Anda di halaman 1dari 11

Kaidah-kaidah Bioetika dalam Bidang Kedokteran

disusun oleh :

Karina Marcella Widjaja

10 2011 183

Kelompok E 6

Tutor :

dr. Herawati Sudiono

Jalan Arjuna Utara No. 6

Jakarta Barat 11510

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

2011
Bab I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi. Praktek
kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip
moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam
menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat
dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut
sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam
membuat keputusan klinis yang etis dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang
medis.

Sayangnya, dewasa ini banyak sekali permasalahan etika dan moral para dokter yang
kurang profesional dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas dan melaksanakan
profesinya. Dalam melaksanakan profesi sebagai dokter, harus menerapkan kaidah-
kaidah dasar bioetika. Kaidah itu digunakan untuk memberi penerangan kepada dokter
dan masyarakat luas mengenai norma-norma dan standar dalam bioetika. Di mana
kaidah-kaidah bioetika tersebut terdiri dari empat kaidah, yaitu: beneficence, non-
maleficence, autonomy, dan justice. Masing-masing kaidah memiliki pengertian
tersendiri dan dalam sebuah kasus dapat terdiri dari beberapa macam kaidah tersebut.
Bioetika sekarang ini memegang peran dalam menentukan kehormatan martabat
manusia, perlindungan hak-hak asasi manusia, dan kebebasan-kebebasan dasar.

I. 2. Tujuan

Untuk memahami tentang pengertian bioetika dan penerapan keempat kaidah bioetik
dalam profesi sebagai dokter.

1.3. Manfaat

Manfaat dalam membuat makalah ini adalah agar dapat mengetahui, memahami, dan
menerapkan kaidah-kaidah bioetika (beneficence, non-maleficence, autonomy, dan
justice) dalam profesi dokter.
Bab II. Isi

II.1. Bioetika

Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang
kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa
sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang (1)
. Bioetika berasal dari kata bios yang berarti hidup atau segala sesuatu yang
menyangkut kehidupan, dan kata ethicos yang berhubungan dengan etika atau moral.
Pada awalnya biotika dikemukakan oleh V.P. Potter.

Prof.Dr.K. Bertens menjelaskan bahwa bioetika adalah studi interdisipliner tentang


semua problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro. Bioetika merupakan sebuah ilmu
yang mempelajari hubungan biologi, sains, kesehatan, etika, filsafat, dan teologi (2).

Menurut Moeljopawiro (2002), bioetika adalah etika yang terkait dengan kehidupan
yang pertanggungjawabannya dua arah yaitu vertikal dan horizontal, kepada Yang Maha
Pencipta dan kepada sesama manusia (3).

Bioetika sekarang ini memegang peran dalam menentukan kehormatan martabat


manusia, perlindungan hak-hak asasi manusia, dan kebebasan-kebebasan dasar (4).

II.2. Kaidah-kaidah dasar bioetik :

II.2.1 Beneficence

Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien
yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian berbuat
baik diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi
kewajiban.

Prinsip-prinsip beneficence:

Positive beneficence :

Prevent evil or harm


Remove evil or harm
Do or promote good

Balancing Utility :

Balancing of benefit and harm

Prinsip beneficence II:

Prinsip of Utility
o Cost benefit analysis: diperhitungkan dalam hitungan uang
o Cost effectiveness analysis: diperhitungkan bukan dalam uang
o Risk assessment: probabilitas dan besarnya risiko
o
Tindakan berbuat baik (beneficence) :
General beneficence :
o melindungi & mempertahankan hak yang lain
o mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
o menolong orang cacat,
o menyelamatkan orang dari bahaya.
o Mengutamakan kepentingan pasien
o Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

Tindakan beneficence pada skenario :

Mengutamakan alturisme :
Dokter Bagus bertugas dari pagi sampai sore hari.
Seorang dokter harus menolong pasien tanpa pamrih dan rela berkorban untuk
kepentingan orang lain.
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk) :
Jadi dalam memeriksa pasien, harus mengutamakan keuntungannya bagi pasien,
akibat baik harus lebih besar dibandingkan dengan akibat buruk pasien dengan cara
memberi obat penunjang bagi sang pasien.
Mengusahakan agar kebaikannya lebih banyak dibandingkan keburukannya.
Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien dengan cara mengobati
pasien.
Meminimalisasi akibat buruk.
Menerapkan Golden Rule Principle
Prinsip Golden Rule Principle adalah prinsip dimana memperlakukan pasien sesuai
dengan apa yang dokter inginkan.

II.2.2 Non-maleficence

Adalah suatu prinsip yang tidak berbuat merugikan dan memperburuk keadaan
pasien.

Prinsip-prinsip non-maleficence :

Primum non nocere (pertama jangan menyakiti)


Above all do no harm
Not to inflict evil or harm
Remove evil or harm
Prevent evil or harm
Do or promote good

Sisi komplementer non-maleficence :

Menolong pasien emergensi

Dalam keadaan darurat, seorang pasien harus ditolong segera karena apabila tidak
ditolong, maka akibatnya akan sangat membahayakan pasien.

Tidak membunuh pasien

Tidak menghina/mencaci/memanfaatkan pasien


Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
Mengobati secara proporsional
Tidak membahayakan hidup pasien karena kelalaian
Memberi semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
Tidak melakukan White Collar Crime
White Collar Crime dilakukan oleh para dokter profesional yang terhormat. Pelaku
tersebut menjadikan tindakan yang dilakukannya tersebut sebagai cara untuk
mencari nafkah dan merugikan pasien/keluarganya.
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
o Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu
yang penting
o Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
o Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
o Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko
minimal).

II.2.3. Autonomy

Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,


memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik
bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan
pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-
legislation dari manusia.

Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni


kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan
kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.

Prinsip-prinsip autonomi:

Informed Consent
1. Treshold element
Competence : orang yang kita berikan informasi sudah dewasa dan kompeten
2. Information elements

Disclosure : adekuat atau tidaknya ditentukan :


o Tradisi praktek professional
o Kebutuhan informasi pada individu pasien tersebut
o Kebutuhan informasi bagi reasonable person

Understanding
Dipengaruhi oleh illness, irrationality, dan immaturity.
Masalah :
o Non acceptance : menolak informasi sebagai suatu kebenaran
o False belief : keyakinan yang sah atau irrasional
o Bahasa atau istilah : tidak perlu menggunakan istilah kedokteran
o Waiver : menyerahkan segala keputusan kepada dokter

Tindakan-tindakan autonomi pada skenario :

Menjaga hubungan (kontrak)


Sebagai dokter yang baik dan profesional, untuk menjaga hubungan baik dengan
pasiennya harus melakukan komunikasi yang baik dan setelah selesai memeriksa
pasien, diharapkan dokter mengontrak pasiennya agar kembali lagi di hari yang
telah ditetapkan.
Berterus terang kepada pasien
Seorang dokter harus memberi tahukan kebenaran penyakit yang diderita pasien
kepada keluarga. Dokter tidak boleh berbohong dan menutupi penyakitnya
walaupun demi kebaikan pasien tersebut.
Melaksanakan informed consent
Informed consent adalah segala keputusan telah mendapatkan persetujuan dari
pasien maupun dari keluarganya.
Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien.

II.2.4 Keadilan (justice).

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan
jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak
ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Treat similar cases in a similar way = justice within morality.

Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :

a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan


mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang
memerlukan/membahagiakannya)

b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka


(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).

Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi
(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik

Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan


dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat
perbedaan jasmani-rohani.

c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan


bersama :

Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi


menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi
pasien.

Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi


(mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil).

Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu

Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap


bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material
kebutuhan dan kesamaan).
d. Hukum (umum) :

Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang


berhak.

Pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)


mencapai kesejahteraan umum (5).

Tindakan-tindakan justice pada skenario :

Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.
Dalam menghadapi sebuah kasus, harus bersikap adil. Misalnya bila pasien-pasien
sedang mengantri obat di apotek, maka dalam yang posisi yang sama itu harus
diperlakukan sama. Tidak peduli apakah salah satu diantara mereka seorang
penting. Pada skenario, Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai dengan nomor
pendaftaran. Dengan begitu, beliau memberi kesempatan yang sama terhadap
pribadi dalam posisi yang sama.

Tindakan-tindakan yang tergolong justice :


Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability,
quality)
Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
Memberikan kontribusi yang sama dengan kebutuhan pasien.
Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara
adil.
Bijak dalam makroalokasi
Membuat rencana pembelanjaan alat-alat kesehatan.
Bab III. Penutup

Untuk menjadi seorang dokter yang profesional, harus menerapkan ke empat kaidah
bioetik, yaitu beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice. Sebagai dokter, kita
harus memiliki etika dan moral yang ditanam dari diri kita sendiri. Kaidah-kaidah
bioetik itu digunakan untuk memberi penerangan kepada dokter dan masyarakat luas
mengenai norma-norma dan standar dalam bioetika, mana yang harus dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan. Namun, tidak semua kaidah itu dapat dilakukan secara
bersamaan. Itu yang menyebabkan adanya pedoman Prima Facie, yaitu pertama yang
menguntungkan. Sebagai dokter, harus memperlakukan sama kepada setiap pasien,
dengan kaidah itu, dokter dapat menjadi seorang contoh di masyarakat. Apabila tidak
menerapkan kaidah bioetik tersebut, dokter dapat memperlakukan pasien secara semena-
mena dan tidak sesuai dengan norma-norma hukum dan sosial yang ada.
Daftar Pustaka

1. http://www.wikipedia.org/ (Homepage on the internet). (Updated on 27 May 2011).


Diunduh pada 20 September 2011 dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Bioetika
2. Bertens, K. Pengantar Bioetika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1995.
3. Moeljopawiro, S. Bioetika Penelitian Pertanian. Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman. Jakarta. 2002
4. Centre For Bioethics, medical Law, and Human Rights (d/a Departemen Forensik dan
Medikolegal) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bioetika, Hukum
Kedokteran, dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Komisi Bioetika Nasional. 2007.
5. Hartono B, Salim D. Modul 1. Who Am I? Bioetika, Humaniora, dan Profesionalisme
dalam Profesi Dokter. Program studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana 2011/2012. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai