Proposal
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora
Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makassar
Oleh:
Arjun
NIM: 40200116114
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Definisi Operasional
C. Rumusan Masalah
E. Kajian Pustaka
A. Pengerian Akulturasi
D. Definisi Tari
E. Kerangka Berpikir
B. Desain Penelitian
C. Pendekatan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Nim : 40200116114
dahulu, hamper semua bentuk seni pertunjukan berfungsi sebagai sarana upacara
ritual dan masih berlangsung sampai sekarang. Selain itu, dalam usaha
laut dan gunung yaitu pada upacara adat Pakjukukang yang dimulai dari daerah
pesisir yaitu di kecamatan Pakjukukang dengan acara pesta laut kemudian acara
Bantaeng di zaman dulu. Upacara adat Pakjukukan adalah upacara adat yang
dilaksanakan oleh masyarakat setiap tahunnya pada bulan Sya’ban yaitu sebelum
memasuki bulan suci Ramadhan. Upacara adat ini dilaksanakan sebagai ungkapan
syukur kehadiran Sang Pencipta karena dengan mata pencaharian sebagai petani
yang dilaksanakan tiga bulan sebelum upacara adat Pakjukukang digelar. Upacara
adat itu disebut dengan Akkawaru. Akkawaru adalah upacara penyucian yang
upacara adat di kecamatan Onto yang pada zaman dahulu juga merupakan
Pada upacara adat Akkawaru terdapat sebuah tarian yang biasa ditarikan
pada upacara adat Pakjukukang, yakni tari Paolle. Tari Paolle dalam upacara adat
berfungsi sebagai media komunikasi antara masyarakat dan sang Pencipta untuk
bentuk dan fungsi tari Paolle juga berbeda dari ketiga tempat yang melaksanakan
upacara adat.
memiliki makna simbolik, yaitu dalam pola-pola gerakan tari Paolle ini tersirat
makna bahwa roda kehidupan selalu berputar, kadang di bawah dan tak jarang
juga kehidupan menghendaki berada di atas. Oleh karena itu, manusia selalu
harus menjaga hubungan dengan sang Pencipta dan hubungan sesame manusia.
Gerakan dan pola lantai yang digunakan pada tarian ini semuanya menyimbolkan
irama kehidupan. Pola gerakan yang selalu dimulai dari bawah lalu ke atas
mengambarkan apabila ingin sukses dalam hidup, maka harus dimulai dari bawah
Kemudian pola lantai yang terdapat pada hamper semua ragam pada tarian
ini yaitu ragam berpindah tempat. Pola itu menggambarkan bahwa dalam
menjalani kehidupan ini, manusia harus bisa merasakan tempat yang orang lain
rasakan, sehingga bisa saling menghargai sesame manusia. Selain itu, terdapat
juga gerakan yang menyimbolkan bahwa dalam keadaan apapun itu, sebagai
manusia harus selalu besyukur atas nikmat yang diberikan oleh Yang Maha
Pencipta. Hal itu bisa dilihat dari gerakan penari, walau dalam posisi berdiri,
dimulai dari gerak mengalun dari bawah ke atas layaknya orang yang sedang
bersyukur.
ditarikan oleh perempuan yang sudah mengalami menopause. Kondisi seperi itu
dianggap suci sehingga layak untuk menarikan tarian ritual tersebut dan pesan
dari tari Paolleh bisa disampaikan kepada masyarakat. Pelaksanaan upaca adat di
Gantarangkeke. Hal itu disebabkan karena posisi kedua daereah tersebut yang
sama-sama merupakan kerajaan pada zaman dahulu. Selain itu, kelompok yang
membawakan tari Paolle adalah kelompok yang sama sehingga makna simbolik
dari tari Paolle tidak berubah meskipun dalam konteks pelaksanaan upacara
Pada tahun 2013, kelompok atau pelaku yang bisa menarikan tari Paolle
untuk upacara adat Pakjukukangi tidak ikut berpartisipasi lagi dalam upacara
upacara adat, maka akan terjadi hal buruk yang nantinya akan menimpa desa
mereka. Untuk menyiasati agar upacara adat tetap berlangsung maka masyarakat
tahun. Pada umur tersebut merupakan masa terjadinya perubahan fisiologi pada
munculnya tari Paolle pada upacara ritual di kecamatan Eremerasa adalah meniru
kebiasaan yang ada dilingkungan kerajaan pada zaman dahulu yaitu menampilkan
tari Paolle pada setiap upacara ritual. Di masa sekarang tari paolle ditampilkan
pada setiap upacara ritual dan berfungsi sebagai media komunikasi untuk
digunakan hingga gerak dari kedua kelompok tari itu tidak menjadi permasalahan
tetap berjalan meskipun tari Paolle tidak diragukan lagi oleh kelompok dari
kecammatan Gantarangkeke.s
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa tari Paolle yang ditarikan oleh
hidup bagi masyarakat sekitar. Hal itu bisa dilihat apabila dianalisis melalui gerak
dan pola lantai yang digunakan. Hadirnya tari Paolle pada upacara adat
B. Definisi Operasional
tersebut, maka dalam definisi yang akan disajikan pada bab selanjutnya sangat
sebagai berikut:
zaman apa, kapan dan dimana lahir dan berkembangnya Tari Paolle di
Kecamatan Gantarangkeke.
Tari Paolle, yang meliputi penari, ragam gerak, pola lantai, properti, musik
pengiring, kostum dan tata rias, serta tempat pertunjukan dalam Pesta Adat
Bantaeng.
C. Rumusan Masalah
kabupaten Bantaeng?
Bantaeng?
Selatan.
Selatan.
3. Sebagai bahan pegangan dan evaluasi bagi pihak pengelola Tari Paolle
kabupaten Bantaeng.
E. Kajian Pustaka
yang belum tergarap dan mendapat perhatian oleh peneliti sebelumnya. Studi
kepustakaan dilakukan dari berbagai sumber yang terkait langsung dengan objek
penelitian.
Sumber-sumber tertulis acuan yaitu buku yang ditulis oleh M. Irfan Mahmud
yang berjudul Bantaeng Masa Prasejarah ke Masa Islam, tahun 201. Dalam buku
tersebut tidak membahas tentang tari paolle akan tetapi mengurai secara singkat
jelas lagi dalam bukunya ia juga membahas tentang kepercayaan pra-Islam yang
dianut oleh masyarakat setempat hingga terjadi akulturasi Islam dan budaya local.
Skripsi dengan judul Tari Paolle pada Pesta Adat Gantarangkeke di Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng pada tahun 2009 oleh Swada Sukri yang
Gantarangkeke. Isi atau pembahasan yang terdapaat pada skripsi tersebut fokus
pada tata urutan yang ada dalam pesta adat Pakjukukang sehingga pembahasannya
hanya sebatas pada pendeskripsian saja dan tidak menganalisis secara dalam dengan
kepada peneliti tentang tari Paolle pada pelaksanaan upacara adat yang ada di
kabupaten Bantaeng, sehingga peneliti bisa terbantu dalam hal pengumpulan data.
Hariani tahun 2011 juga menjadi bahan perbandingan peneliti dalam hal mengkaji
makna simbolik pada suatu objek tari. Ninik dalam tulisannya Srimpi memiliki nilai
sacral dan mempunyai makna simbolik yang dalam, kerena difungsikan untuk
upacara ruwatani. Gambaran Srimpa Lima, merupakan Srimpa yang dianggap sacral
oleh masyarakat Ngadireso dan direfleksikan melalui simbolisasi Srimpa Lima yang
tersirat makna Sedulur papat lima pancer. Makna simbolik Srimpi Lima yang
sukerta harus diruwat. Hal ini, karena manusia dianggap kotor, tidak bersih, dan
tidak suci. Untuk melepaskan dirinya dari kekotoran itu, atau ketidaksucian, maka
anak yang tergolong ontang-anting harus diruwat. Paparan Ninik mengenai makna
simbolik pada sebuah objek tari memberikan peneliti sebuah gambaran, sehingga
sangat terbantu dalam hal pengungkapan mengenai makna simbolik Tari Paolle
TINJAUAN TEORETIS
A. Pengerian Akulturasi
menyangkut konsep mengenai proses social yang timbul apabila sekelompok manusia
dengan suatu kebudyaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudyaan asing yang berbeda, dengan
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah didalam kebudayaan tanpa
Budaya merupakan bahasa Belanda cultuur, dalam bahsa inggris culture dan
dalam bahasa Arab adalah tsaqafah berasal dari bahasa latin colere yang artinya
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembang arti culture sebfai “segala daya dan
adalah semua yang berasal dari hasrat dan gairah di mana yang lebih tinggi dan murni
menjadi yang teratas memiliki tujuan praktis dalam hubungan manusia seperti musik,
puisi, agama, etik dan lain-lain.2 Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
karsa dan rasa dan kebudyaan adalah hasil dari cipta karsa dan rasa tersebut. Budaya
yang teraktualisasi dalam wujud adat mulia dipahami sebgai fenomena alam yang
Beberapa bentuk ada merupakan kreasi asli daerah, dan sebagian lain seremonial.
Dari sudut pandang agama, adat adat yang baik (urf sahih) dan adat yang jelek (hurf
fasid); sebagian sesuai dengan syariat dan dinyatakan dalam kaidah fikih, sebagian
lagi sesuai dengan semangat tata susila menurut Islam. Oleh karena itu, dalam suatu
perayaan religious, paling tidak ada tiga elemen yang terkombinasi bersamaan:
1
Misnayanti, Akulturasi budaya local dan budaya Islam dalam adat pernikahan masyarakat desa
kaladi kecamatan Suli barat kabupaten Luwu( Makassar: Universitas Islam negeri Alauddin Makassa,
2016), h.11
2
Joko Triprasetya, Ilmu budaya dasar (cet.3; Jakarta: PT Rineka cipta, 2009), h.31
Perayaan itu termasuk adat karena dilaksanakan secara teratur, bersifat ibadah karena
Islam adalah sebuah tatanan kehidupan yang sangat sempurna dan lengkap karena
di dalam Islam itu sendiri mengatur segala macam aturan mulai dari hal-hal yang
kecil sampai hal-hal yang besar, mulai aturan kehidupan dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat serta lingkungan. Islam sudah kita yakini adalah agama yang sempurna
tertentu. Persentuhan Islam dengan budaya lokal tidak menafikan adanya akulturasi
timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya Islam adalah budaya
Kontak antar budaya masyareakt yang diyakini sebagai suatu bentuk kearifan
lokal dengan ajaran dan nilai-nilai yang di bawa oleh Islam tak jarang menghasilkan
dinamika budaya masyarakat setempat. Kemudian, yang terjadi ialah akulturasi dan
mungkin sinkretisasi budaya, seperti praktek meyakini lokal. Secara spesifik, Islam
memandang budaya lokal yang ditemuinya dapat dipilih menjdi tiga: menerima dan
mengembangkan budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsuip Islam dan berguna bagi
3
Misnayanti, Akulturasi budaya local dan budaya Islam dalam adat pernikahan masyarakat desa
kaladi kecamatan Suli barat kabupaten Luwu( Makassar: Universitas Islam negeri Alauddin Makassa,
2016), h.11
Kesenian adalah hasil ekspresi manusia yang mengandung keindahan. 4
Definisi di atas mengandung makna bahwa, seni merupakan hasil karya manusia yang
di dalamnya terkandung nilai-nilai yang indah, akan tetapi keindahan itu relatif
kesenangan dalam seni adalah kesenangan yang menimbulkan rasa suka, puas, dan
sebagainya. Jadi, hadirnya jiwa seni pada diri seseorang salah satunya karena unsur
keinginan dari dalam jiwa seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa seni
seimbang dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi maupun kelompok sosial.
misalnya pada masyarakat sosial, sarana pendidikan moral, etika (tata susila), nilai-
nilai keadilan dalam masyarakat, pemuas diri dan aktualisasi diri. Maka dari itu,
kesenian juga sangat berpengaruh dan sangat penting dalam membentuk suatu
4
Suwaji Bastomi, Wawasan Seni (Semarang: IKIP Semarang Press, 1992), h. 78.
5
Wayan Dibia, Tari Komunal (Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, 2006), 89.
Menurut Sumandiyo, “eksistensi seni adalah usaha untuk menciptakan
segi keindahan saja, tetapi dibalik itu terkandung maksud baik yang bersifat pribadi,
sosial maupun fungsi lain.6 Definisi tersebut mengandung makna bahwa, dengan
lahirnya seni, maka dapat diciptakan beberapa ciri dan bentuk yang menyenangkan,
misalnya sebuah tarian, musik, dan drama, akan tetapi tidak hanya dari segi
keindahannya saja, melainkan di dalamnya harus terkandung maksud dan tujuan, baik
dapat ditarik kesimpulan bahwa, seni merupakan masalah keindahan sebagai hasil
ciptaan manusia yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah.
Selain dari itu, di dalam kesenian terjadi suatu proses pengungkapan pengalaman hati
dan jiwa seseorang, sehingga akan menghasilkan sebuah karya yang mempunyai nilai
keindahan yang tinggi dan berfungsi sebagai penyeimbang jiwa manusia, sebagai
sarana pendidikan moral, sebagai sarana religious, dan juga berfungsi bagi
masyarakat social.
1. Definisi Tari
diungkapkan dengan gerak-gerik ritmis yang indah.7 Soeryoningrat, tari adalah gerak
6
Sumandiyo Hadi, Sosiologi Tari (Yogyakarta: Pustaka, 2005), h. 97.
7
Gunawan Monoharto, Seni Tradisional Sulawesi Selatan (Makassar: Lamacca Press, 2003),
h. 102.
dari seluruh anggota badan yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh
irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam menari. 8 Dari uraian tersebut
mengandung makna, bahwa tari merupakan sebuah karya seni yang gerakan tariannya
harus ritmis, indah, menarik serta selaalu didukung dan dituntun dengan irama musik
yang harus sesuai dengan maksud dan tujuan. Dalam hal ini, sebuah tarian tidak
dapat dipisahkan dari musik, karena keduanya saling terkait satu sama lain.
Menurut Wardhana, tari adalah gerak seluruh tubuh yang ditata dengan irama
lagu pengering, sesuai dengan lambing, watak dan tema tari. Definisi tersebut
mengandung makna bahwa sebuah tarian merupakan hasil dari gerak tubuh yang
mempunyai makna, tema dan watak, yang kesemuanya harus selaras dan ditata
Selain itu, tari juga dapat diartikan sebagai beberapa gerakan, tingka laku,
atau ekspresi yang berasal dari jiwa seseorang yang mempunyai nilai yang indah,
akan tetapi kesemuanya itu akan menjadi penghambat bila harus terkait dengan kata
“indah”, sebab keindahan itu bersifat relative, dan pandangan keindahan bagi setiap
Dewasa ini telah banyak tari yang berkembang tanpa memikirkan keindahan
geraknya, gerak yang diciptakan oleh koreografer, meskipun tidak terlalu indah,
namun yang diutamakan adalah gerakan itu memiliki makna, berupa pesan dan
Di kalangan masyarakat itu sendiri, selain terdapat tari yang bersifat individu,
adapula tari yang bersifat sosial (komunal), yang biasa ditampilkan pada pesta-pesta
8
Munasiah Najamuddin, Tari Tradisional Sulawesi Selatan (Ujung Pandang: Bhakti Baru,
1983), h. 76.
adat dalam suatu komunitas. Seperti definisi tari menurut Endo Suanda, tari adalah
suatu perwujudan dari ekspresi personal (individu) dan sosial (komunal). 9 Maksudnya
perwujudan ekspresi sosial, karena seseorang atau sekelompok orang yang menari
tidaklah hanya untuk kepentingan sendiri melainkan untuk dirasakan bersama orang
Musik sangat erat kaitannya dalam sebuah karya tari, baik yang bersifat
individu maupun komunal. Musik dalam hal ini, berfungsi sebagai pengiring sebuah
tarian untuk menciptakan suasana dan sebagai pelengkap, agar sebuah tarian lebih
nikmat untuk disaksikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa, seni tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang terdiri dari beberapa gerakaan yang indah, yang
2. Fungsi Tari
Pengertian tentang fungsi sangat erat kaitannya dengan keberadaan tari dalam
masyarakat yang tidak hanya sekedar aktivitas kreatif, melainkan lebih mengarah
pada kegunaannya. Artinya, keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang
9
Purwanto, Sejarah Budaya (Bandung: CV. Armico, 1985), h. 94.
10
Subroto, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari (Jakarta: Depdikbud,
1991), h. 109.
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan
melalui dorongan individu, sosial dan komunikasi. Oleh karena itu, tari dapat
berperan sebagai pemujaan, sara komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam
kaitannya dengan ekspresi kehendak. Secara garis besar, fungsi tari ada 4, antara
lain:
Dalam kehidupan masyarakat dari masa lampau hingga saat ini, masih tetap
terdapat beberapa kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan upaca adat, yang
biasa di dalam pelaksanaannya, tari turut berperan sebagai salah satu media
pokoknya.
Menurut Soedarsono, tari berfungsi sebagai bentuk ritual adalah tari yang
khusus berfungsi sebagai sarana upacaya agama dan adat, yang banyak terdapat di
daerah-daerah yang masih bertradisi kuat.11 Menurut definisi tersebut, tari disebut
sebagai tari ritual, apabila tari tersebut berfungsi di dalam sebuah upacara dan
Fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada
dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual. Ciri-ciri tari
untuk upacara antara lain diselenggarakan pada tempat dan waktu tertentu, bersifat
sakral dan magis, terdapat sesaji, dilaksanakan di tempat terbuka dan massal, hidup
dan berkembang dalam tradisi yang kuat sebagai sarana untuk persembahan, sebagai
sarana memuja dewa, bersifat kebersamaan dan berulang ulang, yang dianggap
11
Sumaryono, Tari Tontotonan (Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara, 2006), h. 87.
peserta uparaca bukan penonton dan ditarikan oleh penari yang terpilih dan
dianggap suci.12
Tari dalam upacara, ada yang bersifat wajib dan ada juga yang hanya sebagai
penghibur (pelengkap). Tari yang bersifat wajib adalah tari yang harus ada dalam
tiap pelaksanaan upacara, jika tari tersebut dihilangkan, masyarakat awam percaya
bahwa akan terjadi musibah. Tari yang hanya sebagai penghibur adalah tarian yang
boleh disajikan dalam upacara, tetapi tidak termasuk dalam ritual upacara yang
Pada umumnya, tari hiburan ini dilaksanakan setelah upacara inti. Tari
hiburan ini tidak hanya dapat dipertontonkan, melainkan juga dapat dinikmati
sendiri oleh pelakunya, karena gerakan yang dikeluarkan oleh penarinya adalah
energi yang berlebihan rasa untuk menciptakan rasa kepuasan oleh pelakunya.13
Tari ini dilakukan dengan tujuan memberi hiburan kepada para penonton
untuk memeriakan suatu acara untuk menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam
daripada sekedar untuk hiburan. Tari yang tergolong dalam seni pertunjukan
12
Wardhana, Pendidikan Seni Tari (Jakarta: Depertemen Pendidikan Kebudayaan, 1990),
h.112.
13
Wardhana, Pendidikan Seni Tari, h. 109.
pertunjukan. Penyajian tarinya lebih menonjolkan gerakan-gerakan yang bersifat
estetis, sehingga para penikmat seni dapat memperoleh pengalaman estetis dari hasil
pengamatannya.14
Tari sebagai sarana pendidikan yang dimaksud adalah tari yang latar
untuk tujuan dan maksud tertentu misalnya, tari digunakan sebagai bahan ajar dalam
ilmu pendidikan. Tari ini adalah tari yang diajarkan kepada pelajar ataupun
profesi, artinya aktivitas tari sebagai sarana untuk mencari nafkah, baik pekerjaan
pokok maupun tambahan. Tarian yang berfungsi sebagai sarana pendidikan ini,
berkaitan dengan organisasi pendidikan formal dan non formal dalam masyarakat.15
Tari sebagai sarana komunikasi yang dimaksud adalah tarian yang gerakannya
dapat dimengerti oleh penonton dan dapat menimbulkan komunikasi antara penari
dan penontonnya. Tari dapat dikatakan sebagai sarana komunikasi karena tari itu
dan disukai oleh penonton, juga agar penonton dapat memahami tarian yang
14
Subroto, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, h. 125.
15
Subroto, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, h. 134.
Komunikasi yang disampaikan dalam sebuah tarian adalah pengalaman yang
berharga yang bermula dari imajinasi kreatif.16 Setiap tarian harus mempunyai makna
agar penonton yang menyaksikan dapat menikmati tarian yang disajikan dan dapat
3. Tari Paolle
Tari paolle merupakan tari tradisional khas Kabupaten Bantaeng. Tarian ini
merupakan tarian tertua yang ada di Kabupaten Bantaeng sehingga sudah tidak
diketahui lagi siapa penciptanya, akan tetapi tarian ini masih terus berkembang
Onto dan sebagainya. Dahulu, tarian ini biasa diperagakan pada upacara-upacara
Tarian ini juga merupakan tari tradisi yang bersifat kerakyatan yang terdapat
di Kabupaten Bantaeng. Kata tradisi dapat diartikan sebuah kebiasaan yang dilakukan
rentang waktu yang cukup lama. Karena itu, di dalam suatu tradisi terkandung nilai-
nilai dan norma-norma yang mengikat bagi masyarakatnya, sedangkan Tari tradisi
adalah tarian yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah atau suatu
yang bersangkutan.17
16
Subroto, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, h. 139.
17
Gunawan Monoharto, Seni Tradisional Sulawesi Selatan, h. 78.
“ Tari tradisional adalah salah satu bentuk tarian yang mengandung nilai-nilai
luhur yang bermutu tinggi, dibentuk dalam suatu pola-pola gerak tertentu dan terikat,
berkembang dari masa ke masa serta mengandung pula nilai-nilai filosofis yang
Folkdance,” 19
sebagai kelengkapan atau penguat sistem sosial kekeluargaan dan juga sebagai
hiburan dalam kehidupan bermasyarakat.20 Tari rakyat juga biasa dua kepentingan
yakni pertama sebagai hiburan pada pesta atau upacara-upacara sosial kerakyatan dan
yang kedua, tarian dikemas secara khusus untuk kepentingan tertentu, misalnya untuk
pementasannya.
Seperti halnya pada Tari Paolle, tarian ini bersifat kerakyatan, karena sering
berfungsi sebagai tari upacara. Dalam hal ini, tempat dan waktu upacaranya secara
masyarakat. Dalam upacara ritual terdapat tokoh utama yang dituakan dan bertindak
sebagai pemimpin upacara yang disebut pinati. Dalam pelaksanaan upacara, biasanya
batas antara penonton dan penari tidak jelas karena, penonton juga sebenarnya
18
Gunawan Monoharto, Seni Tradisional Sulawesi Selatan, h. 93.
19
Purwanto, Sejarah Budaya, h. 89.
20
Purwanto, Sejarah Budaya, h.67.
menjadi bagian dari upacara tersebut. Maksud adalahnya penonton melihat tarian itu
bukan sebagai hiburan, melainkan sebagai media untuk menyampaikan maksud dan
Selain ditampilkan dalam pelaksanaann upacara adat dan sebagai hiburan, tari
Paolle juga biasa ditampilkan pada festifal-festifal dan pementasan tari yang
dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng dan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar Tari
orang. Posisi kaki bagi penari umumnya terbuka dan gerakan tubuh yang perlahan
dengann sentuhann jari telunjuk, sedangkan jari tangan kanan memegang kipas.
Kostum yang dipakai penari yaitu baju bodo warna merah, sarung, serta
sedangkan instrument yang digunakan adalah sepasang gendang dan 1 buah gong,
rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan-aturan yang menurut adat
atau agama. Menurut definisi tersebut, upacara dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan tertentu menurut agama
atau adat istiadat masyarakat setempat, misalnya upacara perkawinan yang dilakukan
21
Wayan Dibia, Tari Komunal, h. 98.
Adat adalah aturan, perbuatan, cara atau kelakuan yang lazim diturut atau
dilakukan sejak dahulu kala, yang sudah menjadi kebiasaan suatu daerah. Adat juga
dapat diartikan sebagai wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai
budaya, norma, hokum, dan aturan yang satu dan yang lainnya, kemudian berkaitan
menjadi suatu sistem yang menjadi kebiasaan di dalam suatu komunitas masyarakat,
dan jika aturan tersebut dilanggar, maka ada hukuman tertentu yang diberikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, upacara adat adalah salah satu
sehubungan dengan peristiwa penting, yang terkait pada aturan-aturan atau norma-
terkandung nilai-nilai budaya, norma, hokum, dan aturan yang satu dengan yang
lainnya.
E. Kerangka Berpikir
Sebelum terwujudnya suatu bentuk tarian, terlebih dahulu melalui ide atau
gagasan dann latar belakang penciptanya. Langka ini merupakan dari pemahaman
yang akan memberikan gambaran tentang awal mula penciptaan Tari Paolle dan
memberikan pemahaman tentang Tari Paolle. Setelah kedua unsur tersebut, maka
dilanjutkan ke proses bentuk penyajian serta fungsinya pada pesta adat Akkawaru di
landassan teori, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini mengemukakan bahan
Bentuk
Latar belakang
penyajian Tari Fungsi Tari Paolle
keberadaan tari
Paolle dalam dalam Pesta Adat
Paolle dalam pesta
Pesta Adat Akkawaru di
Adat Akkawaru di
Akkawaru Kecamatan
Kecamatan
Gantarangkeke Gantarangkeke
Kabupaten Kabupaten Bantaeng
Bantaeng
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
peristiwa masa lampau sehingga jelas diarahkan kepada metode sejarah yang bersifat
kualitatif. Penulisan peristiwa masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah
sejarah. Pengisahan masa lampau tidak dapat dikerjakan tanpa ada sumber yang
menyangkut masa lampau tersebut, sumber yang dimaksud adalah berupa data yang
melalui proses analisis menjadi sebuah fakta atau keterangan yang otentik yang
itu baik tertulis maupun tidak tertulis yang meliputi legenda, folklore, prasasti,
2. Lokasi Penelitian
22
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), h. 91.
Penelitian di laksanakan di kota Bantaeng yang berada di bagian utara
berdekatan dengan tempat tinggal penelit sehinga waktu penelitian itu sendiri dapat
3. Variable Penelitian
Variabel dalam penelitiann ini adalah konsep atau variasi yang merupakan
berbentuk apa saja (objek, sifat, atribut, dan nilai) yang ditentukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang jelas dan dapat ditarik kesimpulan
a. Latar belakang keberadaan Tari Paolle dalam Pesta Adat Akkawaru di Kecamatan
Kabupaten Bantaeng.
B. Desain Penelitian
23
https://id.m.wikipedia.org
desain penelitian dapat disusun sebagai berikut:
Latar Belakang Bentuk penyajian
keberadaan Tari Fungsi Tari Paolle
Tari Paolle dalam
Paolle dalam pesta dalam Pesta Adat
Pesta Adat
Adat Akkawaru di Akkawaru di
Akkawaru di
Kecamatan Kecamatan
Kecamatan
Gantarangkeke Gantarangkeke
Gantarangkeke
Kabupaten Kabupaten
Kabbupaten
Bantaeng Bantaeng
Bantaeng
Pengolahan dan
Analisis data
kesimpulan
skripsi
C. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Agama
Definisi agama adalah suatu bentuk kepercayaan. Dengan pendekatan agama
ini maka akan diketahui religiusitas masyarakat berdasarkan tingkat ortodoksi dan
dengan agama Islam karena melibatkan berbagai dalil agama yang mendukung
validatas data.24
2. Pendekatan Sosiologi
Sosiologi ialah suatu ilmu yang memfokuskan manusia sebagai objek utama,
3. Pendekatan Historis
Pendekatan ini adalah salah satu pendekatan khusus untuk menelusuri sebab-
sebab dari kejadian atau pendapat yang muncul di masa lalu untuk generalisasi
sebagai usaha unuk memahami kenyataan sejarah serta dapat berguna untuk
mengetahui keadaan dalam masa sekarang terkait dengan Tari Paolle dalam Pesta
4. Pendekatan Antropologis
24
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Cet. I ; Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2011), h. 20
25
Soemardjan, Setangkai Bunga Sosiologi (Cet. I; Jakarta: Fakultas Ekonomi, 1974), h. 12.
26
Winarno Surahmat, Dasar dan Teknik Research (Bandung PT Remaja Rosdakara, 2014), h.
157.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
kebenaran-kebenaran dan fakta tentang sejarah Tari Paolle dalam Pesta Adat
masyarakat Donggo.
