Kelompok
Meca zhafira j
Winda antika
Indira alya f
Ria sabrina
Lisa devita
Anissa maharani
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tari Zapin asli atau lazim juga disebut Tari Zapin Tradisi, adalah
salah satu tari tradisional Melayu yang sampai saat ini masih
bertahan hidup dibeberapa pesisir Sumatera Utara, salah satunya
adalah di Labuhan Kecamatan Medan Labuhan yang dulunya
dikenal dengan nama Labuhan Deli. Bertahannya Zapin tradisi di
Labuhan menjadi fenomena yang menarik, di tengah derasnya
arus kebudayaan urban yang datang mempengaruhi ruang gerak
tari tradisional seti ap waktu. Adapun sebutan Zapin tradisi akhir-
akhir ini, hanya untuk membedakan secara tegas bentuk tari
Zapin tradisional itu dengan berbagai bentuk Zapin baru yang jiwa
dan bentuknya semakin jauh berbeda dari sumbernya.
. Zapin terdiri dari unsur seni tari, musik, teks, yang menyatu
dalam sebuah persembahan. Tari Zapin difungsikan dalam
berbagai aktivitas yang umumnya berhubungan dengan upacara
perkawinan, khitanan, festi val, pesta budaya, hari besar
keagamaan dan lainnya.
Sejarah Perkembangan Tari Zapin
Mengutip situs resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tari zapin ini muncul
pada 1811, namun baru dipopulerkan pada 1919. Tari zapin dibawa oleh pedagang-pedagang Arab
dari Gujarat dalam perdagangan rempah sekaligus sebagai media dakwah penyebaran agama Islam ke
daerah Kepulauan Riau.
Kemudian, tarian ini menyebar keluar kawasan Riau, sejalan dengan perkembangan kerajaan-
kerajaan Melayu. Dalam pembaurannya dengan budaya setempat, lahirlah berbagai macam
ragam variasi pada tiap-tiap daerah termasuk namun pola dasarnya tetap sama. Yaitu sebagai
simbol dan makna penghormatan serta hiburan untuk disajikan kepada raja-raja yang sedang
menjabat.
Saat itu, tarian ini hanya boleh dibawakan oleh penari laki-laki saja. Namun, seiring
perkembangan zaman dan perubahan pola pikir masyarakat, tarian ini jadi memiliki simbol
dan makna luas.
Saat ini tari zapin disimbolkan sebagai makna kehidupan sosial, pendidikan, adat istiadat
Melayu, dan tidak lepas dengan simbol dan makna yang berkaitan dengan ketuhanan (religi).
Hingga hari ini, tari zapin semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Di Indonesia ada dua jenis tari zapin, yakni zapin Arab dan zapin Melayu. Pada zaman Arab,
tarian ini disebut sebagai zapin lama, di mana tumbuh dan berkembang di dalam kelompok-
kelompok masyarakat keturunan Arab yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Sementara Zapin Melayu ditumbuhkan oleh para ahli lokal dan disesuaikan dengan
lingkingan masyarakatnya. Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Murodi, MA,
perbedaan kedua tari tersebut terletak pada gayanya. Tari Zapin Arab dikenal memiliki satu
gaya saja, sedangkan Zapin Melayu memiliki gaya yang cukup beragam.
Kedua jenis tari zapin tersebut menjadi warisan budaya Indonesia yang memperkaya budaya
bangsa. Selain itu, tarian ini juga menjadi bagian dari kekuatan kesatuan bangsa yang tak
dapat saling dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Ada pula tari zapin kreasi dari lampung yaitu tari zapin bukaghau yang akan kita bacakan
dalam makalah ini.
Awal kehadiran nya tari zapin telah dikenal sebagai tari yangyang di manfaatkan untuk media
dakwah namun setelah perkembangan jaman tari zapin juga di gunakan sebagai hiburan dan tonto
an bagi masyarakat serta dapat memperoleh penghasilan tambahan
Hasil wawancara
Dari wawancara di atas kami mengajukan beberapa pertanyaan
kepada kak Masayu dan kami mendapat jawaban Atas pertanyaan
kami berikut adalah pertanyaan serta jawaban yang kami ajukan
selama wawancara
KESIMPULAN
Simpulan
2. Tarian ini ditarikan oleh empat orang wanita dan empat orang pria
yang membawa bunga telur sebagai properti tari. Pakaian tari terdiri
dari pakaian Melayu seperti songket, ciput ninja, kain tile, bunga,
sanggul, tali pinggang, baju Melayu, songket, tanja. Iringan tari
berupa musik audio.
3. Pola lantai pada tarian ini lebih cendrung memakai pola lantai
bersaf, berjajar dan lingkaran. Tari Zapin Bukaghau memiliki gerakan
yang digunakan hanya tiga ragam gerak saja, yaitu ragam gerak dua,
tiga, dan ragam gerak lima. Selain itu juga menggunakan ragam
kopak sebagai penghubung antara ragam gerak satu dengan ragam
gerak lainnya serta sebagai penutup tarian.
4. Tarian ini memiliki empat fase, fase pertama terdiri dari ragam dua
dan ragam tiga, fase kedua terdiri dari ragam lima dan ragam tiga,
fase ketiga terdiri dari ragam kedua dan ketiga dan fase keempat
terdiri dari ragam gerak tiga dan lima. Dari fase satu ke fase lainnya
dihubungkan dengan gerak kopak, diakhir fase empat ditutup lagi
dengan kopak.
SARAN
Indira Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta
Ria 2006. Tari Tontonan Kesenian Nusantara. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara
Anissa maharani, Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Perpustakaan
Indonesia.
Meca zhafira, 2004. Wawasan Seni Tari: Pengetahuan Praktis bagi Guru Seni Tari.
Universitas Negeri Malang: Perpustakaan Nasional (KDT).
Moelyono, Anton M. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Moleong,
J. Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Meca , dkk. 2004. Kesenian untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alphabeta Bandung.
Sulastianto, Herry dkk. 2008. Seni Budaya SMP Kelas VII. Bandung: Grafind
Wahyuni, Utik. 2006. Seni Budaya untuk SMA/MA Kelas XI. Solo: Cv. Sindunata. Yayat,
Nursantara. 2005. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga