NPM: 1102020111
Kelompok: B16
Di dalam kaidah dasar bioetik terkandung prinsip-prinsip dasar bioetik yang harus selalu diperhatikan.
Empat prinsip etik (beneficence, non-maleficence, auotonomy, dan justice) dapat diterima di seluruh
budaya, tetapi prinsip etik ini dapat bervariasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lainnya. Di Indonesia sendiri, ada 4 prinsip berkaitan dengan bioetik yang harus selalu dipegang oleh
seorang dokter. Keempat prinsip tersebut adalah:
A. Beneficence
Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya
atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.
Lebih khusus, beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat baik,
menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam
kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa
seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya
daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi.
B. Non-maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan suatu perbuatan
atau tindakan yang dapat memperburuk pasien. Dokter haruslah memilih tindakan yang paling
kecil resikonya. “Do no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence.
Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat atau darurat.
C. Autonomy
Dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia, terutama
hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri.
D. Justice
Justice atau keadilan adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam bioetik. Justice adalah
suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk semua
pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat
ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb.
Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan adil agar ada
kesamaan dalam perlakuan kepada pasien.
B. Autonomy
Autonomy Pasien harus dihormati secara etik, dan di sebagain besar negara dihormati secara
legal. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan
pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau menolak tindakan medis.
Melalui informed consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis secara tertulis.Informed
consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan memahami informasi
yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik yang diusulkan, resiko, dan juga
manfaat dari tindakan medis tersebut.
Pelanggaran Pasal 3 KODEKI dapat diberikan sanksi dan dilakukan dalam tiga tahap:
A. Tahap pertama adalah merumuskan tujuan sanksi yang diberikan. Sanksi harus bertujuan
mendidik pelaku dengan nilai yang sesuai, mempertimbangkan kondisi pelaku dan
masyarakat secara luas. Pemberian sanksi juga harus disertai penjelasan dan penegasan agar
pelaku mengerti bahwa terdapat peraturan yang harus ditaati. Sanksi juga harus diberikan
secara spesifik dan menghindari pertimbangan tidak relevan yang dapat mengalihkan
perhatian dari pelanggaran etik itu sendiri (non-issue).
B. Tahap kedua adalah menentukan berat ringannya sanksi berdasarkan beberapa pertimbangan:
jenis pelanggaran, berat ringannya pelanggaran berdasarkan konsensus atau ketentuan yang
berlaku, riwayat pelanggaran, dan faktor-faktor penyerta lain. Selain itu harus dilakukan
upaya menyeimbangkan antara sanksi aktif dan pasif.
C. Tahap ketiga adalah pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi. Sanksi yang telah
diberikan harus dievaluasi bila terdapat pengulangan pelanggaran atau hambatan ketika sanksi
sedang dijalankan.
Sedangkan sanksi yang bisa didapatkam unruk seorang dokter yang melanggar KODEKI dapat
berupa:
A. Dari segi hukum pidana, dokter hanya dapat dituntut dalam hal pasien menderita cacat
permanen atau meninggal dunia. Tindakan yang dikenakan terhadap dokter yang melakukan
kesalahan profesi yaitu sebagaimana telah diatur dalam Pasal 359, 360, dan 361 KUHP,
hukumannya berupa hukuman penjara, kurungan, membayar denda dan apabila kelalaian
dilakukan pada saat melakukan pekerjaan, maka hukumannya ditambah sepertiganya dan
dipecat dari pekerjaannya.
B. Dari segi hukum perdata, sebagaimana dalam Pasal 1365 KUHPerdata dimana dokter dapat
dituntut untuk membayar ganti rugi dalam hal pasien menderita kerugian. Menurut
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dapat diberikan sanksi berupa pidana
penjara dan denda sebegaimana diatur dalam Pasl 29, 190 dan 194.
C. Saling berpartisipasi (Mutual participation). Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa
setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin
memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien
secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat
diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada
anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.
B. Kewajiban dokter
1. Mengamalkan sumpah dokter
2. Melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi
3. Kebebasan dan kemandirian proGsi
4. Memberi surat keterangan dan pendapat sesudah memeriksa sendiri kebenarannya
5. Rasa kasih sayang Qonpassnr) dan penghormatan atas martabat manusia
6. Jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya
7. Menghormati hak-hak pasien, teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.
8. Melindungi hidup makhluk insani
9. Memperhatikan kepentingan masyarakat dan semua aspek pelayanan kesehatan
10. Tulus ikhlas menerapkan ilmunya. Bila tidak mampu merujuknya
11. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasiennya
12. Memberi pertolongan darurat
13. Memperlakukan sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
14. Memelihara kesehatannya
15. Mengikuti perkembangan iptek
B. Kewajiban pasien
Pasal 53 Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :
a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doketr gigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
UU NO 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT Kewajiban Pasien Pasal 31 (1) Setiap pasien
mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya. (2) Ketentuan lebih
lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri.
Daftar Pustaka
Anna Rozaliyani, dkk. 2018. Prinsip Penetapan Sanksi bagi Pelanggaran Etik Kedokteran. JEKI. 2(1):
19-22.
Fano F.S. 2016. KESALAHAN DOKTER DAN SANKSINYA. Lex Privatum. 4(6): 14-17.
M. Jusuf H dan Amri A. 2008. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGG.
Mustajab. 2013. ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PASIEN
DALAM PEYANAN KESEHATAN. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. 4(1): 3-4.
Sang Gede Purnama, Modul Etika dan Hukum Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, September 2017
TA Larasati. 2019. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien pada Pelayanan Kesehatan Primer. JK
Unila. 3(1): 160-161.