ASKEP GANGGUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS
(Meningitis, Trauma Kepala &
Medulla Spinalis)
indahsusanti@2023
ETIOLOGI
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme. Penyebab meningitis adalah virus, bakteri,
ataupun jamur. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi,
pembedahan otak atau spinal, akan meningkatkan terjadinya meningitis
indahsusanti@2023
KLASIFIKASI
1. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium Tuberculosa. Penyebab lainnya virus, toxoplasma
gondhii dan ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang melingkupi otak dan
medulla spinalis. Penyebab dari penyakit ini berdasarkan golongan umur adalah masa neonatus oleh
E.coli, streptokokkus beta hemolitikus, dan listeria monositogenes.
indahsusanti@2023
TANDA GEJALA
indahsusanti@2023
PATOFISIOLOGI
Masuknya organisme melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya
abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea
akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis, dimana
terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal Fluid). Penumpukan pada CSF
akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla
spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang pada
subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada via,
arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia,
sehingga terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu
tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi.
indahsusanti@2023
KOMPLIKASI
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena adanya desakan
pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke
daerah subdural.
2. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat sampai ke
jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor Cerebro
Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan
pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intracranial.
4. Abses otak, terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak mendapat
pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5. Epilepsi
6. Retardasi mental, terjadi karena meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga
mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.
7. Infark serebral: Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena terhambatnya
aliran darah ke daerah tersebut.
indahsusanti@2023
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan intravena, yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer laktat dengan dosis yang
dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi yang diberikan karena
pada penderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat
muntah, pengeluaran cairan.
2. Pemberian diazepam, dosis awal diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh
karena selain hasil toksik kumanpeningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
3. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering dipakai
adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB dibagi dalam enam dosis pemberian secara intravena.
Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan serebrospinal
melalui pungsi lumbal.
4. Pembebasan jalan napas dengan melalui suction dan memposisikan pada posisi kepala miring. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mendukung kebutuhan metabolisme
yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan tekanan
intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke
saluran pernapasan.
indahsusanti@2023
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah lengkap,
peningkatan sel darah putih (10.000-
40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur
adanya mikroorganisme pathogen.
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih
ada dalam urine.
2. Radiografi, Untuk menentukan adanya
sumberinfeksi misalnya Rongen dada untuk
menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan
kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi untuk membandingkan
keadaan CSF normal dengan meningitis.
4. CT Scan. Hidrosefalus ditemukan pada CT Scan dengan
adanya dilatasi simetris atau asimetris sistem
ventrikel.
indahsusanti@2023
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN
MENINGITIS
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal
masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan keperawatan.
Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
perkerjaan dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama, Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual dan muntah,
kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang, Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien
indahsusanti@2023
Lanjutan...
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum. Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya bersekitar pada tingkat
letargi, stupor, dan semikomatosa
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
6) Leher Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis. Nerfus IX
dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik Nerfus XI : Biasanya pada pasien
meningitis terjadinya kaku kuduk.
7) Dada
Paru
I : Pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola nafas
Pa : Pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Pada pasien meningitisterdapat bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
Jantung
I : Pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa :Pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula sinistra RIC IV.
P : Bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5 midklavikula.
A : Jantung murni, tidak ada mur-mur.
indahsusanti@2023
Lanjutan...
8) Ekstremitas
Pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien
sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
indahsusanti@2023
Lanjutan...
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang alaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.
indahsusanti@2023
Lanjutan...
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatandan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan
komunitas.
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
TRAUMA KEPALA/
CEDERA KEPALA
indahsusanti@2023
Etiologi
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Patofisiologi
indahsusanti@2023
Komplikasi
1. Epilepsi Pasca Trauma merupakan suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah otak
mengalami cedera karena benturan di kepala.
2. Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa
di otak. Penderita tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata. Biasanya karena kerusakan
lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis
3. Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan atau serangkaian
gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis ataulobus
frontalis.
4. Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa yang baru saja
terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.
5. Diabetes Insipidus disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis, menyebabkan penghentian
sekresi hormone antidiuretik.
6. Kebocoran cairan serebrospinal dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-6 %
pasien dengan cedera kepala tertutup.
7. Edema serebral & herniasi, penyebab paling umum dari peningkatan TIK.
8. Defisit neurologis & psikologis tanda awal penurunan fungsi neurologis :perubahan TK kesadaran, Nyeri
kepala hebat, mual atau muntah.
indahsusanti@2023
Pemeriksaan
indahsusanti@2023
Lanjutan...
4. Laboratorium
a. Kimia darah : Untuk mengetahui keseimbangan elektrloit.
b. Kadar elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intracranial.
c. Screen toksikologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan
kesadaran.
5. Serebral angiographi Menunjukkan anomaly sirkulasi serebral ,seperti perubahan jaringan otak
sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
6. X-ray digunakan untuk mendeteksi perubahan struktur tulang , perubahan truktur garis
(perdarahan atau edema), frakmen tulang
indahsusanti@2023
Penatalaksanaan
1. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma.
2. Therapihiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetik.
4. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40% atau
gliserol.
5. Antibiotik yang mengandung barrier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerobdi berikan
metronidazole.
6. Makanan atau cairan infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya
kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
7. Tidur tanpa bandal atau diganjal dengan bantal.
8. Pembedahan.
indahsusanti@2023
Asuhan Keperawatan Cedera
Kepala
Contoh kasus
Identitas
Pasien Nama : Tn. E Usia : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : SMA P
ekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ledug, Kembaran Banyumas
Pada tanggal 14 Oktober 2023 pasien dibawa ke UGD rumah sakit oleh warga post kecelakaan setelah pulang
bekerja bersama temannya. Pasien mengeluh pusing, terdapat benjolan di kepala dan terdapat luka robek di
bagian dahi, tidak ada kejang, muntah proyektil. Setelah dilakukan pemeriksaan di UGD, pasien dilakukan CT
scan dengan hasil CT Scan EDH Frontal (Epidural Hematoma), dan pasien segera dilakukan tindakan operasi.
indahsusanti@2023
Pengkajian
indahsusanti@2023
Lanjutan...
6) Bladder (B4) Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 700 cc / 8 jam, urin berwarna kuning jernih.
7) Bowel (B5) Mukosa bibir lembab, kondisi lidah dan mulut bersih, gigi tidak lengkap, tidak ada distensi abdomen,
peristaltik usus 12 x/menit, tidak ada hematemesis dan melena.
8) Bone (B6)
Turgor kulit elastis, tidak ada peradangan kulit, tidak ada icterus, akral teraba hangat, pergerakan sendi bebas, tidak
ada fraktur, dan terdapat luka robek pada dahi kiri dan luka lecet pada ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang
indahsusanti@2023
Terapi
indahsusanti@2023
Pengelompokan Data
indahsusanti@2023
Analisa Data
14 Okt
2023
indahsusanti@2023
Lanjutan...
14 Okt
2023
14 Okt
2023
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Diagnosis Keperawatan
indahsusanti@2023
Intervensi
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Implementasi
Sabtu,
14 Okt
2023
08.03
Sabtu,
14 Okt
2023
10.03
Sabtu,
14 Okt
2023
11.08
indahsusanti@2023
Evaluasi
Sabtu,
14 Okt
2023
12.03
indahsusanti@2023
Evaluasi
indahsusanti@2023
TRAUMA MEDULA
SPINALIS
Definisi
indahsusanti@2023
Etiologi
indahsusanti@2023
Patofisiologi
indahsusanti@2023
Lanjutan...
Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja
tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla
spinalis akut.
Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia,
edema, lesi, hemorargi.
Trauma medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5
Lesi L1 : Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan
bagian dari bokong.
Lesi L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
indahsusanti@2023
Tanda dan gejala
indahsusanti@2023
Pemeriksaan Diagnostik
indahsusanti@2023
Komplikasi
a. Neurogenik shock (sirkulasi darah menjadi tidak normal akibat cedera saraf tulang belakang)
b. Hipoksia sumsung tulang belakang.
c. Gangguan paru-paru.
d. Instabilitas spinal (hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal).
e. Ileus Paralitik (gangguan pergerakan usus akibat kelumpuhan otot usus).
f. Infeksi saluran kemih
g. Kontraktur (kekakuan jaringan tubuh)
h. Dekubitus
i. Inkontinensia blader
j. Konstipasi
indahsusanti@2023
Penatalaksanaan
indahsusanti@2023
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
MEDULA SPINALIS
A. Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, pekerjaan, tanggal masuk RS.
B. Pengkajian Primer
1) Airway.
Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas
sering terjadi pada penderita yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal
lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi vertebra servikalis
(cervical spine control),
2) Breathing.
Bantuan napas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. Apabila tersedia, O2 dapat diberikan dalam jumlah yang
memadai.
3) Circulation.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran dan denyut nadi Tindakan lain yang
dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan
mengukur tekanan darah .
indahsusanti@2023
Lanjutan...
4) Disability.
Melihat secara keseluruhan kemampuan pasien diantaranya kesadaran pasien.
5) Exprosure,
Melihat secara keseluruhan keadaan pasien. Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15).
C. Pengkajian Skunder.
1) Aktifitas /Istirahat.
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan umum / kelemahan otot (trauma
dan adanya kompresi saraf).
2) Sirkulasi.
Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.
3) Eliminasi.
Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan
9) Nyeri /kenyamanan.
Kaji adanya nyeri di ekstremitas, kaji adanya deformitas, postur, nyeri tekan vertebral.
10) Pernapasan.
Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.
11) Keamanan.
Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
12) Seksualitas.
Kaji adanya masalah gangguan reproduksi.
indahsusanti@2023
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis
untukmenentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yangterkumpul, didapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasartersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien.
Tipe Data :
1. Data subjektif
adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari
keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
1. Data objektif
adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien (rekam medis)
indahsusanti@2023
Analisa Data
Kemampuan mengaitkan data dengan konsep teori yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah keperawatan.
CONTOH
PENULISAN ANALISIS DATA:
indahsusanti@2023
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
indahsusanti@2023
Intervensi
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Lanjutan...
indahsusanti@2023
Implementasi dan Evaluasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang
sesuai.
3. Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien
secara adekuat,
4. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan
indahsusanti@2023
TERIMAKASIH
indahsusanti@2023