Anda di halaman 1dari 26

PERMASALAHAN

KODE ETIK
KESEHATAN

NS. UJANG YUSUF FATAH, S.Kep., M.Kep


PENDAHULUAN
• PERTUMBUHAN MASYARAKAT SEKUNDER

Masyarakat Sekunder

Pola hidup

Menerapkan Konsumerisme

Hub. dgn pasien

Sikap Paternalisme merosot


dalam bidang kesehatan

KONSUMERISME X PATERNALISME
PENDAHULUAN
DAHULU SEKARANG

Tugas profesi kes. ALTRUISTIK KOMERSIALISME

Mementingkan sikap untuk


mensejahterakan org lain dp
kepentingan dirinya sendiri
sehingga tidak melakukan
praktek utk tujuan komersial
isme

Dianggap pelanggaran etika


PENDAHULUAN
• KESALAHAN MELAKSANAKAN TUGAS PROFESI
Kesalahan melaksanakan tugas profesi dengan
menimbulkan Kerugian pada pasien dapat terjadi jika:
1. Melalaikan kewajiban
2. Melakukan suatu hal yg seharusnya tidak boleh
diperbuat baik mengingat
sumpah profesi maupun sumpah jabatan
3. Mengabaikan sesuatu yg seharusnya dilakukan
4. Berperilaku tidak sesuai dengan patokan umum
mengenai kewajaran yang diharapkan dari sesama
rekan se profesi dlm keadaan yg sama
dan tempat yg sama
ETIKA

Kodrat Kodrat budaya Dunia nilai


alamiah

Cipta Logika Ilmu Kebenaran

Karsa Etika, Religi, Keserasian


Akhlak, S.
Santun, Hukum
Rasa Estetika, Kesenian Keindahan
Prinsip-prinsip etika
• Berkembang dari telaah Aristoteles (460 SM-377SM)
• Prinsip Etika:
1. Tdk merugikan (non-maleficience)
2. Membawa kebaikan (beficence)
3. Menjaga Kerahasiaan (Confidentiality)
4. Otonomi Pasien (Autonomy of Pasien)
5. Berkata Benar (Truth Telling)
6. Belaku Adil (Justice)
7. Menghormati Privasi (Privacy)
Etika Kesehatan & Etika Klinis
Etika Kesehatan
Menurut Leenen : Suatu pengkhususan dari etika umum,
suatu penerapan dari nilai etika terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.

Menurut Soejono Soekanto (1987) : Etika Kesehatan jelas


mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan yang
disetujui, dan juga mencakup suatu rekomendasi
bagaimana bersikap tindak secara pantas dalam bidang
kesehatan.
Etika Kesehatan & Etika Klinis
Etika Klinis
Menurut Jonsen Cs (Jacobalis,2000 : adalah disiplin praktis yang
memberikan pendekatan terstruktur untuk mengambil keputusan yg
dpt membantu dokter mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan
masalah-masalah etika dalam ilmu kedokteran klinis.

Etika Medis
Adalah berhubungan dengan pengambilan keputusan dokter dalam
melakukan tindakan terhadap pasien.
FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT KODE ETIK
1. Sifat kekeluargaan  sifat yg lebih
mementingkan klg daripada yang lain
2. Pengaruh jabatan  pengaruh dari jabatan akan
berdampak thd proses pelaksanaan kode etik
3. Pengaruh konsumerisme  Erat kaitannya
dengan perekonomian dan daya konsumsi suatu
individu
4. Profesi menjadi kegiatan bisnis
5. Lemahnya keyakinan atau iman
CONTOH PERMASALAHAN
KODE ETIK KESEHATAN
1. PENGARUH JABATAN
Direktur RS memberikan kemudahan pelayanan
terhadap keluarga di RS yang dipimpinnya

2. PENGARUH KONSUMERISME
Seorang NAKES memiliki gaji yang cukup
untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, ia ingin
mendapatkan uang tambahan untuk
memenuhi kebutuhan hiburannya dengan membantu
pasien lewat jalur belakang dalam mendapat
pelayanan kesehatan
3. Karena lemahnya keyakinan
Seseorang yang menjabat sebagai kepala rumah sakit
melakukan Tindakan kriminal seperti penggelapan
uang.
Hal ini terjadi karena ia memiliki iman yang lemah
sehingga mudah tergoda untuk melakukan tindakan
tersebut demi mendapatkan
keuntungan yang besar
PERADILAN DALAM PROFESI
A. Prestasi yang diberikan Nakes dgn indikasi
kebutuhan medis sebagai upaya maksimal
(Inspanning verbintennis)
• Ilmu kesehatan dan kedokteran bukanlah ilmu pasti
yang bisa memberikan jaminan hasil,
pasien atau keluarga pasien datang ke tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dengan
harapan sembuh dari penyakitnya. Di sisi lain
tenaga kesehatan hanya dapat mengusahakan
berdasarkan ilmu kesehatan dan kedokteran untuk
meringankan dan mengupayakan
penyembuhan bukan memberikan jaminan
kesembuhan
• Konflik pelayanan kesehatan yang dikarenakan
pasien atau keluarga pasien menganggap
dirugikan atau mengalami resiko medis maka
penyelesaiannya bukan melalui tuntutan pidana
atau gugatan perdata melainkan diproses sebagai
“sengketa medis” yang diselesaikan melalui
“mediasi medis” atau peradilan khusus kesehatan
yang bersifat “ad hoc” tanpa campur tangan
peradilan umum dari aparat penegak hukum umum
B. Mediasi Sebagai bagian Upaya
Menuju Masyarakat Sejahtera
• Istilah menghukum, memenangkan gugatan dan lain
sebagainya dalam suatu putusan lembaga peradilan
merupakan istilah yang bermakna negatif bagi pihak
yang menerimanya dan bagi orang yang mencari
keadilan.
• Apabila proses yang mencari keadilan tidak berhasil krn
kekuatan gugatan mungkin akan terkena gugatan balik
ulang oleh yang menerima gugatan dengan pencemaran
nama baik
• Proses mediasi merupakan upaya yang saling
menguntungkan dengan kesadaran masing-masing
pihak terkait utk mendapatkan hasil akhir yang lebih
baik.
• Dalam ilmu pengetahuan hukum dapat diartikan
dalam 3 (tiga) hal yaitu
1.Hukum sebagai adil (keadilan).
2.Hukum sebagai undang- undang dan/ atau peraturan
mengenai tingkah laku (tertulis) yang dibuat oleh
penguasa
3.hukum dalam arti sebagai hak.
• Hukum dalam arti yang kedua inilah yang lazimnya
disebut sebagai hukum obyektif yaitu yang berupa
rangkaian peraturan yang mengatur yang
mengatur tentang macam-macam perbuatan yang
boleh dilakukan dan dilarang, siapa yang
melakukannya serta sanksi apa yang dijatuhkan atas
pelanggaran peraturan tersebut. Dokter atau
dokter gigi sebagai suatu profesi memiliki tanggung
jawab profesi atas pelayanan medisnya.
Terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum tersebut
yang dilakukan oleh profesi dokter ini dapat
dilakukan tindakan atau dengan kata lain dilakukan
penegakan hukum
Permasalahan
• Pelaksana kesehatan berhubungan dengan
masalah penderita penyakit dan penyakit itu sendiri
di masyarakat, dan dengan demikian menyentuh
beberapa masalah etika yang unik.
• Secara umum, pelaksana dan kebijakan kesehatan
masyarakat berusaha untuk meningkatkan
kesehatan seluruh masyarakat, dimana hal ini
kadang-kadang bertentangan dengan hak pribadi
perorangan. Konflik ini mungkin klinis, seperti
dalam kasus imunisasi, atau hukum, seperti dalam
kasus kewajiban pelaporan medis dan pengobatan
penyakit menular.
Hal ini dibenarkan secara etis untuk mengungkapkan
diagnosis kepada otoritas kesehatan publik jika risiko
kepada publik memiliki fitur berikut:
risiko tinggi dalam probabilitas
risiko serius dalam dampaknya
resiko berhubungan dengan individu atau
kelompok dapat diidentifikasi
• Misalnya, jika pekerja restoran yang menangani
makanan menderita hepatitis akut meminta
diagnosanya dirahasiakan, dokter tetap harus
mengungkapkan diagnosis ini kepada Balai POM
atau Dinas Kesehatan , karena resiko penularan
kepada masyarakat yang tinggi, dengan akibat yang
serius.
Dapatkah pasien menolak untuk menjalani
langkah-langkah rutin pencegahan di bidang
kesehatan?

• Jika seorang pasien menolak imunisasi yang secara


hukum diwajibkan (misalnya, dalam yurisdiksi di
mana imunisasi diamanatkan secara hukum), ini
menjadi masalah hukum. Jika tidak diamanatkan
secara hukum, adanya informasi penolakan,
bertentangan dengan keyakinan agama atau
pribadi, maka keputusan tersebut dapat dihormati.
Dapatkah dokter menolak untuk
mengikuti mandat kesehatan publik
yang dia tentang?
• Kebanyakan peraturan dan hukum mengenai
kesehatan masyarakat mencerminkan proses
kebijakan publik yang melibatkan pengorbanan.
Jarang ada kepastian dalam rekomendasi kebijakan
akhir, yang sering menghasilkan posisi kompromi dari
kelompok yang berbeda.
• Akibatnya, dokter dan pekerja kesehatan lainnya
mungkin menemukan posisi mereka sendiri
bertentangan dengan peraturan atau hukum
pelayanan kesehatan. Profesional memiliki
kewajiban untuk melakukan penilaian dan tidak
mengikuti hukum yang tidak adil atau tidak
bermoral.
Dengan demikian, profesional pelayanan kesehatan
harus mencari cara lain selain tidak mentaati
peraturan secara langsung namun mencoba untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan yang
dia tidak setujui. Tidak ada penyedia pelayanan
kesehatan yang dipaksa untuk memberikan layanan
yang bertentangan dengan moralnya, tapi ia juga
tidak boleh menghalangi orang lain yang
mendukungnya. Cara terbaik dan paling
membangun untuk mempengaruhi kebijakan
kesehatan adalah untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembuatan kebijakan.
Kapan pasien dapat “dipaksa” untuk mendapatkan
perawatan medis yang berlawanan dengan
keinginannya?
• Ini adalah wilayah kontroversial dalam hukum, dan
hukum diatur oleh negara. Pembenaran etis untuk
pengobatan pasien yang berlawanan dengan
kehendaknya didasarkan pada perbandingan antara
risiko publik versus menghormati kebebasan pribadi
pasien. Jika berisiko besar kepada publik, banyak
negara yang mengizinkan untuk melakukan
pengobatan paksa.
Sebagai contoh, pasien dengan TB paru aktif yang
resisten terhadap beberapa obat anti-TB
menimbulkan risiko besar bagi masyarakat jika
kondisinya tidak diobati. Hal ini timbul karena
tingginya infektivitas TB paru aktif padahal hanya
sedikit resiko yang dapat timbul pada pasien yang
mendapatkan obat oral sebagai terapi TB. Kondisi
lain yang memerlukan pengobatan namun sedikit
atau tidak menimbulkan ancaman bagi publik,
seperti leukemia akut yang tidak diobati, tidak
dapat dipaksa untuk melakukan pengobatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai