Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA SENI JANGER DAMARWULAN

BERTAHAN MELINTASI ZAMAN TEKNOLOGI

Tugas matakuliah Teknik Komputer

Dosen Pengampu :

Suraji, S.Kar., M.Sn.

Geraldine Eginan Putra

211111098

PRODI SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2021

i
Bumi Blambangan atau Banyuwangi terkenal akan destinasi wisata
alamnya yang indah maupun kekayaan seni yang dimilikinya, sehingga
Banyuwangi memiliki banyak nama julukan yaitu seperti Kota Gandrung,
Kota Osing, Banyuwangi Lumbung Padi, Kota Bahari, The Sunrise of Java,
Banyuwangi Kota Petualang dan julukan yang sering menimbulkan
kontroversi ialah Banyuwangi Kota Santet. Dengan banyaknya julukan untuk
Banyuwangi tersebut menandakan bahwa Banyuwangi adalah kota yang
kaya akan keunikan wisata alam maupun seni tradisinya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu


suku dan adat-istiadat yang bermacam-macam, salah satunya ialah suku
Osing di Banyuwangi. Daerah paling timur dari pulau Jawa ini memiliki
banyak kesenian yang unik, baik dari segi unsur-unsur musikal maupun
unsur-unsur kebudayaan lainnya yang disuguhkan. Salah satu dari kesenian
yang unik tersebut adalah seni Janger Damarwulan, dikatakan unik karena
didalam pagelaran seni ini mencangkup beberapa etnis yang membuat
pagelaran seni Janger di Banyuwangi memiliki kekhasan tersendiri.
Perpaduan dari berbagai etnis tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek
seperti musik iringan yang digunakan, busana atau kostum yang dikenakan
dan bahasa yang digunakan saat pementasan. Keunik-unikan tersebutlah
yang membuat kesenian tradisi di Banyuwangi menjadi daya tarik terhadap
wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga kesenian Janger ini
diangkat menjadi salah satu warisan budaya tak benda.

Perubahan-demi perubahan seni Janger ini membuat dinamika atau


semangat warga Banyuwangi untuk terus melestarikan kesenian yang
menjadi identitas Bumi Blambangan ini. Kreasi demi kreasi maupun unsur-
unsur lainnya yang ditambahkan seiring berkembangnya teknologi yang
semakin canggih ini terus dilakukan agar seni Janger Damarwulan ini terus
bertahan di kaki Zaman. Penambahan-penambahan unsur-unsur teknologi
sengaja dilakukan agar daya minat generasi-generasi muda tertarik akan
kesenian ini.

1
Selain menjadi hiburan, pementasan kesenian Janger Damarwulan
jugas sebagai lapangan pekerjaan bagi seniman-seniman Osing di
Banyuwangi, serta dari segi pemaparan cerita juga memberikan gambaran
tentang sejarah masa lalu atau historis-historis Majapahit (Damarwulan)
melawan Blambangan (Minak Jinggo), dimana Damarwulan berhasil
mengalahkan Minakjinggo. Lakon ini dapat dilihat saat pementasan Janger
membawakan lakon “Damarwulan dadi Ratu”.

1. Sejarah Seni Janger Damarwulan


Pada tahun 1915 ada seorang pedagang sapi bernama mbah Darji
yang berasal dari Dukuh Klembon, Singonegaraan, Banyuwangi yang
sering berpergian ke Bali. Mbah Darji sendiri memiliki kawan lama
yang sering ditemui saat itu bernama Singobali. Mbah Darji sendiri
ialah penikmat kesenian teater Arja, pada saat itu mbah darji berfikir
untuk mengolaborasikan kesenian yang dipimpinnya yaitu kesenian
“Ande-ande Lumut” dengan kesenian Arja. Mbah Darji dan Seniman
Bali bernama Singobali menggagas ide-ide untuk mengolaborasikan
unsur-unsur musikal dan tari bali ke dalamnya, namun tetap
menggunakan Bahasa Jawa dan bahasa daerah setempat yaitu Bahasa
Osing. Dari gagasan-gagasan ide tersebut kemudian muncullah
kesenian baru yang diberi nama kesenian Janger Klembon atau
Damarwulan Klembon.

2. Karakteristik Janger
Seni pertunjukan Janger di Banyuwangi ini merupakan seni teater
tradisional yang membawakan cerita atau kisah setempat, memakai
musik gamelan sebagai pengiring dan menampilkan tari-tarian
sebagai pembuka pagelaran sama seperti seni teater tradisi pada
umumnya, namun yang membedakan untuk kesenian Janger
Damarwulan ini ialah pada musik pengiringnya yang menggunakan
gamelan Bali, busana yang dikenakan juga busana Bali, sedangkan

2
untuk bahasanya menggunakan bahasa Jawa seperti kesenian
Kethoprak di Jawa Tengah. Hal inilah yang membuat kesenian Janger
ini unik, karena dalam satu kesenian mencangkup beberapa
kebudayaan yang berbeda, unsur Bali, Jawa dan Osing menjadi satu
dalam satu kesenian yaitu Seni Janger.
Sama seperti namanya “Janger Damarwulan”, kesenian ini sering
membawakan cerita-cerita yang berkaitan dengan Damarwulan,
seperti Damarwulan Ngenger, Damarwulan Dadi Ratu, Damarwulan
Ngarit dan lakon-lakon lainnya. Sedangkan untuk sajian cerita, Janger
juga memiliki beberapa pembagian sesi sama seperti Kethoprak yang
berada di Jawa Tengah yaitu sesi pembukaan, cerita, komedi hingga
penutub. Janger juga memiliki dalang sebagai narator pembawa
adegan cerita sebelum pentas dimulai.
Sajian-sajian yang disuguhkan dalam pementasan :
1. Gebyar Pembuka
a. Gebyar Gendhing
Gebyar Gendhing ini biasanya digunakan untuk
menandakan dimulainya pentas atau pagelaran seni
Janger. Gedhing-gendhing yang dibawakan biasannya
berupa Kebyar-Kebyar atau tabuh Bali, seperti Kebyar
Duduk, Palawakya dan gendhing-gendhing kreasi dari
setiap paguyuban seni Janger masing-masing.
b. Tari
Tari pada kesenian janger ini biasa dipentaskan saat
awal-awal pagelaran atau pembuka. Tari yang
dibawakan pun juga beragam, namun yang sering
dipentaskan biasanya tari-tari Bali, seperti tari Barong,
Margapati dan Cedrawasih, tidak lupa juga unsur-unsur
seni Banyuwangi ditambhakan seperti tari kebanggaan
warga Banyuwangi yaitu tari Jejer Jaran Dawuk atau
dikenal dengan tari Gandrung, Gandrung Dor, Aji

3
Kembang Jaran Goyang, Jaran Goyang dan tari-tari
lainnya.
Sekarang ini banyak tari-tarian kreasi yang digunakan
untuk pembukaan pagelaran agar menarik daya minat
penonton.
c. Selingan atau Lagu
Sesi selingan dimulai setelah sesi tarian sebagai
penyegaran awal dan juga untuk menarik penonton.
Didalam selingan biasannya hanya membawakan lagu-
lagu daerah ataupun lagu-lagu modern yang diminta
penonton.

2. Lakon
Sesi Lakon dimulai setelah sesi selingan atau lagu
berakhir dan dilanjutkan pasebanan atau adegan sesuai
lakon yang dibawakan.

3. Lawakan
Lawakan, sesuai dengan namanya pada sesi ini hanya
berisi lawakan-lawakan yang dibawakan oleh pelawak atau
komedian. Pelawak-pelawak ini biasanya melawak dengan
bahasa Jawa, namun jug ada Pelawak yang menggunakan
Bahasa Osing. Tidak setiap warga di daerah bisa berbahsa
Osing maka bahsa yang dibawakan saat pementasan
lawakan ini juga menyesuaikan daerah pentas.

4. Inti Lakon dan Penutub


Sesi ini berisi konflik dan ending cerita yang
dibawakan, biasanya pada sesi ini sudah menjelang subuh.
Yang sangat disanyangkan pada sesi ini ialah sudah
berkurangnya penonton bahkan hampir tidak ada yang

4
menonton, hal ini dikarenakan mugkin kebanyakan dari
penonton adalah anak-anak usia dibawah umur dan remaja
yang masih menempu pendidikan, sehingga mereka juga
membatasi waktu mereka sendiri. Selain itu perbedaan
zaman juga mempengaruhi ketertarikan terhadap lakon,
berbeda dengan pagelaran Janger dulu.

3. Perkembangan Teknologi Terhadap Seni Janger Damarwulan


Setiap kesenian tradisi pasti memiliki historis atau sejarahnya
sebelum sampai di era Teknologi ini, begitupun Janger. Keterbatasan
sarana maupun prasarana zaman dulu dan sekarang pasti berbeda.
Seiring berkembangnya teknologi, sound system, lighting dan juga
pentas pun sekarang lebih cangih bahkan sekarang ini
ditambahkannya alat-alat tambahan seperti alat gantung agar pemain
bisa terbang.

Gambar saat pemeran digantung agar efek terbang seolah-olah nyata.

Selain itu penataan cahaya ataupun efek lampu saat ini lebih
canggih dibanding janger-janger tahun-tahun sebelumnya.

5
Dapat dilihat perbedaan gambar samping kiri dan kanan, gambar
tersebut merupakan dokumentasi seni Janger Kharisma Dewata tahun
2012 dan 2020. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap
tahun mengalami perkembangan teknologi yang berbeda-beda,
sehingga dari perkembangan teknologi tersebut juga mempengaruhi
kehidupan maupun kebiasannya sebelum-sebelumnya.
Menurut Supartu, seorang seniman mengatakan :
“Pada awal tahun 70-an waktu saya masih kecil, itu sudah
berkembang dengan sangat baik, sangat populer malahan. Karena
Bapak saya sendiri juga memili janger, kakak-kakak saya juga pemain
Janger. Aku nonton waktu itu, yo milu tabuhan walaupun ora genah
waktu itu”, ujarnya seperti itu.
Dari keterangan diatas menandakan bahwa awal tahun 1970
merupakan awal berkembangnya seni Janger Damarwulan.
Walaupun perkembangan yang dimaksud bukan seperti sekarang ini.
Selain itu kemajuan teknologi juga mempengaruhi alat musik
tradisional yang digunakan dalam pementasan seni Janger
Damarwulan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Dari gambar tersebut dapat dilihat, bahwa kemajuan teknologi


benar-benar mempengaruhi segalanya bahkan termasuk alat musik
tradisi. Dapat dilihat gambar sebelah kanan masih menggunakan
kendang tradisional yang terbuat dari kayu, kulit dan penjalin
sedangkan gambar sebelah kiri sudah menggunakan kendang
elektrik.

6
Semua ini dilakukan para seniman Janger agar seni Janger
Damarwulan tetap eksis seiring berkembangnya zaman dan juga
untuk menarik minat generasi-generasi muda untuk mencintai seni
tradisi, terutama seni tradisi di daerah mereka sendiri yaitu
Banyuwangi atau Bumi Blambangan tercinta.

A. KESIMPULAN

Seni Janger Damarwulan merupakan salah satu kesenian


tradisional yang dimiliki Banyuwangi, sekaligus aset bangsa Indonesia
karena seni Janger Damarwulan ini menjadi salah satu dari warisan
budaya tak benda. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten
Banyuwangi maupun para seniman Janger Damarwulan terus berupaya
untuk terus mempertahankan eksistensinya sering zaman yang semakin
berkembang. Salah satunya ialah memperbaharui baik sarana maupun
prasarana yang digunakan.

Perkembangan teknologi saat ini tidak dapat diduga-duga, semua


kehidupan akan terpengaruh akan hal itu, begitupun para seniman Janger
di Banyuwangi. Di dalam pementasan seni Janger Damarwulan saat ini
sudah menggunakan teknologi-teknologi yang canggih demi menarik
daya minat penonton, sehingga mereka tidak akan bosan akan suguhan
yang ditampilkan. Salah satu contoh dapat dilihat dari penataan lampu
ataupun lighting, sound system yang digunakan maupun alat-alat lainnya,
hal ini sangatlah berbeda dengan Janger-janger yang sebelum-sebelumnya
ataupun Janger yang belum mengenal teknologi-teknologi seperti ini
dengan alasan iningin mepertahankan keaslian dari Janger tersebut. Hal
seperti ini menjadi salah satu penghambat berkembangnya kesenian
tradisi, keegoisan tidak mau mengenal teknologi merupakan kesalahan
besar terhadap seni, khususnya seni tradisi maupun kehidupan.

7
8

Anda mungkin juga menyukai