Derdapat dua hal utama yang mempengaruhui kualitas hasil penelitian, yaitu
1. Instrument penelitian
R&B mengemukakan bahwa yang menjadi instrument atau alat penelitian kualitatif
adalah peneliti itu sendiri. Akan tetapi, peneliti mempuunyai keterbatasan dalam
maka dari itu peneliti menggunakann alat bantu untuk merekam suara yaitu voice
27
Koendjaraningrat, Antropologi Budaya (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 149.
28
Pengumpulan data dilakkukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
a) Observasi
muncullah permasalahan dan menjadi fokus peneliti. Selain itu, peneliti jjuga
sebagai lokasi tempat tinggal Anrong Guru dan para penari yang mengisi acara adat
b) Wawancara
tokoh masyarakat Bantaeng, yang berkaitan dengan makna simbolik Tari Paolle
diwawancaarai selama observasi yaitu Latippa (63 tahun), Azis Dg. Bundu (67 tahun)
Akkawaru dilakssanakan dan asal-usul dari Tari Paolle. Selain narasumber yang telah
disebutkan diatas peneliti juga mewawancarai H. Mana (64 tahun) sebagai Anrong
Guru Tari Paolle dari kecamatan Eremerasa yang membawakan Tari Paolle pada
upacara adat Akkawaru, dan hasil wawancara diperoleh data mengenai beberapa
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
sebagai bukti fisik tentang Tari Paolle dalam upacara adat Akkawaru di kecamatan
dikumpulkan berupa rekaman video dan foto-foto dari tahun 2010-2012 mengenai
pesta adat Pakjukukang yang tersimpan di Dinas Budaya dan Parawisata Kabupaten
Bantaeng.
kualitatif. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
1. Reduksi
Data yang telah diperoleh dari lapangan sangat banyak karena lokasi
penelitian tidak hanya pada lokasi pelaksanaan upacara adat Akkawaru saja
melainkan lokasi pengisi dalam upacara tersebut yaitu para penari Paolle dan Anrong
Guru. Catatan-catatan lapangan, rekaman video, atau foto-foto yang telah didapatkan
kemudian direduksi sehingga memunculkan hasil data yang bisa disajikan. Adapun
proses reduksi yang diilakukan yaitu memfokuskan pada upacara adat Akkawaru dan
aspek-aspek Tari Paolle sehingga data di lapangan yang dirasa tidak cukup penting
2. Penyajian data
Setelah data-data dari beberapa sumber didapatkan, data tersebut kemudian
difokuskan (lebih spesifik), dan disusun menjadi sebuah cacatan tertulis dan
3. verifikasi
tertulis yang telah dibuat. Dalam hal ini, peneliti memeriksa kembali kebenaran dari
data yang diperoleh agar dapat dipertanggungg jawabkan. Setelah melewati tiga
tahap ini, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sesuai dengan judul dan data yang
diperoleh.
Pada pemilihan sumber data pada penelitian ini berdasarkan pada keahlian
narasumber yang memiliki pemahaman yang cukup banyak tentang informasi Tari
Bantaeng.
Adapun sumber data yang dipakai peneliti dalam penelitian ini, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer yaitu sumber data yang dilakukan dengan mengumpulan data
dengan memeriksa di tempat penelitian, dan dapat pula secara langsung melalui
informan atau narasumber. Dalam penelitan ini, adapun yang dijadikan informasi
Bantaeng yang terlibat maupun mengetahui banyak hal tentang Pesta Adat Akkawaru.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu sumber data yang dilakukan untuk mendukung sumber
data primer, yang diperoleh dari dokumen dan hasil penelitian tentang Tari Paolle
seperti beberapa disertasi dan hasil penelitian, serta buku-buku pustaka yang telah
F. Analisis Data
Dalam hal ini analisis data yang digunakan ada tiga antara lain Deduktif, Induktif
1. Deduktif
disepakati. Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari kenyataan yang
bersifat umum menarik kesimpulan yang bersifat khusus dan deduktif terkadang
2. Induktif
kesimpulan.29
3.Konperatif
sendiri. Penelitian ini tentunya harus di lakukan dengan cara tinggal di tempat
penelitian dalam waktu yang cukup lama, agar mendapatkan tafsiran dari
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Cet. II; Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
2003.
Baru, 1983.
Subroto. Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Depdikbud,
1991.
1990.