Anda di halaman 1dari 2

KAITAN ANTARA KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA DAN PEMIKIRAN KHD.

Budi Pekerti
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak
pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti
juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Rasa dan Karsa (afektif)
sehingga menciptakan Karya (psikomotor).

Kekuatan konteks sosio kultural di daerah Cianjur yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
adalah Tiga Pilar Budaya Cianjur, yaitu Ngaos, Mamaos, Maenpo.

1. Ngaos
Ngaos jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah mengaji kitab suci Al Quran. Budaya
ngaos sendiri didasari pada nilai keagamaan yang kuat di wilayah yang dikenal dengan
ebutan kota santri.
Seiring perkembangan zaman makna ‘ngaos’ diperluas sehingga dimaknai mengaji atau
mempelajari segala bidang ilmu.

2. Mamaos
MAMAOS adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat
persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup.Seni mamaos tembang sunda Tembang
Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang
dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti.
Ia menjadi dalem tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862. Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung
(Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau
juru. Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan
dengan segala hasil ciptaan-Nya.

3. Maenpo
MAENPO adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan
ketangguhan.Pencipta dan penyebar maenpo ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R.
H. Ibrahim, aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu
membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu
Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).*

Secara garis beras dapat ditarik kesimpulan bahwa tiga pilar budaya Cianjur yaitu ngaos, mamaos, maenpo erat
kaitannya dengan budi pekerti yang diartikan sebagai perpaduan cipta (kognitif),rasa dan karsa (afektif), serta
menciptakan karya (psikomotor). Sebagai contoh dalam aspek kognitif berkaitan erat dengan pilar ngaos yaitu
belajar mengaji, mempelajari ilmu agama, selain itu dapat diartikan juga mempelajari bidang ilmu lain sehingga
anak atau murid memiliki kemampuan bernalar kritis, mampu memproses informasi, mengevaluasi informasi
tersebut, dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari atau sebagai bekal untuk kehidupannya di masa
yang akan dating.

NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN LOKAL ‘NGAOS, MAMAOS, MAENPO’ YANG RELEVAN MENJADI
PENGUATAN KARAKTER (PROFIL PELAJAR PANCASILA) MURID SEBAGAI INDIVIDU SEKALIGUS
ANGGOTA MASYARAKAT

1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan beraklak mulia


Melalui kegiatan ngaos (mengaji), tahfidz Al Quran, shalat berjamaah murid dapat membiasakan
kebiasaan baik ini agar memiliki akhlak yang mulia sehingga lebih bertakwa kepada Allah dan
memahami ajaran agama, serta dapat menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh lain: senyum, sapa, salam, sopan, santun
2. Berkebinekaan Global
Dengan memperkenalkan 3 pilar budaya cianjur kepada murid, diharapkan murid mengenal dan
menghargai budaya yang ada di daerahnya sehingga dapat mempertahankan budaya luhur dan
identitasnya. Namun tetap berfikiran terbuka dalam berinterksi dengan budaya lain sehingga
menumbuhkan rasa saling menghargai.
Contoh: siswa memepelajari tembang sunda cianjuran (mamaos) dan maenpo (seni bela diri Cianjur)
3. Mandiri
MAENPO adalah seni bela diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Nilai
tersebut relevan dengan pelajar Indonesia yang merupakan pelajar mandiri, bertanggungjawab atas
proses dan hasil belajarnya. Percaya pada kemampuannya sendiri dan tidak bergantung kepada orang
lain.
Sebagai contoh: siswa dibimbing mengikuti ekstra kurikuler sesuai dengan bidang yang dia minati agar
dia memiliki kemampuan dalam bidang yang ia minati agar dapat diterapkanl dalam kehidupannya
sehari-hari.

4. Bergotong Royong

Mamaos merupakan seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat
persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup. Dalam seni mamaos terdapat kerjasama
antara penabuh music dan penyanyi. Nilai tersebut relevan dengan penguatan karakter murid yaitu
bergotong royong. Sebagai contoh di SMP IT Daarul Hikmah setiap Jumat ada program Jumat bersih
yang kegiatannya membersihkan lingkungan sekolah, majlis talim dan masjid yang ada di dekat
lingkungan sekolah. kegiatan ini dilkasanakan oleh seluruh warga sekolah bekerjasama dengan warga
sekitar yang pembagian tugasnya dibagi oleh ketua RT setempat. Kegiatan ini bertujuan untuk
memupuk rasa persaudaraan, kebersamaan dan manfaat dari hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh
warga sekolah dan warga masyarakat.
5. Bernalar Kritis
Bimbingan dalam kegiatan belajar yang dilakukan murid setiap hari bertujuan agar murid memiliki
kemampuan bernalar kritis, mampu memproses informasi, mengevaluasi informasi tersebut, dan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari atau sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang
akan dating.

6. Kreatif
Tiga pilar budaya Cianjur ngaos memiliki nilai yang relevan dengan penguatan karakter terutama kreatif
karena setelah siswa dituntun atau dibimbing, dia akan menerima informasi, memproses informasi
tersebut, mengevaluasinya kemudian menghasilkan karya nyata yang orisinal, bermakna, bermanfaat
dan berdampak. Kalua pun belum sepenuhnya dapat menciptakan karya yang orisinal, bisa dengan
cara mengadaptasi.
Sebagai contoh: dalam kegiatan menulis cerpen, murid kesulitan menulis meskipun tema sudah
ditentukan. Maka dilakukan cara mengadopsi dengan mengubah nama tokoh, latar, alur.

Tantangan

1. Zaman gawai (gen-Z) sebagian besar anak lebih suka bermaik gawai dibanding belajar.
2. Menjalin komunikasi dengan orangtua untuk kerjasama
3. Aturan yang dibuat namun sebagian dilanggar oleh murid

Solusi

Sistem pendidikan di sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila ada kerjasa antar pihak sekolah dengan
orangtua dan warga sekitar serta menerapkan asas trikon dari Ki Hajar dewantara

1. Kontinu
Artinya dilakukan secara berkelanjutan atau terus menerus dengan perencanaan yang baik.Karena
suatu kondisi yang baik tidak dapat dicapai hanya satu kali. Tahap demi tahap harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang.
2. Konvergensi
Artinya mengambil berbagai sumber, bahkan dari praktik pendidikan luar negeri. Namun harus
disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri.
3. Konsentris
Artinya menuntun tumbuh kembang anak secara maksinal sesuai dengan karakter kebudayaan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai