Jakarta, senin, 20 maret 2017, koas perdana ku dimulai di sebuah rumah sakit terkenal di bilangan gajah mada, Jakarta pusat. Waktu itu jam di handphone ku menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aku pun sudah bersiap untuk berangkat namun masih menunggu adit di warkop sebelah kosan untuk pergi bersama ke tempat koas kami. Tidak berapa lama adit pun tiba dengan motornya. “ehh noo, sorry, udah lama yaa? Hehe” sapa adit sembari mematikan motornya. “gak kok, santai aja, kopi gw juga belum abis nih” balasku “iyaa tadi ke tempat reni dulu, bantuin dia, biasalah cewek ribet, apalagi pertama koas, hehe” sambung adit “tapi reni udah berangkat kan?” jawabku “udah kok, bareng temannya tadi, yuk kita juga cabut” sambung adit Tanpa mengiyakan aku pun langsung bergegas menaiki motor adit dan berangkat menuju rumah sakit tempat koas kami. Tidak berapa lama kami berdua tiba di rumah sakit persada. Kami berdua pun bergegas mencari ruangan diadakannya kelas pengantar sekaligus pengenalan mengenai rumah sakit tersebut. Saat itu kami duduk sesuai stase kami masing- masing. Di rumah sakit persada ini bukan hanya stase kulit kelamin yang ada, namun ada juga stase tht, radiologi, bedah serta interna. Setelah pengenalan panjang lebar, kami pun diantar ke bagian kami masing-masing. Oiyaa di kulit kelamin bukan hanya saya dan adit melainkan ada Natalia dan alex yang merupakan senior kami, dan terakhir ada nia, frinchika karunia. Frinchika karunia. Untuk yang terakhir itu nantinya akan menjadi seorang yang penting untuk saya, tapi untuk sekarang ..…. “hay karunia jaya, kok disini kenapa gak nongkrong di terminal hahaha” sapaku ke nia sambil meledeknya “ihh apaan sih lo, masih pagi aja udah bikin kesel” balas nia dengan kesal “yaelah ngegas amat sih, lagi ngejar setoran yaa?” ledekku “kenapa sih lo harus selalu menyebalkan noo…uurgghh!” sambung nia yang seakan bertambah kesal “udah-udah masih pagi, berantem mulu awas lo jadian berdua” kata alex bermaksud untuk menengahi aku dan nia “GAK!!...GAK MUNGKIN!!” seraya kompak aku dan nia menjawab bersamaan “nah gitu dong, kompak hahaha” sambung alex, “yaudah yuk kita masuk terus kenalan sama dokter konsulen kita” ajak alex untuk masuk ke poli kulit dan berkenalan dengan dokter pembimbing kami. Setelah masuk dan berkenalan dengan dokter pembimbing dan juga dengan para perawat yang bertugas di poli kulit, kami pun memulai aktivitas koas kami bersama di stase kulit dan kelamin ini. Setiap harinya berjalan seperti biasa, aku yang selalu iseng dan tidak bisa diam, adit yang selalu santai tapi seringnya ikut iseng denganku, Natalia dan alex yang selalu pintar tak bercelah bahkan selalu cekatan mengerjakan tugas-tugas di poli, dan nia yang selalu jadi korban keisenganku dan adit. Tidak terasa sudah 3 minggu kami jalani di stase ini, bisa dibilang kami sudah lebih cekatan dan kompak dalam megerjakan tugas-tugas di poli dibanding minggu pertama kami disini. Di minggu ke 3 ini juga saatnya pembagian kelompok untuk mengerjakan tugas makalah yang diberikan konsulen sebelum kami mengikuti ujian pada minggu ke 5 nanti. “jadi undinya gimana nih ?” Tanya Natalia “bikin 2 kelompok aja, yang satu berdua, satu lagi bertiga, gimana?” usul alex, kebanyakan di stase ini alex lah yang membuat keputusan karena dia ketua stase kami. “oke, boleh lex” jawab kami berbarengan “yaudah gw bikin undiannya yaa, untuk tema makalahnya nanti masing-masing perwakilan kelompok bisa konfirmasi ke dr. maria” lanjut alex Kelompok pun diundi dan saya dapat kelompok yang berdua dan bersama nia, yaa frinchika karunia. “aduh kenapa bisa sama dia sih..huh..gak bisa dituker yaa undiannya?” kata nia “yee bersyukur lo bisa sama gw, jarang-jarang kan kita ber…Ughhh…” balasku namun tak terselesaikan karena nia memukulkan buku catatannya tepat di mukaku “apaan sih lo, sakit tau” lanjutku “biarin, mau lagi lo hah?” tantang nia “gak, gak berani gw sama bus AKAP” jawabku seraya berjalan meninggalkan teman-teman yang lain sekaligus menghindar dari nia yang tampak ingin “memakanku” hidup-hidup namun bisa dicegah karena ditahan oleh alex dan adit. Kami lalu melanjutkan kegiatan kami di poli hingga akhirnya waktu pulang tiba. Aku dan adit sudah turun di lobi dan tiba-tiba dari belakang nia memukul kepalaku. Tidak keras memang tapi karena kaget jadi berasa sedikit sakit. “kenapa sih harus pake pukul.. hah” kataku sedikit berteriak “kenapa sih lo harus menyebalkan setiap hari” balas nia tanpa menjawab pertanyaanku “iya..iya.. ada apaan sih” jawabku “gw mau minta nomor lo atau kontak line lo biar gampang kalo mau nyuruh lo ngerjain makalah” jawab nia cepat “elah gw kira ada apaan, kenapa gak cari di grup angkatan aja sih” jawabku “gak kepikiran tadi, yawda kan mumpung udah ketemu lo, cepet deh gausah lama, gw udah dijemput nih” lanjut nia memaksa “elah ribet amat deh lo, mana sini hp lo, awas yaa jangan coba-coba pdkt” kataku seraya menggoda nia “iiihh.. pede amat anda yaa ampunn.. gw udah punya cowok juga kali.. jadi sorry, gausah mimpi” jawab nia ketus “haha..nih hp lo, kasian yaa cowok lo harus pacaran sama bus AKAP” kataku sambil berlari meninggalkan nia setelah mengembalikan hpnya. Nia hanya tampak berteriak-teriak mengutuki aku yang sudah berlari ke parkiran menghampiri adit. Sesampai di kost, aku pun langsung tergeletak tidak sadarkan diri di atas kasurku tanpa mengganti baju yang sejak pagi kukenakan di rumah sakit. Jam 9 malam aku terbangun karena entah siapa menelponku berulang-ulang hingga membuat tidurku terganggu. “haloo..siapa sih nih? Ganggu aja…kalo dari asuransi, maaf mba saya gak butuh asuransi…huh” jawabku ketus tanpa membiarkan si penelepon mengenalkan dirinya dulu “heii, ini gw nia, akhirnya lo angkat juga telpon gw, gw udah nge-chat lo daritadi tapi gak lo bales jadinya gw telpon deh, cepet lo baca chatnya, gw males jelasin lagi di telpon, kalo ada yang gak lo ngerti bales di chat aja byee..tut..tutttuttut..tutttut” jawab nia tanpa basa-basi, tanpa membiarkan aku menyela sedikitpun. Aku hanya terdiam heran dengan yang baru saja aku alami, sambil berpikir apa tadi benar nia atau memang mba-mba asuransi yang nyerocos menawarkan asuransi kepadaku seperti yang sudah-sudah. Setelah benar tersadar, langsung ku menuju kamar mandi karena memang sejak pulang dari rumah sakit aku belum mandi dan langsung tertidur. Setelah selesai mandi dan berberes, barulah aku membuka hp ku untuk melihat chat yang tadi nia suruh untuk dibaca. Isi chatnya menjelaskan pembagian tugas yang telah ia susun untuk makalah kami. Segera kusiapkan segala bahan dan materi untuk mengerjakan tugas bagianku. Biasanya aku sering menunda-nunda kerjaan bagianku namun untuk kali ini tidak tau kenapa tugasku langsung ku kerjakan padahal baru saja diberikan, tidak terlalu kupikirkan memang tapi tetap saja terasa aneh. Setelah selesai mengerjakan bagianku, aku leyeh-leyeh di tempat tidurku, namun tiba-tiba ada chat masuk dari nia. “gimana? Ngerti kan? Ngerti dong yaa. Cepet dikerjain yaa, biar cepet kelar. Okey” chat nia “bawel amat sih. Iya nanti gw kerjain. Urus aja bagian lo.” Balasku “kasar amat sih. Lo marah ya sama gw?” balas nia “lebay banget, marah kenapa coba.” Balasku lagi “gatau kenapa hehe. Kalo gitu maaf ya gw udah mukul lo tadi pake buku. Maaf banget. Lagian lo nya nyebelin sih. Maafin yaa?” balas nia lagi Chat terakhir nia tidak kubalas karena aku tertidur. Esoknya, entah kerasukan setan apa namun aku dan adit sampai sangat pagi di rumah sakit. Biasanya Natalia atau alex yang tiba duluan dan sudah menunggu kami berdua di depan poli namun pagi ini aku dan adit mengalahkan mereka berdua. Sedikit bangga sih hehe. “duh pantesan masih ngantuk, ternyata datang kepagian kita” kata adit memecah keheningan “iya, gak nyangka gw, kita bisa datang sepagi ini” balasku “atau jangan-jangan hari ini libur dan Cuma kita berdua yang datang karena gak tau” balas adit sambil mengecek tanggalan di handphone nya “ahh gak mungkin, tadi gw ngeliat melia kok di bawah sama anak-anak interna yang lain” kataku “iya gak libur kok, tapi 2 hari lagi udah april mop aja nih. Cepet juga yaa udah mau april aja” balas adit “ohiya april mop yaa. Udah ahh gw mau tiduran dulu sambil nunggu yang lain datang” sahutku sambil memasang headset di telingaku Tiba-tiba aku terbangun karena ada yang memukul-mukul pundak-ku. Saat kubuka mataku dan menoleh ternyata nia yang memukulku. Tak ku gubris, aku segera berdiri dari tempatku dan berjalan ke kamar mandi. Saat berjalan aku mendengar nia berbicara padaku dan memanggil-manggil namaku namun aku diamkan saja dan terus berjalan ke kamar mandi. Seharian itu aku tak berbicara sama sekali dengan nia. Saat dia mendekatiku, aku akan segera pergi menjauh. Tidak ada yang aneh hari itu kecuali diriku yang sama sekali tidak mengusili nia, berbicara padanya pun tidak. “dit, temen lo kenapa sih?” Tanya nia ke adit “gatau tuh, mungkin shock karna datang kepagian haha” jawab adit bercanda “ihh serius gw, tumben loh hari ini dia gak iseng, gak gangguin gw” balas nia “aneh deh lo, diisengin marah, sekarang ino gak ngisengin, lo nya malah penasaran” balas adit “tapi dit gw mau ajak ngomong aja dianya malah ngejauh. Ino marah yaa sama gw dit?” lanjut nia lagi “gatau gw karunia jaya, coba lo aja yang Tanya sendiri” jawab adit sambil pergi meninggalkan nia Nia Cuma bisa menggerutu karena tidak mendapat jawaban yang dia inginkan dari adit. Akhirnya jam poli berakhir dan waktunya pulang. Aku sudah berdiri di depan lobi menunggu adit mengambil motornya, tiba-tiba dari belakang nia mengagetkanku dengan menepuk pundakku. “noo..” kata nia “apaan sih lo!” balasku sedikit berteriak Kulihat nia kaget mendengar aku berteriak kepadanya. “gak usah pake teriak bisa kan noo. gw gatau lo kenapa tapi kalo gw ada salah gw minta maaf yaa” jawab nia lirih Tak ku jawab perkataan nia itu dan pergi meninggalkan dia sendirian di lobi. Saat di motor bersama adit aku kepikiran kejadian yang tadi, aku merasa bersalah namun mau bagaimana lagi, itu sudah termasuk rencanaku untuk nia. Malam harinya hp ku terus berbunyi, entah itu chat atau telpon, dari nia. chatnya hanya aku read dan telponnya aku reject. Aku penasaran sampai berapa lama dia akan menerorku begini. Hingga tengah malam nia masih saja menerorku dengan chat dan telponnya, apa yang ada di otaknya sampai dia terus berusaha, tak menyerah. Esok harinya, perlakuanku masih sama ke nia. aku tidak menggubrisnya sama sekali walaupun hari itu aku dan nia menjaga poli bersama. Saat di poli sering kulihat nia menatap ke arahku namun tidak kuhiraukan. Saat dia mendekat ke arahku, aku pun segera menjauh, begitu saja sepanjang hari. Saat waktu pulang aku dan adit sengaja duduk-duduk dulu di depan poli tidak langsung pulang. Nia pun datang menghampiri kami. “noo...ini flashdisk gw, tugas gw udah kelar, tinggal di gabungin sama bagian lo, kalo lo gamau ngirim bagian lo ke gw, lo aja yang gabungin punya gw ke lo terus lo print” kata nia sambil berdiri di depanku dan menyodorkan flashdisk nya kepada ku Aku tak menggubris nia dan berusaha mengambil headset dari saku snelliku. Nia yang melihatku hendak memasang headsetku langsung melempar flashdisknya ke badanku “lo kenapa sih noo, salah apasih gw ampe lo diemin gw kayak gini” kata nia berteriak sampai-sampai bu rika, perawat poli yang sedang mengunci pintu poli menoleh ke arah kami. Nia pun langsung pergi meninggalkan kami, aku hanya terdiam kaget dengan apa yang barusan terjadi. “heh itu kenapa si nia? kamu apain noo, ditt?” kata bu rika “bukan aku buu, noh si adit, lagi berantem sama bininya” jawab adit “sembarangan..” jawabku sambil menjitak kepala adit, adit hanya cengengesan. “oalah kamu pacaran sama nia, no? Kok gak dikejar nianya?” kata bu rika lagi “gak bu, adit bercanda tadi, aku gak pacaran sama nia bu. Udah telat juga bu kalo dikejar, toh paling dia udah pulang” kataku membela diri “alah kalian ini, yaudah ibu tinggal yaa” lanjut bu rika seraya meninggalkan aku dan adit. Aku dan adit pulang setelahnya. Keesokan harinya, hari pengumpulan tugas makalah kami. Pagi itu wajah nia terlihat kesal dan sedih bercampur jadi satu, tak bisa kujelaskan. Dia tampaknya marah padaku, namun aku tak menghiraukannya dan hanya senyum-senyum sendiri. Mungkin karena itu yang membuat nia seakan bertambah kesal saja melihatku. Kami berlima pun di panggil masuk ke poli oleh bu rika bertemu dokter konsulen kami untuk mengumpulkan tugas kami. “dok ini tugas makalah dari saya, adit dan Natalia” kata alex sambil memberikan tugasnya yang sudah terjilid rapi ke dokter maria, konsulen kami. “iya silahkan ditaruh disitu saja lex, kelompok yang lain mana?” Tanya dokter maria Nia hanya terdiam dan memandangku, aku pun hanya diam saja. Nia menatapku geram dan pasti berpikir aku tidak mengerjakan tugasnya. “mana yang lainnya? Cuma satu nih? Kelompok lainnya gak ngerjain?” Tanya dokter maria lagi Nia hanya diam dan menundukkan kepalanya. Adit dan lainnya hanya menatap kami berdua, tidak bisa membantu apa-apa. “nia! mana tugas kamu? Gak dikerjakan?” Tanya dokter maria lagi namun kali ini agak sedikit berteriak “maaf bu..” jawab nia sambil menundukkan kepalanya, air matanya sudah terlihat di sudut matanya Belum lagi nia menyelesaikan perkataannya, aku langsung mengeluarkan tugas ku dari dalam tas. “ini tugasku dan nia, dok” kataku sambil memberikan tugas kami ke dokter maria “oh jadi kamu yang mengerjakan ya no” Tanya dokter maria kepadaku “iya dok, kami berdua yang mengerjakan tapi sebagian besar bahan berasal dari nia” jawabku Nia hanya bisa terdiam menatapku, kaget atau senang aku tidak tahu apa yang dia rasakan. Adit dan yang lain hanya senyum-senyum. “yaudah kalo udah semua dikumpulkan, kalian boleh pulang dan siap untuk maju presentasi hari senin nanti” kata dokter maria Kami pun segera beranjak keluar poli. Alex dan Natalia tetap tinggal di poli karena memang jadwal mereka jaga poli. Aku dan adit sudah berada di lobi, menyusul kemudian nia. nia berdiri jauh dari kami dan tampaknya wajahnya masih marah. Adit memberi kode padaku dengan menyenggol tanganku, akupun sudah tau maksud adit. Adit lalu meninggalkan aku dan pergi ke parkiran. Aku langsung berjalan menghampiri nia yang sekarang berdiri membelakangiku. “april mob, bus AKAP” bisikku ke nia Nia kaget dan membalikkan badannya. Dia hanya menatapku dan tampak air matanya yang berusaha ia sapu namun masih meninggalkan bekas. Ternyata daritadi nia menangis dan membelakangi aku dan adit agar kami tidak melihatnya menangis. “ehh kenapa lo nangis?” tanyaku panik “kenapa lo jahat banget sih noo?!” jawab nia sesungukan sambil memukul dadaku “kan tadi udah gw bilang april mop, udah jangan nangis elah ntar dikira gw ngapa- ngapain lo” jawabku yang malah tambah panik “jahat banget sumpah jahat lo no” jawab nia lagi masih sambil memukul dadaku tapi lebih keras dari yang pertama “hey niaa udah yaa, iya gw minta maaf, emang ini udah gw rencanain buat ngerjain lo, udah yaa ini kan Cuma april mop” jawabku sambil tanpa sadar memegang pipi nia dengan tangan kiriku dan menyeka air mata nia dengan tangan kananku. “gak mau gw maafin lo, lo jahat, gw benci!” jawab nia geram namun tidak berusaha menyingkirkan tanganku yang memegang wajahnya Nia menatapku, membuatku tersadar dan segera menarik tanganku dari wajahnya. Aku pun bingung dan salah tingkah karena memang aku telah tanpa sadar memegang wajahnya tadi. Keadaan jadi awkward, aku diam, nia pun diam dan terus menatapku. “yaudah maaf yaa nia, lagian walaupun iseng setidaknya aku tidak lupa mengerjakan tugasku kan hehe” jawabku membela diri dan karna gak tau harus bicara apa lagi pada nia “gak mau.. huh” kata nia sambil melipat kedua tangannya di depan badannya. “yah kok gitu, baikkan yaa kita, janji deh gak lagi, baikkan yaa” jawab ku sambil menyodorkan jari kelingkingku ke arah nia “awas yaa kalo lo lakuin lagi, gw bener-bener akan benci sama lo” jawab nia sambil menyambut kelingkingku dengan kelingkingnya “yaudah gw duluan yaa, kasian adit udh nungguin lama, daadaa bus AKAP” jawabku sambil mengacak-acak rambut nia dan berlari dari nia setelahnya Saat berlari aku sempat melihat kebelakang dan nia masih berdiri di lobi tampak kesal, mungkin karena kuacak-acak rambutnya atau mungkin karena kupanggil dia bus AKAP atau mungkin juga karena keduanya. Aku lalu menghampiri adit yang memang sedari tadi menungguku. “gimana? Udah?” Tanya adit “udah, udah baikkan juga” jawabku “kenapa gak lo jadiin aja sih noo si nia?” Tanya adit “yeh mulai dah sembarangan, gak lah, gak mau, nia galak, entar gw dianiaya lagi, lagian dia udah punya cowok kan” jawabku “masih cowoknya kan belum jadi suami” balas adit lagi “hahaha bego dah lo, gak lah dit, belum mau pacaran juga gw” jawabku membela diri “enak noo kalo pacaran bisa “ena-ena” hahaha” sambung adit lagi “hahaha si bego dah mulai otak kotornya keluar” jawabku menimpali perkataan adit “astaghfirullah” jawab adit “hahahahahahaha bego” jawabku sambil tertawa Minggu terakhir di stase ini berjalan seperti biasa, kembali normal lagi maksudku, aku yang kembali iseng dan gak bisa diam dan tentu saja nia yang jadi target keisenganku. Lalu kemudian hari ujian dan hari terakhir di stase ini, setelah ujian, kami berlima pun berkumpul di poli untuk berpamitan dengan dokter maria dan bu fika serta perawat-perawat poli yang lain. “kalian habis dari sini dapat stase apa selanjutnya?” Tanya dokter maria pada kami berlima “saya sudah selesai dok, kebetulan ini stase terakhir saya” jawab alex “wah selamat yaa lex, kalau yang lain bagaimana?” Tanya dokter maria lagi “saya lanjut stase jiwa dok” jawab Natalia “jiwa yaa, tetap semangat yaa kamu” sambung dokter maria “saya, ino dan nia lanjut ke stase tht dok di bogor hehehe” jawab adit cengengesan “wah kalian barengan lagi yaa, yaudah tetap semangat yaa kalian” kata dokter maria menyemangati Jadi inilah akhir stase pertamaku, kulit dan kelamin dan seperti kata adit, aku dan dia ternyata satu stase lagi dan tentunya nia juga satu stase kembali denganku. Jangan Tanya bagaimana keadaan nia setelah tau dia satu stase lagi dengan kami, terutama denganku hehehe.