Anda di halaman 1dari 11

Vol. 2, No.

2, Oktober, 2019

PITUNGGUA SEBAGAI KONSEP GERAK TRADISI


DALAM TARI BUAI-BUAI DI PERGURUAN SINGO BARANTAI
LUBUAK LINTAH PADANG
Rosi Afriyanti, Nursyirwan, dan Sahrul N
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Indonesia
Email: redaksiMAPJ@gmail.com, No. Hp: 085263853922

ABSTRACT
Buai-Buai dance originates from Pesisir Selatan in Singo Barantai community,
Lubuak Lintah, Padang. Buai-Buai dance is danced with a number of knockers of 2 (two), 4
(four) and so on. This dance is a procession of farmers planting events while adjusting
children. This dance is performed at the batagak penghulu, urak balabek, and wedding
events in the Pauh Sembilan society. Buai-Buai dance originates from the phenomenon of
the story of farmers growing crops. The purpose of this research is to find out in depth
about the structure and aesthetics of the Buai-Buai in Singo Barantai College, Lubuak
Lintah, Padang. The method used in this study is a qualitative method, and the theory used
to dissect the Buai-Buai dance phenomenon is the Djelantik aesthetic theory. in the Buai-
Buai dance movement, it contains structures and aesthetics associated with the procession
or events of farmers farming in the Pauah Sembilan society.

Keywords: Buai-Buai Dance, Batagak Penghulu, Aesthetics and Lubuk Lintah.

ABSTRAK
Tari Buai-Buai berasal dari Daerah Pesisir Selatan yang berada di Perguruan
Singo Barantai Kecamatan Lubuak Lintah, Padang. Tari Buai-Buai ditarikan dengan
jumlah penaru 2 (dua), 4 (empat) dan seterusnya. Tari ini merupakan prosesi peristiwa
petani bercocok tanam sambil membuaikan anak. tari ini dilakukan pada acara batagak
penghulu, urak balabek, hingga acara pernikahan di masyarakat Pauh Sembilan. Tari
Buai-Buai berasal dari fenomena kisah petani bercocok tanam. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang struktur dan estetika tari Buai-Buai
di Perguruan Singo Barantai, Lubuak Lintah, Padang. adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dan teori yang digunakan untuk
membedah fenomena tari Buai-Buai adalah teori estetika Djelantik. dalam gerak tari
Buai-Buai, mengandung struktur dan estetika yang terkait dengan prosesi atau
peristiwa petani bercocok tanam di masyarakat Pauah Sembilan.

Kata Kunci: Tari Buai-Buai, Batagak Penghulu, Estetika dan Lubuk Lintah.

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


201
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

1. PENDAHULUAN Selain galeta atau timbala, para penari


Sumatera Barat dengan ibu kota kadang menggunakan dama, yaitu
Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan sebuah lentera yang terbuat dari bahan
dan 104 Kelurahan. Lubuk Lintah adalah kaleng.
salah satu kelurahan di Kecamatan Tari Buai-Buai digunakan untuk
Kuranji, kecamatan ini meliputi Nagari acara adat tradisi seperti acara urak
Pauh IX yang terdiri dari sembilan balabek (upacara pengangkatan guru
tepian yaitu Ampang, Anduring, Gunung Silat khusus di Kota Padang), batagak
Sariak, Kalumbuak, Korong Gadang, penghulu dan acara pernikahan. Awal-
Kuranji, Lubuk Lintah, Pasar Ambacang, nya tari Buai-Buai ditarikan oleh kaum
dan Sungai Sapih. Di kelurahan Lubuk laki-laki berjumlah genap yaitu dua,
Lintah berdiri salah satu perguruan empat dan seterusnya, karena tarian ini
beladiri yaitu Singo Barantai, dan dalam sering ditampilkan pada malam hari
perguruan tersebut berkembanglah satu untuk hiburan anak nagari yang sedang
tarian tradisional Minangkabau yakni berjaga dan berkumpul di surau
tari Buai-Buai. (mushala). Sedangkan perempuan tidak
Tari Buai-Buai ini lahir kira-kira boleh keluar di waktu malam hari, hal
pada abad 18 Masehi. Tarian yang ini sesuai dengan adat istiadat orang
berkembang di Pesisir Selatan ini perempuan di Minangkabau (wawan-
sampai di Kota Padang dibawa oleh cara dengan Irwandi, 15 September
seorang tokoh yang sampai sekarang 2018).
namanya tidak diketahui. Ciri khas dari Berpedoman pada paparan di
tarian ini adalah gerak buai-buai, gerak atas, jelas bahwa tari Buai-Buai memiliki
rantak kudo, gerak nandi-nandi, dan nilai estetika yang tinggi. Hal ini
gerak tikam jajak. gerakan lainnya dikarenakan estetika tidah hanya
adalah gerakan-gerakan orang pergi ke menyelidiki produk-produk seni, me-
sawah, dari gerakan mencangkul, lainkan juga prosesnya serta kemam-
menuai padi sampai menarik padi puan-kemampuan yang terlibat dalam
sebagai hasil panen. tarian ini diiringi penciptaan, penggunaan, penikmatan,
oleh gendang, saluang pauah, pupuik penghayatan (apresiasi), serta peni-
batang padi, talempong dan dendang. laiannya (Soedarsono, 1977).
Ciri lain dari tarian ini adalah Dalam masa sekarang, perkem-
para penari meletakkan galeta atau bangan keilmuan tentang estetika telah
timbala di atas kepala mereka dan meluas, tidak sebatas pada artifak yang
menggunakannya sambil menari. Galeta disepakati sebagai suatu karya seni,
atau timbala adalah suatu alat serupa tetapi pada artifak yang mengandung
kendi terbuat dari kaca yang diletakkan makna. Estetika juga mengkaji hal lain
di atas kepala ketika menari, sehingga seperti fenomena alam, karya seni,
para penari harus bisa menyeim- karya desain, filsafat seni, proses
bangkan gerakannya agar galeta/ tim- kreatifitas (Sachari, 2002: 4).
bala (gelas) tersebut tidak terjatuh.

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


202
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

Pandangan mengenai estetika di gaya tari yang berakar pada ketang-


atas, mengalami pergeseran disetiap kasan dan kewaspadaan.
waktu, sejalan dengan pergeseran kon- Berdasarkan observasi awal yang
sep estetika setiap zaman. Pandangan peneliti lakukan, keberadaan dan
bahwa estetika hanya mengkaji segala perkembangan sekaligus proses latihan
sesuatu yang indah (cantik dan gaya tari Buai-Buai yang dilakukan di
seni) telah lama dikoreksi, karena Perguruan Singo Barantai berlangsung
terdapat kencendrungan karya-karya dengan baik. Beberapa pertunjukan
seni modern tidak lagi menawarkan (penampilan) telah dilakukan oleh
kecantikan akan tetapi lebih kearah Perguruan Singo Barantai baik bersifat
makna dan aksi mental. lokal ataupun Internasional. Hal ini
Dikaitkan dengan karya seni tari, menandakan tari tradisional Minang-
keindahan sesuatu yang memberikan kabau, khususnya tari Buai-Buai men-
kepuasan bathin, maka semua gerak dapatkan pandangan khusus dari nilai
yang memberikan kepuasaan bathin estetika di mata masyarakat luas serta
disebut indah. Tak hanya gerak-gerak mampu menjadikan tari Buai-Buai
yang indah saja, akan tetapi juga sebagai destinasi Pariwisata di Su-
gerakan yang keras, kasar, kuat, penuh matera Barat, untuk itu peneliti sangat
dengan tekanan-tekanan serta aneh antusias untuk meneliti estetika tari
sekalipun dapat dikatakan gerak yang Buai-Buai.
indah. Dengan demikian, keindahan
tidak terbatas pada sesuatu yang 2. METODE PENCIPTAAN
menyenangkan, tetapi juga sesuatu yang Metode penelitian ini dilakukan
mendebarkan, menakutkan, menyedih- secara kualitatif. Metode Kualitatif ad-
kan, dan menggelisahkan (RM Soe- alah prosedur penelitian yang meng-
darsono, 1977). hasilkan data deskriptif ucapan atau
Pada wilayah Minangkabau tulisan dan perilaku yang dapat diamati
masih banyak ditemui tari tradisional dari orang (subjek) itu sendiri (Arief
yang masih mempertahankan pola-pola Furchan, 1992: 21-22). Objek yang
budaya tradisi dalam penyajian dan diteliti adalah Tari Buai-Buai di Per-
aktivitas tari tersebut. Tari tradisional guruan Singo Barantai Lubuk Lintah
Minangkabau yang berkembang meng- Padang yang menghasilkan data des-
gambarkan nilai-nilai tradisi setempat kriptif kemudian dianalisis sesuai
dengan keindahan yang khas. Nilai dengan kajian. Penelitian ini di lakukan
keindahan tersebut dinamakan dengan dengan tahapan pengumpulan data,
istilah estetika. Menurut Indrayuda pengolahan data, Analisis data. Pengum-
(2000: 12) estetika tari Minangkabau pulan data dilakukan dengan tahapan:
terletak pada bentuk gerak yang agresif,
gerakan patah-patah, lintasan dan 2.1 Rancangan Penelitian
dinamika gerak. Selain itu, estetika Secara umum rancangan pene-
tarian Minangkabau juga terletak pada litian diartikan sebagai seluruh proses
perancangan dan pelaksanaan suatu

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


203
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

riset, dalam arti sempit dan khusus a. Jenis Data


berarti prosedur pengumpulan data dan Jenis data dalam penelitian
analisis data (Supranto, 2003: 54). ini bersifat kualitatif. Jenis data
Rancangan Penelitian adalah suatu dalam penelitian ini terdiri data
pengaturan syarat-syarat untuk primer dan data sekunder. Data
mengontrol pengumpulan data dalam primer adalah data dalam bentuk
suatu penelitian sedemikian rupa verbal atau kata-kata yang diucap-
dengan tujuan untuk mengombinasi kan secara lisan, gerak-gerik atau
segala informasi yang relevan sesuai perilaku yang dilakukan oleh subjek
dengan tujuan penelitian. yang dapat dipercaya, dalam hal ini
Terkait dengan hal di atas, adalah informan yang berkenaan
pengumpulan data yang dilakukan dengan variable (Arikunto, 2013).
peneliti yaitu menggunakan observasi, Data primer dalam penelitian
wawancara dan dokumentasi. Sumber ini diperoleh melalui hasil wawan-
data yang di dapat dari observasi dan cara terhadap informan yang di-
wawancara yang dihimpum sejumlah anggap berpotensi dalam memberi-
informan yang terkait dengan objek kan informasi yang relevan di
penelitian yaitu tari Buai-Buai di lapangan, seperti Irwandi (pelatih
Perguruan Singo Barantai Lubuk Lintah tari Buai-Buai), Meli Merdeka Sari
Padang. dan Meri Rhamanelly (Penari),
Afrijhon (seniman), Mirmaneli (To-
2.2 Menentukan Lokasi dan Topik koh Masyarakat). Sedangkan data
Penelitian sekunder adalah data yang dipero-
Sebelum melakukan penelitian leh dari dokumen-dokumen grafis
terlebih dahulu mengetahui tempat/ (tabel, catatan, foto, film, rekaman
Nagari Penelitian. Nagari yang diambil video dan benda-benda lain yang
peneliti adalah di Nagari Pauh IX dapat memperkaya data primer
Perguruan Singo Barantai Lubuk Lintah (Arikunto, 2013). Data sekunder
Padang. Setelah itu menentukan objek dalam penelitian ini adalah buku
dari apa yang akan diteliti yaitu tari tentang estetika, seni tari, filsafat
Buai-Buai yang ada di Perguruan Singo seni, dan buku-buku yang relevan
Barantai Lubuk Lintah Padang. dengan objek penelitian.

2.3 Instrumen Penelitian b. Sumber Data


Instrumen dalam penelitian ini Sumber data adalah segala
dilakukan wawancara yang mengacu sesuatu yang dapat memberikan
pada objek tari Buai-Buai, dan peneliti informasi mengenai data. Menurut
dibantu dengan instrument pendukung Arikunto (2013: 172) sumber data
seperti alat tulis, kamera foto, handycam adalah subjek dari mana data dapat
dan flashdisk. diperoleh. Lofland dan Lofland
mengungkapkan bahwa sumber
2.4 Jenis dan Sumber Data data dalam penelitian kualitatif

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


204
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

adalah kata-kata dan tindakan dimanfaatkan dalam penelitian kua-


selebihnya adalah data tambahan litatif, yaitu foto yang dihasilkan
seperti dokumentasi dan lain-lain orang dan foto yang dihasilkan oleh
(Moleong, 2007: 157). peneliti.
Moleong (2007: 157-162)
menjelaskan bahwa dalam pene- 2.5 Teknik Pengumpulan Data
litian kualitatif, data yang bisa a. Observasi
diambil sebagai komponen penari- Menurut Sukmadinata (2009:
kan kesimpulan antara lain:(1) 220) observasi atau pengamatan
Kata-kata dan tindakan, kata-kata merupakan suatu teknik atau cara
dan tindakan orang-orang yang mengumpulkan data dengan jalan
diamati atau diwawancarai merupa- mengadakan pengamatan terhadap
kan sumber data utama, sumber kegiatan yang sedang berlangsung.
data ini dapat dicatat melalui Dalam menggunakan metode ob-
catatan tertulis, rekaman, voice servasi, cara yang paling efektif
recording, dan foto. Data yang adalah melengkapi dengan format
berasal dari kata-kata dan tindakan dan blangko pengamatan sebagai
sumber data mulanya dikumpulkan instrumen. Format yang disusun
secara acak sebanyak mungkin berisi item-item tentang kejadian
tanpa harus dibatasi oleh fokus atau tingkah laku yang digambarkan
masalah. Setelah data terkumpul akan terjadi (Arikunto, 2013: 272).
kemudian masuk dalam tahap data Peneliti akan mengadakan
collecting sebelum direduksi untuk observasi dimana peneliti meng-
dipilah data mana yang memiliki amati secara langsung keadaan
hubungan keterkaitan langsung sebenarnya dalam tempat pene-
dengan fokus penelitian. (2) Sumber litian. Menurut Spradley dalam
data tertulis Sumber tertulis sebagai Sugiyono (2014: 313), objek pe-
sumber data kedua setelah kata- nelitian kualitatif yang diobservasi
kata dan tindakan. Dilihat dari segi terdiri dari 3 komponen, yaitu: (1)
sumber data, bahan tambahan yang Place, adalah tempat dimana
berasal dari sumber tertulis dapat interaksi dalam situasi sosial sedang
dibagi atas sumber buku dan berlangsung; (2) Actor, pelaku atau
majalah ilmiah, sumber dari arsip, orang-orang yang sedang memain-
dokumen pribadi, dan dokumen kan peran tertentu; dan (3) Activity,
resmi. (3) Foto Menurut Bogdan dan kegiatan yang dilakukan oleh aktor
Biklen (1982) dalam Moleong dalam situasi sosial yang sedang
(2007: 160) foto menghasilkan data berlangsung, seperti kegiatan be-
deskriptif yang cukup berharga dan lajar, interaksi sosial, maupun ke-
sering digunakan untuk menelaah giatan yang berhubungan dengan
segi-segi subjektif dan hasilnya penelitian lainnya. Dalam hal ini
sering dianalisis secara induktif. Ada peneliti akan mengobservasi proses
dua kategori foto yang dapat pelaksanaan tari Buai-Buai.

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


205
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

b. Wawancara akan melakukan wawancara kepada


Wawancara adalah percaka- pelatih, penari, seniman dan tokoh
pan dengan maksud tertentu. Per- masyarakat di kelurahan Lubuak
cakapan itu dilakukan oleh dua Lintah.
pihak, yaitu pewawancara (inter-
viewer) yang mengajukan perta- b. Dokumentasi
nyaan dan terwawancara (inte- Penelitian ini juga merujuk
rviewer) yang memberikan jawaban data dari bahan berupa doku-
atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: mentasi seperti teks berupa bacaan,
186). Esterberg (2002) dalam rekaman audio visual (data yang
Sugiyono (2014: 317) mengemu- diperoleh dari foto, rekaman, buku)
kakan beberapa macam wawancara, dan catatan yang berkaitan dengan
yaitu wawancara terstruktur, semi objek penelitian.
terstruktur, dan tidak terstruktur.
Dalam penelitian ini teknik wa- 2.6 Teknik Analisis Data
wancara yang digunakan yaitu Analisis data kualitatif menurut
wawancara terstruktur. Menurut Bogdan dan Bliken (1982) dalam
Sugiyono (2014: 189) wawancara Moleong (2007: 248) merupakan upaya
terstruktur digunakan sebagai tek- yang dilakukan dengan jalan bekerja
nik pengumpulan data, nilai penulis dengan data, mengorganisasi data, me-
atau pengumpul data telah menge- milah-milah menjadi satuan yang dapat
tahui dengan pasti tentang infor- dikelola, menyintesisnya, mencari dan
masi apa yang diperoleh. Oleh ka- menemukan pola, menemukan apa yang
rena itu, dalam melakukan wawan- penting dan apa yang dipelajari, dan
cara, pengumpul data telah memutuskan apa yang diceritakan
menyiapkan instrument penelitian kepada orang lain. Sieddel (1998) dalam
berupa pertanyaan-pertanyaan ter- Moleong (2007: 248) menjabarkan
tulis yang alternatif jawabannya pun proses analisis data kualitatif sebagai
telah disiapkan. Moleong (2007: berikut: (1) Mencatat apapun data yang
190) juga menjelaskan bahwa wa- didapat dalam bentuk catatan lapangan,
wancara terstruktur adalah wa- dengan begitu sumber datanya dapat
wancara yang pewawancaranya ditelusuri apabila membutuhkan data
menetapkan sendiri masalah dan tersebut kembali. (2) Mengumpulkan,
pertanyaan-pertanyaan yang akan memilah-milah, mengklasifikasikan,
diajukan. mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan
Pengumpulan data dengan membuat indeksnya. (3) Berpikir,
teknik wawancara terstruktur dilak- dengan jalan membuat agar kategori
sanakan secara terencana dengan data itu mempunyai makna, mencari
berpedoman kepada daftar per- dan menemukan pola dan hubungan-
tanyaan yang sudah dipersiapkan hubungan, dan membuat temuan-
sebelumnya, untuk mendapatkan temuan umum. Selanjutnya menurut Mc.
informasi dari responden. Penulis Drury (1999) dalam Moleong, (2007:

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


206
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

248) tahapan analisis data kualitatif gerakan dasar Buai-Buai dan gerakan
sebagai berikut: (1) Membaca/ mem- dasar rantak kudo. Gerakan Buai-Buai
pelajari data, menandai kata-kata kunci merupakan cerminan atau pragmen
dan gagasan yang ada dalam data. (2) gerak mengasuh anak. Gerak ini menjadi
Mempelajari kata-kata kunci itu, dasar gerak silat yang dilaksanakan
berupaya menemukan tema-tema yang dengan cara kaki kanan melangkah
berasal dari data. (3) Menuliskan kekanan diikuti kaki kiri membentuk
“model” yang ditemukan. (4) Koding pitunggua. Tangan kiri melengkung di
yang telah dilakukan. Dalam penelitian depan badan dan tangan kanan
kualitatif, data diperoleh dari berbagai melengkung di sisi badan kanan. Kesan
sumber dengan menggunakan teknik yang ditonjolkan pada gerakan ini
pengumpulan data yang bermacam- adalah menghindari serangan dan
macam (triangulasi) dan dilakukan mengambil ancang-ancang untuk me-
secara terus menerus hingga datanya laksanakan suatu aksi.
jenuh, namun analisis data dalam Gerakan kedua adalah gerakan
penelitian kualitatif lebih difokuskan rantak kudo, gerakan ini mempunyai
selama proses di lapangan bersamaan karakteristik dinamika gerak dengan
dengan pengumpulkan data (Sugiyono, cara kaki kiri menghentak dibelakang
2014: 331). kaki kanan sementara kaki kanan
Teknik analisis yang digunakan terangkat, dan sebaliknya ketika kaki
penulis adalah teknik analisis Miles and kiri menghentak di belakang kaki kanan
Huberman (1984), teknik ini dila- kaki kiri terangkat. Sedangkan kedua
kukukan secara interaktif dan ber- tangan melakukan gerakan kesamping
langsung secara sampai tuntas, sehingga kiri dan kanan di depan dada. Dinamika
datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2014: gerak ini mencerminkan gerak tertatih-
334). Teknik analisis data Miles dan tatih mengemban beban.
Huberman dilakukukan secara terus Analisis struktur gerak tari Buai-
menerus dan lebih difokuskan selama Buai mengaju pada tulisan Ben Soe-
proses di lapangan bersamaan dengan harto, dalam pengamatan Tari Gam-
pengumpulan data. Teknik ini dilakukan byong melalui pendekatan struktural
secara interaktif dan terus menerus dalam bidang linguistik. Kertas kerja
sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam yang disajikan dalam temu wicara
analisis data kualitatif menurut Miles etnomusikologi III di Medan, 2 s/d 5
dan Huberman (2014: 20). Februari 1987). Analisis struktur gerak
tari Buai-Buai, diantaranya:
3. PEMBAHASAN
Tari Buai-Buai yang berkembang 3.1 Gugus Gerak
di daerah Lubuk Lintah, merupakan Gugus gerak merupakan seke-
perluasan dan perkembangan dari lompok kalimat gerak atas dasar
daerah aslinya yaitu kanagarian Pauh. Di pembagian dari pola iringan. Suharto
Lubuk Lintah gerakan dasar Tari Buai- (1983) memaparkan bahwa gerak
Buai hanya memiliki dua gerakan, yakni adalah kumpulan beberapa kalimat yang

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


207
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

saling berkaitan karena mempunyai ciri tangan dorong kedepan diagonal kiri,
tertentu yang disebut paragraf dalam ujung jari tangan berlawanan.
bahasa. Gugus gerak yang dimaksudkan
sebagai penyebutan kalimat yang saling A. Frase Gerak
berkaitan dan mempunyai ciri-ciri Frase gerak merupakan kesa-
tertentu serta keutuhan sebagai ke- tuan dari motif gerak yang
lompok, baik dari segi gerak maupun dikembangkan baik dengan peng-
iringan (Suharto,1983:18). ulangan maupun divariasikan, frase
Untuk lebih jelasnya gugus dapat gerak bisa terdiri dari satu motif
di deskripsikan pada gerak Buai-Buai gerak atau beberapa motif gerak.
yaitu dengan kaki kiri menapak/ (Suharto 1983:18) salah satu contoh
pitunggua, kaki kanan diagonal kanan, deskripsi gerak rantak tumit kaki
tangan kanan lurus kedepan, tangan kiri pada frase gerak tari Buai-Buai di
samping kiri siku di tekuk ujung jari Lubuk Lintah adalah menggunakan
tangan kebawah dan digalatiak per- level tinggi, posisi berdiri dengan kaki
gelangan tangan serentak pergelangan pitunggua, tumit kaki kiri merantak
kaki ditarik dan gerakannya dibalas. dibelakang kaki kanan, dengan posisi
tumit kaki kanan menapak didepan
3.2 Kalimat Gerak kaki kiri, ujung kaki kanan hadap
Kalimat gerak adalah kesatuan keatas, kemudian gerakannya dibalas
dari frase angkatan dan frase adalah dengan kaki kanan lagi yang mer-
yang merupakan satu rangkaian gerak antak.
yang sudah selesai dalam satu periode.
Kalimat gerak bisa terdiri dari satu atau B. Motif Gerak
beberapa frase angkatan dan salah satu Suatu tari pada dasarnya
maka dari itu, untuk menentukan merupakan rangkaian dari tataran
kalimat gerak sangat erat kaitannya gerak yang meliputi satuan gerak
dengan musik pengiring. Maka kalimat yang paling kecil sampai pada satuan
dalam hal ini dapat dikonotasikan gerak yang paling besar, tataran
seperti kalimat dalam bahasa atau gerak yang terkecil disebut motif
kalimat lagu dalam karawitan. gerak. Soeharto (1983:18) menje-
Salah satu contoh Kalimat gerak laskan bahwa motif gerak adalah
pada tari Buai-Buai yaitu deskripsi satuan atau unsur komponen yang
gerak mamadek pamatang dengan terkecil dari sebuah tari.
Rentak kaki kanan serentak dengan Pada tari Buai-Buai dapat kita
putaran tangan kanan diikuti tangan berikan pada salah satu contoh
kiri/tupai bagaluik, kaki kanan seret deskripsi gerak galatiak di motif
kekanan dan rentak dengan posisi kedua gerak tari Buai-Buai yang berada di
tangan disamping pinggul kanan, ujung Lubuk Lintah adalah dengan galatiak
jari tangan arahnya berlawanan, kaki pergelangan tangan yaitu telapak
kiri rentak ke kiri, kaki kanan tendang tangan hadap atas, seluruh jari
diagonal kanan, serentak pergelangan diputar dari atas dibawa kebawah

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


208
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

dan sesampai jari diatas langsung kaki kanan sementara kaki kanan
pergelangan tangan digalatiak. terangkat, dan sebaliknya ketika kaki
kiri menghentak di belakang kaki kanan
4. KESIMPULAN kaki kiri terangkat. Sedangkan kedua
Keindahan telah menjadi bagian tangan melakukan gerakan kesamping
manusia yang mendunia. Keindahan pun kiri dan kanan di depan dada. Dinamika
telah menjadi kesadaran yang menyertai gerak ini mencerminkan gerak tertatih-
pertanyaan-pertanyaan tentang tercip- tatih mengemban beban. Gerakan
tanya kosmos dan perenungan menge- lainnya adalah gerakan-gerakan orang
nai Mahakuasa. Takdirnya bersifat pergi ke sawah, dari gerakan men-
absolut seiring dengan kehadiran cangkul, menuai padi sampai menarik
manusia itu sendiri. Seiring perjalanan padi sebagai hasil panen. Tarian ini
waktu cara manusia memandang diiringi oleh gendang, saluang pauah,
keindahan pun mengalami pematangan pupuik batang padi, talempong dan
dan pendalaman sehingga menum- dendang.
buhkan getar-getar filosofis yang Kajian ini mencoba mengamati
memiliki keterkaitan dengan hampir bentuk struktur dan setetika tari Buai-
semua aspek kehidupan. buai Lubuak Lintah. Menulis kajian ini
Tari Buai-Buai yang berkembang merupakan pengalaman yang mem-
di daerah Lubuk Lintah, merupakan perkaya khasanah penulis dalam
perluasan dan perkembangan dari melihat bahwa di Minangkabau masih
daerah aslinya yaitu kanagarian Pauh. Di banyak tari tradisional yang masih
Lubuk Lintah gerakan dasar Tari Buai- mempertahankan pola-pola budaya
Buai hanya memiliki dua gerakan, yakni tradisi dalam penyajiannya. Sehingga
gerakan dasar Buai-Buai dan gerakan nilai- estetika tarian Minangkabau yang
dasar rantak kudo. Gerakan Buai-Buai terletak pada gaya tari yang berakar
merupakan cerminan atau pragmen pada ketangkasan dan kewaspadaan
gerak mengasuh anak. Gerak ini menjadi dapat diperlihatkan. Keberadaan dan
dasar gerak silat yang dilaksanakan perkembangan tari Buai-Buai yang
dengan cara kaki kanan melangkah dilakukan di Perguruan Singo Barantai
kekanan diikuti kaki kiri membentuk mendapatkan pandangan khusus dari
pitunggua. Tangan kiri melengkung di nilai estetika di mata masyarakat luas
depan badan dan tangan kanan serta mampu menjadikan tari Buai-Buai
melengkung di sisi badan kanan. Kesan sebagai destinasi Pariwisata di Suma-
yang ditonjolkan pada gerakan ini tera Barat.
adalah menghindari serangan dan Harapan penulis semoga kajian
mengambil ancang-ancang untuk me- ini dapat bermanfaat nantinya bagi
laksanakan suatu aksi. generasi mendatang untuk mengetahui,
Gerakan kedua adalah gerakan bahwasannya banyak kesenian-kesenian
rantak kudo, gerakan ini mempunyai tradisi Minangkabau, baik itu tari, musik
karakteristik dinamika gerak dengan dan jenis kesenian lainnya yang meiliki
cara kaki kiri menghentak dibelakang

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


209
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

nilai estetika tinggi dan merupakan Moleong, Lexy J. (2007), Metodologi


penggambaran dari pola kehidupan. Penelitian Kualitatif, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Rahayu, Gusti. (2017), “Estetika Tari
Somba Siriah di Lubuk Jambi
Astuti, Fuji. (1998), “Tari Buai-Buai Pada Kabupaten Kuantan Singingi
Masyarakat Desa Pauah Suatu Provinsi Riau”, Tesis. Padang
Tinjauan Historis dan Struktural”, Panjang: ISI Padangpanjang.
Padang: Institut Keguruan dan Sachari, Agus. (2002), Estetika, Ban-
Ilmu Pendidikan Padang. dung: ITB.
Citrawati, A.A.I.A. (2015), “Estetika Tari Smith, Jacqueline. (2002), Komposisi
Piring Lampu Togok di Desa Tari Petunjuk Praktis Bagi Guru,
Gurun Bagan Kelurahan VI Suku Jakarta: Balai Pustaka.
Solok Sumatera Barat”, Tesis. Soedarsono, RM. (1997), Tari-Tarian
Padang Panjang: ISI Padang Pan- Indonesia I, Jakarta: Direktorat
jang. Jendral Kebudayaan, Departemen
Arikunto, Suharsimi. (2013), Prosedur Pendidikan dan Kebudayaan.
Penelitian Suatu Pendekatan SP, Soedarso, (2001), Kreatifitas Seni
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Pertunjukan Indonesia, Seminar
Djelantik, A.A.M. (1999), Estetika Sebuah Internasional Seni Pertunjukan
Pengantar, Bandung: Media Aba- Indonesia 24-25 Juli 2001.
di. Surakarta: STSI Surakarta.
Furchan, Arief. (1992), Pengantar Me- Strauss, Levi. (2006), Strukturalisme dan
toda Penelitian Kualitatif, Sura- Teori Sosiologi, Yogyakarta: Pus-
baya: Usaha Nasional. taka Belajar.
Finoza, Welia. (2014), “Estetika Tari Sumardjo, Jakob. (1999), Filsafat Seni,
Putri Tujuh di kota Dumai Bandung: ITB.
Provinsi Riau”, Padang Panjang: Sukmadinata, Nana Syoadih. (2009),
Tesis. ISI Padangpanjang. Metode Penelitian Pendidikan,
Hadi, Y. Sumandiyo. (2012), Koreografi Bandung: PT. Remaja Rosda-
Bentuk- Teknik, Yogyakarta: Cipta karya.
Media. Sugiyono. (20140, Metode penelitian
Indrayuda, (2000), Eksistensi Tari Mi- Kombinasi (Mixed Methods), Ban-
nangkabau, Padang: UNP Press. dung: Alfabeta.
Krisniawati, Neni. (2016), “Estetika Tari Susanti, Meri. (2015), “Konsep Main
Lilin Bepinggan pada Masyarakat Bungo dalam Pertunjukan Galom-
Kayu Agung Kabupaten Ogan bang Duo Baleh di Nagari Pitalah
Komering Ilir Provinsi Sumatera Kabupaten Tanah Datar Suma-
Selatan”, Tesis. Padang Panjang: tera Barat”.Tesis. Padang Panjang:
ISI Padangpanjang. ISI Padangpanjang.
Kartika, Dharsono Sony. (2007), Este-
tika, Bandung: Rekayasa Sains. DAFTAR INFORMAN
Miles, Mathhew dan Huberman, Michael.
(2014), Analisa Data Kualitatif, Dr. Fuji Astuti., M.Hum., 55 tahun, Dosen
Jakarta: Universitas Indonesia UNP Padang
Press. Irwandi, M.Sn., 35 tahun, Seni-
man/Pelatih silat dan Pelatih Tari
Buai-Buai di Perguruan Singo Ba-

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


210
Vol. 2, No. 2, Oktober, 2019

rantai Lubuk Lintah Padang, Do- Afrijhon, 47 tahun, Seniman


sen Unand Padang Meli M.S., 21 tahun, Seniman/ Penari
Mirmaneli, 47 tahun, Ibu Rumah Tangga

Postgraduate Program Institute of The Arts Padangpanjang


211

Anda mungkin juga menyukai