Anda di halaman 1dari 7

JST 5 (2) (2016)

JURNAL SENI TARI

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

PERAN MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN TAYUB DI


DESA BEDINGIN KECAMATAN TODANAN KABUPATEN
BLORA
Ayu Mustika Sari, Malarsih

Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ Tayub merupakan kesenian rakyat yang masih digemari oleh masyarakat di Desa Bedingin
Sejarah Artikel: Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bentuk pertunjukan Tayub dan peran masyarakat terhadap kesenian Tayub. Metode
Diterima Agustus 2016
penelitian menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data wawancara, observasi
Disetujui September 2016 dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk pertunjukan Tayub terdiri
Dipublikasikan Desember dari pemain, iringan, tata rias, busana dan tempat pentas. Peran masyarakat dalam
2016 pertunjukan Tayub sebagai penonton yang menyaksikan pertunjukan Tayub, pengibing
________________ sebagai penari laki-laki yang menari bersama joged, tamu undangan sebagai penikmat Tayub,
dan pedagang yang menggelar pusat jajanan menyerupai pasar Tiban di arena pertunjukan.
Keywords:
Tujuan diselenggarakan pertunjukan Tayub untuk menghibur masyarakat Desa Bedingin
The role of community, folk serta melestarikan kesenian yang berkembang di masyarakat.
art, Tayub performance
____________________

Abstract
Tayub is a folk art that still enjoyed by the people of Bedingin village in Blora regency. This study aims
to describe the form of Tayub performances and the role of people in Tayub. The method using
qualitative method that generate interviews data, observation, and documentation. The results shows
the form of Tayub consists of players, accompaniment, make up, costume and stage performances. The
role of people in Tayub as the audiences who watch Tayub performances, as pengibing that is male
dancers who dance along joged, as invited guests that is a connoisseur Tayub, and as traders who hold a
market hawker center resembles Tiban in the area of performances. The performances aim to entertain
the people of Bedingin and develop the folk art.

_________________________________________________________

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252- 6625
Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ayumustika97@yahoo.com
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN penelitian di lokasi tersebut agar mempermudah


Tayub merupakan bentuk seni kerakyatan peneliti untuk melakukan penelitian, karena
yang tumbuh dan berkembang dengan subur di bertepatan dengan adanya pertunjukan Tayub
Kabupaten Blora. Pertunjukan Tayub serta terdapat kumpulan masyarakat yang
melibatkan penonton terutama laki-laki untuk datang sesuai dengan perannya masing-masing.
berpartisipasi menjadi pasangan penari Tayub. Subyek dalam penelitian ini adalah tokoh
Oleh karena itu tari berpasangan Tayub masyarakat (pengarih), Dinas Pariwisata,
mempunyai sifat erotis yang diwarnai dengan perangkat desa, joged, pengibing, pengiring
sensualitas dan seksualitas yang disebut sebagai (pengrawit) dan masyarakat atau penonton.
simbol kesuburan Rohana (dalam Tesis Teknik pengumpulan data menggunakan
2009:291). observasi, wawancara dan dokumentasi.
Desa Bedingin merupakan salah satu desa Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
yang luas, terletak di pinggiran atau perbatasan data dengan cara membandingkan data hasil
diantara Pati dan Blora. Jumlah penduduknya pengamatan dengan hasil wawancara, dan
padat, sebagian besar mayoritas bekerja sebagai membandingkan apa yang dikatakan orang di
petani, namun tidak sedikit diantaranya yang depan umum dengan apa yang dikatakan orang
ikut serta menjadi anggota seniman, baik dalam secara pribadi. Analisis data dalam penelitian ini
kesenian Tayub, Barongan maupun Dangdut. yaitu tahap pertama adalah pengumpulan data,
Beberapa kesenian tersebut biasa dipentaskan reduksi data, penyajian data, dan ditarik
dan mendapat antusias masyarakat dalam kesimpulan.
meramaikan atau memeriahkan acara
pertunjukan, masyarakat bisa dari dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
maupun dari luar Desa Bedingin. Peran Kehidupan masyarakat Desa Bedingin
masyarakat sangatlah penting keberadaannya, sudah banyak dipengaruhi sistem pendidikan
karena kesenian tidak akan bertahan hidup dan teknologi. Sistem pendidikan yang semakin
tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Oleh berkembang telah menyadarkan pada pola pikir
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Tayub masyarakat bahwa betapa pentingnya arti
di Desa Bedingin khususnya mengenai peran pendidikan. Warga masyarakat yang tidak dapat
masyarakatnya, karena pertunjukan Tayub melanjutkan ke jenjang Sarjana cenderung yang
sering digelar di Desa Bedingin untuk acara mengikuti kursus-kursus ketrampilan antara
tasyakuran. Selain itu Tayub juga masih sering lain: perbengkelan, pertukangan, menjahit,
dipentaskan dan digemari di kalangan komputer, dan bordir. Pelaku kesenian Tayub
penikmatnya. rata-rata dari tamatan SD dan SMP yang senang
mempelajari karawitan maupun tari.
METODE PENELITIAN Munculnya Tayub di Desa Bedingin
Penelitian ini menggunakan metode dilihat dari kepercayaan masyarakat Desa
penelitian kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan Bedingin sebagai sarana ungkapan kesuburan
di Desa Bedingin Kecamatan Todanan tanah para petani sehingga Tayub berkembang
Kabupaten Blora. Alasan peneliti mengambil sampai ke pelosok Desa Bedingin.
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

Bentuk Pertunjukan catatan tersebut diserahkan kepada pranatacara


Bentuk pertunjukan Tayub di Desa (pembawa acara) untuk dipanggil menari
Bedingin dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap bersama joged.
awal, inti dan penutup. Tahap Inti
Tahap Awal (Pembuka) Dalam Tayuban, joged bertugas untuk
Pembukaan pertunjukan Tayub menari dan nembang. Gerak yang digunakan
berlangsung siang hari pada pukul 14.00 WIB spontanitas yang mengarah ke gerak putri Gaya
berakhir pada pukul 17.00 WIB dan Tayub Surakarta. Orang yang pertama menari bersama
berlangsung pada malam hari pada pukul 21.00 joged biasanya orang yang punya hajat atau
WIB dan berakhir pada pukul 02.00 WIB. orang-orang yang mempunyai status sosial
Sebelum pertunjukan Tayub dimulai, biasanya tinggi seperti perangkat desa setelah itu baru
dilakukan klenengan untuk mengundang disusul oleh para pengibing yang diperankan oleh
masyarakat supaya berdatangan dan masyarakat lainya yang sudah mendaftar.
menyaksikan pertunjukan Tayub. Klenegan Teknis dalam Tayuban dengan cara 1
yaitu para pengiring menabuh gamelan dengan penari perempuan (joged) dengan 2 penari laki-
nyanyian Jawa yang dinyanyikan oleh laki (pengibing) yang menari di depan dan di
wirosuworo. belakang joged. Misalnya ada 5 joged dan 10
Pertunjukan dimulai dengan joged pengibing, maka 5 pengibing menjadi pambekso
membawakan lagu satu atau dua lagu untuk (menari di depan joged menggunakan sampur)
menandakan bahwa Tayub akan segera dimulai dan 5 pengibing yang lain sebagai pangguyup
dan dilanjutkan dengan gambyongan. Pada (menari di belakang joged tidak menggunakan
gambyongan berlangsung tidak semua joged sampur). Setelah menari bersama mendapat satu
dapat ikut menari bersama, biasanya salah satu rambahan gendhing, pengibing, pambekso dan
joged tertua duduk dan menyanyi atau sinden di pangguyub berpindah tempat memutar ke kanan
belakang penari mengiringi tari Gambyong setengah lingkaran 180 derajat searah jarum
Pareanom. jam, sedangkan joged hanya mengubah arah
Setelah itu, pengarih (orang yang bertugas hadapnya ke belakang saja sehingga tetap
mencatat daftar calon pengibing) menunjuk berhadapan dengan pambekso dan tidak
seorang yang punya hajat beserta kerabat atau menghadap pangguyup.
saudara untuk membuka acara dengan menari Pada sajian kedua sampur pambekso
bersama joged, bermaksud bahwa pertunjukan dikembalikan kepada joged, selanjutnya dari
Tayub telah dimulai dan dibuka untuk tamu joged memberikan sampur tersebut kepada
undangan atau masyarakat yang ingin pangguyup sehingga pangguyup menjadi
berpartisipasi dalam pertunjukan Tayub. pambekso dan pambekso menjadi pangguyub.
Dalam pertunjukan Tayub terdapat Pertukaran dalam Tayuban sudah menjadi
sebuah peraturan apabila tamu undangan ingin tradisi dan dimaksudkan agar pengibing tidak
menjadi penari pria mereka harus mendaftar saling berebut untuk menari.
terlebih dahulu kepada pengarih kemudian
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

Setelah sajian pertama dan kedua, maka Pertunjukan Tayub diperankan minimal 3
dilanjutkan dengan pranatacara memanggil lagi orang joged, yang dianggap mampu untuk
calon-calon pengibing yang sudah mendaftar meramaikan acara pertunjukan. Tayub adalah
untuk selanjutnya naik ke atas panggung menari tari berpasangan, Tayub dianggap sebagai tari
bersama joged, begitu seterusnya. rakyat, maka dari itu biasanya pertunjukan
Tahap Penutup Tayub dipentaskan semeriah mungkin dengan
Pada bagian penutup biasanya menghadirkan joged lebih dari tiga. Joged dalam
berhubungan dengan waktu yang sudah tidak pertunjukan Tayub biasanya berusia 14-47
memungkinkan pertunjukan berlangsung lagi, tahun. Perempuan dengan usia sebatas itu
pengarih mengumumkan pertunjukan akan secara fisik mempunyai tubuh yang ideal,
segera berakhir sebelum gendhing terakhir sementara usia 30-47 tahun dianggap sebagia
dilantunkan. Gendhing yang disajikan terakhir penari senior yang lebih berpengalamaan
tersebut menggunakan gendhing langgam pamitan. menjadi joged. Usia 14 tahun biasanya joged tidak
meneruskan ke jenjang perguruan tinggi,
Penyajian Dalam Kesenian Tayub menjadi joged pada usia 14 tahun mempunyai
Elemen-elemen pertunjukan Tayub perawakan yang besar atau bongsor.
antara lain pemain, tata busana, tata rias, Tamu undangan dapat meningkat
iringan, tempat penyajian, pengibing, penonton jumlahnya karena ikut berperperan dalam
dan tamu undangan. pertunjukan. Tamu undangan yang telah
Pemain Atau Pelaku mendaftar sebagai pengibing mendapatkan
Pemain atau pelaku dalam pertunjukan sampur sebagai bentuk penghormatan. Gerak
Tayub terdiri dari joged, pranatacara, pengibing, pengibing cenderung sederhana, bebas
pengarih atau pramugari dan pengrawit atau panjak menyesuaikan irama gendhing yang mengiringi.
Joged adalah sebutan penari peremuan Pranatacara dilakukan oleh 2 orang laki-
dalam pertunjukan Tayub, pada umumnya joged laki. Pranatacara dibagi menjadi dua, yaitu
adalah seorang penari yang dianggap sebagai wirosuworo dan pengarih. Wirosuworo merupakan
pemeran utama dalam pertunjukan Tayub, penata acara yang berada di atas panggung.
tanpa adanya joged Tayub tidak akan hidup. Selain menyanyi bersama joged, juga sebagai
Sebagai seorang joged harus mampu melakukan penghubung antara penonton atau tamu
pertunjukan Tayub seperti menyanyi dan undangan dengan joged dan pengrawit. Pengarih
menari, oleh karena itu joged dianggap sebagi adalah seorang yang mengatur jalannya
penari yang menjadi daya tarik pertunjukan agar kelancaran pertunjukan, bertugas di bawah
para penikmat tertarik untuk berpartisipasi panggung untuk mencatat, mempersilahkan
dalam pertunjukan Tayub dengan menari penonton atau calon pengibing yang akan menari
bersama atau Tayuban. Maka dari itu joged bersama joged dan mengatur jalannya
harus tampil sumeh, luwes, kenes dan pertunjukan Tayub. Selain itu juga mengawasi
berpenampilan menarik. berlangsungnya pertunjukan Tayub dan bisa
menghentikan jalannya pertunjukan Tayub
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

ketika kondisinya sudah kacau (terjadi dengan karakter tarian Tayub yang lincah.
kerusuhan). Selain spele tidak boleh ketinggalan properti
Tata Rias Dan Busana dalam menarik Tayub yaitu sampur (selendang).
Penikmat Tayub, penonton dan pengibing Warna Sampur (selendang) bebas. Biasanya
biasanya melihat paras joged terlebih dahulu berbahan sifon lengkap dengan monte atau
sebelum menikmati Tayuban. Rias yang rumbai-rumbai untuk memperindah sampur.
digunakan oleh para joged yaitu rias korektif, rias Gerakan sampur menggoyang rumbai-rumbai
cantik yang lebih tajam dibanding rias sehari- diujung sampur sangat menarik untuk dilihat
hari. Hal itu nampak pada penggunaan bedak, dan kerlipan rumbai-rumbai yang terkena
pemakaian pensil alis, bayangan pada kelopak cahaya memberikan suasana gemerlap yang
mata, pemerah pipi, pemerah bibir dan juga kemudian memantul di wajah joged merupakan
menggunakan bulu mata. Rias yang dipertebal daya pesona sebuah tarian Tayub.
akan membuat karakter seorang joged menjadi Pranatacara dalam pertunjukan Tayuban
terlihat cantik, penggunaan pemerah pipi dan tidak menggunakan jarik, melainkan
juga pemerah bibir berfungsi sebagai riasan menggunakan celana kain warna hitam, dan
wajah agar terlihat lebih segar dan tidak pucat. memakai jas dan selop sebagai alas kaki.
Sanggul yang digunakan joged adalah Biasanya pada bagian kepala tidak
sanggul solo putri, sebelum menggunakan menggunakan blangkon atau penutup kepala,
sanggul biasanya joged menyasak rambutnya hanya ada salah satu pranatacara menggunakan
agar tampak lebih tinggi dan membentuk sunggar udeng sebagai penutup kepala, tujuannya hanya
di atas kedua telinga, setelah itu sanggul baru fashion belaka (wawancara dengan Bapak Cepres
dipasang beserta hiasan rambut. Hiasan rambut selaku pengarih). Hal ini dimaksudkan agar
bisa berupa bunga melati, jamang ataupun pranatacara terkesan gagah, rapi dan berwibawa
cunduk mentul. Joged tanpa malu-malu seringkali dalam pembawaan karakter.
memperbaiki riasan wajahnya disela-sela Busana untuk pengrawit menggunakan
pertunjukan untuk mempertahankan rias beskap dan blangkon, pengrawit juga
wajahnya agar tetap terlihat cantik. menggunakan jarik. Busana penari pria atau
Pemakaian tata busana bermaksud untuk pengibing lebih sederhana karena Tayuban ini
memperjelas peranan dan karakter yang merupakan tarian tradisional yang dimiliki oleh
dibawakan dalam pertunjukan Tayub. Kostum masyarakat pedesaan yang kebanyakan
joged menggunakan kebaya modern tertutup kehidupannya adalah seorang petani. Busana
dengan lengan pendek dilengkapi kain jarik wiru yang dikenakan berupa kemeja, hem, celana
tengah (wiron). panjang, kaos, topi dan alas kaki berupa sandal.
Penggunaan slepe atau sabuk yang Iringan
diikatan sebagai penutup pada pinggang yang Iringan yang digunakan Tayub adalah
sebelumnya telah diikatkan sampur yang seperangkat gamelan Jawa dengan laras slendro
melingkar diperut. Warna yang dipilih joged dan pelog. Seperangkat gamelan Jawa yang
dominan kuning kemerahan karena sesuai lengkap terdiri dari 17 jenis instrumen seperti
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

Bonang Barung, Bonang Penerus, Slenthen, saja dari tamu undangan atau orang yang datang
Kendhang Jawa (Ciblon), Kendang Jaipong, Gender, tanpa diundang. Penonton erdiri dari bapak-
Kethuk, Kenong, Saron Barung, Saron Penerus, bapak, ibu-ibu dan anak-anak. Pada pertunjukan
Demung, Gong, Kempul, Ketipung, Gambang, drum terjadi interaksi sosial antara joged dan
dan simbal. Alat-alat tersebut berbeda satu penonton. Penonton yang datang tanpa
dengan yang lainya, tetapi bergabung sehingga undangan, mereka bergerombol mencari tempat
menghasilkan sebuah irama yang sangat indah. dan posisi dengan sendirinya untuk
menyaksikan pertunjukan Tayub dengan santai,
Tempat Pentas sehingga mereka bisa merasakan kepuasan
Penyajian Tayub berada di atas panggung dalam batinnya.
sehingga penonton dapat menyaksikan Pengibing
pertunjukan Tayub dengan leluasa. Para pemain Pengibing adalah seorang atau salah satu
pengiring Tayub duduk lesehan beralas tikar ¼ tamu undangan yang mendapat kesempatan
dari luas panggung dengan seperangkat menari Tayub di atas panggung bersama ledhek
gamelannya, sedangkan para tamu undangan atau joged (Rochana, 2007:222).
duduk di tempat yang telah dipersiapkan panitia Pengibing dalam pertunjukan Tayub
(di luar arena pentas). Joged berada di tengah- adalah orang yang berperan sebagai penari laki-
tengah arena pentas agar mempermudah para laki yang menari berpasangan dengan joged,
penonton dalam menyaksikan pertunjukan pengibing terbagi menjadi 2 yaitu pambekso dan
Tayub. pangguyup. Pambekso adalah penari laki-laki yang
menari didepan joged dengan menggunakan
Peran Masyarakat sampur, sedangkan pangguyub adalah orang
Peran masyarakat dalam pertunjukan yang menari dibelakang joged tidak
Tayub menunjuk pada keterlibatan masyarakat menggunakan sampur. Pambekso dan pangguyup
yang terdiri dari beberapa peran, yaitu sebagai tidak harus memiliki kemampuan menari yang
pengibing, tamu undangan, penonton dan baik, minimal mengerti dan peka terhadap
pedagang. Selain itu masyarakat juga berperan musik karawitan, karena dengan adanya
sebagai penangagap (orang yang punya hajad), pengibing dalam pertunjukan Tayub, maka
penikmat seni (penikmat saja), juru foto, pertunjukan akan menjadi lebih ramai dan
operator, juru masak dan karang taruna. meriah.
Penonton Selain itu pengibing masyarakat Priyayi
Penonton pada pertunjukan Tayub, tidak adalah masyarakat yang mempunyai kedudukan
terbatas pada usia-usia tertentu (dalam Hurlock, seperti para pejabat desa yang mendapat
2007:55-56). Suatu pertunjukan tidak akan kesempatan pertama menari bersama jogged.
berjalan lancar tanpa adanya penonton. Tamu Undangan
Penonton dalam pertunjukan Tayub Tamu undangan dalam pertunjukan
adalah orang yang datang untuk menyaksikan Tayub adalah orang-orang yang diundang oleh
Tayuban ke arena pertunjukan, penonton bisa penanggap. Mereka adalah teman dan kerabat
Ayu Mustika Sari/Jurnal Seni Tari 5 (2) (2016)

penanggap. Tamu undangan bisa saja orang yang maupun pedagang. Peran masyarakat sangat
akan ikut berpartisipasi menari bersama joged, mendukung dan penting, karena tanpa adanya
namun tidak semua tamu undangan bisa dukungan masyarakat pertunjukan Tayub tidak
menari. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tamu akan berjalan lancar
undangan adalah orang yang mendapat
panggilan untuk datang diacara pertunjukan DAFTAR PUSTAKA
Tayub sebagai pemeriah acara atau penonton. Akhirudin, 1982. Pedagang Kaki Lima. Jakarta:
Pedagang Balai Pustaka.
Pedagang dalam usahanya menggunakan Greetz, cliffrord. 1989. Abangan, Santri, Priyayi,
perlengkapan mudah dibongkar pasang, dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT. Pustaka
pedagang berusaha dibidang produksi dan Jaya.
berjualan barang-barang untuk memenuhi Hurlock, B.E, 2007. Psikologi Perkembangan suatu
kebutuhan masyarakat (Akhirudin, 1982). Pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Pedagang berjualan di sekitar area Penerbit Erlangga: Jakarta.
pertunjukan dan menjual beraneka macam Rohana, 2007 penari perempuan dalam Tayub di
makanan dan minuman yang diperlukan oleh Blora Jawa Tengah: sebuah pendekatan
penonton Tayub antara lain, makanan padat etnokoreografi. Surakarta: ISI Press
seperi nasi, mie, lontong, bakso dan sate. Ada Surakarta.
juga makanan ringan diantaranya seperti, Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2009.
kacang, jagung, buah, permen, roti dan lainya. “Penari Tayub Primadona Dari Desa Todanan
Selain itu ada juga yang menjual mainan anak Blora” dalam buku pesona perempuan
dan pernak pernik. Para pedagang biasanya dalam sastra dan seni pertunjukan.
menggunakan gerobak, meja kursi panjang Bandung: sunan Ambu STSI Press
untuk menggelar barang dagangannya, ada juga Surakarta.
yang berjualan dengan menggelar tikar.
Peran masyarakat dalam pertunjukan
Tayub di Desa Bedingin selain menjadi
penonton, pengibing, tamu undangan dan
pedagang juga terdapat masyarakat yang
berperperan sebagai penanggap, penikmat seni,
pendokumentasi, operator, dan karang taruna.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
ditarik kesimpulan bahwa peran masyarakat
pada pertunjukan Tayub di Desa Bedingin pada
dasarnya merupakan aktivitas bersifat kolektif
yang melibatkan seluruh komponen masyarakat,
baik seniman pelaku, penonton, tamu undangan

Anda mungkin juga menyukai