Anda di halaman 1dari 52

SIROSIS HEPATIS

Pembimbing : dr. Lisa Irawati,sp. Rad


Disusun oleh : Andy halim
Pendahuluan
Terminologi sirosis diperkenalkan oleh Laennec pada
tahun 1826, dari bahasa Yunani, yaitu scirrhus
permukaan hepar yang berwarna kuning kecokelatan
pada saat dilakukan otopsi
Sirosis hepatis : tahap akhir dari penyakit hepar
kronis dan respon hepar regenerasi parsial dan
fibrosis hati kompleks
Sirosis secara histologi : proses difus pada hepar,
karakterisktik fibrosis dan perubahan arsitektur
hepar bernodul
Sirosis merupakan tantangan sulit bagi
manajemen, sedangkan penyakit ini pencegahan,
deteksi, dan terapinya menimbulkan biaya
kesehatan utama.
Pencitraan diagnostik menawarkan beragam
modalitas untuk digunakan dalam evaluasi
noninvasif pada hati, serta dalam teknik
intervensi; dengan demikian, dapat digunakan
untuk mengobati komplikasi seperti hipertensi
portal dan neoplasia.
Anatomi hepar
Terletak setinggi ics 4/5
Terbagi 2 lobus : Lobus kanan dan kiri
Macam macam ligamen
Lig. Falciformis
Lig. Teres hepatis
Lig. Gastrohepatica & Hepatoduodenale
Lig. Coronaria ant kanan dan kiri, posterior kanan dan kiri
Lig. Triangularis kanan dan kiri
Arsitektur hepar
Nutrient-rich,
Oxygenated blood from deoxygenated blood
hepatic artery from hepatic portal vein

Liver sinusoids

Central vein

Hepatic vein

Inferior vena cava


Suplai darah
pada hepar Right atrium of heart
Fisiologi hepar
Membantu metabolisme karbohidrat
Membantu metabolisme lemak
Metabolisme protein
Memproduksi dan mensekresikan empedu
Melakukan detoksifikasi
Fungsi penyimpanan
Fagositosis
Aktivasi vitamin D
Sirosis Hepatis
Definisi sirosis hepatis
Keadaaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatik yang
berlangsung progresif, yang ditandai dengan
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodulus regeneratif
Terjadi akibat nekrosis hepatoseluler
o Sirosis hepatis memiliki berbagai macam variasi
manifestasi klinis, yang juga dapat mengancam jiwa
o Sirosis hepatis secara klinis :
sirosis hepatis terkompensata
sirosis hepatis dekompensata
Epidemiologi sirosis hepatis
secara umum
Lebih dari 40% asimptomatik.
Puncak usia yang terkena sirosis adalah
pertengahan dan dewasa tua.
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki >
perempuan.
Epidemiologi sirosis hepatis di
Indonesia
Data prevalensi sirosis belum ada.
Hepatitis B kronik menyebabkan sirosis
hepatis sebesar 40-50%, dan hepatitis C kronis
sebesar 30-40%.
Etiologi sirosis hepatis
Alcohol Cardiac cirrhosis
Chronic viral hepatitis Inherited metabolic liver disease
Hepatitis B Hemochromatosis
Hepatitis C Wilson's disease
Autoimmune hepatitis 1 Antitrypsin deficiency

Nonalcoholic steatohepatitis Cystic fibrosis


Biliary cirrhosis Cryptogenic cirrhosis
Primary biliary cirrhosis
Primary sclerosing cholangitis
Autoimmune cholangiopathy
Anamnesis
Pada sirosis hepatis stadium awal, sering ditemukan
tanpa gejala.
Gejala awal sirosis (kompensata) :
mudah lelah dan lemas,
nafsu makan berkurang,
perasaan perut kembung,
mual, muntah,
diare,
merasa tidak nyaman pada perut bagian kanan atas,
BB menurun,
pruritus,
pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, dan
hilangnya dorongan seksualitas.
Sirosis stadium lanjut (dekompensata), meliputi :
hilangnya rambut badan,
gangguan tidur,
demam yang tidak terlalu tinggi,
gangguan pembekuan darah,
gangguan siklus haid,
ikterus dengan urine berwarna seperti teh,
melena dan atau hematemesis,
perubahan status mental
Gejala klinis
Spider telangektasi
Eritema palmaris
Perubahan kuku Murchrche
Kontraktur Dupuytren
Ginekomastia, hilangnya rambut dada dan aksila pada laki-laki,
gangguan siklus menstruasi pada perempuan
Atrofi testis
Hepatomegali
Splenomegali
Asites
Caput medusae
Ikterik
Fetor hepatikum
Asterixis
Spider Telangektasia
PALMAR ERITEM
ginekomastia Caput medusa
Pemeriksaan laboratorium
Hematologi anemia, trombositopenia,
leukopenia, dan neutropenia akibat
splenomegali kongestif berkaitan dengan hipertensi
porta
Tes fungsi hati :
SGOT dan SGPT meningkat namun tidak begitu tinggi.
SGOT > SGPT.
ALP meningkat
GGT meningkat pada penyakit hati alkoholik kronik.
Bilirubin normal pada sirosis hati kompensata
bisa meningkat pada sirosis hati lanjut.
Albumin menurun sesuai dengan perburukan
sirosis.
Globulin meningkat pada sirosis
Prothrombin Time (PT) derajat atau tingkatan
disfungsi sintesis hati pada sirosis PT memanjang.
Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan
asites
Pemeriksaan Radiologis
Barium meal
USG
CT Scan
MRI
Barium meal
Untuk melihat
adanya varises
esofagus?
konfirmasi
hipertensi porta

Gambar : Varices pada gastroesophageal junction (arrow),


ditunjukkan pada seri saluran pencernaan bagian atas.
Varices terlihat lebih menonjol saat dilakukan Valsalva
maneuver. CT scan pada pasien yang sama menunjukkan
peningkatan pembuluh darah kolateral
USG
Meningkatnya ekogenitas hepar
Kontur hepar bernodul
Atrofi lobus kanan dan segmen medial lobus kiri
Pembesaran lobus caudatus dan segmen lateral
lobus kiri
Nodul yang beregeneratif
Tanda-tanda hipertensi porta :
Vena porta > 13mm, vena lienalis > 11mm
Vena mesenterica superior > 12 mm
Vena coronaria > 7mm
Pulsasi vena porta meningkat saat Doppler
Pelebaran arteri hepatica dan lienalis dengan aliran yang
meningkat
Cavernoma porta, asites, splenomegali, dan varises
Gambaran USG seorang wanita dengan sirosis, menggambarkan
tekstur echo yang kasar dan pembesaran lobus kiri hepar
Potongan transversal USG hepar menunjukkan
kontur eksternal yang tidak beraturan pada
lobus kiri hepar
Sirosis lanjut. Terdapat nodul pada liver, ekogenik
dibandingkan dengan parekim ginjal (R). Juga
terdapat asites.
USG
Color doppler digunakan untuk menilai
kepatenan dan kelancaran aliran pada vena
porta, serta membantu prosedur intrajugular
intrahepatic portosystemic shunt.
Peningkatan aliran dalam arteri hepatik pada sirosis.
Pada pasien ini, aliran maksimum diukur pada 255 cm
/ detik. Indeks resistif meningkat pada penyakit hati
stadium akhir.
CT Scan abdomen
Kontur hepar bernodul
Atrofi lobus kanan dan segmen medial lobus kiri
Pembesaran lobus caudatus dan segmen lateral lobus
kiri
Pelebaran fisura diantara lobus
Nodul yang beregeneratif, fibrosis, dan perlemakan
Varises, asites, splenomegali, dan kista peribilier
Gambaran sirosis lebih lanjut pada CT scan, dengan gembaran
fase vena porta, menunjukkan pembesaran lobus kiri (L) dan
caudatus (C), dengan fibrosis fokal dan atrofi pada lobus
kanan posterior, deforming contour (open arrow). Kolateral
prominen pada bagian curvatura minor (white arrow)
Manifestasi sekunder dari sirosis meliputi penebalan
dan edema dari usus kecil dan besar, serta dari
dinding kandung empedu, yang lebih sering terjadi
dalam pengaturan ascites dan hipoproteinemia.
Edema colon pada pasien sirosis. Tampak
asites.
Karakteristik unifocal hepatocellular carcinoma pada
pasien laki-laki dengan sirosis alkoholik.
Precontrast scan menunjukkan 4.7-cm lesi
hipodens pada lobus kiri hepar
Manifestasi sirosis
ekstrahepatik. Edema
mesenterika (panah
terbuka). Terdapat
splenomegali.
Pasien yang sama: CT
scan pada tingkat yang
lebih rendah, akar
mesenterium,
menunjukkan infiltrasi
di sekitar vena
mesenterika superior
dan arteri (panah).
MRI
Pada sirosis, terlihat perubahan struktur
hepar, ciri khasnya adalah pembesaran lobus
caudatus. Waktu T1 lebih panjang.
MRI lebih jarang dilakukan karena harganya
yang kurang terjangkau.
Komplikasi sirosis hepatis
Peritonitis bakterialis spontan
Sindrom hepatorenal
Hipertensi porta pecahnya varices esofagus
Ensefalopati hepatikum
Sindrom hepatopulmonal
Penatalaksanaan farmakologis
Sesuai dengan etiologi
Dipertimbangkan sirosis hepatis kompensata /
dekompensata
Penatalaksanaan non-farmakologis
Menjaga berat badan agar tetap ideal dan mengontrol
kadar gula darah.
Menangani ketergantungan alkohol
Menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
kerusakan hati, antara lain :
OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid
Isoniazid
Asam Valproat
Eritromisin
Amoksisilin / Asam Klavulanat
Ketoconazole
Chlorpromazine
Prognosis sirosis hepatis
Prognosis sirosis sangat bervariasi
dipengaruhi : etiologi, beratnya kerusakan
hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertai.
Penilaian derajat keparahan sirosis hepatis
dibantu dengan sistem penilaian Child Pugh
Score
Child-Pugh Classification of Cirrhosis

Factor Units 1 2 3
Serum bilirubin mol/L <34 3451 >51
mg/dL <2.0 2.03.0 >3.0
Serum albumin g/L >35 3035 <30
g/dL >3.5 3.03.5 <3.0
Prothrombin seconds 04 46 >6
time prolonged <1.7 1.72.3 >2.3
INR
Ascites None Easily controlled Poorly
controlled
Hepatic None Minimal Advanced
encephalopathy
Child-Pugh score dikalkulasikan dengan
menjumlahkan skor pada 5 faktor, dengan batasan
nilai 515.
Kategori skoring Child-Pugh, antara lain :
A ( Skor 5-6 )
B ( Skor 7-9 )
C ( Skor 10 / lebih )
Angka kelangsungan hidup selama satu tahun bagi
Child class A, B, dan C berturut-turut 100%, 80%,
dan 45%.
Model for End-stage Liver Disease
(MELD) score
Model for End-stage Liver Disease (MELD) skor
untuk menilai kebutuhan untuk transplantasi hati.
Untuk memprediksi prognosis pasien dengan
penyakit hati dan hipertensi portal.
Hal ini dihitung dengan menggunakan tiga
variabel nonionvasif, yaitu waktu protrombin
dinyatakan sebagai INR, serum bilirubin, dan
serum kreatinin.
Untuk anak dibawah 12 tahun bisa di gunakan
PELD
MELD score
Perhitungan skor MELD = 0.957 x Loge (creatinine
mg/dL) + 0.378 x Loge (bilirubin mg/dL) + 1.120 x
Loge (INR) + 0.643
Kategori skor MELD berkaitan dengan angka
mortalitas :
Skor MELD < 9 2.9% kematian
Skor MELD 10-19 7.7% kematian
Skor MELD 20-29 23.5% kematian
Skor MELD 30-39 60% kematian
Skor MELD > 40 81% kematian
Kesimpulan
Sirosis hepatis merupakan gambaran tahap akhir
dari proses difus pada hepar, dengan
karakterisktik fibrosis dan perubahan arsitektur
hepar dari yang normal menjadi bernodul.
Etiologi beragam
Diagnosis : anamnesa, pemeriksaan fisik
(stigmata hepar kronis) dan pemeriksaan
laboratorium, serta pemeriksaan radiologis.
Penanganan sesuai dengan etiologinya.
Prognosis penyakit sirosis dapat
dipengaruhi oleh etiologi, beratnya
kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit
lain yang menyertai.
Kemajuan teknologi di dalam bidang
radiologi dapat membantu mendeteksi,
menegakkan diagnosis, dan melakukan
intervensi terhadap penyakit-penyakit
kronis, termasuk juga sirosis hepatis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai