Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

A Comparison of the Effects and Side Effects of Oral


Betahistine with Injectable Promethazine in the Treatment
of Acute Peripheral Vertigo in Emergency
Disusun oleh :
Meida Putri Utami (406162065)

Pembimbing :
dr.Sunaryo, M. Kes, Sp. S

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Periode 17 September -20 Oktober2018
RSUD RAA Soewondo Pati
Jakarta
PROFIL JURNAL

• Judul : A Comparison of the Effects


and Side Effects of Oral Betahistine
with Injectable Promethazine in the
Treatment of Acute Peripheral Vertigo
in Emergency
• Ditulis oleh: Hassan Motamed,
Meisam Moezzi, Ali Dalir Rooyfard,
Kambiz Ahmadi Angali, Zahra Izadi
• Publikasi : 11 Oktober 2017
• Available at:
https://doi.org/10.14740/jocmr3093w
ABSTRAK

Latar Belakang
• Vertigo : ilusi rotasi  asimetris fungsi neurologis dari inti vestibular
kanan dan kiri
• Tujuan penelitian: membandingkan efek dan efek samping betahistin
oral dengan prometazin injeksi dalam pengobatan vertigo perifer akut

Metode
• Penelitian double blind: pasien vertigo perifer akut  kelompok A :
prometazin IM 25 mg dan kelompok B : betahistin tab 8 mg
• Tingkat keparahan vertigo dievaluasi dengan skala analog visual (VAS)
• Efek samping pada kedua kelompok pasien dibandingkan dan dievaluasi
Hasil
• Sebanyak 162 pasien (82 subjek pada kelompok A)
• Usia rata-rata, jenis kelamin, intensitas dan gejala vertigo
sama pada kedua kelompok sebelum intervensi
• Jam ke 2 dan ke 3 setelah intervensi, skorVAS yang
mengkonsumsi prometazin > betahistine
• Gejala klinis setelah mengkonsumsi betahistine secara
signifikan berkurang
• Efek samping prometazin  mengantuk sedangkan
betahistine >>  mual dan muntah

Kesimpulan
Hasil penelitian : betahistine adalah obat yang aman dan efektif dalam
mengendalikan pasien vertigo akut dan dampaknya lebih baik dari
prometazin
PENDAHULUAN

• Vertigo : ilusi rotasi asimetris fungsi neurologis dari inti


vestibular kanan dan kiri
• DD vertigo sangat penting  vertigo dapat mengancam jiwa
dan tidak ada alat diagnostik untuk mendeteksi penyebabnya
• Prevalensi pada orang muda dan dewasa : 1,8% dan 30%, dan
pasien vertigo 4% dari semua pasien yang datang ke IGD
• Klasifikasi : 1) vertigo akut berat 2) serangan vertigo rekuren
dan 3) vertigo posisional rekuren
• Penyebab paling umum : disfungsi vestibular perifer
• Pengobatan farmakologis : simtomatik dan kausal
• Simtomatik : obat neuroleptik, anxiolytics dan antihistamin
generasi pertama  mempengaruhi medulla, hipotalamus
dan sistem limbik  penurunan gejala neurovegetative
(mual, muntah, palpitasi, berkeringat dan kecemasan)
• Antihistamin yang digunakan dalam pencegahan dan
pengobatan gejala vertigo : antagonis reseptor H1-H4
• Antagonis reseptor H1 >> : meclizine, astemizole dan
promethazine menghalangi sinyal histaminergik dari inti
vestibular ke pusat muntah di medulla
• Betahistine : agonis reseptor H1 dan antagonis reseptor H3
 peningkatan kinerja vestibular dengan meningkatkan
sirkulasi darah di telinga bagian dalam dan vasodilator
• ES antagonis H1: sedatif tetapi betahistine tidak sedatif
• Tujuan penelitian : mengevaluasi efek betahistine
dibandingkan dengan prometazin pada pasien vertigo perifer
akut
BAHAN DAN METODE
• Penelitian double blind: pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Imam
Khomeini, Ahvaz, Iran, karena vertigo perifer

Kriteria inklusi • Usia di atas 18 tahun


• Keluhan vertigo

• Pasien hamil
• Riwayat alergi terhadap obat
Kriteria yang diteliti
eksklusi • Penggunaan antiemetik dalam 24
jam terakhir
• Pasien cedera kepala traumatis
Penelitian disetujui oleh komite etika Universitas Ilmu Kesehatan Ahvaz
Jundishapur

Data demografi, onset dan lama gejala, mual, muntah, tinnitus dan sakit
kepala, perubahan pendengaran, riwayat neurologis, obat-obatan, riwayat
otitis baru-baru ini dan trauma kepala diperiksa dan dicatat dalam kuesioner

Pasien menandatangani informed consent kemudian


dimasukkan kedalam penelitian
Evaluasi pasien
• Semua pasien menjalani PF (neurologis dan neurotologis), termasuk: uji
bed-side vestibular, manuver Dix-Hallpike, tes Rinne dan Weber,
pemeriksaan okulomotor, uji head thrust, tes Romberg, uji tandem gait,
dan uji Fukuda step

Intervensi terapeutik
• Pasien yang memenuhi syarat dipilih secara acak
• Obat yang digunakan ditempatkan di kotak terpisah yang mengandung
injeksi prometazin 25 mg, tablet plasebo dan tablet betahistin 8 mg
• Pasien dan dokter tidak diberi tahu tentang pengobatan apa yang telah
diterima pasien
• Orang yang mengukur jawaban tidak tahu kelompok mana masing-
masing pasien
• Kode pengacakan dipertahankan sampai analisis data dicatat
• Kelompok A mendapat dosis 25 mg prometazin IM dan kelompok B
menerima tablet 8 mg betahistine secara oral
Pengukuran
• Sebelum pengobatan, peserta vertigo digolongkan dengan VAS
• Peringkat VAS
 0 : tidak ada vertigo
 10 : vertigo berat
• Efektivitas obat dinilai dengan perubahan VAS
• UjiVAS dilakukan secara berurutan setiap jam sampai 3 jam setelah
pemberian obat
• Semua efek samping dicatat, berdasarkan laporan dokter atau pasien 
komplikasinya dibandingkan pada masing-masing kelompok

Analisis data
• Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk indeks deskriptif 
dibandingkan jumlah antara kedua kelompok, berdasarkan data
normalitas, uji t -test dan Mann-Whitney
• Data kualitatif dianalisis dengan uji Chisquare
• Semua analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS  nilai P yang
signifikan ≤ 0,05
Hasil
• Dari bulan April 2015-April 2016 = 162 pasien diteliti
• 53,7% adalah perempuan
• Usia rata-rata : 41,8
Diskusi
• Vertigo  dapat mengancam jiwa
• Pengobatan pasien sering simtomatik
• Antagonis histamin : salah satu obat yang digunakan pada
vertigo, efek samping : sedatif
• Betahistine : efeknya tinggi dan efek samping lebih
sedikit
• Penelitian ini : membandingkan betahistine dengan
prometazin (antagonis reseptor H1) pada pasien vertigo
• Hasil penelitian : tingkatVAS pada 2 dan 3 jam setelah
terapi betahistin secara signifikan berkurang 
betahistine lebih efektif daripada prometazin pada pasien
vertigo
• Penelitian double blind (Oosterveld dkk) menilai
efek betahistine pada 24 pasien vertigo  keparahan
vertigo, mual dan muntah setelah mengkonsumsi
betahistine menurun

• Penelitian pada 144 pasien vertigo (Simoncelli dkk) 


frekuensi, tingkat keparahan dan durasi serangan vertigo
pada pasien yang memakai betahistin secara signifikan
lebih sedikit, dan kualitas hidup sebelum dan sesudah
menggunakan obat tersebut meningkat

• Uji klinis secara acak (Alberta dkk) membandingkan


keefektifan betahistine dengan flunarizine pada 52
pasien vertigo rekuren dengan kriteria Dizziness
Handicap Inventory (DHI)  pasien yang memakai
betahistine, DHI lebih rendah dari flunarizine
Elbaz dkk  flunarizine lebih efektif dalam
memperbaiki vertigo daripada betahistine

Dearing dkk : membandingkan efek betahistine dengan


cinnarizine pada 88 pasien vertigo perifer yang tidak
diketahui penyebabnya  frekuensi serangan vertigo
pada pasien yang memakai betahistine berkurang

• Hasil penelitian ini : tidak ada efek mengantuk, akathisia dan


kecemasan pada pasien yang memakai betahistine, namun gejala
mual dan muntah lebih tinggi daripada pasien yang
mengkonsumsi prometazin
KESIMPULAN

• Betahistine lebih efektif daripada prometazin pada


vertigo dan memiliki efek samping lebih sedikit

Keterbatasan penelitian
Kelebihan penelitian
• Tidak dilakukan evaluasi dosis
• Pertama kali dilakukan
obat untuk menentukan dosis
perbandingan efek
optimal
betahistine dan prometazin
• Tidak dilakukan follow-up
pada pasien vertigo
jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai