Anda di halaman 1dari 12

JURNAL SENI TARI

EKSISTENSI TARI PALLAKE DI DESA ONGKO KECAMATAN


CAMPALAGIAN KABUPATEN POLMAN

THE EXISTENCE OF PALLAKE DANCE IN ONGKO


VILLAGE CAMPALAGIAN DISTRICT
POLEWALI MANDAR REGENCY

Megawati, Rahma. M, Sry Wahyuni Muhtar


Seni Tari, Jurusan Seni Pertunjukkan, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.
Email:
¹megaw8282@gmail.com

ABSTRAK

MEGAWATI. 2021. Skripsi. Eksistensi Tari Pallake Di Desa Ongko Kecamatan


Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Dan
Desain, Universitas Negeri Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisi data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah; 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan, dengan
rumusan masalah; 1) Bagaimana proses latihan tari Pallake di desa Ongko kecamatan
Campalagian kabupaten Polewali Mandar?, 2) Bagaimana pementasan tari Pallake di Desa
Ongko kecamatan Campalagian? Eksistensi tari pallake dapat dilihat dari proses latihan
yang diawali dengan melihat dan mengamati, menirukan dengan menjadikan permainan,
diikut seratakan di setiap pementasan dan diajarkan memainkan alat pengiring gimbal
(gendang), saat 17 tahun dimandikan sando (dukun), resmi menjadi Pa’jinnangan dan
diajarkan dasar gerak kaki, dasar gerak menyerang dan menari menggunakan senjata.
Eksistensi tari pallake dilihat dari pementasan, merupakan aikon dari kabupaten Polewali
Mandar khusnya bagi komunitas Adat Pappuangan Padang yang akan tetap dipentaskan
pada ritual Pauli Banua, upacara Inisiasi dan Festival. Selain itu tari pallake mempunyai
keunikan pada gerak pa’jinnangan, alat musik pengiring yaitu gimbal dan kostum baju
perang yang digunakan pa’jinnangan dengan aksesoris kepala tandu la’bi tombang.
Tempat pementasan tari pallake yaitu ditempat terbuka seperti halaman rumah atau
lapangan dan panggung terbuka dengan sistem pertunjukan arena yang dapat dilihat dari
segala arah.

Kata Kunci : Tari Pallake, proses latiahn, pementasan.

1
JURNAL SENI TARI

ABSTRACT

MEGAWATI. 2021. Thesis. The Existence of Pallake Dance in Ongko Village,


Campalagian District, Polewali Mandar Regency. Dance Study Program, Faculty of Art
and Design, Makassar State University. The type of research used in this research is
qualitative research using data collection techniques of observation, interviews,
documentation and literature study. The data analysis techniques used in this research are;
1) Data reduction, 2) Data presentation, 3) Drawing conclusions, with the formulation of
the problem; 1) How was the Pallake dance practice process in Ongko village,
Campalagian district, Polewali Mandar district? 2) How was the Pallake dance
performance in Ongko Village, Campalagian sub-district? The existence of the pallake
dance can be seen from the training process that begins with seeing and observing,
imitating by making games, being followed evenly in every performance and being taught
to play the accompaniment of dreadlocks (drums). taught the basics of footwork, the basics
of attacking and dancing using weapons. The existence of the pallake dance, seen from the
performance, is an icon of the Polewali Mandar district, especially for the Pappuangan
Padang Indigenous community which will continue to be staged at Pauli Banua rituals,
initiation ceremonies and festivals. In addition, the pallake dance is unique in the
movement of the pa'jinnangan, the musical accompaniment is the dreadlocks and the
costume of armor used by the pa'jinnangan with the head accessories of the la'bi tombang
palanquin. The place for staging the pallake dance is in an open place such as a house or
field and an open stage with an arena performance system that can be seen from all
directions.

Keywords: Pallake dance, rehearsal process, performance.

PENDAHULUAN kecamatan Campalagian. Kata "Pallake"


A. Latar Belakang berasal dari kata "lake" secara etimologi
Kabupaten Polewali Mandar atau bahasa bermakna: tanduk pertengahan.
mempunyai banyak kesenian tradisional Tarian ini dimainkan dua penari laki-laki,
rakyat yang berkembang, baik yang sudah yang mempertontonkan gerakan perang
diakui maupun belum diakui keberadaannya menggunakan giring-giring, kanda bulo dan
oleh pemerintah kabupaten Polewali do’e yang hanya diiringi tabuan gimbal
Mandar. (gendang). Kedua penari menggunakan
Tari tradisional yang dimiliki kostum baju perang yang berwarna merah
kabupaten Polewali Mandar salah satunya dan kuning serta memakai pengingat kepala
adalah tari Pallake di desa Ongko berbentuk seperti tanduk kerbau yang

2
sebelum dimainkan terlebih dahulu diberi tidak lagi dislenggarakan karena adanya
doa. Tari Pallake tidak dapat ditarikan oleh wabah virus Corona Covid19, sehingga
sembarang orang hanya dapat ditarikan oleh tarian ini hanya dapat ditampilkan diacara
para pemuda keturunan adat Pappuangan hajtan, pernikahan, sunnatan dan aqikah
Padang. yang dilaksanakan oleh keturunan adat
Eksistensi atau keberadaan tari Pappuangan Padang dengan tetap
Pallake diwilaya Adat Pappuuangan mematuhi protocol kesehatan menggunakan
Padang desa Ongko menjadi sebuah masker, jaga jarak dan cuci tangan.
kebanggaan dan kekayaan yang tidak Tari Pallake cukup terkenal
ternilai harganya, terlebih lagi dikalangan masyarakat kecamatan
keberadaannya menjadi sebuah wadah Campalagian, khususnya pada masyarakat
perekat dan pemersatu dikalangan keturunan keturunan adat Pappuangan Padang, tetapi
masyarakat Pappuangan Padang dalam tari Pallake tidak cukup dikenal
membina tatanan kehidupan bermasyarakat dimasyarakat luas karena munculnya
yang berbudaya karena wajib hukumnya hiburan baru di era globalisasi seperti sosial
bagi keturunan Pappuangan Padang media yang semakin memberikan
menampilakan tari Pallake pada setiap acara kemudahan untuk mengakses hiburan
hajatan pernikahan, aqikah dan sunnatan menarik.
yang diselenggarakan. Berdasarkan uraian latar belakang
Tari Pallake selain ditampilkan pada tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
acara hajatan, pernikahan, aqikah dan eksistensi tari Pallake di desa Ongko
sunnatan, tari Pallake rutin ditampilkan pada kecamatan Campalagian Kabupaten
ritual Pauli Banua (Ritual pembersihan Polewali Mandar yang dapat dilihat dari
kampung) di desa Ongko yang dilaksanakan proses latihan dan pementasan tari tersebut,
sekali dalam setahun selain itu ditampilkan sehingga dapat dideskripsikan dalam karya
juga diacara Internasional Folk and Art ilmiah agar keberadaannya
Festifal (PIFAF) dan Festival Budaya yang terdokumentasikan dengan baik.
diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten B. Rumusan Masalah
Polewali Mandar sekali dalam setahun di Berdasarkan latar belakang di atas maka
kota Polewali, akan tetapi sejak tahun 2020 dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
hingga sekarang FIFAF dan Festival Budaya

3
i. Bagaimana proses latihan tari Pallake iii. Sebagai sumber referensi untuk
di desa Ongko kecamatan peneliti selanjutnya pada Eksistensi
Campalagian kabupaten Polewali tari Pallake Desa Ongko Kecamatan
Mandar? Campalagian Kabupaten Polewali
ii. Bagaimana pementasan tari Pallake di Mandar.
Desa Ongko kecamatan Campalagian? METODE PENELITIAN
C. Tujuan Penelitian A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas Jenis penelitian yang digunakan
tujuan penelitian ini adalah mengetahui, adalah pendekatan kualitatif. Menurut
memehami, dan mendeskripsikan Bogdam dan Taylor (dalam Moleong 2001:
Eksistensi Tari Pallake yang dilihat dari 11) metodologi kualitatif sebagai prosedur
proses latihan dan pementasan tari Pallake penelitian yang menghasilkan data deskriptif
di desa Ongko kecamatan Campalagian berupa kata-kata tertulis yaitu hasil
kabupaten Polewali Mandar. wawancara dengan beberapa narasumber
D. Manfaat Penelitian diantaranya menstro, penari, pemusik atau
Dari hasil penelitian diharapkan lisan dari orang-orang dan perilaku yang
bermanfaat; dapat diamati.
i. Sebagai dokumentasi tertulis oleh B. Waktu dan Tempat Penelitian
pemerintah Polewali Mandar Pengambilan data penelitian
mengenai eksistensi tari Pallake di dilakukan dalam bulan Juli sampai
desa Ongko kecamatan September. Adapun tampat penelitian yaitu
Campalagian Kabupaten Polewali di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi
Mandar. Sulawesi Barat tepatnya di Desa Ongko
ii. Untuk memberikan informasi dan Kecamatan Campalagian merupakan lokasi
pengetahuan bagi masyarakat umum yang dipilih peneliti sebagai penelitian
khususnya generasi muda agar tentang Eksistensi Tari Pallake.
mengenal dan mengetahui C. Desain Penelitian
keberadaan atau eksistensi tari Adapun desain penelitian disini yaitu
Pallake desa Ongko kecamatan untuk mempermudah dan akan dijadikan
Campalagian Kabupaten Polewali pedoman selama penelitian ini berlangsung
Mandar. yang di awali dengan pengumpulan data

4
mengenai Eksistensi Tari Pallake yang (2) observasi, (3) wawancara, dan (4)
dilihat dari proses latihan dan pementasan. dokumentasi.
Kemudian, dilakukan pengolahan data dan F. Teknik Analisis Data
selanjutnya proses analisis data sehingga Adapun teknik analisis data pada
menghasilkan sebuah kesimpulan. penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu
D. Sumber Data Dan Informan reduksi data, penyajian data dan penarikan
1. Sumber Data kesimpulan.
Sumber data terbagi menjadi dua
yaitu data primer dan data sekunder. HASIL PENELITIAN DAN
Data primer adalah data yang diperoleh PEMBAHASAN
peneliti secara langsung berupa hasil A. Hasil Penelitian
wawancara dengan para informan dan 1. Keberadaan Tari Pallake
data sekunder adalah data yang Tari Pallake merupakan salah satu
diperoleh secara tidak langsung tari tradisional yang berasal dari suku
dokumen mengenai tari Pallake. Mandar yang terdapat di Kabupaten
2. Informan Polewali Mandar tepatnya di desa Ongko
Informan dalam penelitian ini pusat komunitas adat Pappuangan Padang.
adalah Ust. M. Daamin S.Ag selaku Komunitas adat Pappuangan Padang
keturunan atau cucu leluhur yang merupakan komonitas yang terdiri dari tiga
mencipatakan Tari Pallake sekaligus desa yaitu Padang, Padang Timur dan
budayawan komunitas adat Ongko. Komunitas Pappuangan Padang
Pappuangan Padang, Sahabuddin berada di pertengahan antara kerajaan Pitu
Mahganna selaku budayawan Sulawesi Ulunna Salu (tujuh kerajaan yang ada di
Barat, dan Sipaami selaku keturunen hulu sungai) dan Pitu Ba’bana Binanga
atau cucu leluhur yang mencipatakan (tujuh kerajaan hilir sungai) sehingga
Tari Pallake sekaligus Penari tari Pappuangan Padang menjadi tempat
pallake dan sando komunitas adat penyampaian pesan antar dua kerajaan pada
Pappuangan Padang, masa kerajaan Balanipa, disebuah rumah
E. Teknik Pengumpulan Data besar yang disebut Sapo Kayyang yang
Penelitian ini menggunakan 4 teknik berada di desa Ongko. (Wawancara,
pengumpulan data, yaitu: (1) studi pustaka, Sahabuddin 16 Agustus 2021)

5
Lake atau Pallake (tarian perang) ada (pernikahan), mappadai tojang (aqikah),
akibat adanya peristiwa ajaib yang dialami massunna (sunnatan), mattinja (nazar),
salah seorang leluhur adat di wilayah mappatamma (khatam Alqur’an yang
Pappuangan padang yang bernama dilaksanakan oleh keturunan adat
punggawa. Tarian ini muncul atas dasar Pappuangan Padang, serta wajib ada pada
perpaduan cipta, rasa dan karsa melalui ritual Pauli Banua (Ritual pembersih
pengalaman dan perjalanan spritualnya kampung), dan ditampilkan juga di acara
lewat mati suri lannya selama tujuh hari Festival yang diselenggarakan pemerintah.
tujuh malam. Pada saat itu punggawa (Wawancara, Sipaami 07 Agustus 2021).
mengeluarkan wasiat atau pesan: 2. Bentuk Penyajian Tari Pallake
Eh……inggannana ana’ appou a. Penari
nauannagano’o sossorang……… sossorang Tari Pallake ditarikan oleh tiga orang
iyya namappannassa…… namappamesa tau penari yang mempunyai garis keturunan
to padzang. (wahai seluruh anak cucuku adat Pappuangan Padang yang telah
akan aku tinggalkan pusaka berharga berusia diatas tujuh belas tahun, karena
bagimu pusaka yang akan membuktikan dan pada usia ini telah dianggap dewasa, bisa
mempersatukan masyarakat adat membedakan benar dan salah, menjaga
Pappuangan Padang) diri sendiri dan mempertanggung
Tari Pallake pada masa kerajaan jawabkan perbuatan yang dilakukan
Balanipa merupakan tarian perang yang selain itu, ini berdasarkan syarat yang
ditampilkan untuk mengiring naiknya telah disepakati komunitas adat
tahkta raja dan sebagai membakar Pappuangan Padang. Satu penari
semangat dan menyambut prajurit yang perempuan yang disebut pa’embur, dan
berhasil dimedang perang sebagai dua penari laki-laki disebut pa’jinnang,
ungkapan rasa syukur atas keberhasilan Pa’embur (penabur beras) pada tari
yang dicapai. Semejak berakhirnya masa Paallake berfungsi sebagai pemberi
kerajaan Balanipa dan beralih ke semangat dan berkat kepada
Pappuangan, tari Pallake beralih fungsi pa’jinnangan.
menjadi tari hiburan yang wajib ada pada b. Ragam Gerak
upacara Inisiasi keturunan adat Ragam gerak Tari Pallake memiliki
Pappuangan Padang seperti pappasiala, 3 ragam gerak tari yaitu, ragam Giring-

6
giring, ragam Kandobulo, dan ragam disebut pa’jinnangan berusia tujuh belas
Doe. Setiap pergantian ragam seorang tahun, latihan dan pemilihan penerus tari
wanita atau biasa disebut “pa’embur” pallake hanya dilakukan untuk penari
masuk ketengah penari untuk menaburi pa’jinnangan karena tidak semua pemuda
penari dengan beras yang ia bawa. keturunan adat Pappuangan padang dapat
c. Alat musik Iringan Tari Pallake’ menarikannya.
Musik iringan Tari Pallake’ Syarat yang harus dipenuhi untuk
menggunakan jenis musik Eksternal, menjadi penerus penari pa’jinnangan
dimana musik eksternal merupakan sebagai berikut;
musik yang dibuat dengan a. Syarat Menjadi Pa’jinnangan Tari
menggunakan alat musik.Dan di Tari Pallake
Pallake alat musik yang dimainkan 1) Merupakan keturunan dari
hanya satu yaitu gendang. Punggawa (leluhur yang
d. Kostum Tari Pallake’ menciptakan tari Pallake.
Kostum yang digunakan dalam tari 2) Minimal berusia sepuluh tahun.
Pallake ialah berupa atasan atau baju 3) Berjenis kelamin laki-laki.
yang memiliki 2 warna yaitu merah dan 4) Mempunyai ketertarikan belajar
kuning, serta aksesoris kepala berupa tari Pallake.
tanduk kerbau. b. Proses Latihan Tari Pallake
e. Property Proses Latihan tari Pallake dibagi
Properti yang digunakan dalam tari atas dua yaitu saat menjadi pa’jinnangan
Pallake yaitu Giring-Giring (lonceng), tari Pallake dan saat akan menghadiri
Kobi Kando Bulo (Parang), dan Doe undangan Festival yang diselenggarakan
(Tombak), utte (perisai pelindung) dan Pemerintah. Berikut proses yang
pa’annangan (wadah menaruh beras). dilakukan;
3. Latihan Tari Pallake 1) Proses latihan pa’jinnangan
Tari Pallake tidak melakukan latihan  Pa’jinnangan setelah dipilih, tidak
secara rutin, tetapi dilakukan disaat akan langsung diajarkan menari tetapi
mengikuti acara Festival yang diikutsertakan disetiap pementasan
diselenggarakan oleh pemerintah dan pada tari pallake, untuk belajar gerak dan
saat calon penerus penari tari Pallake yang memahami situasi dan kondisi

7
dengan cara melihat dan mengamati  Melakukan pementasan.
pementasan tari pallake. 4. Pementasan Tari Pallake
 Pa’jinnangan kemudian diajarkan Sebuah pertunjukkan tari
memainkan alat musik pengiring tari membutuhkan tempat atau panggung
pallake yang disebut gimbal sebagai ruang pementasan. Sama halnya
(gendang). Sebelum berusia tujuh dengan tempat pertunjukkan tari Pallake
belas tahun dan sebelum diajarkan yang ditampilkan pada acara tertentu seperti
gerakan tari pallake. pada ritual Pauli Banua (Ritual pembersih
 Pa’jinnangan setelah berusia tujuh kampung), upacara Inisiasi dan acara
belas tahun, kemudian dimandikan Festival yang dipentaskan di tempat yang
oleh sando (dukun). terbuka seperti di lapangan dan halaman
 Pa’jinnangan kemudian diajarkan rumah.
dasar-dasar gerak kaki, dasar gerak a. Ritual Pauli Banua (Ritual
menyerang oleh sando dan menari pembersih kampung)
menggunakan property senjata, yang Ritual Pauli Banua merupakan
pertama giring-giring, yang kedua ritual yang dilaksanakan setiap tahun oleh
kanda bulo (parang), dan terakhir komunitas adat Pappuangan Padang, pada
doe (tombak). hari Jum’at jumadil akhir yaitu tanggal 22-
2) Latihan Sebelum Mengikuti 29 Januari selama tujuh hari tujuh malam.
Festival Sebelum tari pallake dipentaskan ada
 Melakukan kesepakatan dengan beberapa ritual adat yang dilakukan, yang
panitia penyelenggara mengenai pertama pembakaran Rattiga Tappi’de,
jumlah penari, kostum, musik, Mando’e Ada’, Macco’bo, Megallang,
penambahan atau pengurangan Melo’dian Bannang Pute dan pementasan
durasi, dan property yang tari pallake,
digunakan. b. Upacara Inisiasi
 Kemudian melakukan latihan Tari Pallake ditampilkan pada

gerak menyerang disetiap ragam upacara Inisiasi atau daur hidup keturunan

yang disesuaikan dengan durasi Adat Pappuangan Padang dan hukumnya

yang diminta panitia wajib meskipun telah keluar dari desa

penyelenggara. Ongko atau dari adat Pappuangan Padang

8
mereka tetap terikat dengan tradisi tersebut. Malaysia, Pementasan yang diliput oleh
Pada saat mengadakan sebuah upacara Pelangi Indonesia yang disiarkan di siaran
Inisiasi. pada upacara Inisiasi ada beberapa TVRI Nasional dan TVRI Sulbar pada tahun
tahap yang pertama dilakukan adalah 2018, penampil pada acara International
melakukan merau tulung (permohonan Folk and Art Festival (PIFAF) di kabupaten
pementasan tari Pallake), tahap pementasan Polewali Mandar pada tahun 2019, penampil
tari pallake, dan tahap penyelesaian. pada acara Festival Budaya Banua Kayyang
(Wawancara, Sipaami 07 Agustus 2021). di taman Budaya Buttu Ciping kecamatan
c. Festival Tinambung kabupaten Polman 2021.
Tari Pallake yang ditampilkan di B. Pembahasan
Festival dengan yang ditampilkan diritual Keberadaan tari pallake diwilayah
Pauli Banu’a dan upacara Inisiasi tidak adat Pappuangan Padang desa Ongko,
sama. Tari Pallake yang ditampilkan di menjadi sebuah kebanggaan dan kekayaan
festival sudah mengalami perubahan sesuai yang tidak ternilai harganya, karena tari
dengan kesepakatan panitia penyelenggara pallake menjadi wadah perekat dan
seperti; jumlah penari, kostum penari, ritual pemersatu dikalangan keturunan masyarakat
ditiadakan, pengurangan durasi dan komunitas adat Pappuangan Padang sejak
penggunaan property yaitu menggunakan dahulu hingga sekarang. Untuk mengetahui
kanda bulo (parang) dan doe (tombak) tiruan eksistensi atau keberadaan tari pallake dapat
bukan yang asli seperti yang digunakan di dilihat dengan berdasarkan teori dari Y.
ritual Pauli banu’a dan upacara inisiasi Sumandiyo Hadi (dalam Nur Fitria
keturunan adat Pappuangan Padang. Handayani 2019:54) Eksistensi adalah
Penggunaan property tiruan di acara Festival keberadaan, keberadaan sebuah kesenian
bertujuan menjaga keselamatan penari dari dapat dilihat melalui proses latihan dan
hal-hal yang tidak terduga didepan banyak pementasan.
penonton yang hadir. (Wawancara, Daamin 1. Proses Latihan Tari Pallake
25 Juli 2021). Latihan tari pallake dilakukan pada
Tari pallake pernah menghadiri saat terpilih menjadi calon penari
festival; Mewakili Indonesia pada pa’jinnangan dan pada saat akan menghadiri
International Aboragine and Indigeneus undangan Festival yang diselenggarakan
Arts Festival (IAIAF) pada tahun 2015 di pemerintah.

9
Tari pallake tidak melakukan latihan secara te-dong secara berulang dari awal hingga
sistematis atau terjadwal seperti latihan pada selesai. Serta keunikan lainnya terdapat pada
umumnya, karena kurangnya prasarana dan kostum baju perang yang digunakan
temapat latihan selain itu penari memiliki pa’jinnangan yang berwarna merah dan
kesibukan masing-masing. Tari pallake kuning serta hiasan berbentuk tanduk kebau,
meskipun tidak melakukan latihan secara merah bermakna keberanian dalam
terjadwal tetapi bisa dikatakan eksis menentang sesuatu yang salah dan kuning
dikalangan komunitas adat Pappuangan bermakna kematengan dalam berfikir dan
Padang, hal ini disebabkan karena tari ini bertidak, penggunaan hiasan kepala
sangat sering ditampilkan pada upacara menyerupai tanduk kerbau yang disebut
Inisiasi karena merupakan sesuatu yang tandu la’bi tombang bermakna kekuatan dan
wajib ada disetiap upacara inisiasi yang ketangguhan yang dimiliki komunitas adat
dilaksanakan oleh keturunan adat Pappuangan Padang.
Pappuanga Padang karena mereka akan Tempat pementasan tari pallake yaitu
terus menjaga wasiat dari Punggawa atau ditempat terbuka seperti panggung terbuka,
leluhur yang ditinggalkan sebagai bentuk halaman rumah, atau lapangan dengan
penghormatan. sistem pertunjukan arena yang dapat dilihat
2. Pementasan Tari Pallake dari segala arah. Pementasan tari pallake
Keberadaan tari pallake patut untuk dibagi atas tiga yaitu; pada ritual Pauli
diapresiasi sebagai tari tradisional yang Banua, upacara Inisiasi dan pementasan di
memiliki keunikan tersediri yang dapat Festival.
dilihat dari gerekan pa’jinnangan (penari PENUTUP
laki-laki) mempunyai keahlian dan A. Kesimpulan
keperkasaan menggunakan property senjata Hasil penelitian dan pembahasan
asli dalam menari, selain itu terdapat pada yang telah dikemukakan maka dapat
alat musik pengiring tari pallake yang hanya disimpulkan sebagai berikut.
menggunakan gimbal (gendang) yang 1. Eksistensi tari pallake dapat dilihat dari
terbuat dari kayu samuguri dan memberan proses latihan yang diawali dengan
terbuat dari kulit kerbau yang dibunyikan melihat dan mengamati, menirukan
dengan cara dipukul menggunakan stik yang dengan menjadikan permainan, diikut
panjangnya 40-50 cm dengan irama Bu-ku- seratakan di setiap pementasan dan

10
diajarkan memainkan alat pengiring dikenal didalam kabupaten Polewali
gimbal (gendang), saat 17 tahun Mandar maupun di luar kabupaten
dimandikan sando (dukun), resmi Polewali Mandar.
menjadi Pa’jinnangan dan diajarkan 2. Kepada masyarakat setempat,
dasar gerak kaki, dasar gerak khususnya di kabupaten Polewali
menyerang dan menari menggunakan Mandar untuk memberikan dukungan,
senjata. pengembangan dan melestarikan akan
2. Eksistensi tari pallake dilihat dari kesenian daerah, khususnya tari
pementasan, merupakan aikon dari Pallake.
kabupaten Polewali Mandar khusnya 3. Kepada para seniman dan budayawan,
bagi komunitas Adat Pappuangan khususnya di kabupaten Polewali
Padang yang akan tetap dipentaskan Mandar akan mempertahankan dan
pada ritual Pauli Banua, upacara mengembangkan kreativitas dalam
Inisiasi dan Festival. Selain itu tari bidang kesenian, khususnya bidang
pallake mempunyai keunikan pada seni tari.
gerak pa’jinnangan, alat musik 4. Kepada keturunan adat Pappuangan
pengiring yaitu gimbal dan kostum baju Padang khusnya para penari Tari
perang yang digunakan pa’jinnangan Pallake agar kiranya mengajarkan dan
dengan aksesoris kepala tandu la’bi melakukan latihan rutin pada anak-
tombang. Tempat pementasan tari anak dan pemuda keturunan adat
pallake yaitu ditempat terbuka seperti Pappuangan Padang sebagai penerus
halaman rumah atau lapangan dan untuk mempertahankan kesenian yang
panggung terbuka dengan sistem dimiliki oleh kabupaten Polewli
pertunjukan arena yang dapat dilihat Mandar khusnya bagi adat
dari segala arah. Pappuangan Padang. Karena seperti
B. Saran yang diketahui sebelumnya bahwa
1. Kepada pemerintah setempat, tarian ini hanya dapat ditarikan oleh
khususnya di Kabupaten Polewali garis keturunan adat Pappuangan
Mandar agar kiranya meningkatkan Padang .
pembinaan, pendokumentasian dan 5. Kepada peneliti dan generasi muda
publikasi tari Pallake agar lebih selanjutnya, agar mempertahankan,

11
mengembangkan diri dan penelitian Nurul, Andi. 2021. Analisis Gerak Tari
Pallake di kecamtan Campalagian
sebagai acuan dalam mempelajari
Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi.
kesenian, khususnya tari Pallake. FSD Universitas Negeri Makassar.

Sumaryono. 2011. Antropologi Tari Dalam


DAFTAR PUSTAKA Prespektif Indonesia. Institut Seni
Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta.
A. Sumber Tercetak B. Sumber Tidak Tercetak
Agustin, Haflisa. 2016. Eksistensi Tari
Pakkarena Turiolo di Desa Handayani, Nur Fitria. (2019). Eksistensi
Romangloe Kecamatan Bonto Tari Angguk Grobogan di Sanggar
Marannu. Skripsi. Makassar: FSD Angguk Karya Remaja Desa
Universitas Negeri Makassar. Karangrejo Kecamatan Grobogan
Bastomi, S. (1988). Apresiasi Kesenian Kabupaten Grobogan. Skripsi.
Tradisional. Semarang: IKIP Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni
Semarang Pres. Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/34438/. Diakses
Dagun, S. M. (1990). Filsafat Eksistensi. 25 Januari 2021.
Jakarta: Rineka Cipta.
Saenal, Selfiana dkk. 2019. Makna Tari
Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari Pa’jaga Dalam Upacara Rombutuka
Sebuah Pengenalan Awal. Pustaka (Tobotting) di Desa
Yogyakarta. Yogyakarta. KaluppiniKecamatan Enrekang
Kabupaten Enrekan. Jurnal. Makassar.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Prodi Sendratasik Fakultas Seni Dan
Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Desain Universitas Negeri Makassar.
CV Tambak Kusuma. https://doi.org/10.26858/p.v4i2.12089.
Diakses 01 Januari 2022.
Heriyawati,Yanti. 2016. Seni Pertunjukan
dan Ritual.Yogyakarta: Ombak.

Hidayat, Robby. 2011. Koreografi dan


Kreativitas. Yogyakarta: Kendil
Media Pustaka Seni Indonesia.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari.
Semarang: Ikip Semarang Press.
Maleong, Lexy J. 2001. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Marianto, Dwi, M. 2002. Seni Kritik Seni.


Yogyakarta: Lembaga Peenelitian
ISI Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai