Anda di halaman 1dari 44

Abruptio Placentae

Muhammad Fachrurozi Sidiq

Preseptor: dr. Artha Falentin P.S., Sp.OG


CRS
ABRUPTIO
PLACENTAE
Identitas
● Nama : Ny. R
● Tempat tanggal lahir : 13/10/1993
● Usia : 27 tahun
● Alamat : Bandung
● Pendidikan terakhir : S1
● Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
● Status perkawinan : Sudah menikah, 1x, 1 pasangan
● Agama : Islam
● Suku bangsa : Sunda
● Waktu pemeriksaan: 02/01/2021 pukul 12.57 WIB

Analisis Faktor Risiko


Pekerjaan: terkait adanya trauma saat kehamilan
Faktor usia → tidak ada
Anamnesis
Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir
Anamnesis:
G1P0A0 merasa hamil 8 bulan datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS.
Perdarahan membasahi 1 pembalut dan tidak disertai nyeri perut, ini merupakan perdarahan
yang pertama. Riwayat trauma disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi diketahui saat di RSHS.
Keluhan nyeri kepala hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati diakui pasien. Riwayat tekanan
darah tinggi selama dan sebelum kehamilan disangkal. Keluhan mules-mules yang semakin sering
dan bertambah kuat disangkal. Keluar cairan banyak dari jalan lahir disangkal. Gerakan anak masih
dirasakan ibu. Riwayat penyakit kronis disangkal. Riwayat demam, batuk, pilek disangkal. Riwayat
bepergian dan kontak dengan pasien COVID-19 disangkal. Karena keluhannya pasien berobat ke RS
Santo Yusuf kemudian dirujuk ke RSHS.

Analisis anamnesis:
Adanya gejala perdarahan antepartum Analisis anamnesis:
Karakteristik perdarahan kurang digali lengkap Riwayat TD pada keluarga tdk digali
Adanya riwayat TD tinggi + keluhan nyeri kepala hebat, pandangan Riwayat terapi sebelumnya tdk digali
kabur, nyeri ulu hati → suspek impending eklamsia
Anamnesis
Riwayat Obstetri : HPHT: 09/05/2020
1. Hami ini PNC: SpOG 7x
Kontrasepsi: -
Riwayat Pernikahan:
♀ : 26 th/S1/IRT
♂ : 26 th/S1/Karyawan

Analisis anamnesis
Usia kehamilan dari HPHT = 32-33 minggu
Frekuensi ANC cukup namun tidak digali mengenai
riwayat pengobatan asam folat
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: CM

Tanda vital:
● T : 110/70 mmHg
● N : 88 x/menit
● R : 20 x/menit
● S : 36,7ºC Analisis Pemfis
Tanda vital dlm batas normal → tidak
adanya tanda syok hipovolemik
BB: 65 kg
TB: 155 cm
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
● Mata : Conj. anemis dan sklera ikterik
● Kepala dan leher : Dalam batas normal
● Thoraks: Bentuk dan gerak simetris, VBS kanan = kiri, rhonki
-/-, wheezing -/-
● Abdomen: Cembung, lembut, nyeri tekan (-)
● Ekstremitas: Edema +/+, akral hangat, CRT < 2 detik

Analisis Pemfis
Status generalis → tidak adanya tanda syok hipovolemik
Pemeriksaan abdomen → tidak ada keabnormalitasan hasil yg
mendukung ke arah perdarahan antepartum
Pemeriksaan Fisik
Status Obstetri Pemeriksaan inspekulo:
● TFU : 25 cm Tidak dilakukan
● LP : 78 cm
● Letak anak : kepala 5/5 punggung kiri
● HIS : (-)
● Bunyi jantung anak : 152-156 x/menit
● TBBA : 1700 gr

Analisis Pemfis
TFU 25 cm menurut McDonald setara dengan usia kehamilan 26
minggu sedangkan usia kehamilan 32-33 minggu seharusnya sekitar 30
– 31 cm → curiga FGR
DJJ → dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Belum ada hasil
Analisis Pem. Penunjang
Lab : Trombosit turun, Hb rendah
USG IGD: Skrining koagulasi ?
Janin tunggal hidup letak kepala sesuai Blood cross-matched ?
kehamilan 32-33 minggu; TBBJ 1780 SDP Urea, elektrolit, tes fungsi hepar
cukup 4,5 cm. Plasenta di corpus posterior; CTG → fetal well-being
perdarahan retroplasenta tidak jelas

Bishop score <6


Diagnosis Kerja

G1P0A0 gravida 32-33 minggu; perdarahan antepartum yang


mungkin disebabkan solusio plasenta; impending eklamsia;
bishop score <6
Tata Laksana
❖ Rencana terminasi kehamilan dengan SC atas indikasi solusio
plasenta pada impending eklamsia; bishop score <6
❖ Konsul Anestesiologi
❖ Informed concent pasien dan keluarga
❖ Observasi keadaan umum, tanda vital, BJA, His

Analisis Tatalaksana
“Usia kehamilan >26 minggu, janin hidup dilakukan persalinan per-
abdominam”
CSS
ABRUPTIO
PLACENTAE
Definition
● Separation of the placenta either partially or totally from its
implantation site before delivery. (William Obstetric, 25th
ed)
● Premature separation of a normally sited placenta before
birth, after 20 weeks’ gestation. (Creasy Renik’s Maternal-
Fetal Medicine, 7th ed)
● Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yg terimplantasi
normal di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.
(Obstetrik Patologi, Edisi 3)
Epidemiology
❖ Frequency average 0.5% or 1 in 200 deliveries
❖ 28 million births from 2006-2012, the incidence was
nearly 1% (Ananth, 2016)
❖ >1.57 million births in Netherlands → frequency was
0.22% or 1 in 450 deliveries (Ruiter & coworkers,
2015)
❖ In more than 250.000 deliveries at Parkland Hospital
from 2000-2015, the incidence averaged 0.35% or 1 in
290 deliveries.
Epidemiology
❖ Perinatal outcomes are influenced by gestational age and the
frequency rises across the 3rd trimester.
Epidemiology

❖ Contribution of abruption as a cause of stillbirth remains


prominent.
❖ High perinatal mortality rates caused by placental abruption.
❖ Neonatal deaths are common (15% of liveborn neonates died)
Risk Factors
Tambahan Willobs:
- Tali pusat memendek
- Trauma
- Tekanan pada vena cava
inferior oleh rahim yg
membesar
- Defisiensi asam folat
Etiopathogenesis
❖ Initiated by hemorrhage into decidua basalis →
Decidua then splits → leaving a thin layer adhered to
the myometrium → decidual hematoma → separation
& compression of the adjacent placenta.
❖ Inciting causes :
● Impaired trophoblastic invasion with atherosis
(preeclampsia complicated by abruption)
● Inflammation/infection
Etiopathogenesis
❖Rupture of decidual spiral artery →
expanding retroplacental hematoma
❖In early stages → clinical symptoms may
be absent
❖Partial: bleeding insinuates itself between
the membrane & uterus → ultimately
escaping through the cervix → external
hemorrhage
❖Total: blood accumulates in retained
between the detached placenta and the
uterus → concealed hemorrhage.
Summary
Revealed Hemorrhage vs Concealed
Hemorrhage
Severe Abruption
Ananth & Coworkers (2016), severe abruption as displaying 1 or
more of the folowing:
1. Maternal sequale: disseminated intravascular coagulation, shock,
renal failure, or death
2. Fetal complications: nonreassuring fetal status, growth restriction,
or death
3. Neonatal outcomes: death, preterm delivery, or growth restriction
Traumatic Abruption Chronic Abruption
External trauma (motor Some cases → begin
vehicle accidents) → early in pregnancy.
can cause placental
separation
Clinical Findings
❖ Perdarahan – disertai nyeri yang juga timbul di luar his
❖ Anemia dan shock – beratnya sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
❖ Rahim keras – sperti papan dan nyeri ketika dipegang karena isi Rahim bertambah
dengan darah berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim teregang.
❖ Palpasi sukar – karena rahim keras
❖ Fundus uteri – semakin lama semakin naik
❖ Bunyi jantung – biasanya tidak ada
❖ Pemeriksaan dalam – senantiasa teraba ketuban yang senantiasa tegang (karena isi
Rahim bertambah)
❖ Proteinuria – kerap kali terjadi karena disertai preeklamsia
Diagnosis Criteria
1. Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa rasa nyeri
2. Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagian-bagian
janin biasanya sulit.
3. Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati
4. Pada PD bila ada pembukaan teraba ketuban yang tegang dan
menonjol
History Taking
Identity: History Taking:
● Name ● Chief complain: vaginal bleeding
● Age: increased age (characteristic?)
● Menarche ● Is there any abdominal pain?
● Parity: multiparity ● Previous obstetric history: prior abruption
● Number of living children ● Are there any risk factors for Abruption?
● Occupation: risk of trauma ● Is there any hereditary disease, infectious
abruption
disease, previous surgery, eating habits,
● Obstetric status: LMP, mestrual
micturition and defecation habits?
cycle, GA, EDD
● Obstetric problem: fetal movement
Physical Examination
● GA: moderate-severe, consciousness (CM/decrease)
● Vital signs: BP (hypotension), PR (tachycardia), RR (tachypnea),
Temp (WNL)
● Eye: Conjungtiva (pallor)
● Thorax: Heart sound (WNL/decrease)
● Extremities: CRT (decrease), feel cool
● Abdomen: TFU (increase), fetal lie, uterus (tenderness,
contraction, feel woody/tense)
● Internal exam: open/closed servix (membrane → tense)
Further Investigation
Maternal investigation
❖ Blood test : full blood count, coagulation screen, blood
cross-matched
❖ Biochemistry: urea, electrolytes, liver function test
❖ Klaeihauer test
❖ Ultrasound scan
Fetal investigation
❖ CTG (Cardiotocograph)
Stages of Abruptio Placentae
Class 0: Asymptomatic
● Discovery of a blood clot on the maternal side of a delivered
placenta
● Diagnosis is made retrospectively
Class 1: Mild
● No sign of vaginal bleeding or a small amount of vaginal
bleeding.
● Slight uterine tenderness
● Maternal blood pressure and heart rate WNL
● No signs of fetal distress
Stages of Abruptio Placentae
Class 2: Moderate
● No sign of vaginal bleeding to a moderate amount of vaginal bleeding
● Significant uterine tenderness with tetanic contractions
● Change in vital signs: maternal tachycardia, orthostatic changes in blood
pressure.
● Evidence of fetal distress
● Clotting profile alteration: hypofibrinogenemia
Class 3: Severe
● No sign of vaginal bleeding to heavy vaginal bleeding
● Tetanic uterus/ board-like consistency on palpation
● Maternal shock
● Clotting profile alteration: hypofibrinogenemia and coagulopathy
● Fetal death
Differential Diagnosis

❖ Placenta previa
❖ Rupture uterine
Differential Diagnosis

Compares the presentation of placental abruption &


placental previa:
❖ Onset of symptoms
❖ Characteristic bleeding
❖ The degree of anemia / shock
❖ Pain
❖ Uterine tone
Prevention
● Change modifiable risk factors: smoking &
drug misuse
● Consume folic acid & multivitamin
(observational study)
● Antithrombotic therapy (being evaluated in
larger multicentre trials)
Complications
Management
Initial assessment:
- Maternal hemodynamic status
- Fetal well-being
Management
❖ Usia kehamilan >26 minggu, janin hidup dilakukan
persalinan per-abdominam.
❖ Usia kehamilan kurang bulan, janin viable (pematangan
paru sebelumnya bila memungkinkan), dengan persalinan
per abdominam.
❖ Bila keadaan memburuk (perdarahan dan kontraksi
uterus berlangsung terus) dikelola sebagai derajat
sedang/berat.
Management
Derajat sedang/berat :
❖ Perbaikan keadaan umum :
1. Resusitasi cairan/transfusi darah : dapat diberikan kombinasi plasma beku
segar, sel darah merah/PRC, kriopresipitat, konsentrasi trombosit.
2. Atasi kemungkinan gangguan perdarahan.
❖ Melahirkan janin :
1. Dengan mengupayakan partus per-vaginam (amniotomy dan tetes oksitosin)
bila skor pelvik > 6 atau diperkirakan persalinan bisa berlangsung <6 jam
2. Dengan persalinan per-abdominam bila skor pelvik < 6 atau bila
diperkirakan persalinan akan berlangsung > 6 jam, atau bila sesudah 6
jam dikelola janin belum lahir pervaginam.
Terapi Umum

a. Transfusi darah yg memadai


b. Oksigenasi
c. Antibiotik
d. Pada syok berat, diberikan kortikosteroid dosis tinggi
Terapi Khusus

a. Untuk mengatasi hypofibrinogenemia : substansi dengan human


fibrinogen 10 g atau darah segar, hentikan fibrinolysis dengan
trasylol IV (penghambat proteinase inhibitor) 200.000 IU.
Selanjutnya, bila perlu, berikan 100.000 IU/jam dalam infus.
b. Untuk merangsang diuresis – beri mannitol. Diuresis dinilai
baik bila melampaui 30-40cc/jam
Terapi Obstetri
Pimpinan persalinan yang bertujuan mempercepat persalinan agar kelahiran sedapat-
dapatnya terjadi dalam 6 jam, karena bagian plasenta yang terlepas semakin lama meluas,
perdarahan kian bertambah, dan hipofibrinogemia pun menjelma atau bertambah parah.
Caranya :
- Pemecahan ketuban : untuk menghentikan perdarahan dengan segera, tetapi untuk
mengurangi regangan dinding rahin sehingga mempercepat persalinan.
- Pemberian infus oksitosin : sebanyak 5IU dalam 500 cc glukosa.
- Seksio sesarea : bila serviks panjang dan tertutup, pemecahan ketuban dan pemberian
oksitosin dalam 2 jam belum memunculkan his.
- Histerektomi : bila atonia uteri berat ang tidak dapat diatasi dengan usaha lazim.
Penyulit
❖ Timbul segera – perdarahan dan shock Ditangani
dengan pengosongan rahim secepat mungkin agar
perdarahan dapat berhenti oleh kontraksi dan retraksi
rahim. Transfusi darah. Percepatan persalinan dengan
pemecahan ketuban dan pemberian infus oksitosin.
❖ Timbul agak lambat – kelainan pembekuan darah
karena hypofibrinogenemia, gangguan faal ginjal
Prognosis
● Depends on the gestational age of the fetus & the
severity.
● Prematurity, IUGR, caesarean delivery & perinatal
mortality → increased in pregnancies that are
complicated by placental abruption.
● Substantial recurrence risk in future pregnancies →
5-17%. After a history of 2 pregnancies affected by
placental abruption → risk of recurrence is 25%.
References
● Cuningham, Gary F., et. al. William Obstetrics, 25th Edition. US: McGraw-Hill Professional, 2018.
● Tim Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi
3. Jakarta: EGC, 2013.
● Creasy, Robert K., et. al. Maternal-Fetal Medicine: Principles and Practice, 7th Edition. Philadelphia,
2014.
● DeCherney, Alan H., et. al. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 11th Edition. US:
McGraw-Hill Professional, 2013.
● Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Antepartum Hemorrhage. Green-top Guideline No.
63. London: RCOG, 2011.
● Departemen Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Panduan Praktik Klinik Obstetri
& Ginekologi 2018, Edisi 2. Bandung: CME Obgyn Unpad, 2018.
● Schmidt P, Skelly CL, Raines DA. Placental Abruption (Abruptio Placentae) [Updated 2020 Jul 5]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482335/
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai