Anda di halaman 1dari 3

LIMA NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

LAMPUNG
TUGAS ETIKA DAN KEARIFAN LOKAL

DISUSUN OLEH :

Atha Salsabila Syafii (1916041062)

Nur aini fadilah (1916041066)

Ayyas Alfath Sahisnu (1946041015)

Aqila Mufida Safitri (1916041072)

Dinda Anggun Tasya (1946041013)

Cesara Titania Aurel Santoso (1916041070)

Ricana Aji Gantha (1946041014)

Ilham Abdul Hadi (1916041060)


5 Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Lampung

1. SAKAI SAMBAIAN (GOTONG - ROYONG)


Sakai sambaian merupakan salah satu nilai kearifan local dalam masyarakat lampung.
Arti dari sakai sambaian itu sendiri adalah nilai gotong royong. Sakai sambaian memiliki
banyak arti di dalamnya yaitu gotong royong, tolong menolong, bahu membahu, dan saling
memberi terhadap sesuatu yang diperlukan bagi pihak-pihak lain. Sikap gotong royong
sangat di perlukan dalam kehidupan akademik. Misalnya, ketika kita ada di dalam organisasi,
kerja kelompok dll. Di dalam organisasi, gotong royong merupakan hal yang sangat penting
agar terciptanya keselarasan dalam kerja sama, pekerjaan akan terasa lebih mudah dan cepat
jika kita menerapkan salah satu nilai kearifan local yang memiliki arti gotong royong ini.
Dengan begitu sakai sambaian memiliki kaitan yang erat dalam nilai nilai akademis.

2. NENGAH NYAMPUR
Nengah Nyampur memiliki arti yaitu masyarakat yang tidak individualistis. Dalam
pengertiannya Nengah Nyampur adalah tata pergaulan masyarakat Lampung dengan
kesempatan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas,
serta ikut berpartisipasi dalam segala hal yang bersifat baik, yang dapat membawa kemajuan
sesuai dengan perkembangan zaman. Nengah nyampur, sangat penting diterapkan dalam
kehidupan akedemik, karena di dalam nengah nyampur kita diajarkan untuk bisa memiliki
pikiran yang terbuka, filterasi pergaulan untuk tujuan yang positif, dan menerima hal-hal
baru yang ada di sekitar kita. Pada zaman ini, kita dituntut harus memiliki pola pikir yang
terbuka, karena jika tidak, kita akan tertinggal jauh oleh perkembangan zaman.

3. MUAKHI
Muakhi memiliki arti persaudaraan dalam hubungan bertetangga. Kata ini berasal dari
Bahasa lampung. Dari kata Puakhi yang artinya saudara sekandung. Merujuk pada kata
tersebut Muakhi memiliki pesan untuk bersaudara meskipun memiliki perbedaan latar
belakang etnis, budaya, ras, agama, dll. Dengan bersaudara maka seseorang akan dengan
senang hati dan suka rela untuk saling membantu dan tolong – menolong. Budaya muakhi
berlandaskan pada prinsip-prinsip moral islam yakni ukhuwah atau persaudaraan. Dalam
implementasi budaya muakhi ini, masyarakat lampung memiliki majelis kemuakhian yang
bertujuan untuk memusyawarahkan keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan
orang banyak.
4. NYALAU

Bagi masyarakat asli Lampung, terutama yang tinggal didaerah Lampung Selatan, sektor
pertanian adalah salah satu andalan mata pencaharian mereka. Bisa dengan mudah kita lihat,
dipekon-pekon (pekon adalah bahasa Lampung untuk kata “desa”) yang
mayoritas penduduknya adalah suku Lampung, kebun dan pesawahan adalah pemandangan
yang hampir selalu ada menyertai kerumuman rumah-rumah penduduk.
Bagi masyarakat Lampung Selatan yang memiliki sawah, biasanya 1 bulan setelah masa
tanam padi, mereka melakukan “bersih-bersih” pada sawah mereka, yaitu membuang rumput
(gulma) yang tumbuh mengelilingi tanaman padi mereka. Tumbuhan rumput atau gulma ini
tentunya sangat merugikan padi.
Cara nyalau sendiri adalah dengan cara membuang gulma dari petak sawah atau
menenggelamkan gulma tersebut (yang sudah terlebih dahulu dicabut tentunya) kedasar
lumpur sawah yang tujuannya agar gulma-gulma tersebut mati dan menjadi pupuk bagi
tanaman padi tersebut.
Sebagaimana halnya dengan jenis kearifan lokal lain dibelahan bumi nusantara lainnya,
kegiatan nyalau inipun memiliki segi positif dalam mengeratkan tali silaturahmi dan tradisi
saling tolong-menolong antar anggota masyarakat. Nyalau adalah suatu kearifan lokal yang
pantas dibanggakan oleh masyarakat di Lampung Selatan.

5. HULU TULUNG
Hulu tulung bagi masyarakat adat Lampung merupakan tanah larangan, daerah yang
terbatas dan merupakan warisan nenek puyang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan ciri tanah
ulayat di dalamnya terdapat masyarakat adat yang memiliki seperangkat aturan hukum
berupa perintah, anjuran-anjuran, dan larangan-larangan setiap orang wajib menegakkan
aturan tersebut.
Wilayah yang dikeramatkan seperti hutan, sungai, dan danau yang dalam aturan tata titi
adat terdapat larangan tersebut jelas-jelas mengandung unsur religius magis. Sebagaimana ciri
dari tanah ulayat yang memiliki esensi tujuan untuk keseimbangan alam, kelestarian,
menghindari eksplorasi yang berlebihan, memelihara kesinambungan, demi kesejahteraan,
dan keselamatan masyarakat itu sendiri di masa depan.
Kaitan Hulu Tulung dengan akademik yaitu dalam akademik sangat diperlukan tata tertib.
Dengan diberlakukannya tata tertib akan menciptakan kehidupan yang teratur, tertib, dan
terarah. Setiap orang pun wajib dalam menegakkan aturan yang telah dibuat dan tidak boleh
dilanggar. Aturan itupun dibuat agar setiap orang tau bahwa setiap tempat ada aturan yang
berlaku, dan kita sebagai manusia yang taat terhadap tata tertib dapat menaati tata tertib itu.

Anda mungkin juga menyukai