Anda di halaman 1dari 13

METODE PENULISAN SKRIPSI DAN

KOREOGRAFI

Disusun oleh:

TIRA ROFI JUNIARTI

SENI TARI ‘19

7A

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

INSTITUT SENI PADANG PANJANG

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

PROGRAM STUDI SENI TARI

2021/2022
KEBERADAAN TARI NAPA PADA BIMBANG ADAT SUKU SERAWAI DI

KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN

A. Latar Belakang

Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan dihuni oleh penduduk aslinya yaitu suku

Serawai. Suku Serawai memiliki kesenian tradisional yang berperan penting dalam

kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu kesenian tradisional yang sampai sekarang masih

ada pada masyarakat suku Serawai dan sekaligus sebagai ciri khas tari tradisional masyarakat

Serawai adalah tari Napa. Tari ini telah digunakan oleh masyarakat bengkulu selatan secara

turun temurun sebagai salah satu warisan kebudayaan nenek moyang masyarakat bengkulu

selatan.

Tari Napa adalah ekspresi jiwa masyarakat Bengkulu Selatan yang di tuangkan dalam

bentuk tari tradisional kerakyatan. Asal kata Napa adalah papa yang di ambil dari bahasa

bengkulu selatan yang berarti mengiringi. Napa berarti membawa atau mengiringi pengantin

dari halaman rumah ke dalam rumah. Lahirnya tari napa tidak diketahui kapan waktunya.

Pewaris tari napa ini dapat dilihat dari tiga pewaris terakhir yaitu umar menurunkan ilmunya

kepada jemaip dan pewaris terakhir yang masih hidup sampai saat ini dan menjadi informan

yaitu Arsid Mensatip.

Tari Napa diciptakan sebagai tari tradisional dari kebiasaan masyarakat setempat yaitu

berkumpul dan mempelajari pencak silat namun tarian dalam “tari Napa” ditampilkan oleh

para laki-laki saja dalam bimbang adat suku Serawai karena pada masyarakat bengkulu

selatan wanita tidak boleh melakukan gerakan bela diri seperti laki – laki, sebab gerakan pada

tari Napa sangat tegas seperti silat.


Tari Napa menceritakan pertarungan dua orang pria yang saling berhadapan beradu

kekuatan. Dengan bentuk gerak menyerupai pencak silat. Gerak pada tari Napa yaitu, masang

kuda-kuda, tangkap tangan, masuk luar, masuk dalam. Gerak yang digunakan pada tari napa

tidak ada urutan tetap. Semua urutan gerak di pakai sesuai dengan ketentuan penari pada saat

menampilkan tari napa. Arah hadap penari tari napa mempunyai ketetapan kedua penari

selalu berhadapan. Pada saat tari napa ini ditampilkan terdapat lengguai (tempat sirih) sebagai

tanda tempat dilaksanakan tari dan penghargaan kepada pemuka adat. Tempat pertunjukan

tari napa di halaman rumah yang mengadakan acara bimbang adat atau di tempat menerima

tamu pemerintah. Musik yang digunakan dalam tari napa yaitu rebana, serunai, dan gendang.

Kostum yang digunakan adalah kostum tradisional adata serawai yaitu celana panjang dasar,

kain songket pengantin, baju kemeja panjang warna putih disertai jas hitam dan kopiah

pengantin.

Menurut bapak ketua Badan Musyarawah Adat di Kota Manna, Kabupaten Bengkulu

Selatan mengatakan bahwa biasanya ketika tarian Napa ini dilakukan paling sedikit dua

pasang penari Napa dan paling banyak empat pasang penari Napa yang tampil. Tari Napa di

ciptakan sebagai tari tradional yang berfungsi sebagai tari penyambutan pengantin saat

bimbang adat (bimbang adat adalah upacara pernikahan adat yang acaranya diadakan tuan

rumah yang akan menikahkan anaknya selama tujuh hari tujuh malam) yaitu ketika kedua

pengantin tiba ke tempat acara yang diadakan. Selain itu Tari Napa juga berfungsi sebagai

penyambutan tamu pemerintahan. Tari Napa menceritakan pertarungan dua orang yang saling

beradu kekuatan. Sebelum tari Napa dimulai oleh para penari atau pendekar terlebih dahulu

diawali dengan bedindang. Bedindang adalah salah satu syarat untuk melaksanakan tari

Napa, sebelum bedindang dilaksanakan maka tari Napa tidak boleh dimulai. Oleh karena itu,

tari Napa dilaksanakan setelah bedindang atau memukul alat musik rebana.
Tari Napa ini sudah jarang diadakan karena sudah masuknya budaya modern seperti

organ tunggal yang mulai menjiwa di masyarakat Kota Manna. Dalam tarian Napa meskipun

sudah hampir mati tetapi latihan-latihan seperti mencak tetap bisa dilaksanakan ketika ada

permintaan dari suatu pihak yang mengadakan acara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah

yang nantinya akan dibahas pada penelitian ini yang secara khusus menggali mengenai

keberadaan tari Napa pada bimbang adat suku Serawai. Penelitian ini berupaya untuk

mengidentifikasi tentang bagaimana keberadaan tari Napa pada bimbang adat suku Serawai

di Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah serta untuk

mengetahui dan memahami keberadaan tari Napa pada bimbang adat suku Serawai di Kota

Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari analisis keberadaan tari Napa pada bimbang adat suku Serawai di Kota

Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan yaitu :

1. Penelitian terhadap tari Napa agar berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri,

yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan

2. Bermanfaat sebagai pelestarian budaya lokal di tengah masyarakat suku

serawai di kota manna, kabupaten bengkulu selatan


3. Untuk menambah bahan dokumentasi tari tradisional, khususnya

masyarakat suku serawai di kota manna, kabupaten bengkulu selatan.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan salah satu usaha untuk mengetahui sejauh mana

peneliti-peneliti terdahulu telah meneliti tentang keberadaan tari Napa pada bimbang

adat suku serawai di kota manna kabupaten bengkulu selatan. Tujuannya agar tidak

terjadi tumpang tindih dengan yang peneliti lakukan. Tinjauan pustaka dilakukan

dengan cara mencari sumber-sumber berupa buku, skripsi, makalah, tesis, jurnal

maupun media tontonan agar dapat dijadikan pandangan atau rujukan ketika membahas

masalah-masalah yang dikaji. tinjauan pustaka yang telah dilakukan ada berupa tulisan

serta media tontonan dalam bentuk tertulis maupun visual yang ada kaitannya dengan

pokok bahasan.

Etika Junita (2013) Universitas Negeri Padang (UNP) jurnal dengan judul “ Tari

Napa di Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu selatan : Tinjauan Koreografi ”.

pada jurnal ini menjelaskan bahwa dengan melihat tinjauan koreografi Tari Napa

banyak menggunakan garis lurus dan garis lengkung, sesuai dengan asal usul tari napa

yang merupakan gerakan pencak silat yang sudah di stilirisasi sehingga lebih mudah.

Dwi Septi Fitriani (2019) Universitas Bengkulu (UNIB) jurnal dengan judul “

Makna Tari Napa Pada Suku Serawai Bengkulu Selatan”. Pada jurnal ini menjelaskan

mengenai makna dari setiap rangkaian tari napa yang dimulai dari makna gerakan,

makna kostum, dan makna musik yang di sajikan dalam tari napa.

Jurnal di atas dapat membantu pengetahuan peneliti tentang kebudayaan tradisi

suku serawai kabupaten bengkulu selatan.


F. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam menganalisis masalah yang akan di teliti

diperlukan konsep teoritis sebagai pisau pembedah dalam mengungkapkan

permasalahan pada Tari Napa Pada Bimbang Adat Suku Serawai di Kota Manna

Bengkulu Selatan. Membahas dan mengkaji masalah yang terangkum dalam penelitian

ini, akan digunakan beberapa teori dan pendapat para ahli. Artinya penulis

menggunakan teori dan pendapat yang relevan dengan permasalahan yang akan di teliti.

Keberadaan menurut Soedarsono (1986:24), dan Corrie Hartong (1996:32),

kesenian tari melangkah maju dan berkembang sejalan dengan kehidupan manusia.

Dimana manusia masih mampu bergerak, maka tari akan terciptaa dan berkembang.

Manusia menciptakan tari sesuai dengan ungkapan hidup dan juga merupakan

rangkuman gerak yang bersumber dari alam sekeliling, tari merupakan ekspresi jiwa

manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. Tari adalah gerak ritme

yang dibentuk dengan tubuh sebagai media di dalam ruang, tari adalah salah satu

peryataan budaya.

Keberadaan menurut U-U Hamidi (2002:31), bahwa tradisi kehidupan

masyarakat yang biasanya di pelihara melalui berbagai upacara, namun akan tetap dapat

bergeser dan akhirnya akan berubah oleh pergantian generasi, ruang dan waktu

keberadaan keberadaan tari telah muncul sejak manusia ada dan keberadaan tari ini

sudah ada mendapatkan perhatian dari masyarakat luas. Bagi masyarakat keberadaan ini

merupakan salah satu aspek dan masih tetap terpelihara hingga sekarang. Terkait

dengan keberadaan tari dapat dilihat dari segi aspek, sejarah, adat istiadat, agama dan

masyarakat setempat.

Berkaitan dengan masalah bentuk tari napa, Y.Sumandiyo Hadi mengatakan

bahwa bentuk merupakan wujud yang diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen –
elemen tari yaitu gerak, penari, rias, kostum, musik, properti dan tempat pertunjukan.

Pendapat di atas dapat dikaitkan dengan objek yang dibahas. Dilihat dari struktur tari

Napa, Y. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa analisis struktur tari terdapat adanya

tata hubungan antara bentuk dan struktur. Pendapat ini digunakan untuk melihat

struktur tari yang berhubungan dengan bagian – bagian bentuk tari napa secara

keseluruhan di kota manna bengkulu selatan

Pendapat – pendapat di atas akan dijadikan sebagai pisau pembedah

permasalahan dalam penelitian yang akan dibahas oleh peneliti, membahas persoalan

yang ada di lapangan dan menjadikan pedoman dalam membahas keberadaan tari napa

pada bimbang adat suku serawai di kota manna kabupaten bengkulu selatan.

G. Metode Penelitian

Dalam menghasilkan suatu penulisan yang baik, maka diperlukan suatu metode

yang merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses

yang panjang. Dalam konteks ilmu sosial, kegiatan penelitian diawali dengan adanya

minat untuk mengkaji secara mendalam terhadap munculnya fenomena tertentu.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dengan

teknik pengumpulan data disesuaikan dengan sifat penelitian, yaitu penelitian kualitatif.

Mengkaji data yang dijabarkan menurut analisa dan didukung sumber terkait lainnya.

Menurut Bogdan dan Toylor yang dikutip oleh Maleong mendefinisikan pendekatan

kualitatif sepagai prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data merupakan tahap awal dalam sebuah proses penelitian.

Berdasarkan manfaat empiris, metode pengumpulan data kualitatif yang paling

tepat terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah

metode wawancara, observasi, dan metode penelusuran internet. Data yang

didapatkan kemudian dikumpulkan dan dibahas dengan pokok permasalahan yang

diteliti yaitu tekstual dan kontekstual. Kesenian tari tradisional di Bengkulu sudah

sangat menurun dan hampur punah, namun peneliti mendapatkan informasi dari

seorang seniman Bengkulu yang bernama Arsyid Mensatip bahwa masih ada tarian

tradisi Bengkulu yang hidup di tengah masyarakatnya yaitu tari napa suku sarawai

yang ada di kota manna bengkulu selatan. Dari sanalah peneliti mulai tertarik

dengan tari napa yang masih hidup dan diakui oleh masyarakatnya ketika banyak

tarian Tradisi di Bengkulu banyak yang hampir punah. Data primer dalam

penelitian ini berupa informasi berkaitan dengan pertunjukan tari napa dan yang

diperoleh dari Narasumber yakni pewaris terakhir tari napa. Sebelumnya peneliti

mendaptkan informasi tentang tari napa. Data sekunder yang diambil berhubungan

dengan foto-foto pertunjukan tari napa serta salah satu video pertunjukan Tari napa

yang diambil oleh peneliti saat melakukan penelitian di kota manna, kemudian

dibutuhkannya studi literatur, makalah dan artikel yang berkaitan dengan

pertunjukan tersebut. Berikut teknik pengumpulan data dari penelitian melalui

teknik sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan suatu studi yang sangat penting dalam usaha

mengumpulkan data untuk mendapatkan penjelasan dan jawaban dari permasalahan

penelitian. Melalui studi lapangan ini, peneliti akan menemukan bahan utama
untuk menjawab rumusan masalah. Berkaitan dengan penellitian, lokasi yang

merupakan tempat penelitian bagi peneliti adalah di kota manna bengkulu selatan.

Sugiono menjelaskan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis untuk melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah untuk mendapatkan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

obsevasi (pengamatan), interviu (wawancara), kuisioner (angket) dan dokumentasi.

Ada beberapa teknik pengumpilan data dalam studi lapangan,yaitu:

1) Observasi

Observasi adalah salah satu cara untuk mengamati langsung tari napa suku serawai

di kota manna bengkulu selatan. Yang mana peneliti mencari narasumber yang

akurat untuk diwawancarai dan diminta data-data tentang tari napa.

2) Wawancara

Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara yang dilakukan kepada

masyarakat yang berperan dalam tari napa, diantaranya (penari,pemusik,dan tokoh

masyarakat). Arsyid Mensatip sebagai Seniman sekaligus pewaris terakhir tari

napa. Bapak YB selaku ketua Badan Musyawarah Adat di Kota Manna, kabupaten

Bengkulu Selatan. Wawancara ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-

pertanyaan sesuai harapan yang diajukan peneliti kepada narasumber, hasil

wawancara dicatat untuk dianalisis sesuai kebutuhan.

3) Dokumentasi

Di samping wawancara dokumentasi dilakukan dengan cara merekam dan

melakukan pengambilan gambar, video/pemotretan dengan menggunakan kamera

handpone saat tarian tersebut ditampilkan. Seperti yang di ketahui bahwa

dokumentasi adalah hal penting dalam suatu pertunjukkan terlebih untuk

masyarakat itu sendiri.


b. Studi pustaka

Kemudian untuk menambah reverensi yang membantu objek yang akan di

bahas, peneliti melakukan studi pustaka untuk mendapatkan buku-buku yang

berkaitan dengan objek penelitian, sebagai sumber awal yang akan dijadikan bahan

acuan dalam penelitian tari Napa. Melakukan pelacakan sumber yang dilihat

melalui buku-buku, arsip, dokumen, jurnal, koran majalah, teksteks sastra, katalog,

brosur, media sosial, dan sejenisnya yang relevan dengan permasalahan yang akan

dikaji peneliti.

c. Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, baik secara langsung ataupun

online, kemudian dikelompokkan dan diseleksi sesuai dengan topik bahasan.

Langkah berikutnya setelah mengelompokkan data, maka dilakukan analisis data

dengan menggunakan teori dan pendapat ahli yang sesuai dengan permasalahan

yang di teliti oleh peneliti.


H. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan
Bulan Januari – Juli Tahun 2023
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei juni Juli

1. Persiapan
2 Pengajuan judul dan Tor
Pengusulan Pembimbing
3

4 Bimbingan proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pelaksanaaan penelitian
Studi pustaka
Studi lapangan
- observasi
- wawancara
8 Rekapitulasi data
9 Pengolahan dan analisis data
10 Bimbingan skripsi
11 Penulisan dan penyusunan skripsi
12 Ujian komprehensif
13 Revisi skripsi
14 Pengumpulan skripsi
I. Sistematika Penulisan

Dari data – data yang di peroleh kemudian analisis dan disusun dengan

rancangan peneliti sebagai berikut

BAB I Pendahuluan Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian

dan manfaat penelitian Tari Napa pada bimbang adat suku serawai di kota manna

bengkulu selatan.

BAB II Berisikan tinjauan pustaka dan landasan teori.

BAB III Metode penelitian berisikan lokasi penelitian, data penelitian, teknik

pengumpilan data dan analisis data.

BAB IV Berisikan pembahasan tentang Keberadaan Tari Napa pada Bimbang Adat

Suku Serawai di Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan

BAB V penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran.

J. Daftar Pustaka

Junita. 2013. Tari Napa di kecamatan kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

Dari sumber website : http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=101246&val=1538. Diakses pada tanggal 1 desember 2022.

Fitriani, Dwi Putri. 2019. Makna Tari Napa di Kota Manna Bengkulu Selatan. Dari

sumber website :
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jsn.DOI://doi.org/10.33369/jsn.5.1.1-21.

Diakse pada tanggal 1 desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai