Monica Chandra
102015089
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida
Jalan Arjuna Utara No.6 – Jakarta Barat
Monica.2015fk089@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada makalah ini, penulis akan membahas kasus mengenai seorang pemuda yang
terkena kecelakaan lalu lintas dan membutuhkan transfusi darah namun sang pemuda menolak
dikarenakan kepercayaan yang dianut melarangnya. Sehingga dokterpun tidak memberikan
transfusi darah kepada pemuda tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam masalah ini adalah sang pemuda menolak untuk
di transfusi darah dikarenakan kepercayaan yang dianut melarangnya sehingga dokter
tidak melakukan transfusi darah.
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini agar mahasiswa fakultas kedokteran UKRIDA
mampu memahami, menjelaskan, mengidentifikasi, dan melaksanakan kaidah dasar
bioetik seperti Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, dan Justice.
Definisi bioetik
Bioetik adalah cabang ilmu yang ditimbulkan oleh masalah di bidang biologi dan ilmu
kedokteran. Bioetika berasal dari kata ‘bios’ yang berarti hidup atau segala sesuatu yang
menyangkut kehidupan, dan kata etika berasal dari kata ‘ethicos’ yang berarti norma atau nilai-
nilai moral.1
Kaidah dasar bioetik merupakan suatu tolak ukur yang harus diketahui, dipahami serta
dianut oleh dokter karena dengan adanya kaidah dasar bioetik, dokter mempunyai pedoman
untuk bersikap dan bertindak dari satu persolan ke persoalan lain yang dihadapi oleh pasiennya.
Praktik kedokteran di Indonesia mengacu pada 4 kaidah dasar yaitu:
Beneficence
Beneficence merupakan kaidah dimana dokter melakukan tindakan pelayanan
ketika pasien sedang dalam keadan wajar, sadar atau umum. Prinsip ini dikenal sebagi
prinsip murah hati. Semua pelayanan yang dilakukan oleh dokter didasarkan dengan
keyakinan untuk meningkatkan kesehatan pasien dalam segala situasinya. Tindakan
dokter menyediakan keuntungan, meminimalisir kerugian serta menyeimbangkan
keuntungan dan kerugian bagi pasien.2 Point terpenting dalam kaidah ini adalah
menegaskan peran dokter untuk memberikan kesenangan dan kepuasan bagi para
pasiennya.
Aturan-aturan yang terkandung dalam beneficence anata lain yaitu
mengutamakan alturisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri) dan menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
Kaidah ini harus diterapkan dokter dalam pengaplikasian pelayanan kepada pasien.
Contoh kasus nya adalah Dokter A telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang
sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya
ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan
karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena puskesmas
tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter A bertugas dari
pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien
Non-Maleficence
Prinsip “Primum non nocere” atau “above all do no harm” adalah landasan
etika kedokteran. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip tidak merugikan.2 Pasien dalam
kaidah Non-Maleficence berada dalam kondisi gawat darurat dan dokter tidak
melakukan suatu perbuatan yang akan memperburuk keadaan pasien dan memilih
melakukan pengobatan yang akan memberikan resiko terkecil bagi pasien.3 Contoh
kasusnya adalah ada seorang pemuda korban tabrak lari yang berlumuran darah dan
diantar kerumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri. Dokter memeriksa nya dan
dari hasil pemeriksaan pasien tersebut kakinya harus segera diamputasi. Dokter
berusaha untuk menghubungi kerluarga pasien namun ternyata tidak ditemukan adanya
kartu identitas pada pasien. Sehingga dokter segera melakukan amputasi untuk
meminimalisasi akibat buruk yang akan merugian pasien, seperti kehilangan nyawa
akibat hebatnya pendarahan yang dialami pasien.
Justice
Prinsip ini berkaitan dengan keadilan dan hak-hak orang ketiga. Orang ketiga
adalah orang-orang yang berada di luar diri pasien. Justice memiliki dua prinsip yaitu
keadilan perlakuan untuk semua pasien (fairness) dan mendistribusikan sumber daya
alam baik keuntungan dan kerugian yaitu biaya, beban, dan sanksi (distributive justice).
Justice merupakan cerminan sikap dan prilaku dokter dalam menyampaikan tindakan
klinis secara manusiawi4 contoh kasusnya adalah ketika ada pasien yang berekonomi
mampu datang berobat ke klinik dan mengidap penyakit malaria, karena dokter melihat
bahwa pasien ini mampu maka dokter memberikan ia obat malaria yang paten. Namun
ketika ada pasien yang kurang mampu datang berobat ke klinik dan menderita penyakit
yang sama yaitu malaria, dokter memberikan obat sesuai dengan kemampuannya dan
dokter memberikan obat generic.
Prinsip ini berkaitan dengan hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (self
determination). Dalam hal ini, pasien memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri
tanpa intervensi dari dokter ataupun pihak lain. Prinsip ini juga dikenal sebagai fondasi
dari informed consent. Informed consent berarti izin yang diberikan oleh pasien kepada
dokter setelah memahami informasi dokter mengenai penyakitnya.5 Autonomy selalu
berkaitan dengan Informed consent tetapi Informed consent tidak selalu autonomy.
Informed consent dapat diberikan pada orang-orang yang sudah dewasa, kompeten, dan
berkepribadian matang untuk menentukan nasib nya sendiri. Namun ada beberapa
kelompok yang belum dapat diberikan Informed consent yaitu kelompok anak-anak,
orang lanjut usia, pasien dengan cacat mental, atau pasien tidak sadarkan diri. Dalam
skenario f Dokter B sedang bertugas di unit gawat darurat, pada saat dr B bertugas,
datang seorang pemuda berumur 25 tahun, berlumuran darah diantar oleh beberapa
orang. Dari orang yang mengantarnya dr B mengetahui pasiennya ternyata mengalami
kecelakaan lalu lintas ketika sedang mengendarai motornya. dr B lalu memeriksa
pemuda tersebut dan dari hasil pemeriksaan, pemuda tersebut membutuhkan transfusi
darah untuk menolong jiwanya. Walaupun pemuda tersebut telah kehilangan banyak
darah kondisi nya masih dalam keadaan sadar. dr B lalu menjelaskan kepada pemuda
tersebut bahwa ia membutuhkan transfusi darah untuk menolongnya,. Namun pemuda
tersebut menolak untuk di transfusi karena kepercayaan yang di anut melarangnya. dr
B akhirnya memutuskan untuk tidak memberi transfusi darah kepada pemuda tersebut.
Dalam kasus ini penerapan kaidah kedokteran lebih condong ke kaidah autonomy
karena dapat dilihat bahwa pemuda tersebut berlumuran darah sehabis kecelakaan sepeda
motor kemudian langsung dibawa ke rumah sakit. Dokter lalu memeriksa pemuda tersebut dan
dari hasil pemeriksaan, pemuda tersebut membutuhkan transfusi darah untuk menolong
jiwanya. Walaupun pemuda tersebut telah kehilangan banyak darah kondisi nya masih dalam
keadaan sadar. Kemudian dokter menjelaskan kepada pemuda tersebut bahwa ia membutuhkan
transfusi darah untuk menolongnya. Disini dokter sedang melaksanakan Informed Consent
kepada sang pasien. Dokter berterus terang mengenai keadaan pasien dan menyarankan solusi
yang lebih baik kepada pasien. Informed consent adalah salah satu ciri-ciri penerapan kaidah
autonomy. Kemudian sang pasien lalu menolak untuk melakukan transfusi darah di karenakan
Kesimpulan
Daftar Pustaka