Preseptor :
dr. Yudi Wahyudi, Sp.PD-KGEH., M.Kes, FCCP, FINASIM
● Sirosis hati adalah tahap akhir dari proses difus fibrosis hati yang progresif
yang ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif
akibat nekrosis hepatoseluler. Hal ini mengakibatkan penurunan fungsi hati.
● Istilah sirosis diberikan oleh Laence tahun 1819 dari bahasa Yunani, dari kata
khirros yang berarti kuning oranye, dan osis yang berarti kondisi, merujuk pada
perubahan warna dan nodul- nodul yang terbentuk.
Epidemiologi
● Penyebab kematian ketiga terbesar pada usia 45 – 46 tahun
● Peringkat ketujuh untuk penyebab kematian terbanyak di dunia
● Lebih banyak pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan dengan rasio 1,6 :
1.
● Umur rata – rata penderitanya pada usia 30 – 59 tahun, dengan puncaKnya pada
usia 40 – 49 tahun
● Di negara barat, penyebab utama SH adalah alkoholik dan non-alkoholik serta
hepatitis C.
● Di Asia Tenggara, penyebab utama SH adalah hepatitis B dan hepatitis C
● Angka kejadian SH di Indonesia akibat hepatitis B berkisar 21,2 – 46,9 % dan
hepatitis C berkisar 38,7 – 73,9 %
Etiologi
Klasifikasi
● Berdasarkan morfologi
○ Micronoduler
■ Nodul uniform d < 3mm
■ Penyebab : SH karena alkohol, hemokromatosis
○ Macronoduler
■ Nodul iregular d > 3mm
■ Penyebab : SH karena hepatitis B dan C,
cholangitis bilier primer, defisiensi alpha-1
antitrypsin
○ Campuran
■ Terdapat gambaran mikro-makro nodular
■ Biasanya sirosis mikronodular 🡪makronodular
seriring waktu
Klasifikasi
● Berdasarkan klinis
○ Kompensata
Asimptomatik, biasanya terdeteksi secara tidak sengaja oleh
pemeriksaan fisik, laboratorium, atau imaging.
○ Dekompensata
Ditemukan berbagai tanda dan gejala yang timbul dari kombinasi
disfungsi hati dan hipertensi portal.
Grading
Patogenesis
Patogenesis
Patogenesis
Patogenesis
Patogenesis
Sirosis
Normal
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Anamnesis
● Identitas : Pekerjaan, usia, jenis kelamin, alamat
● Riwayat klinis
○ Kelelahan & penurunan berat badan
○ Anoreksia
○ Nyeri perut
○ Ikterus. Gatal. Warna urin & feses
○ Pembengkakan pada kaki dan perut
○ Pendarahan: hidung, gusi, kulit, saluran pencernaan
○ Hilangnya libido; riwayat mestruasi
○ Riwayat penyakit dahulu: ikterus, hepatitis, konsumsi obat, transfusi darah
○ Sosial: konsumsi alkohol
○ Riwayat keluarga: penyakit hepar, penyakit autoimun
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum, kesadaran
● Tanda-tanda vital: TNRS (demam; hypertension)
● BMI: status nutrisi (malnutrisi)
● Status Generalis:
○ Kepala: pigmentasi, purpura, ikterus, sklera ikterik, fetor hepaticus, parotid
enlargement
○ Toraks: vascular spider, gynaecomastia, distribution of body hair
○ Abdomen: ascites, abdominal wall veins, liver (hepatomegaly), spleen
(splenomegaly)
○ Genital: testicular atrophy
○ Ekstremitas: finger clubbing, white nails, eritema palmar, Dupuytren contracture,
peripheral edema,
○ Perubahan neurologis: fungsi mental, stupor, tremor, flap (asterixis)
Laboratorium
● Hematology: Hb, Leukosit, hitung platelet, prothrombin time (INR)
● Serum biokimia: Bilirubin, transaminase, alkaline phosphatase, Ɣ-glutamyl-transpeptidase,
albumin & globulin, immunoglobulins, transferrin saturation & serum ferritin, serum
caeruloplasmin & copper, ɑ1-antitrypsin phenotype
● Jika ascites: parasentesis diagnostik, serum sodium, potassium, bicarbonate, chloride, urea &
level creatinine, weigh daily, 24h urine volume & sodium excretion
● Serum imunologi: AMA, ANCA, anti LKM, HBsAg, HBeAg, anti-HBc, HBV DNA anti-
HCV, HCV RNA, ɑ-fetoprotein
● Endoskopi
● USG hepar, CT atau MRI
● Biopsi
● EEG (jika ada perubahan neuropsikiatri)
Laboratorium
Penunjang
Ultrasonografi (USG)
- Kurang sensitif, namun cukup sensitif bila penyebabnya jelas
- Gambaran: ekodensitas hati meningkat dengan ekostruktur kasar
homogen atau heterogen pada sisi superfisial, sedangkan pada sisi
profunda ekodensitas menurun
- Dapat dijumpai pembesaran lobus caudatus, splenomegali, dan vena
hepatika gambaran terputus-putus
- Asites tampak sebagai area bebas gema (ekolusen) antara organ
intraabdomen dan dinding abdomen
normal Sirosis
Endoskopi
- Untuk memeriksa adanya varises di
esofagus dan gaster.
- Selain untuk diagnostik, dapat juga
digunakan sebagai pencegahan dan terapi
perdarahan varises.
Penunjang
Fibroscan
- Elastografi transien (fibroscan) adalah metode non-
invasif untuk mengevaluasi fibrosis / sirosis hati.
- Tampaknya sangat berguna pada pasien dengan
hepatitis C kronis
Penunjang
Biopsi
- Gold standard untuk diagnosis
- Interpretasi mungkin dibatasi oleh ukuran yg kecil dan
kesalahan pengambilan sampel
- Diagnosis: tdk adanya portal tract, abnormal vascular
arrangement, arteriol hepatik tidak disertai vena portal,
adanya nodul dg septa fibrosa dan variabilitas ukuran &
tampilan sel di berbagai area biopsi
02
Treatment
Tatalaksana
● SKDI 2 = RUJUK
● Prinsip:
○ Mengurangi progresi penyakit
○ Menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan
hati
○ Pencegahan dan penanganan komplikasi dan mengatasi kausa
● Utama: transplantasi liver
Sirosis Alkoholik
● Hep B:
Antivirus terbukti efektif dalam supresi virus (menurunkan
kadar HBV DNA), available therapy: lamivudine, adefovir,
telbivudine, entecavir, and tenofovir.
● Hep C;
Kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi
standar
Primary Biliary Cirrhosis
Asites
Pengobatan sesuai komplikasi
Hepatic Encephalopathy
Pengobatan sesuai komplikasi
Esophageal Varices
Pengobatan sesuai komplikasi
▪ Malnutrisi
▫ Dietary supplementation
▪ Abnormalitas Koagulasi
▫ Pemberian vitamin K parenteral dan factor-
factor koagulasi
▪ Gangguan tulang
▫ Bifosfonat: menghambat resorpsi tulang
03
Complications
Komplikasi
1. Hipertensi Porta
Hipertensi porta diakibatkan oleh kombinasi simultan dari dua proses
hemodinamik, diantaranya :
▪ Diagnostic paracentesis:
▫ Protein concentration : <1 g/dL
▫ Gradient serum albumin - ascites fluid albumin : >1.1 g/dL
5. Peritonitis Bakteri Spontan
▪ Spontaneous infection of the ascitic fluid without an intraabdominal source
▪ Mekanisme : bacterial translocation
▫ Gut flora from intestine → mesenteric lymph node → bacteremia → seeding of
the ascitic fluid
▪ Etiologic agent : Eschericia coli, Streptococcus viridans, S. Aureus, Enterococcus sp
▪ Diagnosis SBP : sampel cairan mengandung neutrofil >250/mm3.
▪ Pasien dengan asites bisa muncul:
▫ Demam
▫ Gangguan status mental
▫ Peningkatan sel darah putih
▫ Nyeri abdomen atau rasa tidak nyaman di abdomen
6. Sindrom Hepatorenal
• Hepatorenal syndrome (HRS) merupakan suatu bentuk gangguan fungsional ginjal tanpa
adanya kerusakan pada ginjal. Biasanya sekitar 10% pasien dengan sirosis tahap lanjut
• Diagnosis dibuat ketika adanya sejumlah besar asites pada pasien yang mengalami
peningkatan kreatinin secara progresif.
• HRS tipe 1 ditandai dengan adanya gangguan fungsi ginjal secara progresif dan adanya
penurunan klirens kreatinin secara signifikan dalam 1-2 minggu.
• HRS tipe 2 ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi glomerulus dengan peningkatan
serum kreatinin tapi tetap stabil dan berkaitan dengan outcome yang lebih baik
dibandingkan dengan HRS tipe 1.
7. Hepatik Enselofati
• Merupakan komplikasi yang serius dan dengan gejala berupa perubahan status mental
dan fungsi kognisi yang terjadi pada pasien dengan gagal liver.
• Gut derived neurotoxins (c. amonia) tidak di remove o/ liver karena vascular shunting
dan penurunan hepatic mass → masuk ke otak
1. Dooley JS., Lok ASF., Garcia-Tsao G., Pinzani. 2018. Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System
13th edition. UK: Wiley Blackwell
2. Floch NR., Floch MH. 2010. Netter’s Gastroenterology 2nd edition. Philadelphia: Saunders/Elsevier
3. Siti Nurdjanah. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. 101:445 – 48
4. McCance KL, Huether SE. Pathophysiology: The Biologic Basis For Disease In Adults And Children. St.
Louis: Mosby; 2015
5. Harrison’s Gastroenterology and Hepatology. 3rd ed. 2017.