ; meragukan jika 5-9cm ; (-) jika < 5cm jk meragukan tes diulang 2 minggu kemudian dg
jarak 2cm dari yg pertama jk anergi (ex: px HIV/ immunocompromised), dsbt (+) jk 5cm.
3. Gizi buruk gizi buruk (skor 3), gizi kurang (skor 2)
BB/Berat ideal x 100% < 70% gizi buruk
70-90% gizi kurang
90-110% normal
> 110% obesitas
4. Demam > 2 minggu yg tdk diketahui penyebabnyabengkak
5. Batuk kronik > 3 minggu
6. Kgb membesar > 1 cm --. Bisa di kgb coli, axila, inguinal bs pd > 1 tempat dan tdk nyeri
7. Sendi/tulang bengkak biasanya pd sendi besar pd anak biasanya di daerah epifisis krn
vaskularisasinya banyak jarang pd anak score 1 tp jk (+) biasanya dianggap sbg TB
tulang/TB milier jk sangat besar mk lakukan foto
8. Foto thorax jk ada infiltrat, mk score 1
Pd anak jarang diperiksa BTA krn susah u/ ambil sputum pd anak krn biasanya ditelan bisa dilakukan
kumbah labung lalu cairannya yg diperiksa
Tx: - intensif selama 2 bln dg 2RHZ
- Pemeliharaan selama 4 bln dg RH
Jk score 5 + riwayat kontak TB (+) tx profilaksis dg INH selama 3 bln
17
Dosis INH: 10 mg/kgBB 1x1, biasanya pagi hari
Dosis rifampisin (R): 15 mg/kgBB 1x1, biasanya pagi hari ES: kencing merah
Dosis pirazinamide(Z): 20 mg/kgBB 1x1, biasanya pagi hari
MDC: - combi pack A: u/ dosis intensif
- Combi pack B: u/ dosis pemeliharaan H/R = 50/75 mg
Pencegahan: vaksin BCG u/ mencegah terjadinya perkembangan TB yg lebih parah (ex: meningitis
TB/TB milier)
Monitoring:
1. Sudah mau makan
2. BB sudah ↑
3. Tdk demam
4. Batuk berkurang
5. Foto biasanya gambarannya tetap tp lihat klinisnya sja/membaik jk sudah tx selama 6 bln
6. Pd infeksi kronik biasanya LED ↑ tp diabaikan, yg penting klinisnya
TB pd dewasa biasanya ada keringat malam krn metabolisme pd mlam hari meningkat (N: ↓), tp pd
anak normalnya GH meningkat pd malam hari shg jk berkeringat dianggap biasa (tdk masuk score)
abnormal jk di rumah pake AC tp anak malah berkeringat
Tdk perlu periksa darah u/ dx, tp u/ mulai tx perlu periksa darah u/ periksa LED
Pd dewasa: sputum BTA (+) dan foto (+) langsung tx
TB tulang paling banyak di tulang belakang spondylitis
Indikasi MRS: TB dg gizi buruk terutama u/ tx gizi buruknya
Jk ada TB milier/TB kulit (scrofulodermal) langsung tx OAT, tdk perlu tentukan scoring
Dsbt putus obat jk > 2 mggu tdk minum obat (dlm 6 bln tx) obati dg 2RHZ (lini I) evaluasi 2 bln u/
mengetahui adanya resistensi jk setelah 2 bln klinisnya memburuk pikirkan pemberian obat lini 2
(paraamino salycil ex: amicasin/ciprofloxacin diberi selama 2 bln)
MDR resisten tetap beri tx lini I + ciprofloxacin
Pd limfadenitis TB tx sama dg tx TB primer lakukan FNAB
Bronchiolitis
Terjd pd usia 6 bln – 2 thn
Didahului ISPA, batuk, subfebris (tp jarang), sesak +/-, ronchi (+) jk ada infeksi sekunder
Etio: RSV
Jk ada sesak, batuk, panas bronchopneumonia
DD: pneumonia, asma (biasanya pd usia > 2th)
Pneumoni sering panas tinggi bs smp 1mgg/>10hr (bronkiolitis subfebris)
lekositosis
Tx. AB viral 10 hr, bacterial 15 hr (bronkiolitis 3 hr sembuh)
Asma jarang usia < 2th,
respon thdp beta-agonis baik,
ada riwayat atopi,
wheezing keras bgt
18
akut hiperaktivitas bronkus
MRS klo berat (tx.epinefrin) sedang bs berubah jd berat (observasi 24 jm)
Pd foto: hiper aerasi jarak antar iga melebar
Pd foto BP ada infiltrat, tp pd bronchiolitisada infiltrat jk ada infeksi sekunder
Tx: - ABC jk sesak mk pasang masker jk masih sesak, mk beri nebul
- Boleh disertai antibiotik krn mungkin ada infeksi sekunder
Dx difteri: jk ada pseudomembran di tonsil
Pd asma: dg nebul β2-agonis efeknya akan bagus ; ada riwayat atopi (ex: ortu ada asma), wheezing
jelas krn kena bronchus
Pd bronchiolitis: reaksi thdp nebul lambat ; riwayat atopi +/- ; wheezing jarang krn yg kena adalah
bronchiolus ; disebabkan o/ virus ; 3 hari setelah tx akan membaik ; harus MRS krn ada distress napas
Pd BP: panas tinggi ; tx butuh waktu 10 hari (jk krn virus)/15 hari (jk krn bakteri) ; leukositosis ; infeksi
virus bs disertai infeksi sekunder akibat bakteri
DD sesak: penyakit paru, cor, hepar, demam
INFEKSI
19
RR → berapa? Regular/ireguler?
Tax (temperature)
Tensi → berapa? Palpatoar?
c. K/L (kepala/leher) : bentuk? anemis? icterik? cyanosis? Edema? PCH (pernafasan cuping
hidung pada syok atau dekompensasi kordis)? PKL (pembesaran kelenjar leher)? JVP (jugular vein
pressure)?
d. Tho (thorax) :
Inspeksi : simetris? Retraksi (subcostal/intercostals/epigastrial)? Thrill (bergetar biasanya di
ICS 4 karena murmur hebat)?
Palpasi
Perkusi : jarang di bayi dan neonates karena ditakutkan akan menimbulkan trauma
Pulmo/ redup? Sonor?
Auskultasi : Auskultasi pada anak dilakukan terakhir
HR di suprasternal (pulsus deficit jika HR dan nadi beda)
Cor/ murmur? Gallop?
Jika murmur +, jelaskan di mana letak murmurnya, misalnya m + PSL S (baca: ada murmur di
parasternal ine sinistra)
Jika murmur di seluruh area thorax (hemic murmur) yaitu murmur yang disebabkan bukan
oleh kelainan jantung, misalnya oleh anemia gravis atau Hb < 4, dan akan menghilang jika Hb
sudah kembali normal
Jika murmur di ICS 2 → ASD atau PJR
Jika murmur di ICS 4 → VSD atau PJR
Pulmo/ Ronkhi? Wheezing? Suara nafas (vesikuler/bronkovesikuler)?
e. Abdomen
Inspeksi : distended? Pot belly(di bayi)? Flat (di anak >1tahun)?
Palpasi : hepar (jika teraba, berapa cm?), lien (menggunakan skor Schufner)
Perkusi
Auskultasi : bising usus (kualitas-kuantitas)
Pada anak, normalnya bising usus 5-6 dalam 1 menit sedangkan pada dewasa, normalnya
bising usus 3 dalam 1 menit. Tetapi jika kuantitas normal tapi kualitasnya banyak (krucuk-
krucuk) maka berarti bising usus meningkat
f. Ekstremitas : hangat? Kering? Merah? Anemic? Ikterik? Cyanosis? Edema? Spastic?
Pada DHF, lihat CRT (tekan ujung jari 5 detik, jika kembali < 2 detik
berarti
normal, jika kembali > detik berarti tanda syok awal)
g. Status neurologis : dilihat pada kasus- kasus neurologis
Kranialis : pupil (bulat/isokor)? reflek kornea? Diameter (untuk tahu miosis/midriasis)? Reflek
cahaya?
GCS
Meningeal sign : kaku kuduk? Brunchinski?
Reflek : fisiologis? Patologis? Motorik? Sensorik?
20
Tulis kesan reflek (misalnya bayi yang bias ngangkat tangan, berarti kesan baik). Jika sulit
dilakukan pengukuran, pada status ditulis SDE (sulit dievaluasi)
2. DHF
Gejala
Panas 2-7 hari dengan obat panas bisa turun atau tidak, kesulitan makan, anyep, lemah, nyeri
abdomen, hepatomegali, jika RL + maka ada trombositopenia, jika ada perdarahan massif maka
merupakan “warning sign”. Pendarahan bisa ditandai dengan mimisan, melena, ptechiae,
hematemesis, gusi berdarah. Dari pemfis liat KU: gelisah/tenang/sadar/bisa diajak komunikasi
Klasifikasi
Infeksi dengue ada 2 macam:
a. Demam dengue/ dengue fever
b. DHF
Keduanya sama- sama dapat terjadi perdarahan karena ada trombositopeni. Jadi untuk
membedakannya, lihat ada tidaknya hemokonsentrasi (pd 2x pemeriksaan PCV meningkat ≥20%) dan
plasma leakage (asites, efusi pleura).
PCVsekarang PCVsebelumnya
Hct (hemokonsentrasi) = x100% , di mana jarak PCV sekarang
PCVsebelumnya
dan PCV sebelumnya + 4-6 jam tanpa pemberian cairan. Jika PCV > 20% maka ada hemokonsentrasi
(DHF). Jika tidak dilakukan penghitungan PCV sebelum dan sesudah, maka dapat dilihat dari PCV saat
pasien awal MRS. Normalnya PCV = 3xHb. Jika PCV > 3xHb, maka dicurigai adanya hemokonsentrasi,
segera berikan terapi cairan asringe (ringer asetat). Jika ada leakage (asites atau efusi pleura) dapat
juga ditegakkan diagnose DHF.
Grading
DBD grade 1 → tidak ada riwayat perdarahan, tidak ada penurunan GCS, tidak ada penyempitan
tensi, tidak ada riwayat dingin, takikardi
DBD grade 2 → ada perdarahan (tidak termasuk RL), jika ada ptechiae luas maka dianggap
perdarahan
DBD grade 3 → ada tanda- tanda pre syok: akral+CRT+nadi mungkin masih baik, tetapi jika ada
takikardi maka dicurigai pre syok. GCS mungkin masih baik tetapi jika tensi menyempit (systole-
diastole < 20)maka dicurigai pre syok. Pengukuran nadi menggunakan Glow chart.
DBD grade 4 → syok: GCS menurun (gelisah, letoy, anak menangis), akral dingin basah pucat (cz
perfusi perifer tdk bagus), nadi cepat, kualitas nadi tak teraba dan kecil, CRT meningkat, tensi tak
terukur
Jk sudah pernah ada riwayat anyep dlm < 2x24 jam kemungkinan bs terjadi shock lagi dianggap
grade 3
Bandingkan suara napas kanan dan kiri u/ tentukan ada efusi pleura/tdk
Pd DD dan DBD ada nyeri tekan di bawah kanan/hipokondrium kanan krn virus menyerang sinusoid
hepar
Jk ada nyeri tekan di hipokondrium kanan, kiri, tengah berarti ada hipoksia diafragma
21
Cara ukur RL: S + D tahan selama 3-5 menit + jk ada bintik2 kecil > 10mm dg jumlah > 10
2
Pemeriksaan laboratorium
DL, SE (serum elektrolit), GDA (jika low intake dan hipoglikemi maka dapat menyebabkan penurunan
kesadaran), IgM/IgG dengue (setelah 4 hari), fungsi liver (SGOT SGPT ↑, hipoalbumin), faal
hemostasis (pada pasien yang terjadi perdarahan) bisa memanjang pada pasien yang mendekati DIC
(prognosa buruk), albumin (hipoalbumin karena banyak yang hilang), CRP (u/ membedakan dg infeksi
akut lain)
Terapi
a. Berikan cairan karena terjadi trombositopenia
Pada DBD grade 1-2 diawali dengan kristaloid (asringe) dan koloid (HES)
Kristaloid yang digunakan adalah asringe karena pada NS ada Na yang dikhawatirkan dapat
menyebabkan hiperNa pada pasien yang dehidrasi dan pada RL ada laktat yang dikhawatirkan
dapat memperburuk fungsi hepar. Koloid HES yang digunakan ada 2 macam, HES 10% untuk
pasien tanpa perdarahan dan HES 6% (hemacell) untuk pasien dengan perdarahan
b. Antasida/sucralfat untuk nyeri perut
c. Paracetamol untuk penurun panas
d. Banyak minum mannis karena hipoglikemi
e. Jika tidak ada masalah dengan makan, boleh pulang
Demam dengue tanpa masalah lain bukan indikasi MRS, kecuali jk ada low intake/hiperpireksi harus
MRS u/ intake nutrisi lewat infus cz mungkin ada resiko DBD.
GASTROLOGI
22
Gangguan elektrolit asam basa sehingga terjadi asidosis metabolic → gx: pernafasan kussmaul
Gangguan gizi
4. Penyakit penyerta
Mual? Muntah? Pilek? Batuk? Demam? Pusing (terutama di infeksi viral, ex. DHF)? OMP? Sesak?
5. Riwayat diet
Habis ganti susu?
6. Riwayat pengobatan
7. Imunisasi dasar
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak (penyakit campak bias bikin diare) → diare pada campak lebih berat dan lebih lama
karena kelainan pada epitel usus. Diare berkaitna dengan campak 1-7%.
8. Kebiasaan
Misalnya botol susu tidak direbus dahulu dan akhirnya menimbulkan kuman dan menyebabkan diare
pada anak
9. Riwayat diare keluarga
Pemeriksaan Fisik
1. KU : GCS (di anak pake pediatric coma scale)? tampak haus? Tampak kurus? Rewel? gelisah? koma?
2. VS : ingat, nadi dan RR harus dihitung selama 1 menit!
Nadi : frekuensi? Regular/ ireguler? (dia diare terjadi takikardia)
Tensi : gx syok → tekanan nadi menyempit < 20
Suhu
RR : frekuensi? Regular/ irregular?
3. K/L :
Jika diare pada anak sebelum usia 19 bulan, maka tampak ubun- ubunnya cekung
Pada diare dengan dehidrasi, air mata tidak ada
Lihat mukosa mulut → basah/ tidak?
Pada diare dengan penyakit penyerta TBC terjadi [embesaran kelenjar leher multiple > 1
4. Tho :
Inspeksi : bentuk (barrel chest)? Gerak )simetris/ tidak)? Retraksi karena otot pernafasan
tertahan (suprasternal/ subcostal/ epigastrium)?
5. Abd :
Inspeksi : bentuk?
Auskultasi : BU? Turgor abdomen (dicubit besar, normalnya langsung kembali)?
Palpasi : hepar? Lien?
6. Ext :
Akral hangat/ dingin? Anemic? Ikterik? Cyanosis? Edema?
DIARE
Klasifikasi
23
1. Diare akut : 7 hari, menurui IDAI < 14 hari, PB <3-5 hr.
2. Diare kronis : > 14 hari, menurut IDAI > 14 hari
3. Diare berkepanjangan/prolong : > 7 hari, PB 7-15 hr.
4. Diare persisten : karena infeksi
Etiologi
1. Infeksi
a. Enteral : bakteri (E. coli, salmonella, shigella), virus (feses tidak berlendir), jamur (microsporadia),
protozoa
b. Parenteral : ISPA, ISK, Otitis media
2. Non infeksi : absorbs, intoleransi laktulosa, alergi, psikogenik
Patofisiologi
1. Virus menghilangkan vili di usus dan menggantinya dengan epitel kuboid
2. Bakteri masuk sampai mukosa dan menyebabkan gangguan cAMP
Prinsip Terapi
1. Atasi dehidrasi dengan oralit
2. Meningkatkan ketahanan tubuh. Pemberian Zinc : < 6 bln : 10 mg, 1x/hari. Kalo’ > 6 bln : 10 mg,
2x/hari. Zinc untuk meningkatkan mikroelemen , membantu meningkatkan imnunitas , mempercepat
penyembuhan diare, mempersingkat diare.
3. Percepat penyembuhan
4. Persingkat waktu sakit
5. Antibiotic diberikan hanya atas indikasi. Kalo g’ ada malah dapat membunuh flora normal.
6. Pemberian ASI diteruskan
7. Imunisasi
8. Vitamin A untuk epitelisasi
9. Probiotik (bakteri hidup untuk suplemen makanan / friendly mikroorganisme), untuk:
a. Meningkatkan imun dan stimulasi imunomodulator
b. Perubahan lingkunan mikrolumen usus dari pH dan oksigen
c. Mengandung bakteriocills sebagai bahan antimikroba melawan pathogen
d. Cegah infeksi lewat kompetisi dengan bakteri/ virus pathogen pada reseptor epitel
e. Kompetisi nutrien
NEC
Akibat hipoksia usus media u/ kuman enterocolitis
Peristaltik ↓ cz hipoksia stasis feces di rongga usus media u/ kuman overgrowth bakteri
gas yg dihasilkan bakteri ↑ vili usus nekrosis barier usus tdk bekerja dg baik kuman keluar lwt
vili usus ke sirkulasi sepsis
Nekrosis vili usus jk parah akan jebol/perforasi bs peritonitis tx surgery
Grading:
- Grade 1: perut kembung tanpa ada SIRS, hemodinamik masih stabil
- Grade 2: ada tanda SIRS/sepsis
- Grade 3: ada perforasi
24
Tanda perforasi: bising usus (-), perut distended berat, distres napas, dg pemeriksaan BNO
laterolateral/BNO AP ada gambaran cairan bebas
Usus adalah organ ke-3 yg diselamatkan setelah otak dan jantung jk ada hipoksia
Hipoksia peristaltik usus ↓, kembung, kencing ↓ krn usus dan ginjal dikorbankan u/ memenuhi
kebutuhan O2 di cor dan otak
HND
25
Kamis pagi-selasa pagihari ke 5 panjang
Kamis sore/malam-selasa pagihari ke 5 pendek
AseringCaCl, KCl, NaCl, Na asetat
RLlaktat dimetabolisme di hepar, klo gangguan fungsi hepar tidak boleh, mis DB
Terapi DHFcairan dan observasi ketat
Bayi 1-3 hari D10, 3hari-1bln CM10
GIRukuran pemenuhan glukosa, N 4-6, sering hipoglikemi naikkan jadi 6-8
Bayi harus jaga termoregulasi, gula darah
Glukosa i.v. max 12,5; klo > harus vena central karena iritasi
PERINATOLOGI
26
Semua bayi diberikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena pembuluh darah bayi sangat
fragile.
Obat yang sama, dosis I.V. lebih besar daripada dosis P.O. (ini memang agak nyeleneh, kan logikanya
P.O. lebih besar daripada I.V. soalnya ada first pass metabolism. Tapi pas ditanyain ke PPDS nya,
beliau menjawab “saya juga kurang tahu, mungkin untuk mengisi ruang intravascular, tapi kalo tanya
ke supervisor pasti jawabnya cari sendiri” jadi ya kita terima aja ya, teman- temin)
Nasal CPAP (nasal continous pressure airway positive) dipasang pada pasien RDS (respiratory distress
syndrome) untuk menjaga agar tekanan permukaan alveoli tidak kolaps.
Pada infuse ,1 cc = 20 tetes makro
Perbedaan bagging yang ada balonnya (yang dipencet-pencet pakai tangan) dengan bagging yang
kecil (hanya pakai 1 jari) adalah pada penggunaan oksigennya. Bagging besar menggunakan oksigen
basah dan bagging kecil menggunakan oksigen kering
Pada penggunaan head box, oksigen tidak boleh <5
Bedakan kovis dengan incubator. Kovis adalah kotak bayi biasa yang ada tutupnya (seperti aquarium)
sedangkan incubator adalah kotak kaca dengan suhu dan kelembaban yang bisa diset dan memiliki
lubang untuk memasukkan tangan dokter / perawat
Pada bayi, pengambilan darah dilakukan di umbilicus. Jika tidak tampak, maka dilakukan di kepala.
Pemakaian masker pada bayi jangan sampai terkena mata.
Jk ada kejang mungkin ada TIK ↑ akibat pendarahan (ditandai dg APTT memanjang), odem cerebri,
gangguan elektrolit/metabolik
Tanda SIRS: tachypnea/brachypnea, takikardi/bradikardi, leukopenia/leukositosis, umbilicus layu,
malas minum, kejang, kesadaran ↓, CRT memanjang, sesak, bising usus ↓
Sepsis: SIRS + focus infeksi (ditemukan kuman yg sama di darah, feces, dan urine dx dg kultur,
periksa elektrolit dan metabolik
BBL berdasarkan usia kehamilan tdd:
1. BBLKB: - prematur: 28-36 mggu
- Imatur: 22-28 mggu
- Abortus < 22 minggu.
2. BBLCB: 37-42 mggu
3. BBLLB: >42 minggu.
BBLR: < 1500 - 2500 gr
BBLSR: 1000 – 1500 gr
BBLASR: <1000 gr
Ballard score: u/ mengetahui usia kehamilan jk di bawah persentil 10 berarti kurang bln. Score ini
mempunyai 2 aspek yaitu pemeriksaan fisik dan status mental.
Jk ada bayi prematur + sesak mungkin RDS/HMD gangguan pengembangan paru akibat
def.surfaktan krn surfaktan dibentuk pd usia 28 mggu butuh tekanan agar paru tdk kaku dg
menggunakan O2 airway pressure continuous positif
Grading HMD (Hyalin Membran Disease) berdasarkan foto:
- Grade 1: infiltrat retikulogranuler, cor terlihat putih
- Grade 2: grade 1 + air bronchogram pada fotothorak
27
- Grade 3: grade 2 + pada fotothotaks batas paru-cor tdk jelas
- Grade 4: grade 3 + pada fotothoraks ada white lung
Jk ada sesak Periksa BGA, SE (serum elektrolit u/ mengukur anion gap u/ mengetahui grade
sesak)
Px sesak dg Hb 12 hitung O2 content u/ mengetahui apakah dg jumlah Hb segitu cukup u/
memenuhi kebutuhan O2 dlm tubuh
O2 content: Hb x 1,34 x SaO2 x (0.003 x PaO2) N: 16-21
100
Kriteria sesak berdasarkan Downes score:
1. Tdk ada ancaman gagal napas score 1-3
2. Ancaman gagal napas score 4-6
3. Gagal napas score > 7
Downes score
Score RR Retraksi Cyanosis Grunting Air Entry
0 <60x/ Tdk ada retraksi Seluruh tubuh Tdk terdengar, Udara masuk normal
mnt dada merah baik dg sampai alveoli (suara
stetoskop/dr vesikuler)
luar
1 60-80x/ Ada retraksi Mulut sampai Terdengar dg Terdengar ada
mnt minimal/ret. perut merah tp stetoskp tp hambatan, spt lendir/
Intercostal kaki & tangan tdk terdengar inflamasi (suara
biru dr luar ronchi, kalo di
bronchus ada crackle,
kalo di alveoli ada
rales/ronchi halus
2 >80x/ Ret. Epigastrial, Seluruh tubuh Terdengar Obstruksi total (tdk
mnt suprasternal biru baik dg terdengar suara
(berarti ada stetoskop/dr apapun)
hipoksia) luar
Bayi baru lahir hampir semua tdk terdengar ronchi meskipun ada neonatal pneumonia
Kriteria Kremer u/ scoring ikterus: score 1 (wajah), score 2 (dada), score 3 (perut), score 4 (tangan/kaki
tanpa jari2), score 5 (tangan/kaki sampai kaki)
28
APT/Downey Test
Kebutuhan cairan pd bayi baru lahir: hari 1 60-80 cc/kgBB hari ke 2-7 ditambah 10 cc/kg/hari hari
ke 8-1 bln 150-200 cc/kgBB
Cairan yg diberikan: - usia 1-3 hari D10%
- Usia 4 hari-1 bln CN 10% (D10 1/5 NS)
Transfusi diberikan 10cc/kg
Tx hipo Ca: 1 cc/kg Ca glukonas
Tx hipo Na: 0,6 x BB x delta max 10 mg/hari jk kurangnya 35 mg, mk diberikan 3x
Tx hipo K: 0,4 x BB x delta
Delta: jarak antara kadar Na/K yg diperiksa dg kadar normal
Bayi grunting berarti kondisi sdh buruk bs jd asidosis respiratorik akhirnya bs jd asidosis
metabolik multi organ failure
100 cc ASI = 60-80Kkal
Menyusui sebaiknya sesering mungkin sampai bayi puas
Jk bayi lahir 1200 gr dg usia kehamilan < 30 mggu berikan minum tiap 2 jam 10-20 cc/kg/hari
Dlm 2 mggu pertama setelah lahir, BB bayi akan turun secara fisiologis, tp tdk boleh > 5% BB saat lahir
tp setelah itu akan naik lagi
Kebutuhan Na: 2-3 mEq/kg/hari jk kurang akan kejang
Kebutuhan K: 1-2 mEq/kg/hari jk kurang akan aritmia
Indikasi puasa pd bayi:
1. NEC krn tdk ada peristaltik puasa 10-14 hari
2. Sesak berat puasa 1 hari pasang ETT setelah ETT dilepas berikan tropic feeding 10-20 cc/kg
(tdk termasuk dlm hitungan kebutuhan cairan)
Saat puasa total, membutuhkan:
29
1. Karbohidrat ukur kadar glukosa dg diberi D10
2. Protein hari 1 diberikan 1 gr/kg/hari, hari ke-2 diberikan 1,5 gr/kg/hari, berikutnya ditambah 0,5
gr/kg/hari tx menggunakan aminoplasma (sediaan 5 gr/100 cc), hati2 pd gangguan ren, pemberian
protein jangn terlalu tinggi dan periksa jg UL, ureum, kreatinin
3. Lemak dihasilkan di hepar, shg lihat fungsi hepar dg periksa SGOT, SGPT, trombosit tx
menggunakan aivelip (sediaan 20 gr/100cc)
Pemberian cairan infus = kebutuhan cairan – jumlah karbohidrat, protein, lemak, transfusi yg diberikan
D5% artinya 5 gr glukosa dlm 100 cc cairan mengandung 3,14 Kkal/gr glukosa
Bayi baru lahir wajib diberi vit.K 1 mg u/ pembentukan faktor pembekuan intrinsik (PTT yg tdd faktor
8,9,10,11,12) dan extrinsik (APTT yg tdd faktor 5,7,10,11,tissue factor tx dg AHF)
Contoh kasus:
1. Bayi laki2 usia 2 hari, BB 2200 gr, tanpa infus kebutuhan cairan 70-90 cc/kg (154-198 cc)
diberikan 8x/hari atau tiap 3 jam 30-35 cc/3jam ASI/susu formula
2. Bayi usia 8 hari, BB 2080 gr kebutuhan cairan 312-416 cc dg menggunakan CN 10%
3. Bayi usia 8 hari, BB 2200 gr, dipuasakan 3 hari. Berapa jumlah protein yg diberikan? kebutuhan
cairan 150-200 cc/kg (330-440 cc) ; puasa 3 hari protein 2 gr/kg (4,4,gr dg aminoplasma
20cc/gr butuh aminoplasma 88 cc/hari).
4. Cairan 9 cc/jam 0.15 cc/menit. Jika mikro (60 tts/menit) 9 mikro/menit. Jika makro (20
tts/menit) 3 makro/menit. Untuk menentukan makro/mikro tergantung besar anak. Pada bayi
/anak < 3 th biasanya mikro, pada anak yang lebih besar /anak > 3 th menggunakan makro. Tetes
mikro menggunakan ujung jarum, sedangkan untuk makro seperti selang tetes pada umumnya.
Hipoglikemia
Hipoglikemi bayi besar, ibu DM
Ibu DM hiperglikemi insulin , di uterus bayi bantu ibu produksi insulin keluar terbiasa
dengan kadar gula tinggi hiiperinsulin gula
Bayi besar luas permmukaan tubuh lebih besar, jumlah sel lebih banyak, BMR lebih besar,
butuh energi banyak hipermetabolik glukosa dan O2 yang ada di darah dipake hipoglikemi
dan sesak
Hormon kontralegulator insulin glukagon, kortisol, oksitosin, GH waktu insulin tinggi hormon
rendah, ><
Hiperinsulin cortisol rendah paru tdk mengembang RDS
Tx hipoglikemi minum ASI kadar gula/ volume
6 X BB , N 6-8
Hipoglikemi u/ dx 50 uda hipoglikemi (endokrin), bayi 45
u/ tx 60 uda diterapi, satu jam sekali dicek sampai N
Hipoglikemi Simtomatis jitlery(kayak tremorl, letargi, kejang bolus i.v.
Asimtomatis oral
% infus glukosa 10%, bolus harus diatasnya/minimal sama; kalo cairan uda 12,5%, bolus 10% tidak
ada gunanya kalo udah stabil % diturunkan pelan-pelan sambil mulai minum
30
% yang dipakai menurut umur, biasanya D10.
Ballard score (scorecocokkan usia kehamilan):
1. neuromuscular
a. posisi badan
b. square window
c. poplitea angle
d. scarf sign/selempang tangan
e. heel to ear
f. sudut siku
2. fisik
a. warna kulit
b. lanugo
c. lipatan telinga
d. puting ada/g, areola
e. alat kelamin
f. plantar crease
Cara bayi infeksi:
1. asending
2. kolonisasi
3. bakteremi
Infeksi: kriteria dan klinis
Diagnosa dini infeksi neonatal Clorhesty:
Kriteria major:
1. suhu ibu>37
2. kehamilan kembar
3. prematur
4. lekosit ibu>15000
5. ketuban pecah>12jam
6. takipnea setelah bayi lahir 1jam
7. APGAR score 1’<5
8. BBL<1000 g
9. koloni grup A streptokokus B hemolitikus
10. lochia yang bau
1. 2 major
2. 1 major + 2 minor
31
3. 3 minor
32