Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

Dosen Pengampuh : Ns. Nining Nirmalasari, M. Kep

Disusun oleh :
Ni Dwi Damayanti
(21010018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat-Nya kita dapat menyesesaikan makalah ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah“Konsep Dasar Keperawatan 1”. Kami mengucapkan banyak terimaksih kepada
pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini ,sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna , untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila ada kekurangan atau kesalahan penulisan pada makalah ini.

Kami menyadari bahwa keterbatasan penegtahuan dan pemahaman kami tentang


materi ini menjadikan keterbatasan kami pula, untuk itu kami meminta kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesepurnaan karya tulis ini.

Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa mamfaat bagi kita semua yang
membacanya, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berfikir kita. Akhir kata kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
a. MasalahKesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan
adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif
dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat
akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
b. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan
beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya
kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat
c. Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok
masyarakat . dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur
semua anggota masyarakat
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan, malpaktik, serta kelalaian


MasalahKesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan
adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan
ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan
menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan.
Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan
memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada
advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh
untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukan.

HAK ASASI MANUSIA


Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam beberapa
jenis (Prakosa, 1988), yaitu :
1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)
2. Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)
3. Rights of legal equality
4. Political Rights (hak asasi politik)
5. Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)
6. Procedural Rights.
HAK PASIEN ANTARA LAIN :
• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan
mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
• Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn
peraturan yang berlaku di RS
• Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya
• “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
• Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative terapi
lain, prognosa penyakit dan biaya.
• Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.
• Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
• Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
• Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
• Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
• Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
• Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter
• Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

KEWAJIBAN PERAWAT :
• Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
• Menghormati hak pasien
• Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani
• Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-undangan
• Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan
• Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi
pasien baik scr tertulis maupun lisan
• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yg
berlaku
• Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan
praktik
• Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg kewenangan
• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
• Mentaati semua peraturan perundang-undangan
• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim
kesehatan lainnya.

HAK-HAK PERAWAT
Hak perlindungan wanita.
Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
Hak mendapat upah yang layak.
Hak bekerja di lingkungan yang baik
Hak terhadap pengembangan profesional.
Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


1. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga
dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminalterjadi ketika seorang dokter yang
menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini
termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-
obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan
pelecehan seksual pada pasien.
Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter
atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim
diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan
wilayah yang sama.Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik
merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada
seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai
bidang tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik
adalah suatu batasan yang dugunakan untuk menggambarkan kelalaian perawat dalam
melakukan kewajibannya.

Tindakan yang termasuk dalam malpraktek :


1. Kesalahan diagnosa.
2. Penyuapan.
3. Penyalahan alat-alat kesehatan.
4. Pemberian dosis obat yang salah.
5. Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak steril.

Dampak yang terjadi akibat malpraktek :


1. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.
3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5.Dari segi agama mendapat dosa.
6. Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

2. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia
bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya.
Akan tetapi,jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak
memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika
sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan sebagai kelalaian berat (culpa
lata).
Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati - hati yang pada umumnya wajar
dilakukan oleh seseorang dengan hati - hati, dalam keadaan tersebut itu merupakan
suatu tindakan seseorang yang hati- hati dan wajar tidak akan melakukan didalam
keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa orang lain dengan hati - hati
yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama. Dari pengertian diatas
dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang
hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi
akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau
kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang
lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal.

3. Pertanggunggugatan dan Pertanggungjawaban

1. PERTANGGUNGGUGATAN
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.Contoh:Ketika
dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi
ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi
tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak
menggugat dokter atau perawat tersebut.

2. PERTANGGUNGJAWABAN
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya.
Contoh:
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien
tidak terima karena kondisi pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab
atas kesalahan atau kelalaiannya.

3. Situasi yang harus dihindari oleh perawat


a. Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara
tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan
tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b. Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri.
Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga
sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c. Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang
tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda
menyatakan secara verbal atau tertulis.
d. False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran
hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan
mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk
dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan
perintah dokter.
e. Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain
atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata
menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien
atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa
yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f. Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang
melawan hukum.
g. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk
tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.Setiap orang dapat dianiaya,
tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi
layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini.
Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah
atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan
orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan
kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan

B. ASPEK HUKUM/PERLINDUNGAN DALAM KEPERAWATAN


1. Aspek Hukum Dalam Praktek Keperawatan
a. Hubungan Hukum Dengan Profesi Keperawatan
Masyarakat profesi dengan masyarakat umum telah mengadakan suatu kontrak (
social contract) yang memberikan hak otonomi profesi untuk melakukan self regulation,
self governing dan self disciplining. Dengan kewajiban memberikan jaminan profesional
yang kompeten dan melaksanakan praktik sesuai etika dan standar profesinya. Profesi
perawat memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan
keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum. Kondisi demikian secara
langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan.
Sehingga dalam praktik profesinya dalam melayani masyarakat perawat terikat oleh
aturan hukum, etika dan moral.
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan
hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1
angka 2 menyebutkan bahwa
”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”.
Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat dikatagorikan sebagai
tenaga keperawatan.
Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP No. 32
tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk
memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan
pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan
kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan
kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan yang
ada.

b. Instrumen Normatif Bagi Perawat Dalam Upaya Menjalankan Pelayanan


Keperawatan
Perawat dalam menjalankan proses keperawatan harus berpedoman pada Lafal
Sumpah Perawat, Standar Profesi Perawat, Standar Asuhan Keperawatan, dan Kode
Etika Keperawatan. Keempat instrumen tersebut berisi tentang norma-norma yang
berlaku bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Ketentuan-ketentuan
yang berlaku bagi perawat disebut instrumen normatif, karena keempatnya meskipun
tidak dituangkan dalam bentuk hukum positif/Undang-Undang, tetapi berisi norma-
norma yang harus dipatuhi oleh perawat agar terhindar dari kesalahan yang berdampak
pada pertanggungjawaban dan gugatan ganti kerugian apabila pasien tidak menerima
kegagalan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

1). Lafal Sumpah Perawat


Lulusan pendidikan keperawatan harus mengucapkan janji/sumpah sesuai
dengan program pendidikannya, D3 atau S1. Lafal sumpah ada dua macam yaitu lafal
Sumpah/Janji Sarjana Keperawatan dan lafal Sumpah/Janji Ahli Madya Keperawatan.

2). Standar Profesi Perawat


Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa
perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas sesuai
dengan Standar Profesi tenaga kesehatan. Standar profesi merupakan ukuran
kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya
(Praptianingsih, 2006). Dengan memenuhi standar profesi dalam melaksanakan
tugasnya, perawat terbebas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya, dapat
dipergunakan pendapat Leenen dalam Koeswadji (1996) sebagai standar pelaksanaan
profesi keperawatan, yang meliputi : terapi harus dilakukan dengan teliti; harus sesuai
dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan; sesuai dengan kemampuan rata-rata
yang dimilki oleh perawat dengan kategori keperawatan yang sama; dengan sarana dan
upaya yang wajar sesuai dengan tujuan kongkret upaya pelayanan yang dilakukan.
Dengan demikian, manakala perawat telah berupaya dengan sungguh-sungguh sesuai
dengan kemampuannyadan pengalaman rata-rata seorang perawat dengan kualifikasi
yang sama, maka dia telah bekerja dengan memenuhi standar profesi.

3). Standar Asuhan Keperawatan


Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakanfaktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Di samping itu, tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan perawatan yang bermutu semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dalam masyarakat. Oleh
karena itu, kualitas pelayanan keperawatan harus terus ditingkatkan sehingga upaya
pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal.
Salah satu upaya untuk menjaga mutu kualitas pelayanan keperawatan adalah
dipergunakannya Standar Asuhan Keperawatan dalam setiap pelayanan keperawatan.
Standar ini dipergunakan sebagai pedoman dan tolak ukur mutu pelayanan rumah
sakit. Di dalamnya berisi tentang tahapan yang harus dilakukan oleh perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Standar Asuhan Keperawatan terdiri dari delapan
standar yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan, khsusunya pelayanan keperawatan, yang terdiri dari :
a. Standar I berisi falsafah keperawatan,
b. Standar II berisi tujuan asuhan keperawatan,
c. Standar III menentukan pengkajian keperawatan,
d. Standar IV tentang diagnosis keperawatan,
e. Standar V tentang perencanaan keperawatan,
f. Standar VI menentukan intervensi keperawatan,
g. Standar VII menentukan evaluasi keperawatan,
h. Standar VIII tentang catatan asuhan keperawatan

2. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Kerawatan


Perawat sebagai tenaga professional memiliki akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak menutup kemungkinan perawat
membuat kesalahan dan kelalaian baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja.
Untuk menjalankan praktiknya, maka secara hukum perawat harus dilindungi terutama
dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat. Sebagai contoh, misalnya di
amerika serikat terdapat UU yang bernama Good Samaritan Acts yang melindungi tenaga
kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat. Di Kanada, terdapat UU lalu
lintas yang membolehkan setiap orang untuk menolong korban pada setiap situasi kecelakaan,
yang bernama Traffic Acts.
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan
suatu jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang mengatur
praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan malpraktik. Diberbagai Negara maju
dimana tuntutan malpraktik terhadap tenaga professional semakin meningkat jumlahnya, maka
berbagai area pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat
dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak
menutup kemungkinan dimasa mendatang asuransi malpraktik juga perlu dipertimbangkan bagi
semua tenaga kesehatan termasuk perawat di Indonesia. Undang-undang dan srategi
diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi diantaranya:
I. I.Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi
penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi
kegawatan terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi
penyimpangan berat dari standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja
di pihak penyedia layanan kesehatan.
II. II.Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik
terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi
tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi
pertanggungan bagi semua pegawai, termasuk semua perawat. Dokter atau
rumah sakit dapat dituntut karena tindak kelalaian yang dilakukan perawat dan
perawat juga dapat dituntut dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau
malpraktik.Rumah sakit dapat menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai
dan rumah sakit mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat
dianjurkan mengurus sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya
mengandalkan asuransi yang disediakan oleh rumah sakit saja.
III. III.Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis
prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab
mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang
meminta.
IV. IV.Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten
adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya
memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka
dan dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan
proses keperawatan merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien
yang aman dan efektif.
V. V.Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat
digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
VI. VI.Laporan insiden adalah catatan instantsif mengenai kecelakaan atau kejadian
luar biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang
dibutuhkan kepada personel instansi.

3.Nursing Advocacy

a. Pengertian Advokasi
1. Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan
membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional. (Dewi, 2008)
2. Advokasi adalah mendukung pasien, bicara mewakili individu pasien, dan menengahi
bila perlu. Advokasi ini adalah bagian dari perawatan perawat dan bagian dari
kedekatan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang memberi keperawatan
sebuah tempat yang sangat khusus dalam pelayanan kesehatan (WHO, 2005)
3. Advokasi merupakan dasar filasafat dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan
perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri
(Gondow, 1983)

b. Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga pengertian,
yaitu:
1) Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada
tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menginformasikan kepada pasien tentang semua hak yang dimilikinya,
memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan pelanggaran terhadap hak
pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.
2) Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan tentang
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai dengan nilai-nilai
yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk
membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu pasien mengeksplorasi
keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau keputusan.
3) Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia yang
unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang terbaik bagi pasien
sesuai dengan kebutuhannya saat itu.
Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan pentingnya hak-hak
pasien dalam mengambil keputusan.Dalam hal ini, perawat advokat menolong pasien sebagai
makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai dengan
keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan
lainnya.Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan
pilihannya.Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan
memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa peran advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien, dengan melindungi hak
pasien dan bertindak atas nama pasien. (Dewi, 2008)

c. Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien


• Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan
diagnostic atau pengobatan.Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah
memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas.
• Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai
manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan.Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien
yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya.Selain itu,
perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan
menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. (WHO, 2005)
• Sebagai pembela pasien, perawat juga perlu berupaya melindungi hak pasien dari
pelanggaran.Hak untuk mendapat persetujuan (informed consent) merupakan isu
yang harus dihadapi pasien.hak pasien lain yang melibatkan peran perawat sebagai
pembela adalah hak privasi dan hak menolak terapi.

Sebagai bagian dan salah satu peran dari perawat, advokasi menjadi dasar utama dalam
pelayanan keperawatan kepada pasien, peran advokat keperawatan adalah (Armstrong,
2007)
1) Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.
2) Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
3) Memberi bantuan mengandung dua peran,yaitu peran aksi dan peran non aksi.
4) Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah antar profesi
kesehatan
5) Melihat klien sebagai manusia, mendorong mereka untuk mengidentifikasi
kekuatannya untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan klien berhubungan
dengan orang lain

d.Tanggung jawab perawat advokat


Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

a) Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :


memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi
pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan
disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima
semua keputusan pasien.
b) Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,
dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan
tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan
menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c) Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang
dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam
perawatan.

e. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat


Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien,
perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas
dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan
kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.
3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui
cara memelihara kesehatannya.

Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang baik
agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat,
adalah:
1) Bersikap asertif Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari
sudut pandang yang positif.Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung
berhadapan dengan pasien.
2) Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
3) Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi
atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan
dokter.
4) Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain Perawat tidak dapat bekerja
sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien. Perawat harus
mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam
perawatan pasien.
5) Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau
pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas

f. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien


Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan
keluarga dalam mengambil keputusan.Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat
perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi
pasien.
Menurut Ellis & Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :
a) Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam
perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan
derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan
perawat dalam perawatannya.
b) Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan. Pasien adalah makhluk yang memiliki
otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan dalam pengobatannya.Namun, perawat
berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan
pasien.
c) Memiliki saran untuk alternatif pilihan. Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu
untuk memberikan alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada
pasien untuk memilih sesuai keinginannya
d) Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan
pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan
pasien.
e) Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan. Saat berada di rumah sakit,
pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan berbagai hal.Perawat berperan
sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di
rumah sakit.
f) Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien. Setiap individu memiliki nilai-nilai dan
kepercayaan yang berbeda-beda. Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan
melindungi nilai-nilai yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan
pengobatan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
g) Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan. Saat pasien
memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing dengan lingkungan
sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk mengorientasikan pasien dengan
lingkungan rumah sakit dan menjelaskan semua peraturan-peraturan dan hak-haknya
selama di rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
h) Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan harus sesuai dengan protap sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya
i) Mendukung pasien dalam perawatan. Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi
pendamping pasien selama dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-
kebutuhan serta mendukung setiap keputusan pasien.
j) Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal. Perawat akan
membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan mendampinginya dan bila perlu
bertindak atas nama pasien menganjurkan dokter untuk memberikan obat penghilang
nyeri.
k) Menghargai pasien. Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan
lebih mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
l) Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien. Perawat sebagai advokat bagi pasien
berperan melindungi hak-hak pasien sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan
yang merugikan dan membahayakan pasien.
m) Memberi kekuatan pada pasien. Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan
sumber kekuatan bagi pasien yang mendukung dan membantunya dalam
mengekspresikan ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya.
Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis & Hartley, 2000),
adalah pasien akan :
1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-
pilihannya.
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
5. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

4.Pengertian Keputusan Legal Etis


Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi
seorang manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan
ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat pula.

A. Definisi pengambilan keputusan


a. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang
apa yang harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.
b. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
c. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang
seharusnya dengan yang terjadi.

Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk
fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-
informasi pendukung, misalnya informasi mengenai laporan anggaran, laporan sensus pasien,
catatan medis, catatan personil pegawai, laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan waktu libur.

pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian
tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta
ketelitian dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:


1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk
perbaikan jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang
dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan
manajemen dibagi menjadi dua macam:
a. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi
masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan
keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
b. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan
bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang
berkaitan dengan pasien.

Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan


menjadi dua model:
1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada
pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.

B. Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan


Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan
kelompok.Dalam pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya
berpartisipasi dalam mengambil keputusan, kecuali dalam menetapkan keputusan
akhir.Sedangkan dalam pengambilan keputusan kelompok, kelompok sepenuhnya ikut
menentukan dalam pengambilan keputusan akhir.

C. Tipe Pengambilan Keputusan


1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)
2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara
C. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok
masyarakat . dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua
anggota masyarakat.

Tujuan hukum dalam keperawatan


Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan,
perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat
.perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar
asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

Fungsi hukum dalam keperawatan


1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan klien
2. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan lain.
3. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.

Sumber hukum
Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan, hukum
peraturan, dan hukum umum.

1. Hukum Perundang-undangan Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif.


Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang
ini melindungi hak-hak penyandang cacat di tempat kerja, institusi pendidikan, dan
dalam masyarakat
2. Hukum peraturan atau hukum administrati
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh
hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak
kompeten atau tidak etis.
3. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum
individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk
menolak pengobatan.

Tipe Hukum
1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat
dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain
pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan
mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.

Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap


litigasi. Good Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk
melindungi perawat saat memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan
praktik yang kompeten dan aman yang sesuai dengan undang-undang dan standar
praktik merupakan landasan hukum utama terkait keamanan bagi perawat.
Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen perlindungan hukum
yang penting bagi perawat.

Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi


diantaranya

Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi


penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan
terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat
dari standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia
layanan kesehatan.

Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik terhadap


para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi tanggung wajib
mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan bagi semua
pegawai, termasuk semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat dituntut karena
tindak kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat dituntut dan
dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik. Rumah sakit dapat
menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit mengharuskan
untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus sendiri jaminan
asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang disediakan oleh
rumah sakit saja.

Melaksanakan program dokter para perawat diharap mampu menganalisis prosedur


dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab
mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.

Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten adalah


upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya memberikan
asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka dan dalam batasan
kebijakan instansimaupun prosedur yang berlaku. Penerapan proses keperawatan
merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang aman dan efektif

Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat
digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.

Laporan insiden adalah catatan instantsi mengenai kecelakaan atau kejadian luar
biasa. laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan
kepada personel instansi.

Peran Perawat Berdasarkan Hukum


Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung,
masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia
layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga
negara.

 Penyedia Layanan
Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten.
Tersirat dalam peran ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung
wajib, standar asuhan, dan kewajiban kontrak.

Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab


sesuai hukum terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian
ganti rugi secara #inansial atas tindak pelanggaran. Perawat, contohnya
memiliki kewajiban untuk berpraktik dan mengarahkan praktik yang
dilakukan orang lain di bawah pengawasan perawat tersebut sehingga
bahaya atau cedera pada klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat
terjaga.

Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum
dibatasi oloeh undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan
yang rasional dan bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan oleh tenaga
profesional yang rasional dan bijaksana, dengan latar belakang pendidikan
dan pengalaman yang sama pada situasi yang sama.

Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu
tugas untuk memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak
tersurat dan tersirat.

 Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan


Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan
lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk
kontrak tersirat. Namun perawat yang diperkerjakan secara langsung oleh
klien, contohnya perawat pribadi, mungkin memiliki kontrak tertulis dengan
klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk memberikan layanan
profesional dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak memenuhi
ketentuan dalam kontrak bila ia sakit atau meninggal dunia. Namun kendala
dan masalah pribadi, seperti mobil perawat mogok, bukan alasan yang
diterima untuk melanggar kontrak

 Warga Negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap
indifidu yang berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran
melindungi klien dari bahaya dan menjamin pemberian hak atas harta
pribadi mereka, hak atas pri)asi, kerahasian, dan hak-hak lain. Hak ini juga
berlaku bagi perawat.

 Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan


Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada
berbagai peran mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat
memastikan klien mendapatkan haknya untuk menyetujui atau menolak
tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta mengidentifikasi dan
melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang
rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan
perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia.

 Standar Pelayanan
Standar pelayanan (standard of care) merupakan pedoman legal bagi praktik
keperawatan dan memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan
yang dapat diterima. Standar tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas
profesi.

Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar pelayanan keperawatan


mengukur tindakan keperawatan dan menentukan apakah perawat
melakukan tindakan yang layak dan bijaksana seperti yang dilakukan perawat
lainnya dalam situasi yang sama. Pelanggaran terhadap standar pelayanan
keperawatan merupakan salah satu elemen yang harus dibuktikan dalam
kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan.

Dalam tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli


keperawatan memberikan kesaksian kepada juri tentang standar pelayanan
keperawatan. Juri menggunakan standar pelayanan sebagai dasar untuk
menentukan apakah perawat telah melakukan tindakan yang sesuai.

 Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan indvidu terhadap pelaksanaan suatu
tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan
pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat
penolakan.

Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara


pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang
dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini
harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam pengaruh obat seperti
narkotika.

1. Pengertian malpraktek
Malpraktek didefinisikan merupakan “kelalaian dari seseorang dokter atau perawat
untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama”

Untuk malpraktek hukum dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar,
yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administratice malpractice.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut merupakan kesengajaan,kelalaian, kecerobohan.
Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal
344 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP).

Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan


tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan


luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat
melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice
adalah bersifat indifidual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpractice !
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang
telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan
civil malpractice antara lain.
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi
dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.
Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga
kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya
3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala
tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. ketentuan di
bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya ( Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan
serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga
kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

Dasar Perlindungan Hukum


1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3. Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
4. Ketentuan mengenai standar pro#esi dan hak-hak pasien diatur dalam
peraturan pemerintah
2. Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden
3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehata
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya
sesuai dengan standar pro#esi tenaga kesehatan.
4. Pasal 344 KUHP
Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh dihukum penjara
selama-lamanya duabelas tahun.
5. Pasal 299 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa
dengan pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat
puluh lima ribu rupiah.
1. Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila
dia seorang dokter, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
2. Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

PERTANGGUNGJAWABAN
Pengertian pertanggung jawab “Responsibility” (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing
1983:25)

Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates that the
professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurse’s
actions are honestly (Koziers, 1983:25)

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung
jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya.

Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak
yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan
kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)


Contoh: “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan
mengganti balutan atau mengganti spreinya”
2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan
penjelasan dengan ramah kepada kliennya (Explanantion about the delay).
Misalnya: “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat
sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”
3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens
desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.
Misalnya: ‘Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila
perawat berorientasi pada kepentingan perawat: “Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan
mau dilayani terus”
5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory).
Misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien
yang tadi”
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien
(see the patient point of View).
Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak
cocok atau diagnosanya mungkin salah.
Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA

Responsibility adalah Penerapan ketentuan hukum (eksekusi)terhadap tugas-tugas yang


berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan,
Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985)

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan

ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar. Misalnya
hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah,
melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima
hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

Pengertian Responsibility menurut (Berten, 1993: 133)

Responsibility Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak
Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau
prosfektif (Berten, 1993; 133)

Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan


jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan
yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja
memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan
klien. Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua
manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun
tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

Jenis tanggung jawab perawat

Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Responsibility to Good (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)


2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)
3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan
atasan)

Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama
adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan
hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik
pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut
ini
1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah?
2. Apakah perawat mendoakan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk
kesembuhannya?
3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit?
4. Apakah perawat menjelaskan mafaat doa untuk kesembuhannya?.
5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?.
7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul khotimah?

Tanggung Jawab (Responsibility) perawat terhadap klien.

Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah
kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun,
memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam
melaksanakan tugas.

Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada


perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab perawat
terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap kliennya.

Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya selama
melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak
dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat dituntut untuk
bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran
dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia
akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.

Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas mengenal kondisi kliennya, melakukan
operan, memberikan perawatan selama jam dinas, tanggung jawab dalam
mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang
sesuai dengan catatan dan pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang
tanpa pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa
sepengetahuan perawat. dsb.

Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat secara
umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan
pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring). Tugas perawat bukan untuk
mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan adakalanya perawat melakukan tugas
dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan
tugas perwat seperti pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan
dengan siapa yang memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus
kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun tanggung
jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan
Respondeath Superior. Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap perilaku
salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum
melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter
harus melihat pendidikan, skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak
melakukan kesalahan dan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.

Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami
tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia.

Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien sebagai mahluk unik
yang komprehensif dalam memberikan perawatan. Komprehensif artinya dalam memenuhi
kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. sebagai contoh ketika
merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan
terhindar dari nyeri (sleep and comport need), tetapi memandang klien sebagai mahluk utuh
yang berdampak pada gangguan psikologisnya seperti cemas, takut, sedih, terasing sebagai
dampak dari fraktur, atau masalah-masalah sosial seperti (tidak bisa bekerja, rindu pada
keluarga, terpisah dari teman, sampai masalah spiritual seperti berburuk sangka pada Allah,
tidak mau berdoa dan perasaan berdosa).

Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan
etika keperawatan perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap-tugas tugasnya
terutama keharusan memandang manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya
memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan
lainnya, unik artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu
lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien memiliki
riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman
traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup klien
yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know Life span History dan kemampuan perawat
dalam memandang individu dalam rentang yang panjang dan berlainan dikenal dengan Holistic.

Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan
sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut

1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan


tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis, dan
pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007
jam 21.00. keadaan umum klien compos mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, S=37C.
kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau
belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh
perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru
dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah
dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut
adaptasi khusus.
3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut
uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya
memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.
4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila terjadi
gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over
dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti
yang memadai.

TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)

Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya
memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus
mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan
dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut

1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan


2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya

Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan?

Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan
sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai
profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team
kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai
contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan
kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang
diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki
tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.

Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari
mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur
kinerjanya

Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar
yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan
perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya
apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak
tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dsb

MASALAH ETIK DAN MORAL DALAM KEPERAWATAN

Menurut Rosdahal, 1999 : 45-46, masalah isu etik dan moral yang sering terjadi dalam praktek
keperawatan professional meliputi:

Anda mungkin juga menyukai