Anda di halaman 1dari 6

Nama: Putri Kurnia Assiqy

NPM: 1102020111
Kelompok: B16

TUGAS MANDIRI SKENARIO 2


Kaidah Dasar Bioetik Justice dan Autonomy

LO 1 Memahami dan Menjelaskan Kaidah


1.1 Dasar Bioetik Kedokteran, Terutama Justice dan Autonomy
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan et/tos yang berarti norma-norma atau
nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun
makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi dan
hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, eutanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah
kesehatan, faktor budayayang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian
yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.

Di dalam kaidah dasar bioetik terkandung prinsip-prinsip dasar bioetik yang harus selalu diperhatikan.
Empat prinsip etik (beneficence, non-maleficence, auotonomy, dan justice) dapat diterima di seluruh
budaya, tetapi prinsip etik ini dapat bervariasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lainnya. Di Indonesia sendiri, ada 4 prinsip berkaitan dengan bioetik yang harus selalu dipegang oleh
seorang dokter. Keempat prinsip tersebut adalah:

A. Beneficence
Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya
atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.
Lebih khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat baik,
menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam
kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa
seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya
daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi.

B. Non-maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan suatu perbuatan
atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah memilih tindakan yang paling
kecil resikonya. “Do no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence.
Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat atau darurat.

C. Autonomy
Dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia, terutama
hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri.

D. Justice
Justice atau keadilan adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam bioetik. Justice adalah
suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk semua
pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat
ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb.
Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan adil agar ada
kesamaan dalam perlakuan kepada pasien.

1.2 Kaidah dasar yang menyangkut Justice dan Autonomy


A. Justice
Contoh dari justice misalnya saja: dokter yang harus menyesuaikan diri dengan sumber
penghasilan seseorang untuk merawat orang tersebut.
Untuk menentukan apakah diperlukan nilai keadilan moral untuk kelayakan minimal dalam
memberikan pelayaan medis, harus dinilai juga dar seberapa penting masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek dari pasien, diharapkan
seorang dokter dapat berlaku adil.

B. Autonomy
Autonomy Pasien harus dihormati secara etik, dan di sebagain besar negara dihormati secara
legal. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan
pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau menolak tindakan medis.
Melalui informed consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis secara tertulis.Informed
consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan memahami informasi
yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik yang diusulkan, resiko, dan juga
manfaat dari tindakan medis tersebut.

1.3 Pelanggaran pasal 3 KODEKI


Pasal 3 (Kewajiban Umum): Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pelanggaran Pasal 3 KODEKI dapat diberikan sanksi dan dilakukan dalam tiga tahap:
A. Tahap pertama adalah merumuskan tujuan sanksi yang diberikan. Sanksi harus bertujuan
mendidik pelaku dengan nilai yang sesuai, mempertimbangkan kondisi pelaku dan
masyarakat secara luas. Pemberian sanksi juga harus disertai penjelasan dan penegasan agar
pelaku mengerti bahwa terdapat peraturan yang harus ditaati. Sanksi juga harus diberikan
secara spesifik dan menghindari pertimbangan tidak relevan yang dapat mengalihkan
perhatian dari pelanggaran etik itu sendiri (non-issue).
B. Tahap kedua adalah menentukan berat ringannya sanksi berdasarkan beberapa pertimbangan:
jenis pelanggaran, berat ringannya pelanggaran berdasarkan konsensus atau ketentuan yang
berlaku, riwayat pelanggaran, dan faktor-faktor penyerta lain. Selain itu harus dilakukan
upaya menyeimbangkan antara sanksi aktif dan pasif.
C. Tahap ketiga adalah pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi. Sanksi yang telah
diberikan harus dievaluasi bila terdapat pengulangan pelanggaran atau hambatan ketika sanksi
sedang dijalankan.
Sedangkan sanksi yang bisa didapatkam unruk seorang dokter yang melanggar KODEKI dapat
berupa:
A. Dari segi hukum pidana, dokter hanya dapat dituntut dalam hal pasien menderita cacat
permanen atau meninggal dunia. Tindakan yang dikenakan terhadap dokter yang melakukan
kesalahan profesi yaitu sebagaimana telah diatur dalam Pasal 359, 360, dan 361 KUHP,
hukumannya berupa hukuman penjara, kurungan, membayar denda dan apabila kelalaian
dilakukan pada saat melakukan pekerjaan, maka hukumannya ditambah sepertiganya dan
dipecat dari pekerjaannya.
B. Dari segi hukum perdata, sebagaimana dalam Pasal 1365 KUHPerdata dimana dokter dapat
dituntut untuk membayar ganti rugi dalam hal pasien menderita kerugian. Menurut
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dapat diberikan sanksi berupa pidana
penjara dan denda sebegaimana diatur dalam Pasl 29, 190 dan 194.

LO 2 Memahami dan Menjelaskan Hubungan Dokter dengan Pasien


2.1 Jenis-jenis hubungan dokter dengan pasien
Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai hubungan
biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap
pasien dalam bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan pasien tetap pasif.
Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh
yang satu terhadap lainnya. Berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan
dalam tiga pola hubungan, yaitu:
A. Aktivitas pasif ( Activity-passivity). Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola
klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter
seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien. Biasanya
hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak
sadar, atau menderita gangguan mental berat.

B. Membimbing kerjasama (Guidance-Cooperation). Hubungan membimbingkerjasama, seperti


halnya orangtua dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat
misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar
dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan
dan bersedia bekerjasama. Walau pun dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata-mata
karena menjalankan kekuasaan, namun mengharapkan kerjasama pasien yang diwujudkan
dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

C. Saling berpartisipasi (Mutual participation). Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa
setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin
memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien
secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat
diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada
anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

2.2 Komunikasi dokter dengan pasien


Komunikasi dokter pasien berdasarkan konsep pelayanan berpusat pasien ini disebut dengan
komunikasi dokter-pasien dengan berpusat pada pasien. Dalam konteks komunikasi, penting bagi
seorang dokter untuk memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Menurut Dianne Berry, pada
pelayanan kesehatan, salah satu hal yang sangat penting adalah memiliki keterampilan komunikasi
yang baik karena kemampuan komunikasi dokter kepada pasiennya memiliki hubungan signifikan
dalam upaya kesembuhan pasien. Komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang berlangsung
antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/ perawatan yang
terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
LO 3 Memahami dan Menjelaskan Hak dan Kewajiban Dokter
A. Hak dokter
● Hak-hak dokter karena adanya perjanjian terapeutik adalah sebagi berikut :
1. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang
undangan, profesi dan etika.
3. Hak atas informasi yang lengkap dan jujur dari pasien tentang keluhan yang diderita.
4. Hak atas imbalan jasa dari pelayananan kesehatan yang telah diberikan.
5. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien jika pasien tidak mau menuruti nasihat
yang diberikannya atau berkembangnya hubungan yang tidak baik dengan pasien.
6. Hak atas itikad baik dari pasien dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik.
7. Hak untuk diperlakukan adil dan jujur.
8. Hak atas privacy. Berdasarkan pada perjanjian terapeutik yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak, dokter juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai pengemban
profesi.

● Hak-hak dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Hak memperoleh informasi yang selangkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien
yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik
2. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang diberikannya kepada
pasien.
3. Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan transaksi terapeutik.
4. Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan yang
diberikan.
5. Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medis dari pasien atau keluarganya.

● Hak dokter di rumah sakit adalah sebagai berikut :


1. Dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Dokter berhak untuk bekerja menurut stnadar profesi serta berdasarkan hak otonomi
(seorang dokter, walaupun berstatus hukum sebagai karyawan rumah sakit, namun pemilik
atau direksi rumah sakit tidak dapat memerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang
menyimpang dari stnadar profesi atau keyakinannya)
3. Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan kode etik profesi.
4. Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan
dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama yang baik tidak mungkin
diteruskan lagi, kecuali untuk pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien kepada
dokter lain.

B. Kewajiban dokter
1. Mengamalkan sumpah dokter
2. Melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi
3. Kebebasan dan kemandirian proGsi
4. Memberi surat keterangan dan pendapat sesudah memeriksa sendiri kebenarannya
5. Rasa kasih sayang Qonpassnr) dan penghormatan atas martabat manusia
6. Jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya
7. Menghormati hak-hak pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.
8. Melindungi hidup makhluk insani
9. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek pelayanan kesehatan
10. Tulus ikhlas menerapkan ilmunya. Bila tidak mampu merujuknya
11. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya
12. Memberi pertolongan darurat
13. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
14. Memelihara kesehatannya
15. Mengikuti perkembangan iptek

LO 4 Memahami dan Menjelaskan Hak dan Kewajiban Pasien


A. Hak pasien
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan maka hak utama dari pasien
tentunya adalah hak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan (the right to health core).
Hak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu agar
pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga kesehatan
yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal.
Hak pasien atas informasi menjadi kewajiban Tenaga Kesehatan untuk memenuhinya. Tenaga
Kesehatan terutama tenaga medis dan tenaga keperawatan yang berhadapan dengan pasien
wajib memberikan penjelasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi
pasien. Penjelasan wajib diberikan dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, dan bukan
dalam bahasa medis yang menggunakan istilah-istilah teknis.
Mengenai hak pasien memberikan persetujuan merupakan sesuatu yang harus dipahami,
misalnya apakah seorang pasien yang sudah datang ke suatu sarana kesehatan dan
menceritakan kondisinya, berarti ia sudah setuju terhadap apa yang akan dilakukan
terhadapnya? Dalam Hukum memang terdapat pengertian bahwa persetujuan dapat diberikan
secara diam diam.
Hal ini sesuai pada Pasal 52 Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
hak :
a. Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagimana yang dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (3);
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. Menolak tindakan medis; dan
e. Mendapat isi rekam medis.

B. Kewajiban pasien
Pasal 53 Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :
a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doketr gigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

UU NO 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT Kewajiban Pasien Pasal 31 (1) Setiap pasien
mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya. (2) Ketentuan lebih
lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri.
Daftar Pustaka
Anna Rozaliyani, dkk. 2018. Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik Kedokteran. JEKI. 2(1):
19-22.
Fano F.S. 2016. KESALAHAN DOKTER DAN SANKSINYA. Lex Privatum. 4(6): 14-17.
M. Jusuf H dan Amri A. 2008. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGG.
Mustajab. 2013. ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PASIEN
DALAM PEYANAN KESEHATAN. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. 4(1): 3-4.
Sang Gede Purnama, Modul Etika dan Hukum Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, September 2017
TA Larasati. 2019. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien pada Pelayanan Kesehatan Primer. JK
Unila. 3(1): 160-161.

Anda mungkin juga menyukai